Kuliah 2 Kosmologi Organisasi Ruang Dan Waktu

8
1 1 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB KOSMOLOGI, ORGANISASI RUANG DAN WAKTU AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia KULIAH 2 2 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB Perbedaan Sifat Kolektif Manusia vs Binatang Kehidupan kolektif binatang juga berkomunikasi, memiliki bahasa, aktifitas bekerjasama, bahkan mengenal pembagian kerja, dll. Namun semuanya bersifat naluri, yaitu merupakan suatu kemampuan yang telah tertentukan yang terkandung di dalam gen setiap jenis binatang bersangkutan, Sedangkan manusia bukan bersifat naluri tetapi karena kemampuan akal, melalui belajar (learned action). Kelakuan binatang kolektif (animal behavior) berakar pada naluri, sedangkan manusia menjadi tingkah laku yang dijadikan milik diri dengan belajar (learned action). 3 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB (MAN) HOW TO LEARN 1. Learning by TEACHING 2. Learning by READING 3. Learning by EXPERIENCING 4. Learning by WRITING 5. Learning by DESIGN It challenges students to think creatively and to solve problems through the process of design and through a variety of design education activities. 4 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB Design –Kecocokan (Third Culture) (Nigel Cross, 1982) Scholarly ways of knowing Kebenaran (ilmu/keilmuan) Socially ways of knowing Keadilan (kepujanggaan) Designing ways of knowing Kecocokan (keselarasan/kesesuaian, Third Culture) – selalu ada kompromi- kompromi 5 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB Manusia sebagai Makhluk Pencari Pola (Pattern-Seeking Animal) Apabila ditemukan suatu tingkah laku yang efektif dalam hal menanggulangi suatu masalah hidup, maka tingkah laku itu tentu diulangi setiap kali masalah serupa itu muncul. Orang mengkomunikasikan pola tingkah laku baru tsb kepada individu-individu lain dalam kolektif dan terutama kepada keturunannya sehingga pola itu menjadi mantap, menjadi suatu adat yang dilakukan oleh sebagian besar warga kolektif itu. Dengan demikian banyak dari pola tingkah laku manusia yang telah menjadi adat-istiadat itu dijadikan milik dirinya dengan belajar. Aneka tingkah laku manusia tidak disebabkan oleh ciri-ciri ras, melainkan karena kolektif-kolektif di mana manusia itu bergaul dan berinteraksi (dengan alam dan individu lainnya dalam kolektif). 6 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB Manusia sebagai Makhluk Pembuat Simbol (Homo-Symbolicus) Simbol dibuat sebagai upaya manusia memahami sesuatu. Terhadap yang tidak difahami/dimengerti olehnya, manusia sering merasa takut. Untuk menghilangkan rasa takut ini manusia membuat simbol untuk mengobati ketidakmengertiannya sehingga menjadi mengerti (teratur=dimengerti=order). Di sinilah letak pergeseran dari Caos menuju Cosmos. Melalui simbol antar individu dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi. Oleh karenanya simbol menjadi bahasa, alat komunikasi antar individu dalam kolektif. Kehadirannya merupakan kesepakatan antar individu dalam kolektif.

description

Kuliah 2 Kosmologi Organisasi Ruang Dan Waktu

Transcript of Kuliah 2 Kosmologi Organisasi Ruang Dan Waktu

  • 11

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    KOSMOLOGI, ORGANISASI RUANG DAN WAKTU

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia

    KULIAH 2

    2

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Perbedaan Sifat Kolektif

    Manusia vs Binatang Kehidupan kolektif binatang juga berkomunikasi,

    memiliki bahasa, aktifitas bekerjasama, bahkan mengenal pembagian kerja, dll. Namun semuanya bersifat naluri, yaitu merupakan suatu kemampuan yang telah tertentukan yang terkandung di dalam gen setiap jenis binatang bersangkutan, Sedangkan manusia bukan bersifat naluri tetapi karena kemampuan akal, melalui belajar (learned action).

    Kelakuan binatang kolektif (animal behavior) berakar pada naluri, sedangkan manusia menjadi tingkah laku yang dijadikan milik diri dengan belajar (learned action).

    3

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    (MAN) HOW TO LEARN1. Learning by TEACHING2. Learning by READING3. Learning by EXPERIENCING4. Learning by WRITING5. Learning by DESIGN

    It challenges students to think creatively and to solve problems through the process of design and through a variety of design education activities.

    4

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Design Kecocokan (Third Culture)(Nigel Cross, 1982)

    Scholarly ways of knowingKebenaran (ilmu/keilmuan)

    Socially ways of knowingKeadilan (kepujanggaan)

    Designing ways of knowingKecocokan (keselarasan/kesesuaian,

    Third Culture) selalu ada kompromi-kompromi

    5

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Manusia sebagaiMakhluk Pencari Pola (Pattern-Seeking Animal)

    Apabila ditemukan suatu tingkah laku yang efektif dalam hal menanggulangi suatu masalah hidup, maka tingkah laku itu tentu diulangi setiap kali masalah serupa itu muncul.

    Orang mengkomunikasikan pola tingkah laku baru tsb kepada individu-individu lain dalam kolektif dan terutama kepada keturunannya sehingga pola itu menjadi mantap, menjadi suatu adat yang dilakukan oleh sebagian besar warga kolektif itu. Dengan demikian banyak dari pola tingkah laku manusia yang telah menjadi adat-istiadat itu dijadikan milik dirinya dengan belajar.

    Aneka tingkah laku manusia tidak disebabkan oleh ciri-ciri ras, melainkan karena kolektif-kolektif di mana manusia itu bergaul dan berinteraksi (dengan alam dan individu lainnya dalam kolektif).

    6

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Manusia sebagaiMakhluk Pembuat Simbol (Homo-Symbolicus)

    Simbol dibuat sebagai upaya manusia memahami sesuatu. Terhadap yang tidak difahami/dimengerti olehnya, manusia sering merasa takut. Untuk menghilangkan rasa takut ini manusia membuat simbol untuk mengobati ketidakmengertiannya sehingga menjadi mengerti (teratur=dimengerti=order). Di sinilah letak pergeseran dari Caos menuju Cosmos.

    Melalui simbol antar individu dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi. Oleh karenanya simbol menjadi bahasa, alat komunikasi antar individu dalam kolektif. Kehadirannya merupakan kesepakatan antar individu dalam kolektif.

  • 27

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    KOSMOS cosmos (1)

    cosmos [ kz mss, kzmss ] (plural cosmoses)noun Definition:

    1. whole universe: the universe considered as an ordered and integrated whole

    2. ordered system: an ordered system or harmonious whole

    [13th century. < Greek kosmos "order, universe"]

    8

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    KOSMOLOGI cosmology

    cosmology [ koz mlljee ]noun Definition:

    1. study of universe: the philosophical study of the nature of the universe

    2. scientific study of universe: the scientific study of the origin and structure of the universe

    [Mid-17th century. < modern Latin cosmologia< Greek kosmos"universe"]cosmologic [ kzm ljjik ] adjective cosmological adjective

    cosmologically adverb cosmologist noun

    http://encarta.msn.com/dictionary_1861600593/cosmology.html

    9

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Kosmologi mencakupi orientasi, sikap dankepercayaan suatu masyarakat budaya tertentuterhadap dunia dan susunan alam semesta.

    Kosmologi sangat erat berkaitan dengan mitosasal usul bumi dan manusia, gerak matahari, pergantian musim, binatang, unsur materi, warna, emosi dan nilai-nilai religi.

    DEFINISI10

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    MITOS

    Masyarakat tradisional mengembangkansistem simbol-simbol yang dianggapmencakupi seluruh pengalaman masalampaunya, yang antara lain diungkapkandalam bentuk mitos, cerita yang diturunkandari generasi ke generasi.

    11

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    A. ORIENTASI TERHADAP ALAMOrientasi masyarakat dari berbagai budaya danjaman terhadap alam dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) (F.Kluckhohn, 1953):

    1. Manusia tunduk terhadap alam.2. Manusia menguasai, memanfaatkan dan

    mengendalikan alam.3. Manusia sebagai bagian dari alam dan hidup

    selaras dengan alam.

    Dalam suatu masyarakat, ketiga orientasi tersebutselalu hadir, namun salah satu orientasi tampillebih dominan dibanding lainnya.

    12

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    1. MANUSIA TUNDUK TERHADAP ALAM(Budaya Mitik)

    Orientasi yang pertama umumnya dianut masyarakat petani/pra-industri yang hidup dalam lingkungan beriklim ekstrim, atau dengankondisi geologis dan geografis yang rawan.

    Alam dipandang sebagai kekuatan tak terkontrol dan tak bisadiramalkan. Manusia harus berusaha mengadaptasikan diri terhadapkondisi baik dan buruknya alam.

    Masyarakat cenderung bersikap pasrah terhadap alam dan menganutsistem nilai yang fatalistik. Gempa bumi, banjir, angin topan, longsor, kekeringan dan bencana lainnya dipandang sebagai kehendak Yang Maha Kuasa atau hukuman/teguran dari Yang Maha Kuasa.

    Hutan/gurun dipandang sebagai daerah berbahaya, personifikasi darisetan, roh jahat dan kekuatan supranatural lainnya. Karena ituhutan/gurun harus ditakuti, dihormati, bakan terkadang dihindari. Contoh: Sikap masyarakat Eropa di Abad Tengah terhadap hutan, dansikap orang Kristen Judea Awal terhadap gurun.

  • 313

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Budaya Mitik/Mitos Gagasan Mysterium Fascinan (Mircea

    Eliade) Caos Cosmos (order)Melalui Myth (mitos)Turun-temurun (menjadi tradisi)- Mengikat dan menjadi aturan yang

    dipegang teguh.

    14

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    2. MANUSIA MENGUASAI ALAM (BudayaOntologis)

    Orientasi yang kedua umumnya dianut oleh masyarakat industri majudi Barat, dilandasi oleh ajaran Etika Protestan dan pengaruh RevolusiIndustri.

    Manusia dipandang lebih unggul dari alam dan mempunyai hak sertakewajiban untuk mengendalikan, memanfaatkan dan mengubah alamsesuai dengan kebutuhannya. Alam diciptakan tuhan untuk menunjangkehidupan manusia, agar menjadi lebih baik dan menyenangkan. Keunggulan manusia atas alam dicirikan oleh eksploitasi sumber alam, penggunaan teknologi modern, penemuan-penemuan baru dalambidang iptek, dan kerusakan lingkungan.

    Ladang pertania, desa dan kota merupakan tempat yang memilikikonotasi positif. Keindahan tidak terletak pada alam, tetapi padatransformasi alam menjadi lingkungan binaan. Nilai yang dianggappenting adalah pertumbuhan, perluasan, pembangunan. Sejarahperadaban manusia ditandai oleh perkembangan yang kontinu danprogresif.

    15

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Budaya Ontologis Tidak lagi dalam kekuasaan mitos melainkan

    bebas meneliti sendiri Manusia menagambil jarak terhadap sesuatu

    yang dahulu dirasakan sebagaikurungan/pengekangan.

    Mulai menyusun ajaran atau teori mengenaidasar hakikat ada (ontologi) dari segala sesuatu, mengenai segala sesuatu menurut prinsipeksperimental, pembuktian, pengukuran dlsbyang disebut sains (science).

    16

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    3. MANUSIA SEBAGAI BAGIAN DARI ALAMOrientasi yang ketiga terutama dianut oleh masyarakat tradisional Afrika, Indian Amerika dan Asia, dilandasi oleh konsep tentang kesatuan harmonis antara alam, manusia dan lingkungan binaan.

    Alam dipandang sebagai sistem yang stabil, teratur, harmonis dan berdaur ulang. Segala hal yang terkandung dalam alam dianggap sakral, tidak boleh dieksploitasiuntuk kepentingan manusia semata. Manusia harus memahami pola gerak danperkembangan alam, serta bertindak penuh tanggung jawab dalam batas-batastersebut.

    Masyarakat Pygmies yang hidup di hutan Ituri, Zaire, misalnya berpandangan: Hutanadalah ayah dan ibu yang memberikan segala kebutuhan (makanan, pakaian, tempatberlindung) dan menjaga keselamatan anaknya. Bila terjadi bencana, merekapercaya bahwa hutan sedang tertidur sehingga lengah merawat anak-anak mereka. Untuk membangunkan hutan (orang tua mereka) dari tidur, perlu dinyanyikan lagu.

    Masyarakat Indian Amerika misalnya memandang bumi sebagai ibu, langit sebagaibapak, dan binatang sebagai saudara pria dan wanita. Alam, manusia dan binatangpada hakikatnya hidup bersama seperti keluarga. Bumi dan matahari mengaturkehidupan dengan menciptakan siklus alam yang tanpa akhir. Alam harus dijaga dandirawat. Manusia hanya boleh mengambil secukupnya dari alam untuk memenuhikebutuhan dasarnya, dengan meminta ijin terlebih dahulu kepada alam. Pada abadke-19 terjadi konflik besar antara masy. Indian Amerika dengan para pemburu kerbauliar. Bagi masy. Indian Amerika, pembunuhan binatang secara besar-besaran hanyauntuk diambil kulitnya saja merupakan tindakan transgresi, penyia-nyiaan sumberalam.

    17

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    B. SIKAP TERHADAP LINGKUNGAN ALAM DAN LINGKUNGAN BINAAN

    Sikap masyarakat dari berbagai budaya dan jaman terhadap alam danlingkungan binaan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) (Yi-Fu Tuan, 1971):

    1. Sikap Positif2. Sikap Negatif3. Sikap Ambivalen

    Berdasarkan kronologi historis dan berdasarkan konfigurasi hubunganantara lingkungan alam dan lingkungan binaan, sikap tersebut secararinci dapat diurai menjadi 6 (enam) model:

    1. The Edenic Ideal2. Urban Revolution and The Cosmic Ideal3. The Two Juxaposed Ideals4. The Ideal of The Middle Landscape5. Late 19th Century Values6. Middle and Late 20th Century Values

    18

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    1. The Edenic IdealAlam yang telah digarap manusia (padang penggembalaan, taman, ladang garapan, desa) memiliki konotasi positif, sementara alam yang masih liar, primitif dan belum dikendalikan manusia memiliki konotasinegatif.

    2. Urban Revolution and The Cosmic IdealKota sebagai pusat peradaban (politik, ekonomi, budaya, kesenian) memiliki konotasi positif, sementara alam liar yang belum dijinakkan(hutan belantara, gurun pasir) memiliki konotasi buruk (negatif).

    3. The Two Juxaposed IdealsKota dan lingkungan alam memiliki konotasi yang ambivalen. Kota menawarkan kehidupan yang menarik, tetapi terlalu padat, bising, kotor, tidak tenang. Sementara alam menawarkan ketenangan, kesempatanmerenung, tetapi juga bisa membosankan, sepi dan kurangmerangsang potensi intelektual.

  • 419

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    4. The Ideal of The Middle LandscapeKota dan alam memiliki konotasi yang sama buruk, karena merupakansumber dosa dan kejahatan. Sementara bentang alam antara / middle landscape (padang penggembalaan, taman, desa) memilikikonotasi positif, karena mencerminkan citra kehidupan alam pedesaanyang ideal.

    5. Late 19th Century ValuesAlam liar oleh para konservasionis dipandang sebagai rona yang indah, memenuhi kebutuhan estetik dan rekreasi, serta memiliki kualitasreligius. Bentang alam antara memiliki konotasi positif, sementarakota secara berangsur memperoleh konotasi negatif (tidak terkendali, berbahaya, banyak kejahatan).

    6. Middle and Late 20th Century ValuesKota dan daerah suburban mendapatkan konotasi negatif, sementarakota-kota baru dan alam terbuka hijau dianggap sebagai ronalingkungan yang ideal.

    20

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    C. ORIENTASI TERHADAP TEMPAT-TEMPAT KHUSUS1. GunungMasyarakat tradisional memandang gunung sebagai simbol kekuatanalam: agung, misterius, sulit ditembus, menakutkan. Karena itu, gunung memiliki peran penting dalam agama dan kosmologi berbagaibudaya.

    Gunung dipercayai masyarakat Cina, Korea, Jepang, Yunani, danlainnya sebagai tempat di mana langit dan bumi bertemu, tempatmanusia bertemu dengan Tuhannya, tempat bersemayam para dewa. Banyak bangunan monumental dan bangunan religi dibangun sebagaisimbolisasi dari gunung: Piramida di Mesir, Ziggurat di Sumeria, Kathedral di Eropa, Pagoda di Cina, Masjid Awal di Jawa.

    Sikap masyarakat di berbagai kelompok budaya terhadap gunungbersifat ambivalen, berbaur antara perasaan takut, terancam, denganperasaan hormat dan cinta. Semenjak abad ke-19, sikap terhadapgunung pada umumnya menjadi lebih positif. Gunung dipandangsebagai tempat ideal untuk relax, mengembalikan kesehatan tubuh, dan melepaskan diri dari himpitan hidup sehari-hari

    21

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    2. Pantai, Lembah dan PulauPantai, lembah dan pulau secara universal memiliki konotasi positif.

    Pantai dan tepi sungai merupakan habitat awalmasyarakat, yang banyak memberikankeuntungan: makanan, transportasi dan sekuriti.

    Lembah dan aliran sungai memiliki konotasipositif, seringkali dilambangkan sebagaikandungan ibu yang subur, dilindungi olehgunung-gunung dan perbukitan.

    Pulau selalu dipandang sebagai tempat impian, penuh imaginasi dan nilai romantik. OrangYunani melihat pulau sebagai habitat parapahlawan. Orang Eropa di abad tengah melihatpulau sebagai surga yang berkelimpahan.

    22

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    D. DIMENSI ORIENTASI TERHADAP LINGKUNGAN

    1. Dimensi VertikalMasyarakat dari berbagai budaya umumnya membagikosmos menjadi 3 bagian (dunia atas, dunia tengah, duniabawah), atau lebih. Dunia atas memiliki konotasi positif, dunia tengah netral, dan dunia bawah berkonotasi negatif.

    Bangsa Nomad di Siberia dan Asia Tengah percayabahwa terdapat poros utama yang menghubungkan tigatingkatan jagad raya, dimana dewa turun ke bumi danmanusia yang telah mati turun ke alam bawah. Tendatempat mereka tinggal merupakan simbol mikrokosmosdari alam jagad raya, dimana lubang asap di atas tendadiibaratkan sebagai lubang di langit, dan tiang utamatenda diibaratkan poros vertikal yang menembus langit.

    Tempat yang memiliki dimensi ketinggian (atas) selalumemiliki konotasi positif (gunung, menara gereja, tahtakerjaan). Kepekaan terhadap vertikalitas banyakdipengaruhi oleh kehadiran benda-benda langit, pertumbuhan makhluk hidup, daur terbit dan terbenamnyamatahari.

    23

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    2. Dimensi Horisontal danKonsep tentang PusatDimensi horisontal tercermin padakonsep tentang pusat dan periferi, yang banyak dipengaruhi olehpandangan egosentris dan etnosentris.

    Pusat diasosiasikan dengan sumbupenghubung dunia atas, dunia tengahdan dunia bawah, dan selalu memilikikonotasi positif. Semakin jauh dari pusat, konotasi semakin kurang baik. Pusatbiasanya dikaitkan dengan kesakralan, religiusitas, dan nilai mitik. Istana Kaisardi Cina misalnya berlokasi di pusat, dikelilingi lingkaran-lingkaran konsentrikyang semakin kurang penting.

    24

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    KOSMOLOGI DI BALI

    5

    4

    3

    2

    1

    JABA (outside, the least sacred)

    TENGAH (middle)JERO (inside, the most sacred)

    Temple

    PALEMAHAN/ LEBUH (entrance the most public area)

    PAWONGAN/ NATAH (working and sleeping quarters)

    PARAHYANGAN/ PAMERAJAN/ SANGGAH (household shrine)

    Housing

    KUBURAN (cemetery)

    BANJAR (human settlement)

    PURA (temple)Village/town

    Sea (for evil spirits)

    Land (for man)Mountain (for gods)Earth/world

    hydrospherelithosphereatmosphereUniverse

    NISTAMADYAUTAMATRI ANGGA

    BHUR LOKABHUWAH LOKASHUAH LOKATRI LOKA

  • 525

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    SHUAH LOKA atmosphere

    BHUWAH LOKA lithosphere

    pegunungan

    Gn. Agung

    BHUR LOKA hydrosphere

    LAUT

    DARATAN

    26

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    27

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    NAWA SANGHA

    Nawa Sangha / Sangha Mandala merupakan suatukonsep yang didasari orientasi kosmis, secara jelasmenggambarkan 8 arah mata angin dengan satu pusatpandangan (focal point) di tengahnya.

    28

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    29

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    30

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

  • 631

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    CATUS PATHA (CATUR MUKA)Catus Patha (Catur Muka) yang maksudnya menjadi polapapan catur sebagai ungkapan persilangan dari sumbuorientasi yaitu:

    Arah Kangin (Timur) Kauh (barat) sebagai sumbu religi Arah Kaja (Gunung) Kelod (laut) sebagai sumbu bumi.

    Cross-road Pattern

    32

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    SKALA dan PROPORSI

    Skala dan Proporsi bagi masyarakat Bali selaludihubungkan dengan anatomi tubuhnya. Pengukuranbesaran didasarkan pada bagian tubuh pemilik atauperancangnya, sehingga hampir tidak ada kesamaanukuran antar bangunan tradisional di Bali.

    33

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    34

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    WILDERNESS, GARDEN, CITY

    35

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    36

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

  • 737

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    MYTHICAL-CONCEPTUAL SPACES

    A. A Pueblo Indian world view B. Traditional Chinese world view

    38

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    The world views of the American Indians (A,C) and of the Chinese (B) are alike in that their spatial structure is oriented to the cardinal directions. Spatial organization of the Classic Maya culture reflects its idealized world view (D). Source for C and D: Joyce Marcus, Territorial organization of the Lowland Classic Maya, Science, vol. 180, 1973, figures 2 and 8. Reprinted with permission from Joyce Marcus and the American Association for the Advancement of Science. Copyright 1973 by the American Association for the Advancement of Science.

    C. Classic Maya world view: quadripartite model of A.D. 600-900

    D. Spatial organization of lowland Classic Maya, from regional capital

    to outlying hamlet: hexagonal model of A.D. 1930

    39

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    PTOLEMYS COSMOSIn distinction to the world views of the American Indians and the Chinese, Ptolemys cosmos subordinated the concept of cardinal points to the heavenly bodies-the zodiacal signs, the sun and the moon, and the planets. Karl A. Nowotny, Beitragezur Geschichte des Weltbildes (Vienna: Ferdinand Berger & Sons, 1970), p. 26. Reprinted with permission from Ferdinand Berger & Sons.

    40

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    HOPI SPACE AND TIME: SUBJECTIVE AND OBJECTIVE REALMS

    The objective realm is the horizontal space within the cardinal grid, but at the distant edges it merges with the subjective realm as represented by the vertical axis.

    41

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    LONGHOUSE ORIENTATION42

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    BAWOMATALUO VILLAGE, SOUTH NIAS

  • 843

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    COSMIC AND SOCIAL ORDER IN ATONI HOUSE, TIMOR

    Order in building expresses ideas symbolically, and the house depicts them vividly for every individual from birth to death. Furthermore, order concerns not just discrete ideas or symbols, but a system; and the system expresses both principles of classification and a value for classification per se, the definition of unity and difference (C. Cunningham). Clark E. Cunningham, Order in the Atoni House,in Rodney Needham, ed., Right and Left: Essys in Dual Symbolic Classification (Chicago: The University of Chicago Press, 1973), p. 219, figure 7. Reprinted with permission from the University of Chicago Press. Copyright 1973 by the University of Chicago)

    44

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    NORTHERN CITY OF PEKINGCenter implies elevation, and vice versa: the examples of the northern city of Peking. The length of the southern avenue (central axis) should be read as height. No matter how the natural terrain of China is formed, one always goes up to Peking (N. Wu). Reprinted with permission from Nelson I. Wu, Chinese and Indian Architecture (New York: George Braziller, 1963), Figure 136 Plan of Peking interpreted as volume.