Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi

16
I KEGIATAN INSTRUKSIONAL BERBASIS KOMPETENSI Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Desain Instruksional (Kelompok 3) Dosen Pengampu : Drs. Kustiono, M.Pd Disusun Oleh: JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Transcript of Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi

I

KEGIATAN INSTRUKSIONAL BERBASIS KOMPETENSI

Makalah disusun guna memenuhi tugas

mata kuliah Desain Instruksional

(Kelompok 3)

Dosen Pengampu :

Drs. Kustiono, M.Pd

Disusun Oleh:

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kegiatan

Instruksional Berbasis Kompetensi ini dengan baik. Tak lupa sholawat serta salam kami haturkan

kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, yang kita tunggu-tunggu syafaatnya kelak di

yaumul akhir.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan

makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan

baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka

kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi

ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Semarang, April 2016

Penyusun

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ii

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan .....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2

A. Pengertian Kegiatan Instruksional.............................................................................................2

B. Pengertian Kompetensi ............................................................................................................3

C. Tujuan Instruksional ................................................................................................................4

D. Strategi Instruksional ...............................................................................................................5

E. Hubungan Kompetensi Dengan Kegiatan Instruksional ............................................................ 10

BAB III PENUTUP .......................................................................................................................... 11

Kesimpulan .................................................................................................................................. 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi pendidikan berarti suatu proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi

manusia, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta merancang,

melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah yang berkaitan dengan

segala aspek belajar (AECT, 1971). Teknologi instruksional juga berpengertian seperti itu,

tetapi dibatasi hanya pada situasi belajar yang terkontrol dan bertujuan. Jadi, penggarapan pada

teknologi instruksional tidak untuk seluruh aspek belajar seperti halnya pada teknologi

pendidikan.

Teknologi instruksional dirumuskan sebagai proses yang kompleks dan terpadu yang

meliputi manusia, prosedur, ide alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta

merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi

belajar yang bertujuan dan terkendali. Di sini perlu digaris bawahi ke dalam situasi belajar

yang bertujuan dan yang terkendaliâ yang berarti tidak menggarap semua aspek belajar. Situasi

belajar yang bertujuan dan yang terkendali di sini berarti banyak berkaitan dengan kegiatan

instruksional, kegiatan membelajarkan sasaran dengan segala komponen yang diperlukannya.

komponen-komponen instruksional yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan

adalah bidang-bidang yang digarap untuk kepentingan instruksional. Komponen-komponen

tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya, dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan

hasil belajar sasaran secara terkendali sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian teknologi instruksional tersebut mengandung arti yang luas. Di

dalamnya terliput seluruh komponen yang mendukungnya, berproses menuju kepada suatu

arah yang jelas sejalan dengan tujuan-tujuan pendidikan. dapat ditarik kesimpulan bahwa ,

pengertian ini merupakan proses sistem, sistem instruksional yang secara khusus digambarkan

atau dijabarkan dalam konsep pengembangan sistem instruksional. Dikatakan sistem

instruksional karena seluruh komponen yang terliput di dalamnya merupakan satu kesatuan

yang saling berfungsi dan berproses menuju kepada suatu tujuan. Untuk lebih jelasnya berikut

akan dibahas mengenai kegiatan instruksional yang berkaitan dengan suatu kompetensi, yang

mana dinamakan sebagai kegiatan instruksional berbasis kompetensi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan antara kompetensi dengan tujuan instruksional ?

2. Bagaimana hubungan antara kompetensi dengan strategi instruksional ?

3. Bagaimana hubungan kompetensi dengan pengajar ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hubungan antara kompetensi dengan tujuan instruksional

2. Untuk mengetahui hubungan antara kompetensi dengan strategi instruksional

3. Untuk mengetahui hubungan kompetensi dengan pengajar

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kegiatan Instruksional

American Telephone & Telegraph (AT & T) mengemukakan Desain Instruksiona l

merupakan suatu resep dalam menyusun peristiwa dan kegiatan yang diperlukan untuk

memberi petunjuk ke arah pencapaian tujuan belajar tertentu. Hasil proses desain instruksiona l

dan media yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.

Instruksional berasal dari kata instruction yang berarti pengajaran, pelajaran atau bahkan

perintah / instruksi. Menurut Webster’s Third International Dictonary of The English

Language menyebut instruksional berarti memberi pengetahuan / informasi khusus dengan

maksud melatih berbagai bidang khusus memberikan keahlian / pengetahuan dalam berbagai

bidang seni / spesialis tertentu. Sedangkan didunia pendidikan, Intruksional berarti pengajaran

/ pelajaran.Konsep Instruksional adalah proses dalam pengelolaan belajar dan mengajar yang

didalamnya terdapat komponen dan aspek lainnya seperti manusia dan pesan yang saling

berhubungan satu sama lain dan membentuk hubungan yang bersifat sistematik. Berdasarkan

hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan Instruksional yaitu kegiatan pengajar dalam

menyampaikan isi pelajaran kepada mahasiswa yang didasarkan atas urutan urutan kegiatan

instruksional. Urut urutanya adalah sebagai berikut :

1. Pendahuluan

Dick dan Carey (1985) menyebutnya preinstructional activities dan Universitas Terbuka

menggunakan istilah pengantar atau kadang-kadang disebut pendahuluan. Kegiatan awal

tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan mental siswa agar siap dalam mempelajar i

pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Seorang pengajar yang baik tidak akan

mendadak mengajarkan topik pada hari itu. Pengajar yang baik harus bersedia

menggunakan waktunya sejenak untuk mengikuti siswanya, baru kemudian pelan-pelan

masuk ke dalam topik yang akan dibahas. Selain itu, pengajar yang baik akan

meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari pelajaran baru sebelum ia

mengajarkannya dengan cara menjelaskan apa manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa di

kemudian hari.

2. Penyajian

Penyajian merupaka sub komponen yang sering ditafsirkan secara langsung sebagai

pengajaran karena merupakan inti kegiatan pengajaran. Dimana didalam penyajian tersebut

terdapat beberapa pengertian pokok, yaitu: urain, contoh, dan latihan.

3. Penutup

Sub komponen ini terdiri dari dua langkah, yaitu: tes formatif dan umpan balik, tindak

lanjut.

a. Tes Formatif

Adalah satu set pertanyaan untuk dijawab atau seperangkat tugas yang dilakukan untuk

mengukur kemajuan belajar siswa setelah menyelesaikan suatu tahap pelajaran. Selain

itu tes merupakan bagian dari kegiatan belajar siswa secara aktif dan secara efektif

membuat siswa menguasai pelajaran. Hasil tes formatif ini harus segera diberitahukan

kepada siswa sebagai umpan balik, agar proses belajar menjadi efektif, efisien, dan

menyenangkan. Umpan balik merupakan salah satu kegiata yag memiliki peran

penting dalam proses pembelajaran siswa.

b. Tindak lanjut

Adalah kegiatan yang dilakukan siswa setelah melakukan tes formatif dan umpan

balik. Siswa yang mendapatkan hasil tes dengan nilai baik, dapat melanjutkan ke

bagian pelajaran selanjutnya atau mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam

pengetahuan. Untuk siswa yag mendapatkan hasil kurang baik dapat mengulang isi

pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan instruksional yang sama atau berbeda.

Petunjuk dari pengajar tentang apa yang harus dilakukan siswa merupakan salahsatu

bentuk pemberian tanda dan bantuan kepada siswa untuk memperlancar kegiatan

belajar selanjutnya.

B. Pengertian Kompetensi

KepMenDiknas NO.045/U/2002 menerangkan bahwa kompetensi merupakan

seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat

untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan

tertentu. Kompetensi itu sendiri dapat dimaknai sebagai seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh

guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi kompetensi adalah kecakapan,

mengetahui, berwenang, dan berkuasa memutuskan atau menentukan atas sesuatu. UU No.

13/2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 10, definisi kompetensi adalah kemampuan

kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang

sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengertian kompetensi menurut Wardiman

Djojonegoro (1996:11) memberikan arti kompetensi sebagai karakteristik dasar yang

dimiliki oleh seorang individu yang berhubungan secara kausal dengan standar penilaian

yang tereferensi pada performansi yang superior atau pada sebuah pekerjaan. Kompetensi

adalah keterampilan, pengetahuan, sikap dasar serta nilai yang dicerminkan ke dalam

kebiasaan berpikir dan bertindak yang sifatnya berkembang, dinamis, kontinyu (terus menerus)

serta dapat di raih setiap waktu. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konstan, konsisten

dan dilakukan terus-menerus akan membuat seseorang menjadi kompeten. Gordon (1988 :

109) menjelaskan beberapa dimensi yang terkandung dalam konsep kompetensi adalah sebagai

berikut :

1. Understanding atau pemahaman, yaitu kedalaman kognitif yang dimiliki oleh seseorang;

2. Skill atau kemampuan, yaitu sesuatu keterampilan ataupun bakat yang dimiliki oleh

individu untuk melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya;

3. Knowledge atau pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, yang berarti

mengetahui apa yang harus diperbuat;

4. Interest atau minat, yaitu kecenderungan seseorang yang tinggi terhadap sesuatu atau untuk

melakukan sesuatu perbuatan;

5. Attitude atau sikap, yaitu reaksi seseorang terhadap rangsangan yang datang dari luar,

misal; rasa senang, suka atau tidak suka;

6. Value atau nilai, yaitu suatu standar perilaku atau sikap yang dipercaya secara psikologis

telah menyatu dalam diri seseorang.

C. Tujuan Instruksional

Sejatinya bahwa setiap kegiatan pastinya ada suatu hal yang melatarbelakangi serta ada suau

hal yang menjadi tujuan kegiatan itu dilaksanakan. Seperti halnya kegiatan instruksional diatas

yang sudah dijelaskan bahwasannya memiliki tujuan, yang mana dalam hal ini dapat dibagi

menjadi dua yaitu :

1. Tujuan Instruksional Umum

Tujuan instruksional umum dirumuskan dalam kalimat dengan kata kerja yang operasional

dan dapat dilihat menggunakan istilah “akan dapat”. Tujuan umum ini yang dimaksud

berupa tujuan yang menggunakan kata kerja aktif yang dapat diamati serta mengandung

“objek”.

Kriteria tujuan istruksional umum ini diantaranya meliputi:

a. Berisi perilaku siswa (bukan staf pengajar) dalam kawasan kognitif, afektif dan

psikomotor

b. Periaku lengkap sebagai indikator keberhasilan siswa untuk meta pelajaran yang

ditempuh yang dapat diamati

c. Berorientasi pada hasil belajar, bukan proses belajar

d. Perilaku berjenjang bila lebih dari satu

e. Dapat dicapai dengan kegiatan instruksional

2. Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran yang mana perubahan

perilaku sudah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan perubahan

perilaku telah terkhusus sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran tanpa

menimbulkan lagi berbagai perberdaan penafsiran. Misal TIK yang dirumuskan sebagai

berikut “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih

dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan penghargaannya terhadapa

seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”

Pada pedoman pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa, dalam kegiatan belajar

mengajarguru diharuskan memperhatikan pula- keterampilan siswa dalam hal memperoleh

hasil, yakni memperoleh keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini disebut dengan

istilah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Keterampilan-keterampilan yang dimaksud

meliputi keterampilan dalam hal:

a. Mengamati,

b. Menginterprestasikan (menafsirkan) hasil pengamatan,

c. Meramalkan,

d. Menerapkan konsep,

e. Merencanakan penelitian,

f. Melaksanakan penelitian,

g. Mengkomunikasikan hasil penemuan

Sesuai dengan tuntutan tersebut maka guru dalam merumuskan Tujuan Instruksiona l

Khusus harus mengundang apa yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

(keterampilan yang mana), bagaimana menunjukan kemampuan atau hasilnya (tingkah

laku) dan perolehannya. Untuk mempermudah tugas ini, dalam buku GBPP kurikulum

1984. Tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu rumusan

yang menjelaskan:

a. Materi yang dipelajari,

b. Perilaku mengutarakan hasil,

b. Proses mencapaiannya

D. Strategi Instruksional

1. Pengertian

Strategi instruksional merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan instruksiona l

dengan mengintegrasikan komponen urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi dan

siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksio nal untuk

mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.

Strategi instruksional meliputi unsur:

a. Mengembangkan langkah- langkah kegiatan

b. Merancang pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran

c. Merancang media pembelajaran

d. Menetapkan alokasi waktu

Sebagai seorang profesional, seorang guru sudah pasti harus betul-betul memilik i

wawasan dan pengetahuan yang luas di bidang pendidikan. salah satu pengetahuan yang

harus dimiliki oleh guru adalah strategi instruksional. Strategi instruksional merupakam

cara dalam rangka mencapai sasaran yang telah diditeapkan dalam tujuan pembelajaran.

Melalui pengembangan strategi tersebut, guru memiliki pegangan berkaitan dengan

beberapa alternatif pilihan yang mungkin, dapat ataupun harus ditempuh agar kegiatan

belajar-mengajar itu berlangsung secara teratur, sistematis, terarah, lancar dan efektif.

Dick and Carey dalam Suparman (2012:236) mengatakan bahwa suatu strategi

instruksional menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan instruksiona l

dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk

menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk

bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan

pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta

didik dalam perwujudan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Trianto, 2007).

Dari definisi dan pengertian yang sudah dijelaskan diatas maka penulis dapat menarik

kesimpulan, bahwa strategi instruksional merupakan suatu langkah mudah atau trik yang

digunakan oleh seorang pengajar dalam rangka merancang dan mendesain instruksiona l

proses pembelajaran di kelas.

2. Komponen- Komponen

a. Komponen Metode Instruksional

Komponen metode instruksional terdiri dari berbagai metode yang dipakai dalam

setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Setiap langkah menggunakan

satu atau beberapa metode atau mungkin pula memakai metode yang sama. Tidak

semua metode instruksional sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan

instruksional tertentu dikarenaka setiap metode memiliki karakteristik masing

masing yang membedakan satu metode dengan metode yang lainnya. Oleh karena

itu, seorang pengembang instruksional harus memilih metode yang sesuai untuk

setiap TIK yang ingin dicapai. Metode-metode yang dapat digunakan antara lain

Metode instruksional berfungsi sebagai cara dalam menyajikan isi pelajaran

kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Berbagai metode yang digunakan

dalam kegiatan instruksional antara lain dengan tabel berikut ini :

Hubungan antara Metode dengan Kemampuan yang akan dicapai

NO METODE KEMAMPUAN DALAM TIK

1 Ceramah Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur

2 Demontrasi Melakukan suatu keterampilan berdasarkan standar prosedur tertentu

3 Penampilan Melakukan suatu keterampilan

4 Diskusi Menganalisis/memecahkan masalah

5 Studi Mandiri

Menjelaskan/menganalisis/mensisntesis/mengeva-

luasi sesuatu yang bersifat kognitif dan psikomotorik

6 Kegiatan Instruksional Terprogram

Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur

7 Latihan dengan

Teman

Melakukan suatu keterampilan

8 Simulasi Menjelaskan, menerapkan dan menganalisis suatu

konsep dan prinsip

9 Sumbang Saran Menjelaskan, menerapkan, menganalisis konsep,

prinsip, dan prosedur tertentu

10 Studi Kasus Menganalisis/memecahkan masalah

11 CAL Menjelaskan, menerapkan, menganalis is.

Mensintesis, mengevaluasi sesuatu

12 Insiden Menganalisis, memecahkan masalah

13 Praktikum Melakukan suatu keterampilan

14 Proyek Melakukan/menyusun laporan suatu kegiatan

15 Bermain Peran Menerapkan suatu konsep, prinsip atau prosedur

16 Seminar Menganalisis, memecahkan masalah

17 Simposium Menganalisis masalah

18 Tutorial Menjelaskan, menerapkan, menganalisis suatu konsep, prinsip dan prosedur

19 Deduktif Menjelaskan, menerapkan, menganalisis suatu konsep, prinsip dan prosedur

20 Induktif Mensintesis suatu konsep, prinsip atau perilaku

(Suparman, 2012:261)

Menurut Suparman (2012:252) metode instruksional berfungsi sebagai cara dalam

menyajikan (menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan) isi atau materi

instruksional kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.

1) Metode Ceramah

Metode ceramah berbentuk penjelasan pengajar kepada siswa dan biasanya

diikuti dengan tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas.

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah:

a) Guru mudah menguasai kelas.

b) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar

c) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.

d) Waktu terbatas sedangkan informasi yang akan disampaikan banyak

Beberapa kelemahan metode ceramah (Syaiful Bahri Djamarah, 2000) adalah

:

a) Partisipasi peserta didik rendah

b) Kemajuan peserta didik sulit dipantau

c) Perhatian dan minat peserta didik tidak dipantau

d) Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan

anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.

e) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

f) Bila terlalu lama membosankan

2) Metode Diskusi

Metode Diskusi adalah interaksi antara siswa dari siswa atau siswa dengan

pengajar untuk menganalisis, atau memperdebatkan topic atau permasalahan

tertentu. Metode diskusi ddiimplementasikan dalam proses belajar mengajar

untuk:

a) Mendorong siswa berpikir kritis.

b) Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

c) Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan

masalah bersama.

d) Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk

memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

a) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai

jalan.

b) Menyadarkan anak didik bahwa dengan melakukan diskusi mereka saling

dapat mengutarakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh

keputusan yang lebih baik.

c) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain

sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap

toleransi.

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

1) Peserta diskusi memperoleh informasi yang terbatas

2) Tidak dapat digunakan dalam kelompok yang besar

3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang menyukai public speaking

4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal

b. Komponen Media Instruksional

Kata media dalam “media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara

atau pengantar; sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi

yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”.

Dengan demikian, media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media

sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondis ikan

seseorang untuk belajar. Dalam arti lain, bahwa pada saat kegiatan belajar

berlangsung bahan belajar (learning matterial) yang diterima siswa melalui

media. Terjadinya belajar bermakna ini tidak terlepas dari peran media terutama

dari kedudukan dan fungsinya. Secara umum media mempunyai kegunaan:

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan

sumber belajar.

4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, auditori & kinestetiknya.

5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman &

menimbulkan persepsi yang sama

Sebuah media yang efektif dan efisien serta menyenangkan tentu menjadi

dambaan dan kebutuhan untuk pembelajaran, untuk mendapatkan media tersebut

diperlukan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan diantaranya dalam pemilihan

media. Terdapat beberapa pendapat dan cara dalam mengembangkan media,

meskipun caranya berbeda-beda, namun ada hal yang sepakat bahwa setiap media

memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada

efektifitas program pembelajaran.

Sehingga, dalam hal ini tidak ada satu media yang sempurna atau dapat

digunakan dalam semua situasi, semua karakteristik siswa dan semua mata

pelajaran, namun media sifatnya kondisional dan kontekstual sesuai dengan

kebutuhan. Sejalan dengan hal tersebut, pendekatan yang ditempuh adalah

mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses pendidikan yang fokusnya

akan memperhatikan beberapa komponen, diantaranya :

1) Instructional Goals, yaitu ranjcangan tujuan instruksional apa yang akan

dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Dari kajian Tujuan Instruksional Umum

(TIU) atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ini dapat dianalisis media apa

yang tepat guna mencapai tujuan tersebut. Jika kita kaitkan dengan kurikulum

berbasis kompetensi maka kita harus memperhatikan: standar kompetensi,

kompetensi dasar dan terutama indikator

2) Instructional content, materi pembelajaran, yaitu bahan atau kajian apa yang

akan diajarkan pada program pembelajaran tersebut. Pertimbangan lainnya, dari

bahan atau pokok bahasan tersebut sampai sejauhmana kedalaman yang harus

dicapai, dengan demikian kita bisa mempertimbangkan media apa yang sesuai

untuk penyampaian bahan tersebut

3) Learner Characteristic, familiaritas media dan karakteristik siswa, yaitu

mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan dikaitkan dengan

karakteristik siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun kualitat i f

(kualitas, ciri, dan kebiasaan lain) dari siswa terhadap media yang akan

digunakan

4) Media selection, adanya sejumlah media yang bisa diperbandingkan karena

pemilihan media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari

sejumlah media yang ada ataupun yang akan dikembangkan

c. Komponen Waktu

Komponen terakhir alam strategi instruksional adalah waktu. Waktu ya itu

jumlah waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh pengajar dan peserta didik untuk

menyelesaikan setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Ketersediaan

waktu sangat penting bagi pengajar, karena seorang pengajar harus dapat membagi

waktu untuk setiap langkah dalam pendahuluan, pennyajian, dan penutup.

Penentuan jumlah waktu bagi pengejar dan peserta didik pada setiap langkah

urutan kegiatan instruksional merupakan suatu batasan bagi pengajar dan

mahasiswa bahwa tujuab instruksional akan dapat dicapai bilamereka dapat

memenuhinya. Karena meskipun tujuan instruksional dan metode serta media yang

digunakan sama, namun penekanan jumlah waktu berbeda, hasilnya dapat berbeda

pula.

E. Hubungan Kompetensi Dengan Kegiatan Instruksional

Analisis kompetensi atau analisis instruksional adalah serangkaian kegiatan untuk

mengkaji dan menjabarkan kompetensi standar (tujuan instruksional umum) menjadi

kompetensi dasar indikator atau tujuan-tujuan yang lebih spesifik secara logis dan sistematis.

Manfaatnya yakni untuk mengidentifikasi semua kompetensi yang harus dikuasai siswa,

menentukan urutan pelaksanaan pembelajaran, serta menentukan titik awal proses

pembelajaran (melalui penentuan perilaku awal siswa). Prosedur dalam menganalisisnya dapat

berupa:

1. Menulis kompetensi yang ada dalam tujuan instruksional umum (TIU)

2. melakukan suatu analisis yang meliputi

a. Menulis kompetensi khusus yang relevan dengan kompetensi umum dalam TIU pada

kertas kecil yang disediakan

b. Menentukan hubungan antar kompetensi khusus dalam susunan

c. Menggambarkan hubungan antar kompetensi khusus tersebut dalam bentuk bagan

3. Mengidentifikasi kompetensi khusus yang sudah dikuasai mahasiswa (kompetensi awal)

4. Menggaris batas horizontal guna memisahkan kompetensi khusus yang sudah dikuasai dari

kompetensi yang belum dikuasai mahasiswa

5. Memberi nomor setiap kompetensi khusus, dimulai dari kompetensi yang paling awal yang

harus dikuasai mahasiswa (dimulai dengan nomor 1)

6. Memberi tanda panah pada kompetensi khusus dimulai dari kompetensi yang paling rendah

ke kompetensi yang lebih tinggi

Namun, jika ditelisik ulang mengenai hubungan yang terjadi antara kompetensi dengan

kegiatan instruksional yakni saling mempengaruhi hingga tercetuskan suatu kegiatan

instruksional berbasis kompetensi. Hal tersebut dikarenakan terdapat hubungan antara tujuan

instruksional beserta strategi instruksional yang sudah dijelaskan diatas dengan kompetensi.

Dimana kompetensi dasar dimaknai sebagai suatu tujuan instruksional yang telah dilaksanakan

melalui kegiatan instruksional. Dari segi strategi instruksionalnya itu sendiri, merupakan

langkah sistematis dan logis dalam guru sebagai seorang pengajar menunjukkan

kompetensinya dalam rangka melaksanakan tugas-tugas dalam kegiatan instruksional.

Kemudian hubungan antara kompetensi dengan pengajar yaitu peran seorang pengajar

yang profesionalnya dalam memanfaatkan kompetensinya dalam melaksanakan dan

mendesain serta merancang kegiatan instruksional guna mencapai tujuan instruksional yang

telah ditetapkan. Karena sejatinya dalam proses terjadinya kegiatan instruksional itu sendiri

tidak akan terlepas oleh suatu peran dari seorang pengajar yang profesional. Yakni pengajar

yang berkompeten atau memiliki kompetensi khusus.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kegiatan instruksional merupakan suatu kegiatan yang dimaknai sebagai cara seorang

pengajar dalam mendesain dan merancang suatu kelas dalam proses pembelajaran guna mencapai

tujuan instruksional melalui strategi instruksional yang telah dirumuskan secara sistematis dan

logis. Kompetensi yang berarti suatu kecakapan seseorang dalam menjalankan ataupun

melaksanakan setiap pengetahuan, keterampilan, serta keahlian yang telah dimilikinya. Nah, dari

kedua hal tersebut jika disimpulkan bahwa definisi dari kegiatan instruksional berbasis kompetensi

itu sendiri merupakan suatu kegiatan dalam rangka mendesain dan merancang maupun

menyiapkan proses pembelajaran yang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang telah

dirumuskan, yang dilaksanakan oleh seorang pengajar yang memiliki kompetensi khusus yang

dapat memenuhi kualifikasi sebagai pengajar yang berkompeten dalam bidang pembelajaran.

Guna pembentukan desain instruksional di kelas kepada siswa dalam rangka pemenuhan

kompetensi pengajar sebagai seorang guru yang profesional.

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977), The Definition of Educational Technology, Washington : Association for

Educational Communication and Technology.

Gordon. (1988). Pembelajaran Kompetensi. Jakarta : Rineka Cipta.

Republik Indonesia. (2003). UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 10. Jakarta

Suparman, M.A (2012). Desain instruksional Modern. Jakarta: Erlangga

Sadiman. A. S., Rahardjo, haryono, A., & Rahardjito.(2009). Media Pendidikann, pengertian,

pengembagan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif –Progresif. Jakarta: Kencana

Wardiman Djojonegoro. (1996). Lima puluh tahun perkembangan pendidikan Indonesia. Jakarta:

Depdikbud.