Makalah Kasus f

11
QUALITY ASSURANCE KASUS F Oleh : KELOMPOK VI WINDA ABDULRAHMAN (11762054) YAUMI MUSFIRAH (11762055) Kelas A

Transcript of Makalah Kasus f

Page 1: Makalah Kasus f

QUALITY ASSURANCE

KASUS F

Oleh :

KELOMPOK VI

WINDA ABDULRAHMAN (11762054)

YAUMI MUSFIRAH (11762055)

Kelas A

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA2011

Page 2: Makalah Kasus f

BAB I

PENDAHULUAN

Apoteker adalah sebuah profesi kesehatan yang diakui

keberadaannya oleh UU tenaga kesehatan seperti dokter, dokter gigi,

perawat, dan bidan. Para tenaga kesehatan itu masing-masing juga 

berkumpul dalam sebuah organisasi profesi yang diakui keberadaannya

oleh pemerintah. IDI untuk profesi dokter, IBI untuk profesi bidan, IDGI

untuk profesi dokter gigi.Untuk apoteker tergabung dalam ISFI atau Ikatan

Sarjana Farmasi Indonesia, yang sekarang menjadi IAI (Ikatan Apoteker

Indonesia). Masing-masing organisasi profesi ini punya kewenangan

mengatur rumah tangganya, dan bersifat independent. Mereka

mempunyai kode etik dalam menjalankan profesinya.

Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis

dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan

pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku.

Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik

tersebut sekaligus sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun

menjadikan sebagai perdoman dengan tujuan mengantisipasi terjadinya

bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan monopoli

profesi., yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang

melindungi kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat.

Oteng/ Sutisna (1986: 364) mendefisikan bahwa kode etik sebagai

pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.

Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata

cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi.

Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang

diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya. Nilai professional

Page 3: Makalah Kasus f

paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada

masyarakat.

Kode etik apoteker mengatur hubungan dengan sesama apoteker

dan tenaga kesehatan lain dan juga dalam berpraktek profesi. Sebelum

apoteker berpraktek profesi di apotek, RS, Industri dan lain bidang akan

mencari surat rekomendasi untuk menjalankan praktek profesinya.

Page 4: Makalah Kasus f

BAB II

PEMBAHASAN

KASUS F

Ada seorang pasien sedang hamil 3 bulan datang ke apotek mengeluh

meriang, batuk berdahak dan sakit tenggorokan. Oleh apoteker diberi

amoksisilin, asam mefenamat dan obat batuk.

Pokok permasalahan: Apoteker dispensing

Pelanggaran dilakukan terhadap :

1. Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan

Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Pasal 39:

Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan

untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh

penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak

memenuhi persyaratan mutu dan atau keamanan dan atau

kemanfaatan.

Penjelasan :

Pada kasus F, ibu hamil diberi obat (asam mefenamat) yang

memiliki faktor risiko keamanan C untuk kehamilan, sehingga

berbahaya bagi janin yang dikandungnya (dengan kata lain tidak

memenuhi persyaratan mutu keamanan).

2. Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

Pasal 4 point point (a) :

Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan jasa.

Page 5: Makalah Kasus f

Penjelasan:

Antibiotik golongan penisilin untuk ibu hamil relatif aman, tetapi

belum ada pemeriksaan atau diagnosa (tidak mengetahui riwayat

alergi), sehingga keamanan dipertanyakan (belum jelas) .

Pada kasus F, ibu hamil diberi obat (asam mefenamat) yang

memiliki faktor risiko keamanan C untuk kehamilan, sehingga

berbahaya bagi janin yang dikandungnya (dengan kata lain tidak

memenuhi persyaratan mutu keamanan).

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009

tentang pekerjaan kefarmasian.

Pasal 1 point 4

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan

Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pasal 3

Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah,

keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta

keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan

Sediaan Farmasi yang memenuhi standard dan persyaratan

keamanan, mutu dan kemanfaatan.

Penjelasan: seorang farmasis harusnya mengetahui keamanan obat

untuk pasiennya. Dengan pemberian asam mefenamat yang

merupakan factor resiko C, membahayakan janin yang dikandung oleh

pasien (pemberian obat yang tidak tepat).

4. Peraturan menteri kesehatan No.919/MenKes/PER/X/1993 tentang

kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter

Pasal 2 point (a)

Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria:

Page 6: Makalah Kasus f

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,

anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.

Penjelasan: asam mefenamat mempunyai faktor resiko C sehingga

penggunaannnya dikontraindikasikan pada ibu hamil.

Pasal 3 ayat 1

Daftar obat yang dapat diserahkan tanpa resep ditetapkan oleh

menteri.

Penjelasan: amoxicillin tidak termasuk obat yang ditetapkan oleh

menteri dalam daftar OWA 1, OWA 2, OWA 3, sehingga tidak dapat

diberikan tanpa resep dari dokter.

5. Keputusan menteri kesehatan No. 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang

obat wajib apotek yang telah disebutkan pada lampiran surat

keputusan menteri kesehatan No. 1176/MenKes/SK/X/1999 tentang

daftar wajib apotek No. 3 dimana antibiotik yang boleh diserahkan

tanpa resep dokter sebatas untuk TBC dengan rekomendasi dari

dokter.

Penjelasan: amoxicillin merupakan antibiotik yang tidak termasuk

dalam daftar OWA 3, sehingga tidak dapat diberikan tanpa resep dari

dokter.

6. Kode etik apoteker (keputusan kongres ISFI XVIII No.006/KONGGRES

XVII/ISFI/2009

BAB II Kewajiban Apoteker terhadap pasien

Pasal 9 :

Seorang apoteker dalam melakukan praktek kefarmasian harus

mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi

pasien dan melindungi makhluk hidup insani.

Implementasi :

Setiap tindakandan keputusan profesional dari Apoteker harus

berpihak pada kepentingan pasien dan masyarakat

Page 7: Makalah Kasus f

Seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga

kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang

dalam keadaan lemah

Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada

pasien adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat dan

cara pakai obat yang tepat

7. Sumpah Apoteker point 1 dan 4

Point 1

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri

kemanusiaan terutama dalam bidang kesehatan.

Penjelasan: obat yang diberikan oleh apoteker (asam mefenamat)

mencerminkan bahwa apoteker tersebut tidak mengutamakan

keselamatan janin pasien.

Point 4

Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai

dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Penjelasan:dengan pemberian obat tersebut kepada pasien, apoteker

tidak menjalankan tugas sebaik-baiknya dan menodai martabat

apoteker, karena memberikan obat tidak mempertimbangkan

pengetahuan yang apoteker miliki.

Page 8: Makalah Kasus f

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pada kasus ini apoteker melakukan beberapa pelanggaran, yaitu :

1. Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan pasal 39

2. Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

pasal 4 point (a)

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009

tentang pekerjaan kefarmasian.

Pasal 1 point 4

Pasal 3

4. Peraturan menteri kesehatan No.919/MenKes/PER/X/1993 tentang

kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter.

Pasal 2 point (a)

Pasal 3 ayat 1

5. Keputusan menteri kesehatan No. 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang

obat wajib apotek yang telah disebutkan pada lampiran surat

keputusan menteri kesehatan No. 1176/MenKes/SK/X/1999 tentang

daftar wajib apotek No. 3

6. Kode etik apoteker (keputusan kongres ISFI XVIII No.006/KONGRES

XVII/ISFI/2009) BAB II pasal 9

7. Sumpah Apoteker point 1 dan 4