Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3
-
Upload
dwi-nugroho-yoga-martono-1998 -
Category
Documents
-
view
273 -
download
7
Transcript of Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3
Pemeriksaan fisik
1. inspeksi :
a. Tanda-tanda kehamilan seperti perubahan pada payudara, pigmentasi.
b. Tanda-tanda kekerasan bisa dilakukan oleh si ibu atau org lain,
seperti melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh,
pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung pada
perut dan uterus.
2. periksa apakah ada komplikasi akibat penggunaan obat-obat untuk
mengugurkan kandungan seperti:
perdarahan akibat luka jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
tertinggal, diatesa hemoragik.
syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik.
Emboli udara akibat penyemprotan udara ke dalam uterus.
Inhibisa vagus, hampir selalu terjadi pada abortus tanpa
dilakukan anastesi pada ibu.
3. pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan laboratorium
Terhadap perempuannya:
1. pemeriksaan toksikologi dari darah dan urin
untuk mencari apakah terdapat obat/zat tertentu yang diguanakan agar
janin mati tetapi si ibu cukup kuat untuk bisa selamat.
2. pemeriksaan mikroskopik
meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan,
kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda usaha penghentian
kehamilan, dan ditemukan sel radang PMN sebagai tanda dari
intravitalitas.
3. pemeriksaan golongan darah
4. pemeriksaan DNA
Terhadap hasil suction:
1. pemeriksaan darah, berdasarkan bercak yang dicurigai harus di buktikan
bahwa:
- bercak tersebut adalah benar darah
- darah dari manusia atau hewan
- golongan darah (bila benar-benar terbukti darah manusia)
pemeriksaan-pemeriksaan yang harus dilakukan adalah:
Jenis pemeriksaan Interpretasi hasil pemeriksaan
1. pemeriksaan mikroskopik
untuk melihat morfologi
sel-sel darah merah
Hanya dapat menentukan kelas dan
bukan spesies darah tersebut;
- kelas mamalia: sel darah merah
berbentuk cakram dan tidak berinti.
2. pemeriksaan penyaring
darah:
reaksi benzidin
reaksi fenoftalin
hasil (+) : timbul warna merah
biru gelap pada kertas saring.
hasil (+) : akan memberikan
warna merah muda.
Bila pada kedua reaksi tersebut,
Hasil (-) : bercak tsb bukan darah
Hasil (+) : bercak tsb mungkin
darah dan diperlukan pemeriksaan
lebih lanjut.
3. pemeriksaan penentuan
darah
reaksi Teichman
reaksi Wagenaar
hasil (+) : tampak kristal hemin
HCl berbentuk batang berwarna
cokelat.
hasil (+) : terlihat kristal aceton-
hemin berbentuk batang berwarna
cokelat.
Bila pada kedua rekasi tersebut,
Hasil (-) : bercak tsb PASTI bukan
darah.
Hasil (+) : bercak tsb PASTI darah.
4. pemeriksaan serologik:
a. penentuan spesies:
reaksi cincin (reaksi
presipitasi dalam
tabung).
reaksi presipitasi dalam
agar
b. penentuan golongan darah
hasil (+) : tampak sebagai cincin
presipitasi yang keruh pada
perbatasan kedua cairan.
hasil (+) : memberikan
presipitum jernih pada perbatasan
lubang tengah dan lubang tepi.
Hasil (+) menunjukan darah
tersebut merupakan darah
manusia.
penentuan golongan darah hasil
suction (ABO,Rhesus) disesuaikan
dengan golongan darah perempuan
yang dicurigai telah menggugurkan
kandungan. Tetapi pemeriksaan ini
tidak bisa memastikan hal tsb
diatas.
5. pemeriksaan DNA
DNA mitokondria (dari
jaringan yang berasal dari
botol suction)
bila ditemukan separuh pita
cocok dengan ibu maka
kemungkinan besar jaringan
tersebut memang berasal dari janin
yang telah di gugurkan.
TINJAUAN PUSTAKA
ABORSI
A. Pendahuluan : Pengertian Abortus (aborsi).
Di kalangan ahli kedokteran dikenal dua macam abortus (keguguran kandungan)
yakni abortus spontan dan abortus buatan.
Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan
terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebabnya
dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang
pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.
abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang
disengaja untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu,
dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di
dunia luar.
Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua
golongan, yaitu:
1. Abortus buatan legal
pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus
provocatus therapcutius, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
2. Abortus buatan ilegal
pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada untuk
menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak
kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus
provocatus criminalis, karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau
kejahatan.
B. Pandangan Umum Tentang Abortus Buatan
Para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti ahli agama, ahli hukum, sosial
danekonomi memberikan pandangan yang berbeda terhadap dilakukannya abortus
buatan. Ahli agama melihatnya dari kaca dosa dan mereka sepakat bahwa melakukan
abortus buatan adalah perbuatan dosa.
Begitu pula dengan ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan ekonomi tidak dapat
dijadikan alasan untuk membenarkan dilakukannya pengguguran kandungan.
Pada umumnya para ahli tersebut menentang dilakukannya abortus buatan meskipun
jika berhadapan dengan masalah kesehatan (keselamatan nyawa ibu) mereka dapat
memahami dilakukannya abortus buatan.
Demikian halnya dengan negara-negara di dunia, pada umumnya setiap negara
memiliki undang-undang yang melarang dilakukannya abortus buatan meskipun
pelarangan tersebut tidak bersifat mutlak.
Kita lihat saja misalnya di negara Indonesia, dimana dalam Kitab Undang- Undang
Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja
digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249).
Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal
15 dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa melakukan abortus buatan dapat merupakan
tindakan kejahatan, tetapi juga bisa merupakan tindakan ilegal yang
dibenarkan undang-undang.
C. Ketentuan-ketentuan Abortus Buatan Dalam Perundang-undangan.
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :
Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun”.
Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348: (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan”.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang
lain, diancam hukuman empat tahun penjara.
2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil
tersebut mati, diancam 15 tahun penjara.
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan
bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang
dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah
sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.
Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyataka sebagai berikut :
Ayat (1) : “Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan
alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama,
norma kesusilaan dan norma kesopanan”.
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau
janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
Ayat (2)
Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil
tindakan medis tertentu, sebbab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan
janinnya terancam bahaya maut.
Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah
tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu seorang
dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.
Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang
bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan
persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.
Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah.
Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan
antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya, tenaga kesehaan mempunyai keahlian dan kewenagan bentuk persetujuan,
sarana kesehatan yang ditunjuk.
D. Membedakan Abortus Buatan Legal dan Ilegal, Kaitannya Dengan proses
Pembuktian
Dari penjabaran di atas secara gamblang kita dapat membedakan antara abortus
buatan legal dan ilegal.
Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan
sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang
kesehatan, yakni harus memenuhi anasir sebagai berikut :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakantersebut;
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenagan;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
E. Upaya Mengurangi Abortus Buatan Ilegal Di Kalangan Tenaga Kesehatan
Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah profesi dan
kode etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara konsekwen dilakukan
pengurangan kejadian abortus buatan ilegal akan secara signifikan dapat dikurangi.
Dalam deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi medik,
disebutkan bahwa moral dasar yang dijiwai seorang dokter adalah butir Lafal Sumpah
Dokter yang berbunyi : ”Saya akan menghormati hidup insani sejak saat
pembuahan : oleh karena itu Abortus buatan dengan indikasi medik, hanya dapat
dilakukan dengan syarat-syarat berikut”:
1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui
secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional
mereka.
3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter yang kompeten di instalasi
yang diakui oleh suatu otoritas yang sah.
4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia melakukan
pengguguran tersebut, maka ia hendak mengundurkan diri dan menyerahkan
pelaksanaan tindakan medik itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten.
5. Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para tenaga
kesehatan perlu pula meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya.
Melalui pemahaman agama yang benar, diharapkan para tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesinya selalu mendasarkan tindakannya kepada tuntunan
agama.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Abortus secara umum dibagi atas dua macam yaitu Abortus Spontan dan Abortus
Buatan.
2. Abortus Buatan, dilihat dari aspek hukum dapat digolongkan menjadi dua golongan
yaitu Abortus Buatan Legal (Abortus Provocatus Therapeticus) dan Abortus Buatan
Ilegal (Abortus Provocatus Criminalis).
3. Dalam perundang-undangan Negara Republik Indonesia pengaturan tentang
abortus terdapat dalam dua Undang-undang yakni Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
4. Dalam KUHP hanya mengatur tentang ancaman hukuman melakukan Abortus
Buatan (Ilegal), sedangkan tentang Abortus Buatan Legal diatur dalam Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. Proses pembuktian atas kasus Abortus Buatan Ilegal sangat sulit dan rumit,
mengingat para pihak dalam melakukan perbuatan tersebut selalu didahului
pemukatan (jahat) untuk saling merahasiakan.
6. Berdasarkan poin 3 di atas, maka sangat sedikit kasus Abortus Buatan Ilegal yang
sampai ke tahap penyidikan dan tuntutan.
7. Bagi tenaga kesehatan, khususnya Dokter, Bidan dan Juru Obat, ancaman pidana
melakukan perbuatan Abortus Buatan Ilegal dapat ditambah sepertiga dari ancaman
hukumannya.
8. Penghayatan dan pengamalan Sumpah Profesi dan Kode Etik masing-masing
tenaga kesehatan secara tidak langsung dapat mengurangi terjadinya Abortus Buatan
Ilegal, lebih lagi jika dibarengi dengan pendalaman dan pengamatan ajaran agama.