Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3

14
Pemeriksaan fisik 1. inspeksi : a. Tanda-tanda kehamilan seperti perubahan pada payudara, pigmentasi. b. Tanda-tanda kekerasan bisa dilakukan oleh si ibu atau org lain, seperti melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh, pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung pada perut dan uterus. 2. periksa apakah ada komplikasi akibat penggunaan obat-obat untuk mengugurkan kandungan seperti: perdarahan akibat luka jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa hemoragik. syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Emboli udara akibat penyemprotan udara ke dalam uterus. Inhibisa vagus, hampir selalu terjadi pada abortus tanpa dilakukan anastesi pada ibu. 3. pemeriksaan ginekologis Pemeriksaan laboratorium Terhadap perempuannya: 1. pemeriksaan toksikologi dari darah dan urin

Transcript of Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3

Page 1: Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3

Pemeriksaan fisik

1. inspeksi :

a. Tanda-tanda kehamilan seperti perubahan pada payudara, pigmentasi.

b. Tanda-tanda kekerasan bisa dilakukan oleh si ibu atau org lain,

seperti melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh,

pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung pada

perut dan uterus.

2. periksa apakah ada komplikasi akibat penggunaan obat-obat untuk

mengugurkan kandungan seperti:

perdarahan akibat luka jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan

tertinggal, diatesa hemoragik.

syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik.

Emboli udara akibat penyemprotan udara ke dalam uterus.

Inhibisa vagus, hampir selalu terjadi pada abortus tanpa

dilakukan anastesi pada ibu.

3. pemeriksaan ginekologis

Pemeriksaan laboratorium

Terhadap perempuannya:

1. pemeriksaan toksikologi dari darah dan urin

untuk mencari apakah terdapat obat/zat tertentu yang diguanakan agar

janin mati tetapi si ibu cukup kuat untuk bisa selamat.

2. pemeriksaan mikroskopik

meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan,

kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda usaha penghentian

kehamilan, dan ditemukan sel radang PMN sebagai tanda dari

intravitalitas.

3. pemeriksaan golongan darah

4. pemeriksaan DNA

Terhadap hasil suction:

Page 2: Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3

1. pemeriksaan darah, berdasarkan bercak yang dicurigai harus di buktikan

bahwa:

- bercak tersebut adalah benar darah

- darah dari manusia atau hewan

- golongan darah (bila benar-benar terbukti darah manusia)

pemeriksaan-pemeriksaan yang harus dilakukan adalah:

Jenis pemeriksaan Interpretasi hasil pemeriksaan

1. pemeriksaan mikroskopik

untuk melihat morfologi

sel-sel darah merah

Hanya dapat menentukan kelas dan

bukan spesies darah tersebut;

- kelas mamalia: sel darah merah

berbentuk cakram dan tidak berinti.

2. pemeriksaan penyaring

darah:

reaksi benzidin

reaksi fenoftalin

hasil (+) : timbul warna merah

biru gelap pada kertas saring.

hasil (+) : akan memberikan

warna merah muda.

Bila pada kedua reaksi tersebut,

Hasil (-) : bercak tsb bukan darah

Hasil (+) : bercak tsb mungkin

darah dan diperlukan pemeriksaan

lebih lanjut.

3. pemeriksaan penentuan

darah

reaksi Teichman

reaksi Wagenaar

hasil (+) : tampak kristal hemin

HCl berbentuk batang berwarna

cokelat.

hasil (+) : terlihat kristal aceton-

hemin berbentuk batang berwarna

cokelat.

Page 3: Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3

Bila pada kedua rekasi tersebut,

Hasil (-) : bercak tsb PASTI bukan

darah.

Hasil (+) : bercak tsb PASTI darah.

4. pemeriksaan serologik:

a. penentuan spesies:

reaksi cincin (reaksi

presipitasi dalam

tabung).

reaksi presipitasi dalam

agar

b. penentuan golongan darah

hasil (+) : tampak sebagai cincin

presipitasi yang keruh pada

perbatasan kedua cairan.

hasil (+) : memberikan

presipitum jernih pada perbatasan

lubang tengah dan lubang tepi.

Hasil (+) menunjukan darah

tersebut merupakan darah

manusia.

penentuan golongan darah hasil

suction (ABO,Rhesus) disesuaikan

dengan golongan darah perempuan

yang dicurigai telah menggugurkan

kandungan. Tetapi pemeriksaan ini

tidak bisa memastikan hal tsb

diatas.

5. pemeriksaan DNA

DNA mitokondria (dari

jaringan yang berasal dari

botol suction)

bila ditemukan separuh pita

cocok dengan ibu maka

kemungkinan besar jaringan

tersebut memang berasal dari janin

yang telah di gugurkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Page 4: Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3

ABORSI

A. Pendahuluan : Pengertian Abortus (aborsi).

Di kalangan ahli kedokteran dikenal dua macam abortus (keguguran kandungan)

yakni abortus spontan dan abortus buatan.

Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan

terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebabnya

dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang

pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.

abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang

disengaja untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu,

dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di

dunia luar.

Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua

golongan, yaitu:

1. Abortus buatan legal

pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang

dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus

provocatus therapcutius, karena alasan yang sangat mendasar untuk

melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.

2. Abortus buatan ilegal

pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada untuk

menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak

kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh

undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus

provocatus criminalis, karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau

kejahatan.

B. Pandangan Umum Tentang Abortus Buatan

Para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti ahli agama, ahli hukum, sosial

danekonomi memberikan pandangan yang berbeda terhadap dilakukannya abortus

buatan. Ahli agama melihatnya dari kaca dosa dan mereka sepakat bahwa melakukan

abortus buatan adalah perbuatan dosa.

Page 5: Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3

Begitu pula dengan ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan ekonomi tidak dapat

dijadikan alasan untuk membenarkan dilakukannya pengguguran kandungan.

Pada umumnya para ahli tersebut menentang dilakukannya abortus buatan meskipun

jika berhadapan dengan masalah kesehatan (keselamatan nyawa ibu) mereka dapat

memahami dilakukannya abortus buatan.

Demikian halnya dengan negara-negara di dunia, pada umumnya setiap negara

memiliki undang-undang yang melarang dilakukannya abortus buatan meskipun

pelarangan tersebut tidak bersifat mutlak.

Kita lihat saja misalnya di negara Indonesia, dimana dalam Kitab Undang- Undang

Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja

digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249).

Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal

15 dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan

jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

Dengan demikian jelas bagi kita bahwa melakukan abortus buatan dapat merupakan

tindakan kejahatan, tetapi juga bisa merupakan tindakan ilegal yang

dibenarkan undang-undang.

C. Ketentuan-ketentuan Abortus Buatan Dalam Perundang-undangan.

Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :

Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara

paling lama empat tahun”.

Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan

pidana penjara paling lama dua belas tahun.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam

dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348: (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan

seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara

paling lama lima tahun enam bulan.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam

dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Page 6: Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3

Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan

berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam

pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah

dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana

kejahatan dilakukan”.

Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang

lain, diancam hukuman empat tahun penjara.

2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa

persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil

tersebut mati, diancam 15 tahun penjara.

3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan

bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang

dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah

sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.

Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima

belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyataka sebagai berikut :

Ayat (1) : “Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan

alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama,

norma kesusilaan dan norma kesopanan”.

Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau

janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.

Ayat (2)

Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil

tindakan medis tertentu, sebbab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan

janinnya terancam bahaya maut.

Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah

tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu seorang

dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.

Page 7: Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3

Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang

bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan

persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.

Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan

peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah.

Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan

antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau

janinnya, tenaga kesehaan mempunyai keahlian dan kewenagan bentuk persetujuan,

sarana kesehatan yang ditunjuk.

D. Membedakan Abortus Buatan Legal dan Ilegal, Kaitannya Dengan proses

Pembuktian

Dari penjabaran di atas secara gamblang kita dapat membedakan antara abortus

buatan legal dan ilegal.

Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan

sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang

kesehatan, yakni harus memenuhi anasir sebagai berikut :

a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakantersebut;

b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenagan;

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;

d. Pada sarana kesehatan tertentu.

E. Upaya Mengurangi Abortus Buatan Ilegal Di Kalangan Tenaga Kesehatan

Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah profesi dan

kode etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara konsekwen dilakukan

pengurangan kejadian abortus buatan ilegal akan secara signifikan dapat dikurangi.

Dalam deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi medik,

disebutkan bahwa moral dasar yang dijiwai seorang dokter adalah butir Lafal Sumpah

Dokter yang berbunyi : ”Saya akan menghormati hidup insani sejak saat

Page 8: Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3

pembuahan : oleh karena itu Abortus buatan dengan indikasi medik, hanya dapat

dilakukan dengan syarat-syarat berikut”:

1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.

2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui

secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional

mereka.

3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter yang kompeten di instalasi

yang diakui oleh suatu otoritas yang sah.

4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia melakukan

pengguguran tersebut, maka ia hendak mengundurkan diri dan menyerahkan

pelaksanaan tindakan medik itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten.

5. Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para tenaga

kesehatan perlu pula meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya.

Melalui pemahaman agama yang benar, diharapkan para tenaga kesehatan

dalam menjalankan profesinya selalu mendasarkan tindakannya kepada tuntunan

agama.

F. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Abortus secara umum dibagi atas dua macam yaitu Abortus Spontan dan Abortus

Buatan.

2. Abortus Buatan, dilihat dari aspek hukum dapat digolongkan menjadi dua golongan

yaitu Abortus Buatan Legal (Abortus Provocatus Therapeticus) dan Abortus Buatan

Ilegal (Abortus Provocatus Criminalis).

3. Dalam perundang-undangan Negara Republik Indonesia pengaturan tentang

abortus terdapat dalam dua Undang-undang yakni Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

4. Dalam KUHP hanya mengatur tentang ancaman hukuman melakukan Abortus

Buatan (Ilegal), sedangkan tentang Abortus Buatan Legal diatur dalam Undang-

undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

5. Proses pembuktian atas kasus Abortus Buatan Ilegal sangat sulit dan rumit,

mengingat para pihak dalam melakukan perbuatan tersebut selalu didahului

pemukatan (jahat) untuk saling merahasiakan.

Page 9: Makalah Kasus 3 Forensik Klmpk 3

6. Berdasarkan poin 3 di atas, maka sangat sedikit kasus Abortus Buatan Ilegal yang

sampai ke tahap penyidikan dan tuntutan.

7. Bagi tenaga kesehatan, khususnya Dokter, Bidan dan Juru Obat, ancaman pidana

melakukan perbuatan Abortus Buatan Ilegal dapat ditambah sepertiga dari ancaman

hukumannya.

8. Penghayatan dan pengamalan Sumpah Profesi dan Kode Etik masing-masing

tenaga kesehatan secara tidak langsung dapat mengurangi terjadinya Abortus Buatan

Ilegal, lebih lagi jika dibarengi dengan pendalaman dan pengamatan ajaran agama.