Tugas Klmpk 3 p Dadang

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya adalah pengetahuan, cara hidup, kebiasaan, nilai dan norma serta perangkat sosial yang dimiliki dan berkembang dalam sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya ini dapat berupa materi abstrak, konkret maupun fisik. Secara langsung maupun tidak langsung, budaya akan sangat berpengaruh pada kesehatan masyarakat yang menganut suatu budaya. Hal ini dikarenakan budaya sangat berkaitan dengan pola-pola hidup, pola pikir, kebiasaan dan pandangan dalam suatu masyarakat. Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya. Sebagai contoh, masyarakat Jawa memiliki budaya mencuci kaki selepas bepergian dengan alasan kepercayaan menghindari musibah dan gangguan makhluk halus. Meskipun memiliki alasan yang tidak ilmiah, namun budaya tersebut secara langsung mempengaruhi kesehatan masyarakat Jawa. Contoh lainnya adalah budaya sumpah-serapah dalam keluarga di beberapa daerah di Indonesia. Budaya ini lebih jauh dapat mempengaruhi kesehatan kejiwaan anggota keluarga. Perbedaan budaya di atas hanya sebagian kecil dari kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia yang berkaitan dengan kebudayaan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Atas dasar inilah, kami ingin mengetahui lebih lanjut mengenai budaya dan kaitannya dengan kesehatan, perkembangan budaya kesehatan serta faktor yang dapat mempengaruhi suatu budaya. Sehingga dalam mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah yang implikasinya adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat. B. Rumusan Masalah 1. Apakah kaitan antara budaya, manusia dan prilaku kesehatan? 2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan budaya? 1

description

kesehatan

Transcript of Tugas Klmpk 3 p Dadang

Page 1: Tugas Klmpk 3 p Dadang

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya adalah pengetahuan, cara hidup, kebiasaan, nilai dan norma serta perangkat sosial yang dimiliki dan berkembang dalam sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya ini dapat berupa materi abstrak, konkret maupun fisik. Secara langsung maupun tidak langsung, budaya akan sangat berpengaruh pada kesehatan masyarakat yang menganut suatu budaya. Hal ini dikarenakan budaya sangat berkaitan dengan pola-pola hidup, pola pikir, kebiasaan dan pandangan dalam suatu masyarakat.

Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya.

Sebagai contoh, masyarakat Jawa memiliki budaya mencuci kaki selepas bepergian dengan alasan kepercayaan menghindari musibah dan gangguan makhluk halus. Meskipun memiliki alasan yang tidak ilmiah, namun budaya tersebut secara langsung mempengaruhi kesehatan masyarakat Jawa. Contoh lainnya adalah budaya sumpah-serapah dalam keluarga di beberapa daerah di Indonesia. Budaya ini lebih jauh dapat mempengaruhi kesehatan kejiwaan anggota keluarga.

Perbedaan budaya di atas hanya sebagian kecil dari kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia yang berkaitan dengan kebudayaan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Atas dasar inilah, kami ingin mengetahui lebih lanjut mengenai budaya dan kaitannya dengan kesehatan, perkembangan budaya kesehatan serta faktor yang dapat mempengaruhi suatu budaya. Sehingga dalam mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah yang implikasinya adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah kaitan antara budaya, manusia dan prilaku kesehatan?2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan budaya?

1

Page 2: Tugas Klmpk 3 p Dadang

BAB IIPEMBAHASAN

A. Definisi Manusia, Budaya, Kesehatan dan perilaku

1. Definisi ManusiaSecara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti

berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.

Dalam hubungannya dengan lingkungan dan budaya, manusia merupakan suatu organisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seorang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan. Sedangkan panduan untuk mengolah dan berinteraksi dengan lingkungan dibutuhkan adanya budaya. Oleh karena itu budaya mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri.

2. Definisi BudayaKata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan

rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Definisi budaya dalam pandangan ahli antropologi sangat berbeda dengan pandangan ahli berbagai ilmu sosial lain. Ahli-ahli antropologi merumuskan definisi budaya sebagai berikut:

E.B. Taylor: 1871 berpendapat bahwa budaya adalah: Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

Sedangkan Linton: 1940, mengartikan budaya dengan: Keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.

Adapun Kluckhohn dan Kelly: 1945 berpendapat bahwa budaya adalah: Semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia.

Lain halnya dengan Koentjaraningrat: 1979 yang mengatikan budaya dengan: Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Berdasarkan definisi para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa unsur belajar merupakan hal terpenting dalam tindakan manusia yang berkebudayaan. Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang tak perlu dibiasakan dengan belajar.

Dari kerangka tersebut diatas tampak jelas benang merah yang menghubungkan antara pendidikan dan kebudayaan. Dimana budaya lahir melalui proses belajar yang merupakan kegiatan inti dalam dunia pendidikan.

2

Page 3: Tugas Klmpk 3 p Dadang

Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :a. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama

dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup;

b. Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret;

c. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat.

3. Definisi KesehatanKesehatan dalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini juga merupakan

tingkat fungsional dan / atau efisiensi metabolisme organisme, sering secara implisit manusia.Pada saat berdirinya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1948, kesehatan

didefinisikan sebagai "keadaan lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan."

Pada 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa kesehatan adalah "sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan dari kehidupan. Kesehatan adalah konsep yang positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik."Ciri-Ciri Sehat :

Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.

a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya,

misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya. c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,

kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.

4. Definisi perilakuPerilaku dapatdiartikan sebagai keadaan jiwa (berpendapat, berpikir. bersikap dan

sebagainya) unt memberikan responsi terhadap situasi di luar suby tersebut. Bentuk operasionaf dari perilaku dap dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:

a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan. yakni deng meng_etahui situasi atau rangsangan dari luar

b. Perilaku dalam bentuk sikap, yakni tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri subyek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup dialamnva. sesuai dengan sifat dan keadaan alam tersebut. Di sini a lingkungan alam dan lingkungan sosio-budaya yang bersifat non fisik.

c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan (action) terhadap situasi dan atatau rangsangan dari luar

B. Hubungan Antara Budaya dan Kesehatan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu

3

Page 4: Tugas Klmpk 3 p Dadang

generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini di masyarakat, serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di masyarakat.

Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman empiris dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif.

Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah penggunaan kunyit sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Kemudian contoh lainnya adalah ditemukannya system drainase pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa Kreta, dan bangsa Minoans. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat berpengaruh terhadap kesehatan.

C. Perkembangan Budaya Kesehatan Manusia

Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Budaya lahir akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya manusia pun juga akan ikut berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Hal yang sama terjadi budaya kesehatan yang ada di masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengethuan yang pesat dan teknologi yang semakin canggih, budaya kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang dan mendatang.

Salah satu contoh budaya kesehatan adalah tentang cara menjaga kesehatan personal, seperti mandi, keramas, atau sikat gigi. Pada zaman dahulu sebelum ditemukannya formula untuk membuat sabun oleh Al-Razi, kimiawan Persia, manusia di berbagai daerah di belahan bumi ini memiliki cara yang berbeda dalam membersihkan badan. Penggunaan yang lazim pada masa itu diantaranya adalah minyak, abu, atau batu apung sesuai dengan kebudayaan mereka.

Masyarakat Mesir Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan kombinasi minyak hewani dan nabati ditambah garam alkali. Ini adalah bahan pengganti sabun. Ramuan ini pun berfungsi untuk menyembuhkan penyakit kulit sekaligus untuk membersihkan. Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan kecantikan dan tidak menggunakan sabun. Mereka membersihkan tubuh dengan menggunakan balok lilin, pasir, batu apung dan abu. Mereka juga mengoleskan tubuh dengan minyak dan kadang dicampur abu. Sedangkan orang Sunda kuno biasa menggunakan tanaman wangi liar sebagai alat mandi mereka.

4

Page 5: Tugas Klmpk 3 p Dadang

Ketika peradaban Romawi mulai maju, penduduk jadi sering mandi. Tempat mandi Romawi yang pertama sangat terkenal. Di pemandian yang dibangun tahun 312 SM itu terdapat saluran air. Sejak saat itu mandi menjadi hal yang mewah dan populer.

Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan dan pembersih. Akhirnya, mandi dengan memnggunakan sabun menjadi sebuah kegiatan rutin hingga saat ini.

Bukan hanya cara mandi yang berbeda dari masa dahulu dan sekarang, tapi juga budaya gosok gigi. Pada zaman dahulu masyarakat Jazirah Arab menggunakan kayu siwak untuk menggosok gigi. Orang Roma menggunakan pecahan kaca halus sebagai bagian dari pembersih mulut mereka. Sedangkan masyarakat Indonesia menggunakan halusan genting dan bata. Namun saat ini manusia beralih menggunakan pasta gigi untuk menggosok gigi. Begitu juga dengan shampoo yang secara luas digunakan. Dahulu, secara luas masyarakat menggunakan merang untuk keramas.

Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang mengalami perubahan. Budaya kesehatan masyarakat pun saat ini telah mengalami perubahan jika dibandingkan dengan masa lalu. Dahulu masyarakat lebih ke arah paradigma sakit. Namun saat ini seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat cenderung berparadigma sehat dalam memaknai kesehatan mereka. Penilaian individu terhadap status kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sakit jika mereka merasa sakit dan perilaku sehat jika mereka menganggap sehat.

Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, contohnya mereka akan pergi ke pusat layanan kesehatan jika sakit saja, karena mereka ingin sakitnya menjadi sembuh. Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, misalnya: pencegahan penyakit, personal hygiene, penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi makanan bergizi. Masyarakat akan selalu menjaga kesehatannya agar tidak menjadi sakit. Masyarakat menjadi rajin berolah raga, fitness, chek up ke pusat layanan kesehatan, membudayakan cuci tangan menggunakan sabun, menghindari makanan berkolesterol tinggi dan lain-lain.

Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan dalam masyarakat. Contohnya masyarakat dahulu saat persalinan minta bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih banyak yang ke bidan atau dokter kandungan dengan peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam kandungan melalui USG.

Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Sekarang pola pikir masyarakat kebanyakan lebih ke arah preventif terhadap adanya suatu penyakit. Yaitu pola pikir bahwa mencegah datangnya penyakit itu lebih baik daripada mengobati penyakit.

D. Faktor Perubahan Budaya

1. Faktor Sosial-Lingkungan

Terjadinya sebuah perubahan tidak selalu berjalan dengan lancar, meskipun perubahan tersebut diharapkan dan direncanakan. Terdapat faktor yang mendorong sehingga mendukung pe-rubahan, tetapi juga ada faktor penghambat sehingga perubahan tidak berjalan sesuai yang di-harapkan.

Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan. Menurut Soerjono Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial, yaitu:a. Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.

Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya

5

Page 6: Tugas Klmpk 3 p Dadang

perubahandan tentu akan memperkay kebudayaan yang ada. Begitupun dengan budaya kesehatan.

b. Sistem pendidikan formal yang maju.Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan sebuah masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan atau tidak.

c. Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya. Sehingga penemuan dalam bidang kesehatan dapat terus berkembang. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri.

d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.

e. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

f. Penduduk yang heterogen.Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial.

g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentuRasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan,dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya. Hal ini dapat dicontohkan dengan penemuan vaksin. Dimana ketika itu ilmuwan merasa tidak puas untuk mengobati penyakit dengan cara yang konvensional.

h. Orientasi ke masa depanKondisi yang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasike masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

i. Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup.

Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhikebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumberdaya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan.

Banyak faktor yang menghambat sebuah proses perubahan. Menurut Soerjono Soekanto, ada delapan buah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan sosial, yaitu:

a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.c. Sikap masyarakat yang mengagungkan tradisi masa lampau dan cenderung konservatif.d. Adanya kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertanam kuat (vested interest).e. Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan dan menimbulkan perubahan

pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.f. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing, terutama yang berasal dari Barat.g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.h. Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah.

Internal Faktor

6

Page 7: Tugas Klmpk 3 p Dadang

Internal factor (faktor dalam) adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu yang menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat itu sendiri baik secara individu, kelompok ataupun organisasi. Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern).

a. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk yang sangat cepat akan mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat, khususnya dalam lembaga kemasyarakatannya.

b. Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).

c. Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat. Pertentangan ini bisa terjadi antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok.

d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akan membawa akibat berubahnya segala tata cara yang berlaku pada lembaga-lembaga kemasyarakatannya.

External FaktorSelain internal factor, pada masyarakat juga dikenal external factor. External factor atau

faktor luar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang menyebabkan timbul-nya perubahan pada masyarakat. Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari luar masyarakat (sebab ekstern).a. Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat menyebabkan

perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.

b. Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Adapun macam-macam perubahan sosial budaya meliputi :1) Akulturasi adalah pertemuan dua kebudayaan dari bangsa yang berbeda sehingga satu

sama lain saling mempengaruhi. 2) Sinkretisme adalah perubahan kebudayan di masyarakat secara damai, tidak ada per-

tentangan karena kedua sisi berpadu dengan sinkron3) Milenarisme atau mesianisme 4) Asimilasi adalah proses sosial dua kebudayaan yang berbeda secara berangsur-angsur

sehingga berkembang dan melahirkan kebudayaan baru..5) Adaptasi adalah proses penyebaran kebudayaan yang masing-masing kebudayaan

tersebut bisa beradaptasi dengan lingkungannya.6) Nominasi terjadi jika kebudayaan setempat terdesak dan lenyap oleh kebudayaan

baru.7) Sintesis adalah terjadinya percampuran dua kebudayaan yang berbeda dan melahirkan

bentuk kebudayaan baru yang berbeda dari keduanya.

2. Faktor EkonomiEkonomi adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Perkembangan

kebudayaan memiliki kaitan yang erat dengan ekonomi masyarakat. Motif dari adanya interaksi sosial salah satunya adalah untuk meningkatkan taraf ekonomi. Meningkatnya taraf ekonomi masyarakat ini biasanya diikuti oleh perubahan budaya. Budaya yang dimaksud meliputi pola hidup, pola pikir serta norma. Sedangkan budaya itu sendiri sangat berkaitan erat dengan kesehatan suatu masyarakat. Sehingga jelas terlihat kaitan antara ekonomi dan budaya serta kesehatan. Sebagai contoh, masyarakat ekonomi bawah lebih memilih berobat ke dukun bila sakit. Sedangkan bagi ekonomi atas karena memiliki kemampuan akses lebih besar ke pelayanan kesehatan memilih pengobatan ke rumah sakit yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap. Selain itu, pada masyarakat bawah kurang memperhatikan pemenuhan gizi harian karena terbatasnya daya beli. Sedangkan masyarakat atas cenderung memperhatikan asupan gizi mereka. Sehingga dapat disimpulkan adanya perubahan status ekonomi dapat menyebabkan perubahan budaya kesehatan. Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi perubahan ekonomi :

7

Page 8: Tugas Klmpk 3 p Dadang

a. Mata pencaharian, meliputi pertanian, peternakan, dan sistem produksi. Telah dibuktikan bahwa mata pencaharian memiliki keterkaitan dengan suatu budaya kesehatan. Mereka yang bekerja sebagai petani dengan mereka yang menjadi buruh tentu memiliki budaya kesehatan yang berbeda.

b. Peralatan dan perlengkapan hidup mencakup pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, dan transportasi. Peralatan penunjang kehidupan sangat berperan pentting dalam kaitannya dengan budaya kesehatan. Sebagai contoh, pada zaman nenek moyang dahulu mereka terbiasa mengkonsumsi makanan yang alami, serta mengolahnya dengan cara yang sederhana. Sedangkan pada zaman modern masyarakatnya cenderung untuk mengkonsumsi makanan dengan zat adiktif termasuk pengawet, serta mengolah makanan menggunakan alat modern seperti oven.

c. Pariwisata dengan segala aktivitasnya memang telah mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perubahan masyarakat baik secara ekonomi, sosial maupun budaya.

3. Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan sebuah masyarakat. Hampir seluruh budaya yang dimiliki oleh manusia merupakan hasil dari proses pendidikan. Pendidikan juga telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, serta apakah suatu perubahan perlu dilakukan.

Di lain sisi, masyarakat yang berpendidikan cenderung untuk mengimplementasikan ilmu yang dimilikinya. Apabila hal ini terjadi pada masyarakat luas secara bersamaan, maka kemungkinan untuk terjadinya perubahan budaya kelompok semakin besar.

Dahulu orang mandi hanya menggunakan batu tetapi seiring berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi orang mandi menggunakan sabun. Dari segi pendidikan, jelas sabun memiliki keuntungan dibanding menggunakan batu. Dulu sungai dimanfaatkan sebagai mandi juga buang air besar dan kecil, tetapi sekarang kebiasaan itu hampir hilang. Manusia mengetahui bahwa hal tersebut dapat menyebabkan penyakit sehingga mereka menciptakan kamar mandi. Sehingga jelaslah bahwa faktor pendidikan berperan penting dalam perubahan budaya kesehatan.

4. Faktor TeknologiSistem pengetahuan berkaitan dengan teknologi. Baik pengetahuan maupun teknologi

keduanya merupakan bagian dari budaya. Dahulu kala sistem pengetahuan hanya berpedoman pada alam atau peristiwa alam. Sekarang ini sistem pengetahuan terus berkembang seiring berkembangnya teknologi dan begitu pun sebaliknya. Sistem teknologi berkembang dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.

Revolusi teknologi di bidang kesehatan yang telah dicapai sampai saat ini merupakan ciri yang bermakna dalam kehidupan modern. Walaupun demikian kekuatan teknologi harus dimanfaatkan secara hati-hati dan penuh tanggung jawab, untuk menjamin bahwa kita menerapkan secara efisien dan manusiawi. Penggunaan teknologi kesehatan yang tepat melibatkan tidak hanya penguasaan ilmu pengetahuan, peralatan teknik atau mesin dan konsep-konsep tetapi juga untuk mengetahui masalah-masalah ekonomi, etika dan moral. Manusia yang dikaruniai akal dan budi akan selalu berusaha dalam menemukan dan menggunakan teknologi untuk mengeksploitasi alam dalam kehidupannya.

Perkembangan teknologi yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia dengan ruang dan waktunya. Sebagai bagian dari dunia yang berubah, saat ini pelayanan kesehatan dan sistem kesehatan menghadapi perubahan-perubahan yang dramatis dalam teknologi kesehatan. Sebagai imbasnya pula, budaya kesehatan pun turut berubah. Perubahan ini akan mempengaruhi arah pelayanan kesehatan yang disampaikan dan digunakan dan hubungan antara penyedia pelayanan kesehatan dan pemakai atau pasien. Perkembangan yang cepat dalam teknologi kesehatan memberikan peluang (opportunities) dan tantangan-tantangan (challenges) dalam penyampaian pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi (high quality) dan efisien. Di samping itu juga untuk pengendalian

8

Page 9: Tugas Klmpk 3 p Dadang

terjadinya kesalahan medis (medical error), penurunan biaya dan perbaikan hubungan pasien-dokter. Riset-riset pelayanan kesehatan dipusatkan pada pengembangan teknologi (technology development) dan aplikasi klinis untuk keberhasilan implementasi di lingkungan pelayanan kesehatan.

E. Kesehatan dalam Sosial Budaya Seperti kita ikuti bersama, akhir-akhir ini diskusi tentang global change banyak diangkat.

Berbagai perubahan sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan politik mengharuskan jalinan hubungan di antara masyarakat manusia di seluruh dunia. Fenomena ini dirangkum dalam terminologi globalisation. Ditengah riuh rendah globalisasi inilah muncul wacana Dampak Perubahan Sosial dan Budaya. Dampak dari perubahan sosial dan budaya sendiri diartikan sebagai perubahan dalam skala besar pada sistem bio-fisik dan ekologi yang disebabkan aktifitas manusia. Perubahan ini terkait erat dengan sistem penunjang kehidupan planet bumi (life-support system). Ini terjadi melalui proses historis panjang dan merupakan agregasi pengaruh kehidupan manusia terhadap lingkungan, yang tergambar misalnya pada angka populasi yang terus meningkat, aktifitas ekonomi, dan pilihan-pilihan teknologi dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Saat ini pengaruh dan beban terhadap lingkungan hidup sedemikian besar, sehingga mulai terasa gangguan-gangguan terhadap Sistem Bumi kita.

Perubahan sosial dan budaya yang terjadi seiring tekanan besar yang dilakukan manusia terhadap sistem alam sekitar, menghadirkan berbagai macam risiko kesehatan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Sebagai contoh, kita terus mempertinggi konsentrasi gas-gas tertentu yang menyebabkan meningkatkan efek alami rumah kaca (greenhouse) yang mencegah bumi dari pendinginan alami (freezing). Selama abad 20 ini, suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 0,6oC dan sekitar dua-per-tiga pemanasan ini terjadi sejak tahun 1975. Dampak perubahan sosial dan budaya penting lainnya adalah menipisnya lapisan ozon, hilangnya keaneragaman hayati (bio-diversity), degradasi kualitas lahan, penangkapan ikan melampaui batas (over-fishing), terputusnya siklus unsur-unsur penting (misalnya nitrogen, sulfur, fosfor), berkurangnya suplai air bersih, urbanisasi, dan penyebaran global berbagai polutan organik. Dari kacamata kesehatan, hal-hal di atas mengindikasikan bahwa kesehatan umat manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi di luar batas kemampuan daya dukung ruang lingkungan dimana mereka hidup.

Dalam skala global, selama seperempat abad ke belakang, mulai tumbuh perhatian serius dari masyarakat ilmiah terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan masalah lingkungan, seperti kanker yang disebabkan racun tertentu (toxin related cancers), kelainan reproduksi atau gangguan pernapasan dan paru-paru akibat polusi udara. Secara institusional International Human Dimensions Programme on Global Environmental Change (IHDP) membangun kerjasama riset dengan Earth System Science Partnership dalam menyongsong tantangan permasalahan kesehatan dan Dampak dari perubahan sosial dan budaya.

Pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan umat manusia bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan kerja keras dan pendekatan inter-disiplin diantaranya dari studi evolusi, bio-geografi, ekologi dan ilmu sosial. Di sisi lain kemajuan teknik penginderaan jauh (remote sensing) dan aplikasi-aplikasi sistem informasi geografis akan memberikan sumbangan berarti dalam melakukan monitoring lingkungan secara multi-temporal dan multi-spatial resolution. Dua faktor ini sangat relevan dengan tantangan studi dampak perubahan sosial dan budaya terhadap kesehatan lingkungan yang memerlukan analisa historis keterkaitan dampak perubahan sosial dan budaya dan kesehatan serta analisa pengaruh perubahan sosial dan budaya di tingkat lokal, regional hingga global.

F. Bagaimana Perubahan Sosial dan Budaya Mempengaruhi Kesehatan Manusia? Ada tiga alur tingkatan pengaruh perubahan sosial dan budaya terhadap kesehatan. Pengaruh

ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan.

Pada alur paling atas, terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik (contohnya: suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet) dapat mempengaruhi biologi manusia dan kesehatan secara langsung (misalnya sejenis kanker kulit). Alur pada dua tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan proses-proses dengan kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi lingkungan, fungsi-fungsi ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi.

9

Page 10: Tugas Klmpk 3 p Dadang

Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan korelasi langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi dapat ditarik benang merah bahwa perubahan-perubahan lingkungan ini secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas faktor-faktor penyangga utama kesehatan dan kehidupan manusia, seperti produksi bahan makanan, air bersih, kondisi iklim, keamanan fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan keselamatan dan kualitas sosial.

Para praktisi kesehatan dan lingkungan pun akan menemukan banyak domain permasalahan baru di sini, menambah deretan permasalahan pemunculan toksi-ekologi lokal, sirkulasi lokal penyebab infeksi, sampai ke pengaruh lingkungan dalam skala besar yang bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini. Jelaslah bahwa resiko terbesar dari dampak perubahan sosial dan budaya atas kesehatan dialami mereka yang paling rentan lokasi geografisnya atau paling rentan tingkat sumber daya sosial dan ekonominya.

G. Aktifitas Penduduk bagi Kesehatan Sebagaimana disinggung di atas, masyarakat manusia sangat bervariasi dalam tingkat

kerentanan terhadap serangan kesehatan. Kerentanan ini merupakan fungsi dari kemampuan masyarakat dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim dan lingkungan. Kerentanan juga bergantung pada beberapa faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat ekonomi, ketersediaan makanan, kondisi lingkungan lokal, kondisi kesehatannya itu sendiri, dan kualitas serta ketersediaan fasilitas kesehatan publik.

Wabah demam berdarah yang melanda negeri kita menyiratkan betapa rentannya kondisi kesehatan-lingkungan di Indonesia saat ini, baik dilihat dari sisi antisipasi terhadap wabah, kesigapan peanggulangannya sampai pada penanganan para penderita yang kurang mampu. Merebaknya wabah di kawasan urban juga menyiratkan kerentanan kondisi lingkungan dan kerentanan sosial-ekonomi. Hal ini terkait dengan patron penggunaan lahan, kepadatan penduduk, urbanisasi, meningkatnya kemiskinan di kawasan urban, selain faktor lain seperti rendahnya pemberantasan nyamuk vektor penyakit sejak dini, atau resistensi nyamuk sampai kemungkinan munculnya strain atau jenis virus baru.

Pada dekade lalu penelitian ilmiah yang menghubungkan pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan dapat dirangkum dalam tiga katagori besar. Pertama, studi-studi empiris untuk mencari saling-hubungan antara kecenderungan dan variasi iklim dengan keadaan kesehatan. Kedua, studi-studi untuk mengumpulkan bukti-bukti munculnya masalah kesehatan sebagai akibat perubahan iklim. Ketiga, studi-studi pemodelan kondisi kesehatan di masa depan. Penelitian empiris jenis pertama dan kedua dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan pengetahuan serta memperkirakan kondisi kesehatan sebagai tanggapan terhadap perubahan iklim dan lingkungan (scenario-based health risk assessment).

Akan tetapi, menimbang variasi kerentanan sosial-ekonomi yang telah kita singgung, keberhasilan sumbangan ilmiah di atas hanya akan optimal jika didukung paling tidak dua faktor lain, yaitu faktor administratif-legislatif dan faktor cultural-personal (kebiasaan hidup). Administrasi-legislasi adalah pembuatan aturan yang memaksa semua orang atau beberapa kalangan tertentu untuk melakukan tindakan-tindakan preventif dan penanggulangan menghadapi masalah ini. Cakupan kerja faktor ini adalah dari mulai tingkatan supra-nasional, nasional sampai tingkat komunitas tertentu. Selanjutnya secara kultural-personal masyarakat didorong secara sadar dan sukarela untuk melakukan aksi-aksi yang mendukung kesehatan-lingkungan melalui advokasi, pendidikan atau insentif ekonomi. Faktor ini dikerjakan dari tingkatan supra-nasional sampai tingkat individu.

H. Upaya yang Dapat DilakukanAktifitas penelitian yang menghubungkan kajian lingkungan dan kesehatan secara integral

serta kerja praktis sistematis dari hasil penelitian ilmiah di atas masih sangat sedikit dilakukan di Indonesia. Menghadapi tantangan lingkungan dan kesehatan ini diperlukan terobosan-terobosan institusional baru diantara lembaga terkait lingkungan hidup dan kesehatan, misalnya dilakukan rintisan kerjasama intensif yang diprakarsai Departemen Kesehatan, Departemen Sosial dan Kementerian Lingkungan Hidup bersama lembaga penyedia data keruangan seperti Bakosurtanal (pemetaan) dan LAPAN (analisa melalui citra satelit). Untuk mewujudkan kerjasama di tataran praktis komunitas atau LSM pemerhati lingkungan hidup mesti berkolaborasi dengan Ikatan Dokter

10

Page 11: Tugas Klmpk 3 p Dadang

Indonesia bersama asosiasi profesi seperti Ikatan Surveyor Indonesia (ISI), Masyarakat Penginderaan Jauh (MAPIN) dalam mewujudkan agenda-agenda penelitian dan program-program penanganan permasalahan kesehatan dan perubahan lingkungan di tingkat lokal hingga nasional.

Hadirnya wacana dan penelitian sosial budaya dengan kompleksitas, ketidakpastian konsep-metodologi, dan perubahan-perubahan besar di masa depan, telah menghadirkan tantangan-tantangan dan tugas-tugas bagi komunitas ilmiah, masyarakat dan para pengambil keputusan. Penelitian ilmiah yang cenderung lamban, kini harus berganti dengan usaha-usaha terarah dan cepat menghadapi urgensi penanganan masalah kesehatan-lingkungan. Kemudian dalam gerak cepat pula informasi yang dihasilkan dunia ilmiah, walaupun dengan segala ketidaksempurnaan dan asumsi-asumsi, didorong untuk memasuki arena kebijakan. Masalah kesehatan dan GEC ini merupakan isu krusial dan bahkan isu sentral dalam diskursus internasional seputar pembangunan yang berkelanjutan

I. Perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor yaitu:Perilaku dapat dilihat dari berbagi bidang, sala satunya adalah perilaku di bidang

kesehatan. Ada banya tokoh yang menyebutkan faktor-faktor yang mempengaru perilaku kesehatan, antara lain:

1. Lawrence W. Green (1980)a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap kepercayaan. keyakinan, nilai-nilai• dan sebagainy dari seseorangb. Faktor-faktor pendukung (enabling . factors). yang terwujud dalam lingf<ungan fisik

tersedia atau tidak tersedianya fasilita.S• kesehatan)c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku

dari petugas kesehatan dan petugas-petugas lain

2. Snehandu B. Kar (1983)Kar menganalisa bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi daripada:a. Minat-minat seseorang sehubungan dengan kepentingan pribadinya (behaviour

intentions)b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (soda: suport)c. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan (accesibility of

information)d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan tersebut dalam hal mengambil tindakan

atau keputusan (personal autonomy)e. Situasi yang memungkinkan untuk benindak atau tidak bertindak (aaion situation)

J. Contoh Budaya Kesehatan

1. Budaya Memberi Makan Pisang Pada BayiSebagian daerah di madura, memiliki sebuah kebiasaan yang dilakukan kepada bayi- bayi

mereka. Mereka terbiasa memberikan makanan tambahan pada bayi berusia di bawah 6 bulan berupa buah pisang. Kebiasaan yang sudah terjadi turun temurun ini, bermaksud agar si bayi merasa lebih kenyang. Padahal ditinjau segi kesehatan hal tersebut tidak dianjurkan.

Karena bayi pada usia kurang dari 6 bulan, sistem penceranaan dan imunitasnya masih belum terbentuk secara sempurna.

Jika harus diberikan makanan yang teksturnya agak kasar (selain ASI atau susu) bisa berdampak pada lambung bayi. Jika hal ini diteruskan, maka si bayi berpotensi terkena mag. Selain itu, bayi yang diberikan makanan padat seperti pisang terlalu dini berpotwnsi menyebabkan saluran pencernaan yang sensitif ketika dewasa.

11

Page 12: Tugas Klmpk 3 p Dadang

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan. Hal ini tidak lain karena pngertian budaya itu sendiri mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat dan kebiasaan. Setiap aspek dari kebudayaan diatas dapat dapat mempengaruhi budaya kesehatan seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung, besar maupun kecil.

Budaya sebagai hasil dari aktivitas manusia dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan aktivitas masyarakatnya. Ini dikarenakan budaya bersifat dinamis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Berbagai faktor dapat mempengaruhi budaya manusia, baik individu maupun kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah sosial-ingkungan, ekonomi, pendidikan dan teknologi.

Indonesia sebagai negara yang tinggi kebhinnekaannya, tentu memiliki masalah kesehatan yang lebih kompleks dari negara yang homogen atau mendekati homogen. Sebagai individu yang berperan dalam kesehatan masyarakat, pemahaman akan budaya masyarakat sangat penting dalam memecahkan permasalahan kesehatan masyarakat.

12

Page 13: Tugas Klmpk 3 p Dadang

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmanirrahiim.Assalamu’allaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas segala nikmat dan berkah yang telah dianugrahkan kepada kita semua, karena berkat ridho dan magfiroh-Nya, Penulis dapat menyusun Makalah Ilmu Dasar Keperawatan II.

Makalah ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Ilmu Dasar Keperawatan II, dengan harapan setiap mahasiswa khususnya penulis dapat memahami ilmu-ilmu yang terkait dengan Ilmu sosial budaya, ilmu politik, filsafat ilmu, dan antrofologi kesehatan khususnya dalam hal faktoyang mempengaruhi perilaku kesehatan di Indonesia. Masukan dan saran yang membangun untuk memperbaiki Makalah ini sangat penulis harapkan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini penulis ucapkan terimakasih semoga segala amal kebaikannya di balas oleh Allah SWT, Amin.

Nasrun minallaahiwafathun qarib.Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, Maret 2012Hormat Kami

Penulis

13

Page 14: Tugas Klmpk 3 p Dadang

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR IDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 2A. Definisi Manusia, Budaya, Kesehatan 2

1. Definisi Manusia 22. Definisi Budaya 23. Definisi Kesehatan 34. Definisi Prilaku 5

B. Hubungan antara Budaya dan KesehatanC. Perkembangan Budaya Kesehatan ManusiaD. Faktor Perubahan Budaya

1. Faktor Sosial-lingkungan 2. Faktor Ekonomi3. Faktor Pendidikan4. Faktor Teknologi

E. Kesehatan dalam Sosial Budaya F. Bagaimana Perubahan Sosial dan Budaya Mempengaruhi Kesehatan Manusia? G. Aktifitas Penduduk bagi Kesehatan H. Upaya yang Dapat DilakukanI. Perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor yaitu:J. Contoh Budaya Kesehatan

1. Budaya Memberi Makan Pisang pada Bayi

BAB III PENUTUPDAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Tugas Klmpk 3 p Dadang

Sri Wahyuni, S.Ip, Niniek dan Yusniati, S.H., S.Pd (2005), Manusia dan Masyarakat. Jakarta: Ganeca Exact.Drs. Nurseno (2004), Kompetensi Dasar Sosiologi. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandirihttp://mulyoprayetno.blogspot.com/2010/06/perubahan-sosial-budaya.htmlhttp://www.scribd.com/doc/11479563/Modul-Perubahan-Sosial-Budayahttp://isbdti.blog.uns.ac.id/2009/11/09/makalah-perubahan-kebudayaan-karena-pengaruh-dari-luar/http://mulyoprayetno.blogspot.com/2010/06/perubahan-sosial-budaya.html

15

Page 16: Tugas Klmpk 3 p Dadang

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Ilmu Dasar Keperawatan IIDosen pengajar : Bapak DR. H. Dadang Kusnadi, MARS

DISUSUN OLEH :KELOMPOK 3

ASEP FADILAHISWANTINI

JAJANG JAMALUDINNURHAYATI

SRIENDAH APRIYANIWIWIN

WIDA GUSTINIVILIANTI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS NON REGULAR AL IHSANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

TAHUN 2012

16