Makalah IV - Infeksi

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan infeksi? 1.2.2 Bagaimana rantai infeksi? 1.2.3 Bagaimana faktor jasad renik pada infeksi? 1.2.4 Apa saja mikroorganisme penyebab infeksi? 1

description

patologi

Transcript of Makalah IV - Infeksi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangInfeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan infeksi?1.2.2 Bagaimana rantai infeksi?

1.2.3 Bagaimana faktor jasad renik pada infeksi?

1.2.4 Apa saja mikroorganisme penyebab infeksi?1.2.5 Apa saja faktor hospes pada infeksi?

1.2.6 Bagaimana reaksi hopses dengan jasad renik?

1.2.7 Apa saja sifat-sifat umum penyakit karena infeksi?

1.2.8 Apa saja jenis-jenis penyakit infeksi?

1.2.9 Bagaimana cara pemeriksaan laju endap darah?

1.2.10 Bagaimana cara pemeriksaan lekosit?

1.2.11 Bagaimana cara pemeriksaan eritrosit?1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui tentang infeksi.

1.3.2 Mengetahui tentang perjalanan rantai infeksi.

1.3.3 Mengetahui tentang faktor jasad renik pada infeksi.

1.3.4 Mengetahui tentang mikroorganisme penyebab penyakit.

1.3.5 Mengetahui tentang faktor hospes pada infeksi.

1.3.6 Mengetahui tentang reaksi hospes dengan jasad renik.

1.3.7 Mengetahui tentang sifat-sifat umum penyakit karena infeksi.

1.3.8 Mengetahui tentang jenis-jenis penyakit infeksi.

1.3.9 Mengetahui tentang cara pemeriksaan laju endap darah.1.3.10 Mengetahui tentang cara pemeriksaan leukosit.

1.3.11 Mengetahui tentang cara pemeriksaan eritosit.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Definisi InfeksiInfeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit.Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry . Fundamental Keperawatan. Edisi 4.hal : 933 942:2005).Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi(Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998).2.2 Rantai InfeksiPerkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen-elemen berikut:1. Agen infeksius atau pertumbuhanm pathogen2. Tempat atau sumber pertumbuhan pathogen3. Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut4. Cara penularan5. Portal masuk pejamu6. Pejamu yang rentan2.3 Faktor Jasad Renik Pada Infeksia. Daya TransmisiSifat penting dan nyata pada saat terbentuknya adalah transpor agen menular hidup ke dalam tubuh.Cara Penularan Penyakit Infeksi :

a. Secara Langsung (Direct) dari satu orang ke orang lain, misalnya melalui batuk, bersin dan berciuman.Contoh :

1) Penyakit yang ditularkan melalui saluran nafas: common cold, tuberkulosis, batuk rejan, batuk rejan, pes pneumoni, meningitis, meningokokus, sakit tenggorokan karena infeksi srtreptokokus, tonsilitis, influenza, difteri, campak, rubella (campak jerman). Penyakit-penyakit ini ditularkan melalui ciuman, penggunaan alat makan yang terinfeksi, dan droplet yang terinfeksi.2) Penyakit Kelamin dapat ditularkan langsung melalui hubungan seksual dengan penderita dan juga dapat melalui plasenta (infeksi transplasenta) yang ditularkan dari ibu yang menderita kepada bayi yang dilahirkan.

b. Secara Tidak Langsung (Indirect) penularan mikroba patogen memerlukan adanya media perantara, baik berupa barang/bahan, air, udara, makanan/minuman maupun vektor. Organisme dikeluarkan dari penderita kemudian diendapkan pada berbagai permukaan lalu di lepaskan kembali dalam udara. Dengan cara serupa organisme dapat sampai kedalam tanah, air, makanan atau rantai pemindahan tidak langsung lainnya. Di rumah sakit, infeksi juga dapat disebarkan melalui eksudat-eksudat dan ekskreta. Transfusi darah dapat juga menjadi sarana penyebaran infeksi (misal. Penyakit hepatitis virus).Jenis pemindahan tidak langsung yang lebih kompleks melibatkan vektor-vektor seperti serangga, misalnya nyamuk (penyakit malaria), lalat (penyakit disentri), cacing (penyakit filariasis), dll.

b. Daya InvasiSekali dipindahkan ke dalam hospes baru, jasad renik harus mampu bertahan pada atau di dalam hospes tersebut untuk dapat menimbulkan infeksi. Misalnya: Kolera, disebabkan oleh organisme yang tidak pernah memasuki jaringan, tetapi hanya menduduki epitel usus, melekat dengan kuat pada permukaan sehingga tidak terhanyut oleh gerakan usus. Disentri basiler, hanya memasuki lapisan superfisial usus tetapi tidak pernah masuk lebih jauh kedalam tubuh. Dan beberapa penyakit lain seperti : salmonella thypi yang menyebabkan demam tifoid, spiroketa sifilis yang menyebabkan sifilis, mikrobacterium tetani yang menyebabkan tetanus, dll. c. Kemampuan Untuk Menimbulkan Penyakit

Beberapa agen menular mengeluarkan eksotoksin yang dapat larut yang kemudian bersirkulasi dan menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis yang nyata yang bekerja pada sel-sel tertentu. Contohnya pada penyakit tetanus dan penyakit difteri.Banyak mikroorganisme lain seperti bakteri gram negatif mengandung endotoksin kompleks yang dilepaskan waktu mikroorganisme mengalami lisis. Pelepasan endotoksin ada hubungannya dengan timbulnya demam dan dalam keadaan-keadaan yang lebih ekstrim, seperti septikemia gram negatif, dengan timbulnya sindrom syok.Beberapa organisme menimbulkan cedera pada hospes, sebagian besar dengan cara imunologis dengan membantu pembentukan kompleks antigen antibodi, yang selanjutnya dapat menimbulkan kelainan, misalnya pada kompleks imun glomerulonefritis.Virus sebagai parasit obligat intraseluler adalah potongan sederhana bahan genetik (DNA, RNA) yang mempunyai alat untuk menyusupkan dirinya kedalam sel hospes. Sel akan mengalami cedera bila ada informasi genetik baru yang diwujudkan pada fungsi sel yang diubah. Satu wujud informasi genetik tambahan semacam itu adalah replikasi virus yang menular, yang dapat disertai oleh lisis dari sel-sel yang terkena. Sel dapat berubah tanpa menjadi nekrosis dan dapat dirangsang untuk berproliferasi, misalnya pada kasus tumor yang diinduksi oleh virus. Virus jga dapat mencederai hospes dengan menimbulkan berbagai reaksi imunologi dimana bagian tertentu dari virus bertindak sebagai antigen.2.4 Mikroorganisme Penyebab InfeksiA. Bakteri

Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.

B. Virus

Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.C. FungiFungi terdiri dari ragi dan jamur.D. Parasit

Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.2.5 Faktor Hospes Pada InfeksiSyarat timbulnya infeksi adalah bahwa mikroorganisme yang menular harus mampu Melekat, Menduduki atau memasuki hospes dan Berkembang biak paling tidak sampai taraf tertentu.Karena itu tidaklah mengeherankan bila dalam perjalanan evolusi, spesies hewan termasuk manusia sudah mengembangkan mekanisme pertahanan tertentu pada berbagai tempat yang berhubungan dengan lingkungan :

1. Kulit dan mukosa orofaring

Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit yang utuh memiliki lapisan keratin atau lapisan tanduk pada permukaan luar dan epitel berlapis gepeng sebagai barrier mekanis yang baik sekali terhadap infeksi. Namun jika terjadi luka iris, abrasi atau maserasi (seperti pada lipatan tubuh yang selalu basah) dapat memungkinkan agen menular masuk.Kulit juga mempunyai kemampuan untuk melakukan dekontaminasi terhadap dirinya sendiri. Pada dekontaminasi fisik, organisme yang melekat pada lapisan luar kulit (dengan anggapan bahwa mereka tidak mati kalau menjadi kering) akan dilepaskan pada waktu lapisan kulit mengelupas. Dekontaminasi kimiawi terjadi karena tubuh berkeringat dan sekresi kelenjar sebasea sehingga membersihkan kulit dari kuman. Flora normal yang terdapat pada kulit menimbulkan dekontaminasi biologis dengan menghalangi pembiakan organism-organisme lain yang melekat pada kulit.2. Saluran pencernaan

Mukosa lambung merupakan kelenjar dan tidak merupakan barier mekanis yang baik. Sering terjadi defek-defek kecil atau erosi pada lapisan lambung, tetapi tidak banyak berarti pada proses infkesi sebab suasana lambung sendiri sangat tidak sesuai untuk banyak mikroorganisme. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keasaman lambung yang tinggi, disamping lambung cenderung memindahkan isinya ke usus halus dengan proses yang relatif cepat. Lapisan usus halus juga bukan merupakan barier mekanis yang baik dan secara mudah dapat ditembus oleh banyak bakteri. Namun gerakan peristaltik untuk mendorong isi usus berlangsung cepat sekali sehingga populasi bakteri dalam lumen dipertahankan tetap sedikit. Lapisan dalam usus besar secara mekanis juga tidak baik. Pada tempat ini pendorongan tidak cepat dan terdapat stagnasi relatf dari isi usus. Pertahanan utma melawan jasad renik adalah melalui banyaknya flora normal yang menghuni usus besar dan hidup berdampingan dengan hospes. Bakteri normal yang banyak ini berkompetisi untuk mendapatkan makanan atau mereka benar-benar mengeluarkan substansi antibakteri (antibiotik).3. Saluran pernafasanEpitel pada saluran nafas misalnya pada lapisan hidung, lapisan nasofaring, trakea dan bronkus, terdiri dari sel-sel tinggi yang beberapa diantaranya mengeluarkan mukus, tetapi sebagian besar diperlengkapi dengan silia pada permukaan lumen mereka. Tonjolan-tonjolan kecil ini bergetar seperti cambuk dengan gerakan yang diarahkan kemulut, hidung dan keluar tubuh. Jika jasad renik terhirup, mereka cenderung menegnai selimut mukosa yang dihasilkan dari mukus, untuk digerakkan keluar dan atau dibatukkan atau ditelan.Kerja perlindungan ini dipertinggi dengan adanya antibodi didalam sekresi. Jika beberapa agen menghindar dari pertahanan ini dan mencapai ruang ruang udara didalam paru-paru, maka disana selalu terdapat makrofag alveoler yang merupakan barisan pertahanan lain.4. Sawar pertahanan laina. RadangJika agen menular berhasil menembus salah satu barier tubuh dan memasuki jaringan, maka barisan pertahanan berikutnya adalah reaksi peradangan akut yaitu aspek humoral (antibodi) dan aspek seluler pertahanan tubuh bersatu.b. Pembuluh limfeAliran limfe pada radang akut dipercepat sehingga agen-agen menular ikut menyebar dengan cepat sepanjang pembuluh limfe bersama dengan aliran limfe itu. Kadang-kadang menyebabkan limfangitis, tetapi lebih sering agen-agen tersebut langsung terbawa ke kelenjar limfe, dimana mereka dengan cepat difagositosis oleh makrofag. Pada keadaan ini maka cairan limfe yang mengalir ke pusat melewati kelenjar limfe dapat terbebas dari agen-agen tersebut.c. Pertahanan terakhir (vena primer)Jika penyebaran agen menular tidak terhenti pada kelenjar limfe atau jika agen tersebut langsung memasuki vena ditempat primernya, maka dapat terjadi infeksi pada aliran darah. Ledakan bakteri didalam aliran darah sebenarnya tidak jarang terjadi, dan peristiwa yang dinamakan bakteremia ini biasanya ditangani secara cepat dan efektif oleh makrofag dari sistem monosit makrofag. Septikemia atau keracunan darah terjadi jika kondisi bakteremia berlanjut yang mengakibatkan organisme yang masuk berjumlah sangat besar dan cukup resisten sehingga sistem makrofag ditaklukkan. Organisme yang menetap ini menimulkan gejala malaise, kelemahan, demam, dll.Pada kondisi yang parah yang disebut septikopiemia atau disingkat piemia, dimana organisme mencapai jumlah yangs edemikan besarnya sehingga mereka bersirkulasi dalam gumpalan-gumpalan dan mengambil tempat pada banyak organ dan menimbulkan banyak sekali mikroabses.2.6 Reaksi Hopses dengan Jasad RenikCara interaksi hopses dengan mikroorganisme1. Komensalisme, antara hopses dan agen menular tidak saling menyerang atau menguntungkan bagi yang satu tanpa menimbulkan cedera pada yang lain.2. Mutualisme, interaksi hopses dengan mikroorganisme saling menguntungkan.3. Parasitisme, menguntungkan bagi yang satu tetapi merugikan bagi yang lain.2.7 Sifat-sifat Umum Penyakit Karena Infeksi1. Bakteri a. Organisme ber sel tunggalb. Mampu berproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai penjamuc. Tidak memiliki inti seld. Memiliki sitoplasma dan dikelilingi dinding sele. Mengandung DNA maupun RNAf. Bereproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan pembelahan sederhanag. Sebagian membentuk kapsul sehingga mampu bertahan pada sistem imun penjamuh. Dapat bersifat aerob dan anaerobi. Sebagian mengeluarkan toksinj. Bakteri gram positif mengeluarkan eksotoksin, pada pewarnaan akan berwarna unguk. Garam negative pada pewarnaan akan berwarna merah2. Virus a. Memerlukan penjamu untuk bereproduksib. Terdiri dari satu RNA atau DNA yang terkandung dalam selubung protein : kapsid.c. Virus harus berkaitan dengan membrane sel penjamu, masuk dan bergerak ke inti, DNA virus menyatu dengan DNA penjamu, gen-gen virus diwariskan kepada sel-sel baru selama mitosis, virus mengambil alih fungsi sel dan mengontrol sel.3. Mikroplasma Mikroorganisme unisel mirip bakteri, tetapi lebih kecil dan tidak mengandung peptidoglikan.4. Riketsia a. Memerlukan penjamu untuk bereproduksi secara seksualb. Mengandung DNA dan RNAc. Memiliki dinding patidoglikan d. Ditularkan melalui gigitan kutu5. Klamida a. Organisme uniselb. Bereproduksi secara aseksual dalam penjamu dan mengalami siklus replikasi.6. Jamura. Mencakup ragi (yeast) dan kapang (mold)b. Memiliki inti sel dan dinding sel7. Parasit a. Cacing b. Protozoa c. Arthropoda2.8 Jenis Jenis Penyakit Infeksi1. Jenis-jenis penyakit infeksi karena bakteri Infeksi stfilokokus atau streptokokus Gonore Sipilis Kolera Sampar Salmonelosis Sigelosis Demam typoid Difteri Haemofilus influenza Pertussis Tetanus

Tuberculosis

2. Jenis-jenis penyakit infeksi karena virus Ensefalitis Demam kuning Campak jerman Rubella Gondongan Poliomyelitis Hepatitis 3. Jenis-jenis penyakit infeksi karena mikroplasma Pneumonia mikroplasma4. Jenis-jenis penyakit infeksi karena Riketsia Tifus Rocky Mountain fever5. Jenis-jenis penyakit infeksi karena klamida Infeksi urogenital6. Jenis-jenis penyakit infeksi karena jamur Kandidiasi mulut Vagina Kurap 2.8 Pemeriksaan Laju Endap DarahA. Pengertian Laju Endap DarahLaju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa InggrisnyaErythrocyte Sedimentation Rate(ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darahuntuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam. Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe.International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH)merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah (LED) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma (mm/jam). Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter.Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai Laju Endap Darah di atas normal. Sehinggamereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.B. Standar Laju Endap Darah / LEDProses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap, yaitu tahap pembentukan rouleaux dimana sel darah merah berkumpul membentuk kolom, tahap pengendapan, dan tahap pemadatan. Di laboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang sering dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Westergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0-20 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam, sedang pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam.Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnyajika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergren bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergren yang dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergren daripada metode Wintrobe. Selain itu,International Commitee for Standardization in Hematology(ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.Pemeriksaan CRP dipertimbangkan lebih berguna daripada LED karena kenaikan kadar CRP terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke kadar normal daripada LED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji LED bila ingin membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit, dan bermanfaat untuk mengikuti perjalanan penyakit. Jika nilai LED meningkat, maka uji laboratorium lain harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah klinis yang muncul.LED berlangsung 3 tahap, tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux formation) dimana kecepatan sedimentasi sangat sedikit, tahap ke-2 kecepatan sedimentasi agak cepat, dan tahap ke-3 kecepatan sedimentasi sangat rendah.C. Variasi hasil Laju endap Darah / LED/ CSRPada orang yang lebih tua nilai Laju Endap Darah juga lebih tinggi.1. Dewasa (Metode Westergren): Pria 50 tahun = kurang dari 20 mm/jam Wanita < 50 tahun = kurang dari 20 mm/jam Wanita > 50 tahun = kurang dari 30 mm/jam

2. Anak-anak (Metode Westergren): Baru lahir

= 0 2 mm/jam Baru lahir sampai masa puber= 3 13 mm/jamD. Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Endap Darah / LEDFaktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma, dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat. Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga Laju Endap Darah (LED) cepat sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan Laju Endap Darah (LED) lambat.LED dapat meningkat karena:1. Faktor Eritrosit2. Jumlah eritrosit kurang dari normal.3. Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih mudah/cepat membentuk rouleaux LED meningkat.4. Faktor Plasma5. Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan rouleaux LED meningkat.6. Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) biasanya terjadi pada proses infeksi akut maupun kronis7. Faktor Teknik Pemeriksaan Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan mempercepat pengendapan LED meningkat. Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>20 C) akan mempercepat pengendapan LED meningkat.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium: Faktor yang mengurangi LED: bayi baru lahir (penurunan fibrinogen), obat (lihat pengaruh obat), gula darah tinggi, albumin serum, fosfolipid serum, kelebihan antikoagulan, penurunan suhu. Faktor yang meningkatkan LED: kehamilan (trimester kedua dan ketiga), menstruasi, obat (lihat pengaruh obat), keberadan kolesterol, fibrinogen, globulin, peningkatan suhu, kemiringan tabung. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).Bila dilakukan secara berulang,laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.Pengukuran Laju Endap Darah / LED /Erythrocyte Sedimentation Rate/ ESR berguna dalam mendeteksi dan memantaupenyakit auto-immune sepertisystemic lupus erythematosus/ SLE, dan rheumatoid arthritis, serta penyakit ginjal kronis. Pada penyakit-penyakit tersebut nilai Laju Endap Darah / LED /Erythrocyte Sedimentation Rate / ESR dapat melampaui 100 mm/jam.E. Prosedur Pemeriksaan LED, yaitu:

1. Metode Westergreena. Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4:1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4:1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.b. Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.c. Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.d. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.2. Metode Wintrobea. Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.b. Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur sampai tanda 0.c. Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.d. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.

F. Nilai Rujukan1. Metode Westergreen: Laki-laki : 0 15 mm/jam Perempuan : 0 20 mm/jam2. Metode Wintrobe : Laki-laki : 0 9 mm/jam Perempuan : 0 15 mm/jamPrinsip (Cara Westergren) darah EDTA didiamkan dalam waktu tertentu, maka sel sel darah akan mengendap.Tujuan: Untuk mengetahui kecepatan eritrosit mengendap dalam waktu tertentu.Alat yang digunakan:

1. Tabung Westergren2. Rak Westergren3. Penghisap4. Pencatat waktu5. Pipet berskala6. Spuit 5cc7. Botol kecil8. Reagen: Natrium sitrat 3,8%G. Cara Pemeriksaan:

1. Sediakan botol yang telah diberi 0,4cc Na Sitrat 3,8%2. Hisap darah vena 1,6cc dan masukan kedalam botol yg telah diisi Na sitrat 3,8%3. Campur baik-baik4. Hisap campuran tsb ke dalam tabung Westergren sampai tanda 05. Biarkan pipet tegak lurus dalam rak Westergren6. Baca tingginya plasma selama 1 dan 2 jamH. Hasil Laju Endap Darah/LED/ ESR yang tinggi juga dapat terjadi karena: Anemia Kanker seperti lymphoma ataumultiple myeloma Kehamilan Penyakit Thyroid Diabetes Penyakit jantungI. Terapi untuk penderita Laju Endap Darah / LED / ESR tinggi :1. Menjadi vegetarian hanya makan sayuran saja2. Kurangi penggunaan minyak dan lemak. Biasanya dalam 2 sampai 3 bulan LED sudah normal kembali.3. Terapi akupuntura. Tujuan Pemeriksaan:Menghitung jumlah leukosit dalam volumedarah tertentub. Metode Pemeriksaan:Manual (kamar hitung)danAlat otomatis2.9. PEMERIKSAAN HITUNG LEUKOSIT SECARA MANUALPrinsip:1. Darah diencerkan dalam pipet leukosit2. Masukkan dalam kamar hitung3. Hitung jumlah leukosit dalam volume tertentuAlat dan bahan:

Pipet leukosit

Kamar hitung Improved Neubauer Kaca penutup Larutan pengencer (larutan Turk) Darah kapiler, EDTA, oxalateCara kerja:

1. Mengisi pipet leukosit

2. Darah EDTA dihisapsampaigaris tanda 0.53. Hapus darahyangmelekat pada ujung pipet4. Masukkan ujung pipetke dalam larutan Turk dengan sudut 450dan hisap sampaigaris tanda 115. Angkat pipet dari cairan, tutup ujungpipetdenganujung jari, lepaskan karet penghisap6. Kocok pipet selama 15-30 detikMengisi kamar hitung

1. Letakkan kamar hitungmendatar di atas meja,dengankaca penutup2. Kocok pipet selama 3 menit3. Buang cairan dalam batang kapiler(3-4tetes)4. Sentuhkan ujung pipetdengansudut 300padapermukaan kamar hitung denganmenyinggung pinggir kaca penutup5. Biarkan 2-3 menitsupaya leukositmengendap

Menghitung jumlah sel:1. Objektif 10X, turunkan kondensor kecilkan diafragma2. Hitung semua leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar pada sudut-sudut seluruh permukaan yang dibagi3. Hitung sel mulai dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri= dihitung= tidak dihitung

Perhitungan:

1. Pengenceran 20 kali2. Jumlah semua sel yang dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4 menunjukkan jumlah leukosit dalam 0,13. Jumlah sel yang dihitung kali 50

Interpretasi hasil

Nilai rujukan:

Leukosit normal:a. Dewasa:5.000-10.000/b. Neonatus:10.000-25.000/c. 1-7 tahun:6.000-18.000/d. 8-12 tahun:4.500-13.500/ Leukosit Abnormal:a. >10.000/:leukositosisb. < 5.000/:leucopeniac. 10.000-15.000/:leukositosis ringand. 15.000-20.000/:leukositosis sedange. 20.000-50.000/:leukositosis beratf. >50.000/:reaksi leukomoid

Hitung leukosit menyatakan jumlah sel-sel leukosit perliter darah (Sistem International Units = SI unit) atau per satu mmk darah. Nilai normalnya 4000 - 11000 / mmk.Untuk penerapan hitung leukosit ada dua metode, manual dan elektronik. Pada umumnya metode elektronik belum digunakan secara umum, mungkin baru di laboratorium besar, sehingga cara manual masih memegang peranan penting. Metode elektronik tidak dibicarakan.

Menghitung Leukosit

Darah diencerkan dalam pipet leukosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung. jumlah leukosit dihitung dengan volume tertentu ; dengan mengenakan faktor konversi jumlah leukosit per ul darah dapat diperhitungkan. larutan TURK digunakan sebagai larutan pengencer, dengan komposisi : larutan gentianviolet 1% dalam air 1 ml, asam asetat glasial 1 ml, aquadest ad 100 ml. saringlah sebelum dipakai.a. Cara : Mengisi pipet Leukosit Hisaplah darah kapiler (kapiler, EDTA, atau oxalat) sampai pada garis tanda 0,5 tepat. Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet Masukkan ujung pipet kedalam larutan TURK sambil mempertahankan darah tetap pada garis tan tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 derajat dan larutan TURK dihisap perlahan-lahan sampai garis tanda 11 tepat. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara. Angkatlah pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari kemudian lepaskan karet penghisap. Kocoklah pipet tadi selama 15-30 detik. jika tidak segera akan dihitung letakkan pipet dalam posisi horizontal.1. Mengisi kamar hitung Letakkan kamar hitung yang telah benar-benar bersih dengan kaca penutup yang terpasang mendatar di atas meja. Kocoklah pipet yang berisi tadi selama 3 menit terus menerus (jangan samapai ada cairan yang terbuang dari pipet saat mengocok) Buang semua cairan yang ada pada batang kapiler pipet (3 4 tetes) dan kemudian sentuhkan ujung pipet (sudut 30 derajat) dengan menyinggung pinggir kaca penutup pada kamar hitung. Biarkan kamar hitung tersebut terisi cairan perlahan-lahan dengan gaya kapilaritasnya sendiri. Biarkan kamar hitung yang sudah terisi tersebut selama 2-3 menit agar leukosit-leukosit mengendap. jika tidak akan dihitung segera, simpan kamar hitung tersebut dalam cawan peti tertutup yang berisi kapas basah.b. Cara Menghitung Sel1. Pakailah lensa objektif kecil (pembesaran 10x). Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma mikroskop. Meja mikroskop harus datar,2. Kamar hitung dengan bidang bergaris diletakkan di bawah objektif dan fokus mikroskop diarahkan pada garis-garis bagi tersebut. Dengan sendirinya leukosit-leukosit akan jelas terlihat.3. Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar pada sudut-sudut seluruh permukaan yang dibagi.4. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri dan seterusnya. Kadang ada sel yang menyinggung garis suatu bidang, sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas haruslah di hitung. Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis sebelah kanan dan bawah tidak boleh dihitung.

c. PerhitunganPengenceran yang dilakukan pada pipet adalah 20 kali. Jumlah semua sel yang dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4 menunjukkan jumlah leukosit dalam 0,1 ul. Kalikan angka tersebut dengan 10 (untuk tinggi) dan 20 (untuk pengenceran) untuk mendapatkan jumlah leukosit dalam 1 ul darah.Singkatnya : Jumlah sel yang terhitung dikali 50 = jumlah leukosit per ul darah.

Catatan : Pengenceran yang lazim digunakan untuk menghitung leukosit adalah 20 kali, tetapi menurut keadaan (leukositosis tinggi atau leukopenia) pengenceran dapat diubah sesuai keadaan tersebut, lebih tinggi pada leukositosis dan lebih rendah pada leukopenia. Sedian darah dengan oxalat yang tidak segera dipakai ada kemungkinan terjadi penggumpalan leukosit. Jika darah tepi banyak mengandung sel darah merah berinti maka sel tersebut akan diperhitungkan seperti leukosit, untuk koreksi dapat dilakukan pemeriksaan sedian hapus yang dipakai untuk hitung jenis leukosit, persentase sel darah merah berinti di catat. misalnya ; didapatkan 10.000 leukosit per ul darah dan dari hitung jenis didapatkan tiap 100 leukosit ada 25 sel darah merah berinti, maka jumlah leukosit yang sebenarnya adalah

Nilai normal hitung jenis pada dewasa:

Basofil: 0-1 %

Eosinofil: 1 3 %

Neutrofil batang: 2 6 %

Neutrofil segmen: 50 70 %

Limfosit: 20 40 %

Monosit: 2 8 %

Hematokrit: P 37-43

Basofilia: leukemia granulositik kronik

Eosinofilia: asma bronkial, askariasis

Neutrofilia: infeksibakteri, intoksikasi

Limfositosis: infeksivirus

Monositosis: malaria

1.10 Pemeriksaan Hitung Jenis EritrositHitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter darah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.

Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah: Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi. Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux. Natrium klorid 0.85 %Nilai Rujukan

Dewasa laki-laki: 4.50 6.50 (x106/L)

Dewasa perempuan: 3.80 4.80 (x106/L)

Bayi baru lahir: 4.30 6.30 (x106/L)

Anak usia 1-3 tahun: 3.60 5.20 (x106/L)

Anak usia 4-5 tahun: 3.70 5.70 (x106/L)

Anak usia 6-10 tahun: 3.80 5.80 (x106/L)

Penurunan eritrosit: kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan

Peningkatan eritrosit: polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit kardiovaskuler

Indeks Eritrosit Mencakup parameter eritrosit, yaitu: Mean cell / corpuscular volume(MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER) MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/L) Normal 80-96 fl Mean Cell Hemoglobin Content(MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/L)

Normal 27-33 pg Mean Cellular Hemoglobin Concentration(MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l) Normal 33-36 g/dL Red Blood Cell Distribution Width(RDW)

RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8m, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan.

RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100

Nilai normal rujukan 11-15%

Menghitung Eritrosit Darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu ; dengan menggunakan faktor konversi, jumlah eritrosit per ul darah dapat diperhitungkan. larutan pengencer yang dipakai adalah larutan HAYEM, dengan komposisi :

natrium sulfat (berair kristal) 5 g; natrium klorida 1 g; merkuri klorida 0,5 g, aquadest ad 200 ml. Juga boleh dipakai larutan GOWERS : natrium sulfat 12,5 g; asam asetat glasial 33,3 ml; aquadest ad 200 ml.Langkah Kerja1. Saringlah sebelum dipakai.2. Mengisi pipet eritrositTindakan-tindakan sama seperti mengisi pipet leukosit ; darah dihisap samapai tanda 0,5 dan larutan pengencer samapa tanda 11.Mengisi kamar hitungsama dengan metoda yang digunakan untuk menghitung leukosit di atas

1. 3. Menghitung jumlah sel

2. Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. meja mikroskop harus dalam posisi rata air.Atur fokus terlebih dahulu dengan memakai lensa objektif kecil (10 x), kemudian lensa tersebut diganti dengan lensa objektif besar (40x), sampai garis-garis bagi dalam bidang besar tengah jelas terlihat. Hitung semua eritrosit yang terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil (misalnya ; pada keempat sudut bidang besar di tambah dengan satu bidang di bagian tengah). Cara dan ketentuan menghitung sel sama dengan cara menghitung leukosit. Perhitungan Pengenceran dalam pipet eritrosit adalah 200 kali. Luas tiap bidang kecil 1/400 mm kuatdrat, tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan eritrosit yang dihitung dalam 5 x 16bidang kamar kecil = 80 bidang kecil, yang jumlah luasnya 1/5 mm kuatdrat. Faktor untuk mendapatkan jumlah eritrosit dalam ul darah menjadi 5 x 10 x 200 = 10.000Catatan : Pengenceran yang lazim dipakai untuk menghitung eritrosit adalah 200 x; tetapi menurut keadaan (eritrositosis atau anemia) dapat diubah sesuai dengan keadaan itu. untuk mengecilkan kesalahan sekurang-kurangnya harus 400 eritrosit dihitung dalam kamar hitung. Menghitung eritrosit dengan kamar hitung lebih sukar dibanding dengan menghitung leukosit dan dibutuhkan ketelitian yang lebih.BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanInfeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi(Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998).Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen-elemen berikut:7. Agen infeksius atau pertumbuhanm pathogen

8. Tempat atau sumber pertumbuhan pathogen

9. Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut

10. Cara penularan

11. Portal masuk pejamu

12. Pejamu yang rentanFaktor Jasad Renik Pada Infeksia. Daya Transmisi

b. Daya Invasi

c. Kemampuan Untuk Menimbulkan Penyakit

Mikroorganisme Penyebab Infeksia. Bakterib. Virusc. Fungid. Parasit

Faktor Hospes Pada Infeksia. Kulit dan mukosa orofaringb. Saluran pencernaanc. Saluran pernafasand. Sawar pertahanan lainCara Interaksi Hopses Denagn Mikroorganisme4. Komensalisme, antara hopses dan agen menular tidak saling menyerang atau menguntungkan bagi yang satu tanpa menimbulkan cedera pada yang lain.

5. Mutualisme, interaksi hopses dengan mikroorganisme saling menguntungkan.

6. Parasitisme, menguntungkan bagi yang satu tetapi merugikan bagi yang lain.

Jenis-Jenis Penyakit Infeksi

1. Jenis-jenis penyakit infeksi karena bakteri

Infeksi stfilokokus atau streptokokus

Gonore

Sipilis

2. Jenis-jenis penyakit infeksi karena virus

Ensefalitis

Demam kuning

Campak jermanPemeriksaan Laju Endap Darah

Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa InggrisnyaErythrocyte Sedimentation Rate(ESR)merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darahuntuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam.Pemeriksaan Hitung LeukositPrinsip:1. Darah diencerkan dalam pipet leukosit2. Masukkan dalam kamar hitung3. Hitung jumlah leukosit dalam volume tertentuPemeriksaan Hitung EritrositHitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter darah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.3.2 SaranAdapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis mengenai makalah ini adalah:1. Diharapkan penulis dapat mengembangkan dan melanjutkan penulisan makalah mengenai infeksi.2. Diharapkan pembaca dapat memahami penjelasan mengenai infeksi yang telah diuraikan.3. Diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan ilmu pengetahuan.DAFTAR PUSTAKAHimawan, Sutisna (ed). 1973. Patologi. Jakarta: PT. Repro International.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.

29