makalah isbd

4
TEMA EKSISTENSI BUDAYA LOKAL DI ERA GLOBALISASI DAN PELESTARIANNYA BUDAYA KATO NAN AMPEK DI MINANGKABAU YANG SUDAH MULAI TERGERUS ZAMAN BAB I PENDAHULUAN Salah satu kebiasaan atau tradisi orang Melayu, yang khususnya orang Minangkabau yang masih tampak lekat begitu kuat adalah dari segi berbahasa yang tidak mau berterus terang. Terutama dalam berbicara. Tidak berterus terang merupakan adab dan nilai tersendiri menurut orang Minangkabau. Menurut etika atau tata nilai, mereka yang bicara terus terang adalah anak-anak yang belum mengerti dengan bahasa kiasan, lambang-lambang atau simbol-simbol yang terdapat dalam masyarakat, hanya baru tahu memakai bahasa untuk berkata-kata saja, belum sampai pada taraf seni bahasa, adab bahasa dan sopan santun. Orang Minangkabau lebih suka menyampaikan sesuatu dengan beribarat, bermisal-misal, sindir-menyindir, mempergunakan lambang-lambang atau simbol-simbol, dalam bentuk pantun atau pepatah petitih.

description

untuki tugas isbd undip

Transcript of makalah isbd

TEMAEKSISTENSI BUDAYA LOKAL DI ERA GLOBALISASI DAN PELESTARIANNYA

BUDAYA KATO NAN AMPEK DI MINANGKABAU YANG SUDAH MULAI TERGERUS ZAMAN

BAB IPENDAHULUANSalah satu kebiasaan atau tradisi orang Melayu, yang khususnya orang Minangkabau yang masih tampak lekat begitu kuat adalah dari segi berbahasa yang tidak mau berterus terang. Terutama dalam berbicara. Tidak berterus terang merupakan adab dan nilai tersendiri menurut orang Minangkabau.Menurut etika atau tata nilai, mereka yang bicara terus terang adalah anak-anak yang belum mengerti dengan bahasa kiasan, lambang-lambang atau simbol-simbol yang terdapat dalam masyarakat, hanya baru tahu memakai bahasa untuk berkata-kata saja, belum sampai pada taraf seni bahasa, adab bahasa dan sopan santun. Orang Minangkabau lebih suka menyampaikan sesuatu dengan beribarat, bermisal-misal, sindir-menyindir, mempergunakan lambang-lambang atau simbol-simbol, dalam bentuk pantun atau pepatah petitih.Orang Minangkabau terkenal dengan kato yang empat katonan ampek yakni Kato Mandaki, Kato Manurun, Kato Mandata, Kato Malereng. Berbicara adalah kebutuhan kita sebagai manusia. Berbicara merupakan salah satu cara yang efektif bagi kita untuk berkomunikasi untuk memberikan informasi atau pesan kepada orang lain. Dengan berbicara kita bisa menyampaikan maksud dan tujuan serta buah pikiran kita dengan cepat. Ada banyak etika, adab dan sopan santun dalam berbicara yang diketahui dan dianut oleh masyarakat. Salah satu acuan yang dapat kita pedomani adalah adab berbicara di Minangkabau Sumatera Barat yang dikenal dengan Kato nan Ampek yaitu adab berbicara dibedakan atas empat (ampek) jenis audience atau lawan komunikasi kita, sebagai berikut: Pertama Kato Mandaki. Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau dituakan dan lebih dihormati karena jabatan dan kedudukannya. Misalnya seorang penghulu atau niniak mamak. Kedua Kato Mandata. Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan teman sebaya atau rekan kerja. Misalnya di sekolah atau diperkantoran. Ketiaga Kato Malereng. Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki hubungan kekerabatan dengan kita dan keluarga seperti ipar, besan, sumando, mamak rumah. Keempat Kato Manurun. Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan orang yang lebih muda ataupun kepada bawahan. Misalnya pada adik kita sendiri di dalam keluarga.

BAB IIPERMASALAHAN

Sebagaimana yang di pahami, bahwa alat kesusasteraan itu adalah bahasa. Bahasa menurut pengertian orang Minangkabau adalah dua. Pertama adalah sebagai alat komunikasi antara sesama manusia sedangkan kedua adalah sebagai tatakerama didalam kehidupannya bermasyarakat di Minangkabau. Kalau kita lihat fenomena yang terjadi ditengah- tengah kehidupan kita pada Minangkabau kata-kata itu sudah mulai pudar dimana masyarakat saat ini sudah jarang sekali mengerti dengan bahasa ini. Bahasa Minangkabau tidak lagi berada pada posisi aturan adat Minangkabau yaitu kato mandaki, kato mandata, kato malereang, kato manurun, meskipun dilihat pada tataran umur yang memiliki perbedaan. Saat ini masyarakat menyamakan saja bahasa dengan tataran umur yang sama dan ada juga yang tidak beretika. Kalau kita lihat saat ini sudah sangat lunturnya etika dalam berbicara karena dipengaruhi juga oleh arus modernisasi yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Memang betul kalau kita lihat realita hari ini perubahan itu sudah terjadi dalam masyarakat kita. Sebagaimana Menurut William F Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial. Sedangkan menurut Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Teori penyebab perubahan sosial, beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Kondisi yang dimaksud antara lain: kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis ataupun biologis.