Makalah Insomnia

18
Pria 45 Tahun yang Mengalami Sulit Tidur Brandy Devisco 102012379 / C8 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731 [email protected] Pendahuluan Tidur adalah keadaan inaktivitas relatif pikiran dan gerakan tubuh yang berulang. Orang yang tidur akan segera terganggu oleh rangsangan eksternal, tetapi jika tidurnya sedang berlangsung sebagian besar ia akan terlindungi dari pengawasan diri dan lingkungannya. 1 Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita insomnia setiap tahunnya. Gangguan tidur ini dapt mempengaruhi pekerjaan, aktifitas social dan status kesehatan penderitanya. Bukti lain menunjukkan bahwa adanya korelasi yang bermakna antara kurang tidur dan kecelakaan lalulintas. Kesulitan untuk memulai tidur ( initiating sleep ) lebih sering dijumpai pada wanita, sedangkan kesulitan mempertahankan tidur dan terbangun pada pagi hari memiliki prevalensi yang sama antara wanita dan pria . Keluhan insomnia lebih sering didapat pada orang yang mudah cemas atau depresi, orang dengan sosial ekonomi yang rendah, bercerai , mereka dengan penyakit kronis, dan pada peminum alkohol berat. Pada lansia, keluhan insomnia dapat merupakan gejala sekunder dari perubahan pola tidur yang normal yang terkait dengan usia lanjut. 2

description

pbl

Transcript of Makalah Insomnia

Pria 45 Tahun yang Mengalami Sulit TidurBrandy Devisco102012379 / C8Mahasiswa Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida WacanaJln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) [email protected] Tidur adalah keadaan inaktivitas relatif pikiran dan gerakan tubuh yang berulang. Orang yang tidur akan segera terganggu oleh rangsangan eksternal, tetapi jika tidurnya sedang berlangsung sebagian besar ia akan terlindungi dari pengawasan diri dan lingkungannya.1Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita insomnia setiap tahunnya. Gangguan tidur ini dapt mempengaruhi pekerjaan, aktifitas social dan status kesehatan penderitanya. Bukti lain menunjukkan bahwa adanya korelasi yang bermakna antara kurang tidur dan kecelakaan lalulintas. Kesulitan untuk memulai tidur ( initiating sleep ) lebih sering dijumpai pada wanita, sedangkan kesulitan mempertahankan tidur dan terbangun pada pagi hari memiliki prevalensi yang sama antara wanita dan pria . Keluhan insomnia lebih sering didapat pada orang yang mudah cemas atau depresi, orang dengan sosial ekonomi yang rendah, bercerai , mereka dengan penyakit kronis, dan pada peminum alkohol berat. Pada lansia, keluhan insomnia dapat merupakan gejala sekunder dari perubahan pola tidur yang normal yang terkait dengan usia lanjut.2Ada 2 jenis tidur, yaitu tidur gelombang lambat (tidur NREM) dan tidur paradoksikal (tidur REM) yang berfrekuensi 3-6 siklus per detik. Pada fase tidur paradoksikal didapatkan pola EEG yang serupa dengan keadaan terjaga. Pola perilaku yang menyertai tidur paradoksikal ditandai oleh inhibisi mendadak tonus otot seluruh tubuh sehingga otot-otot mengalami relaksasi total tanpa terjadi gerakan. Tidur paradoksikal juga ditandai oleh gerakan mata cepat ( rapid eye movement ), kecepatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan menjadi tidak teratur / ireguler dan tekanan darah mungkin berfluktuasi. Tidur paradoksikal merupakan tahap tidur yang paling dalam, karena pada siklus tidur normal, seseorang selalu melewati tidur gelombang lambat sebelum masuk ke tidur paradoksikal, saat ini orang paling sulit dibangunkan tetapi mudah terbangun sendiri. Selama masa remaja dan dewasa, tidur paradoksikal rata-rata menghabiskan 20% dari waktu tidur total.2Kebanyakan orang dewasa tidur sekitar 7-8 jam dalam semalam, meskipun berbagai variasi terdapat pada orang-orang sehat dan pada berbagai usia. Pada bayi dan orang tua terdapat frekuensi tidur bangun yang lebih sering . Beberapa keadaan tertentu seperti demam tinggi, nyeri yang luar biasa, gangguan emosional, dan lain-lainnya, dapat mengganggu tidur seseorang.

AnamnesisDimulai dari umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan status perkawinan. Umur perlu ditanyakan karena pada bebrapa penyakit tertentu hanya menyerang kelompok usia tertentu, demikian pula pekerjaan perlu ditanyakan; pada kasus-kasus tertentu (misalnya pada polineuropati) maka anamnesis pekerjaan mutlak ditanyakan karena sering bisa bisa mengungkapkan sebab dari penyakit tersebut (penyemprotan tanaman/ insektisida, bahan-bahan kimia tertentu, dsb). Status perkawinan pelu ditanyakan pada pasien dengan keluhan kejiwaan.Keluhan yang mungkin dialami adalah sulit masuk tidur, sering terbangun di malam hari atau mempertahankan tidur yang optimal, atau kualitas tidur yang buruk. Berapa lama gejala itu sudah dialaminya, dan akibatnya? Adakah suatu perubahan di lingkungannya? Hanya terjadi dirumah sendiri atau hanya pada hari kerja?3Wawancarai pasangan tidurnya tentang saat masuk tidur pasien. Tanyakan gejala ikutannya, sepeti menggorok, refluks gastrointestinal, kaki goyang (restless leg), dan kejutan mioklonik. Apakah pasien jadi nokturia sebagai akibat sekunder dari minum terlalu banyak semalaman atau patologi saluran kemih?3Tanyakan tentang higiene tidur. Apakah kamar tidur cukup menyenangkan dan tenang? Tempat tidur bersih? Apakah pasien berbuat sesuatu yang mengarahkan perhatian ke tempat lain seperti menonton televisi, makan, dan membaca? Adakah keadaan yang secara psikologik merangsang saat mau tidur? Makan banyak, latihan fisik yang melelahkan, dan minuman alkohol lebih dari satu macam harus dihindarkan sebelum tidur. Apakah pasien tidur larut malam pada akhir minggu, sehingga tidak bisa tidur sore pada hari minggunya? Bila demikian, hal tersebut menyatakan adanya siklus tidur yang tertunda.3

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan darah lengkap dan urin. Pemeriksaan EEG : merupakan suatu kegiatan perekaman dan interpretasi terhadap aktifitas listrik otak melalui penempatan elektrode di kepala Sebelum melakukan suatu perekaman atau interpretasi sebaiknya kita sedikit memahami tentang mesin EEG serta persiapan yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil rekaman yang dibutuhkan.Indikasi EEG adalah: pasien dengan kemungkinan epilepsi; Pasien kejang; Pasien dengan penurunan kesadaran/ komasakit kepala menahun; Mengevaluasi efek serebral pada penyakit metabolic sistemik; Mengevaluasi tidur (sleepy study); dan Memonitor aktivitas serebral pada pasien dalam narkose umum.

Diagnosis Gangguan tidur ada 2 macam, yaitu gangguan tidur yang fungsional dan patologis. Gangguan tidur fungsional terdiri dari somnabulisme, sleep automatism, kejang nokturnus, dan paralisis nokturnus. Sedangkan hipersomnia (terlalu banyak tidur) dan insomnia (kurang tidur) merupakan bagian dari gangguan tidur patologis.2Insomnia sendiri didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.2Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek ( short sleepers ), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek, mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari.2Berdasarkan waktu terjadinya, insomnia dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu: 1. Transient insomnia : insomnia yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat secara retrospektif setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang juga cukup sering ditemukan, faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus dan jarang membawa pasien ke dokter. 2. Short-term insomnia: Berlangsung 1-6 bulan dan biasanya disebabkan oleh kejadian-kejadian stress yang lebih persisten, seperti kematian salah satu anggota keluarga. 3. Cyclical insomnia ( recurrent insomnia ): Kondisi ini lebih jarang daripada transient insomnia. Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara tidur dan bangun. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi sementara ataupun seumur hidup. Kejadian berulang ini bisa terjadi akibat perubahan fisiologis seperti siklus premenstrual ataupun perubahan psikologik seperti manik depresif, anorexia nervosa, atau kambuhnya perubahan perilaku tertentu seperti kecanduan obat, dan lain sebagainya.4. Chronic insomnia ( persistent insomnia ) : Berlangsung lebih dari 6 bulan. Dibagi menjadi 2, yaitu insomnia primer dan sekunder. Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau susah tidur ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita insomnia. Pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini.Insomnia Sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis. Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau susah tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang menderita insomnia.

Gejala Klinis dan Diagnosis yang MungkinKriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ5Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang burukb. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 3 bulan.c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang harid. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaanAdanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada transient insomnia) tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2)

Diagnosis insomnia: 1. Insomnia psikofisiologik menetap: gangguan mengawali dan mempertahankan tidur menetap tanpa obat atau psikopatologi yang menonjol. Sering terbangun, mimpi mencamaskan, otot tegang, nadi cepat. Pasien akan tidur baik bila tidak bekerja, cuti, atau dilingkungan tidur baru. 32. Insomnia terkait dengan gangguan ansietas atau kepribadian: gangguan mengawali dan mempertahankan tidur menetap dengan diagnosis gangguan neurotik atau kepribadian. EEG terdapat fragmentasi tidur, berkurangnya tidur gelombang lambat, dan sedikit tidur REM.33. Insomnia terkait dengan depresi: depresi berakibat gelisah, tidur tidak puas, sering terbangun, dengan latensi REM pendek. Insomnia sering pada pagi buta (terminal insomnia). Pasien depresif tipe bipolar atau atipik menjadi hipersomnia. Insomnia pada depresi reaktif biasanya latensi REM pendek.34. Insomnia terkait dengan mania: tidur amat sedikit (2-4 jam), dengan atau tanpa tidur siang yang baik. Tidak tidur sampai lelah.35. Insomnia terkait dengan kambuhnya skizofrenia atau psikosis fungsional: latensi tidur amat panjang dan sering terbangun. Pasien tidak tidur sampai lelah.36. Insomnia terkait dengan depresi SSP: obat- kurangi , REM naik . Batas stadium kabur. Setelah pakai beberapa mingu, latensi tidur panjang sering terbangun. Pemutusan mendadak- tidur amat terganggu. Rebound REM (sering mengigau).37. Insomnia terkait dengan stimulasi: latensi tidur memanjang, kurangi , REM kurang. Bisa timbul gangguan somnolensi berlebih, hipersomnia sewaktu dapat terjadi dan merupakan gejala klasik.38. Insomnia terkait dengan apnea atau hiperventilasi alveolar: 10 detik > terhentinya napas, setelah bangun tidur.39. Insomnia terkait dengan mioklonus nokturna: kontraksi periodik saat tidur pada pinggul, tungkai, mata kaki, diikuti siaga parsial atau lengkap. Lama 10 detik >, EEG tak ada tanda kejang.310. Insomnia terkait dengan alkohol: tidur yang tak puas dan segar. Tak ada stadium 3 atau 4 pada alkoholisma kronik. REM kacau dan pendek. REM tertekan. Ada hipersomnia atau insomnia terminal, sering terbangun pada larut malam. 311. Insomnia terkait dengan putus alkohol: latensi tidur amat panjang, memendek 3/4, rebound REM, sering terbangun, gelisah.312. Insomnia terkait dengan penyakit tubuh, neurologik, toksik atau lingkungan: bervariasi dalam tipe dan beratnya. Umumnya latensi tidur panjang, terbangun, gelisah, berkurang 3/4.3

Faktor Resiko InsomniaHampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi resiko insomnia meningkat jika terjadi pada: Wanita. Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan hormon selama siklus menstruasi dan menopause mungkin memainkan peran. Selama menopause, sering berkeringat pada malam hari dan hot flashes sering mengganggu tidur. Usia lebih dari 60 tahun. Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia meningkat sejalan dengan usia. Memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak gangguan, termasuk depresi, kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu tidur. Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan insomnia kronis. Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia. Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja. Bekerja di malam hari sering meningkatkan resiko insomnia.

EpidemiologiDi amerika serikat kurang lebih sepertiga penduduknya memiliki gangguan tidur. Di Indonesia gangguan tidur bervariasi, tergantung pekerjaan yang dimiliki, pekerjaan-pekerjaan yang mengakibatkan terganggunya siklus tidur seperti perawat, dokter, satpam sangat besar menimbulkan gangguan tidur pada individu tersebut. Ada penelitian yang membuktikan bahwa 70% dari perawat di Jakarta mengalami insomnia. Insomnia lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dengan rasio 3 : 2. Dengan bertambahnya usia bertambah pula angka kejadian gangguan tidur.

EtiologiStres, insomnia pada umumnya terjadi di saat seseorang mengalami stres. Seperti beban pekerjaan, pikiran terlalu kacau dan lain yang menyebabkan stres, alangkah baik nya hindari beban pikiran yang membuat beban anda bertambah, kalau terjadi hal demikian, usahakan untuk refresing, berlibur ataupun bahkan happy-happy bersama keluarga.4Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Masalah kesehatan, problem kesehatan sering kali mengganggu tidur. Orang dengan arthritis contohnya, sangat berpotensi mengalami insomnia, dikarnakan nyeri yang dirasakan membuat sebagian orang sulit untuk bisa tertidur. Penyakit jantung ataupun problem pernapasan juga bisa membuat penderitanya tidak bisa tertidur dgn nyenyak. Kelenjar tiroid yang terdeteksi aktif bisa menyebabkan kegelisahan dan juga kesulitan tidur. Perempuan pada masa menopause juga akan bisa mengalami insomnia.4Pengaruh obat dan alkohol sangat berbahaya bagi kesehatan, dan akan berpotensi memicu penyebab tidak bisa tidur. Penyalahgunaan obat contohnya seperti nikotin juga bisa menyebabkan terjadinya gangguan di saat tidur. Nikotin merupakan stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah malam. Akan akan tetapi , tidak cuma obat-obatan terlarang yang bisa menyebabkan problem tidur, obat racikan ataupun bahkan obat resep, seperti beta-blocker juga bisa menyebabkan terganggunya kelelapan tidur .4Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.'Belajar' insomnia. Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan tentang tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau membaca.Gangguan yg lain, insomnia bisa terjadi kalau pasangan yang mendengkur terlalu keras ataupun sesudah selesai bekerja shift di petang hari. Bekerja di petang hari menyebabkan gangguan pada jam alami tubuh. Selain itu , insomnia jangka pendek bisa pula disebabkan oleh lelahnya pekerjaan yang dilakukan petang hari. Terakhir, problem suasana ruang tidur yang tidak terlalu nyaman ( seperti terlalu dingin ataupun panas) hal ini bisa berpotensi pula terjaring insomnia.4

Patofisiologi Adanya lesi maupun degenerasi thalamus akan menyebabkan insomnia. Teori lainnya menduga bahwa insomnia berkaitan erat dengan neuroendokrin, terutama pengaruh ACTH-kortisol, hiperprolaktinemia, dan hormon pertumbuhan terhadap slowwave sleep . Melatonin, hormon dari glandula pineal yang disekresikan terutama pada malam hari (saat gelap), diperkirakan berperan dalam proses tidur-bangun. Kadar melatonin tertinggi dalam darah terjadi pada saat tidur di malam hari dan kadar terendah adalah pada siang hari atau saat bangun. Pemberian melatonin dapat menginduksi tidur, dapat mempertahankan tidur atau keduanya .

PenatalaksanaanNon MedikamentosaTerapi tingkah laku, bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita insomnia.Terapi tingkah laku meliputi Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik. Teknik relaksasi, meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood. Terapi kognitif, meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau dalam grup. Kontrol stimulus, untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas. Restriksi tidur, untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di tempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.

MedikamentosaPada umumnya, bila insomnia singkat ( kurang dari 3 minggu), coba dengan hipnotika mungkin menolong. Bila insomnia kronik, jangan gunakan hipnotika, pastikan dulu diagnosisnya. Kontra indikasi penggunaan hipnoika termasuk juga mengorok yang berat, tanda lain adanya apnea tidur, dan kemungkinan ketergantungan, toleransi, atau penyalagunaan hipnotika-sedatif. Bila terdapat psikosis, rencanakan penggunaan antipsikotika. Bila tidak, benzodiasepin biasanya merupakan pilihan, sebab mereka mempunyai indeks terapeutik yang merentang lebat, kurang induksi enzimnya, dan kurang adiktif dibandingkan dengan barbiturat.3Pilihan benzodiazepin bergantung pada jalur metabolisme dan waktu eliminasi tengahnya. Obati insomnia fase awal tanpa cemas di siang hari dengan benzodiazepin yang berdaya kerja pendek contoh, triazolam (Halcion) 0,125 mg, temazepam (Restoril) 15 mg, dan estazolam (Prozom, Esilgan) 1 mg. Insomnia fase tengah, atau fase akhir (dini hari) mungkin akan membutuhkan benzodiazepin yang berdaya kerja panjang, seperti yang digunakan untuk mengobati insomnia dengan ansietas pada siang hari contoh, diazepam (Valium) 5 mg, flurazepam (Dalmane, Dalmadorm) 15 mg, dan quazepam (Doral) 7,5 mg.3Mulai dengan dosis yang terendah dan naikan sampai ada efeknya. Kebanyakan pasien memberi respon terhadap benzodiazepin bila dosis dinaikkan sampai cukup. Bila dosis efektif telah tercapai, jangan dinaikkan lagi. Bila tidak mempan pada dosis itu menunjukkan aadanya toleransi dan membutuhkan pengurasan obat dari tubuh. Beritahu pasien bahwa setelah menghentikan obat, mereka akan mendapatkan insomnia efek balik (rebound insomnia), yang tidak merupakan indikasi untuk memberikan terapi terus. 3Frekuensi penggunaan hipnotika tidak boleh melebihi 3 dari empat malam yang dilalui, dan penggunaannya tidak boleh melampaui beberapa bulan. 3

Edukasi Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur. Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa. Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur. Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan pernapasan atau beribadah Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur pada malam hari. Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari kebisingan Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur. Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin Menghindari makan besar sebelum tidur Cek kesehatan secara rutin Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesikKomplikasiTidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur. Insomnia dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.Komplikasi insomnia meliputi: gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah; saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan reaksi kecelakaan; masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi; kelebihan berat badan atau kegemukan; daya tahan tubuh yang rendah; meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.

PrognosisPrognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada gangguan lain spt depresi dan lain-lain. Lebih buruk jika gangguan ini disertai skizophrenia.

Kesimpulan Insomnia merupalan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan dalam mempertahankan tidur, atau tidak cukup tidur. Insomnia merupakan gangguan fisiologis yang cukup serius, dimana apabila tidak ditangani dengan baik dapat mempengaruhi kinerja dan kehidupan sehari-hari.Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan berlebihan, pengaruh makanan dan obat-obatan, perubahan lingkungan, dan kondisi medis. Insomnia didiagnosis dengan melakukan penilaian terhadap pola tidur penderita, pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang, tingkatan stres psikis, riwayat medis, aktivitas fisik, dan kebutuhan tidur secara individual.Insomnia dapat ditatalaksana dengan cara farmakologi dan non farmakologi, bergantung pada jenis dan penyebab insomnia. Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi insomnia dapat berupa golongan benzodiazepin (Nitrazepam, Trizolam, dan Estazolam), dan non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital). Tatalaksana insomnia secara non farmakologis dapat berupa terapi tingkah laku dan pengaturan gaya hidup dan pengobatan di rumah seperti mengatur jadwal tidur.

Daftar Pustaka1. W.Sudoyo, Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 5. Jilid III.. Jakarta: Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2009. h.2177.2. Turana Y. Gangguan tidur : Insomnia.11 Mai 2007. Medika Holistik Reference [serial online]. Diunduh pada tanggal 14 Januari 2015 . Diunduh dari http://www.medikaholistik.com/medika.html?xmodule=document_detail&xid=183&ts=1421244631&qs=health3. Kaplan, Benjamin J. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta : Widya Medika; 1998. h.315-20.4. Macam-macam penyebab susah tidur atau insomnia. 09 Oktober 2014. Kompas Reference [serial online]. Diunduh pada tanggal 14 Januari 2015 . Diunduh dari http://forum.kompas.com/kesehatan/338019-macam-macam-penyebab-susah-tidur-atau-insomnia.html5. Maslim, Rusdi. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari ppdgj-III dan dsm 5. Jakarta: PT Nuh-Jaya; 2013. h.267.