MAKALAH -inkarussunnah

17
TUGAS MATA KULIAH STUDI HADITS “INKARUSSUNNAH” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Studi Hadits Dosen Pengampu : Musyarrofah Disusun Oleh : Marsudi Wahyudi Wahdaniya Lailatul Masna SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL IBROHIMY

Transcript of MAKALAH -inkarussunnah

Page 1: MAKALAH -inkarussunnah

TUGAS MATA KULIAH STUDI HADITS

“INKARUSSUNNAH”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Studi Hadits

Dosen Pengampu : Musyarrofah

Disusun Oleh :

Marsudi

Wahyudi

Wahdaniya

Lailatul Masna

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

AL IBROHIMY

TANJUNGBUMI BANGKALAN

2012

Page 2: MAKALAH -inkarussunnah

KATA PENGANTAR

Puji syukur al-hamdulillah, kami ucapkan atas karunia dan nikmat Allah SWT sehingga

kami bisa menyelesaikan tugas makalah kelompok dengan judul Ingkarus-sunnah ini untuk

melengkapi tugas kelompok mata kuliah Studi Hadis.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Desen Pengampu yang telah memberikan

bimbingan dan bekal untuk menyelesaikan makalah ini. Ucapan terimakasih juga kami

sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat menyadari bahwa kami adalah manusia biasa yang jauh dari

kesempurnaan. Begitu juga dengan karya kami ini yang juga jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan-perbaikan

dimasa yang akan datang dan semoga kita senantiasa mendapat petunjuk dan pertolongan

Allah SWT. Amin

Tanjunbumi, 8 November 2012

Penulis

Page 3: MAKALAH -inkarussunnah

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengetahuan kita terhadap hadits yang begitu minim untuk mengidentifikasinya

apakah hadits tersebut adalah hadits Shahih, Hasan, Dhaif, ataupun maudhu’ (palsu)

merupakan kelemahan yang tak perlu kita tutupi. Tapi melihat fenomena ini setidaknya

ada upaya kita untuk mempelajari seluk-beluk hadits dan bagaimana kualitasnya.

Tampaknya, di antara pembahasan-pembahasan menyangkut studi Hadits,

pembahasan ini dapat dikatagorikan sebagai pembahasan yang urgen. Mengapa tidak?

Seiring dengan ketidaktahuan terhadap status sebuah hadits, jangan-jangan

dikhawatirkan kita malah berpedoman pada sebuah hadits yang ternyata itu bukanlah

hadits, melainkan pemalsuan yang telah terjadi.

Namun, kekhawatiran ini ternyata direspon lebih ekstrim dari segelintir oknum

yang menamai diri mereka dengan golongan Inkar al-Sunnah. Akibat dari efek hadits

palsu yang begitu merajalela menimbulkan suatu sifat yang tidak percaya lagi terhadap

suatu hadits dan dengan serta-merta menjustifikasi bahwa Hadits bukanlah suatu hal

yang tepat untuk dijadikan sebagai hujjah dan argumentasi-argumentasi sandaran

hukum.

Ironis memang, tapi inilah yang terjadi. Mengingat fenomena yang telah kita

rasakan saat ini, penulis merasa penting untuk menyusun suatu makalah presentatif

yang menyinggung perihal Inkar al-Sunnah

1.2. Rumusan Masalah

Apa pengertian Inkar al-Sunnah?

Bagaimana awal munculnya Inkar al-Sunnah?

Faktor apa saja yang melatarbelakangi Inkar al-Sunnah?

1.3. Tujuan

Memahami Pengertian Inkar al-Sunnah.

Mengetahui Awal munculnya Inkar al-Sunnah.

Mengetahui Faktor yang melatarbelakangi Inkar al-Sunnah.

Page 4: MAKALAH -inkarussunnah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Inkarus-Sunnah

Ingkar sunnah terdiri dari dua kata yaitu Ingkar dan Sunnah. Ingkar, Menurut bahasa,

artinya “menolak atau mengingkari”, berasal dari kata kerja, ankara-yunkiru. Sedangkan

Sunnah, menurut bahasa mempunyai beberapa arti diantaranya adalah, “jalan yang

dijalani, terpuji atau tidak,” suatu tradisi yang sudah dibiasakan dinamai sunnah,

meskipun tidak baik. Secara definitif Ingkar al-Sunnah dapat diartikan sebagai suatu nama

atau aliran atau suatu paham keagamaan dalam masyarakat Islam yang menolak atau

mengingkari Sunnah untuk dijadikan sebagai sumber sandaran syari’at Islam.1

Kata “Ingkar Sunnah” dimaksudkan untuk menunjukkan gerakan atau paham yang

timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadits atau sunnah sebagai sumber kedua

hukum Islam.2

Menurut Imam Syafi’i, Sunnah Nabi saw ada tiga macam:

1. Sunnah Rasul yang menjelaskan seperti apa yang di nash-kan oleh al-Qur’an.

2. Sunnah Rasul yang menjelaskan makna yang dikehendaki oleh al-Qur’an. Tentang

kategori kedua ini tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama.

3. Sunnah Rasul yang berdiri sendiri yang tidak ada kaitannya dengan al-Qur’an.3

B. Sejarah Ingkar Sunnah

1. Ingkar Sunnah Pada Masa Periode Klasik

Pertanda munculnya “Ingkar Sunnah” sudah ada sejak masa sahabat, ketika Imran

bin Hushain (w. 52 H) sedang mengajarkan hadits, seseorang menyela untuk tidak

perlu mengajarkannya, tetapi cukup dengan mengerjakan al-Qur’an saja. Menanggapi

pernyataan tersebut Imran menjelaskan bahwa “kita tidak bisa membicarakan ibadah

(shalat dan zakat misalnya) dengan segala syarat-syaratnya kecuali dengan petunjuk

Rasulullah saw. Mendengar penjelasan tersebut, orang itu menyadari kekeliruannya

dan berterima kasih kepada Imran.

Sikap penampikan atau pengingkaran terhadap sunnah Rasul saw yang dilengkapi

dengan argumen pengukuhan baru muncul pada penghujung abad ke-2 Hijriyah pada

awal masa Abbasiyah.4

1 M. Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits, (Jakarta :Gaung Persada Pressta, 2008) hal: 2002 Suyitno, Studi Ilmu-Ilmu Hadits, (Palembang : IAIN Raden Fatah Press, 2006) Hal : 275.3 Op. Cit, Antologi Ilmu Hadits, hal: 207.4 Ibid, hlm. 277.

Page 5: MAKALAH -inkarussunnah

Di Indonesia, pada dasawarsa tujuh puluhan muncul isu adanya sekelompok

muslim yang berpandangan tidak percaya terhadap Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Dan tidak menggunakannya sebagai sumber atau dasar agama Islam. Pada akhir tujuh

puluhan, kelompok tersebut tampil secara terang-terangan menyebarkan pahamnya

dengan nama, misalnya, Jama’ah al-Islamiah al-Huda, dan Jama’ah al-Qur’an dan

Ingkar Sunnah, sama-sama hanya menggunakan al-Qur’an sebagai petunjuk dalam

melaksanakan agama Islam, baik dalam masalah akidah maupun hal-hal lainnya.

Mereka menolak dan mengingkari sunnah sebagai landasan agama.5

Imam Syafi’i membagi mereka kedalam tiga kelompok, yaitu :

1. Golongan yang menolak seluruh Sunnah Nabi SAW.

2. Golongan yang menolak Sunnah, kecuali bila sunnah memiliki kesamaan dengan

petunjuk al-Qur’an.

3. Mereka yang menolak Sunnah yang berstatus Ahad dan hanya menerima Sunnah

yang berstatus Mutawatir.6

Dilihat dari penolakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok pertama

dan kedua pada hakekatnya memiliki kesamaan pandangan bahwa mereka tidak

menjadikan Sunnah sebagai hujjah. Para ahli hadits menyebut kelompok ini sebagai

kelompok Inkar Sunnah.

Argumen kelompok yang menolak Sunnah secara totalitas

Banyak alasan yang dikemukakan oleh kelompok ini untuk mendukung

pendiriannya, baik dengan mengutip ayat-ayat al-Qur’an ataupun alasan-alasan

yang berdasarkan rasio. Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang digunakan mereka

sebagai alasan menolak sunnah secara total adalah surat an-Nahl ayat 89 :

ء� ي� ش� ل� �ک ل �ا �ان �ي �ب ت �اب� �ک�ت ال �ك� �ي ع�ل �ا �ن ل �ز� و�ن

Artinya:“Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan

segala sesuatu….”

Kemudian surat al-An’am ayat 38 yang berbunyi: “…Tidaklah kami alpakan

sesuatu pun dalam al-Kitab…”

5 Log. Cit, Antologi Ilmu Hadits, hlm. 200.6 M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung: Angkasa 1991, hlm. 141.

Page 6: MAKALAH -inkarussunnah

Menurut mereka kepada ayat tersebut menunjukkan bahwa al-Qur’an telah

mencakup segala sesuatu yang berkenaan dengan ketentuan agama, tanpa perlu

penjelasan dari al-Sunnah. Bagi mereka perintah shalat lima waktu telah tertera

dalam al-Qur’an, misalnya surat al-Baqarah ayat 238, surat Hud ayat 114, al-Isyra’

ayat 78 dan lain-lain.7

Adapun alasan lain adalah bahwa al-Qur’an diturunkan dengan berbahasa Arab

yang baik dan tentunya al-Qur’an tersebut akan dapat dipahami dengan baik pula.

Argumen kelompok yang menolak hadits Ahad dan hanya menerima hadits

Mutawatir.

Untuk menguatkan pendapatnya, mereka menggunakan beberapa ayat al-

Qur’an sebagai dallil yaitu, surat Yunus ayat 36:

�ا �ئ ي ش� ال�ح�ق� م�ن� �ى �غ�ن �ي ال الظ�ن# �ن# و�ا

Artinya: “…Sesungguhnya persangkaan itu tidak berfaedah sedikitpun terhadap

kebenaran”.

Berdasarkan ayat di atas, mereka berpendapat bahwa hadits Ahad tidak dapat

dijadikan hujjah atau pegangan dalam urusan agama. Menurut kelompok ini,

urusan agama harus didasarkan pada dalil yang qath’I yang diyakini dan disepakati

bersama kebenarannya. Oleh karena itu hanya al-Qur’an dan hadits mutawatir saja

yang dapat dijadikan sebagi hujjah atau sumber ajaran Islam.

2. Ingkar Sunnah pada Periode Modern

Tokoh-tokoh kelompok Ingkar Sunnah Modern (akhir abad ke-19 dan ke-20) yang

terkenal adalah Taufik Sidqi (w. 1920) dari Mesir, Ghulam Ahmad Parvez dari India,

Rasyad Khalifah kelahiran Mesir yang menetap di Amerika Serikat, dan Kasim

Ahmad mantan ketua partai Sosialis Rakyat Malaysia. Mereka adalah tokoh-tokoh

yang tergolong pengingkar Sunnah secara keseluruhan. Argumen yang mereka

keluarkan pada dasarnya tidak berbeda dengan kelompok ingkar sunnah pada periode

klasik.

Tokoh-tokoh “ Ingkar Sunnah “ yang tercatat di Indonesia antara lain adalah

Lukman Sa’ad (Dirut PT. Galia Indonesia) Dadang Setio Groho (karyawan Uniliver),

7 Syuhudi Ismail, Hadits Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya, Jakarta : Gema Insani Press, hlm. 16.

Page 7: MAKALAH -inkarussunnah

Safran Batu Bara (guru SMP Yayasan Wakaf Muslim Tanah Tinggi) dan Dalimi Lubis

(karyawan kantor Departemen Agama Padang Panjang).8

Sebagaimana kelompok ingkar sunnah klasik yang menggunakan argumen baik

dalil naqli maupun aqli untuk menguatkan pendapat mereka, begitu juga kelompok

ingkar sunnah Indonesia.9 Diantara ayat-ayat yang dijadikan sebagai rujukan adalah

surat an-Nisa’ ayat 87 :

�ا �ث ح�د�ي � م�ن� �ص�د�ق� ا هللا�و�م�ن�

Menurut mereka arti ayat tersebut adalah “Siapakah yang benar haditsnya dari pada

Allah”.

Kemudian surat al-Jatsiayh ayat 6:

و�ن� ؤ�م�ن ي �ه� �ات �ي و�ا �ع�د�� ب �ث� ح�د�ي ي�� �أ هللا�ف�ب

Menurut mereka arti ayat tersebut adalah “Maka kepada hadits yang manakah selain

firman Allah dan ayat-ayatnya mereka mau percaya”.

Selain kedua ayat di atas, mereka juga beralasan bahwa yang disampaikan Rasul

kepada umat manusia hanyalah al-Qur’an dan jika Rasul berani membuat hadits

selain dari ayat-ayat al-Qur’an akan dicabut oleh Allah urat lehernya sampai putus dan

ditarik jamulnya, jamul pendusta dan yang durhaka. Bagi mereka Nabi Muhammad

tidak berhak untuk menerangkan ayat-ayat al-Qur’an, Nabi Hanya bertugas

menyampaikan.

C. Lemahnya Argumen Para Pengingkar Sunnah

Ternyata argumen yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi para pengingkar sunnah

memiliki banyak kelemahan, misalnya :

1. Pada umumnya pemahaman ayat tersebut diselewengkan maksudnya sesuai dengan

kepentingan mereka. Surat an-Nahl ayat 89 yang merupakan salah satu landasan bagi

kelompok ingkar sunnah untuk menolak sunnah secara keseluruhan. Menurut al-

Syafi’I ayat tersebut menjelaskan adanya kewajiban tertentu yang sifatnya global,

seperti dalam kewajiban shalat, dalam hal ini fungsi hadits adalah menerangkan secara

teknis tata cara pelaksanaannya. Dengan demikian surat an-Nahl sama sekali tidak

menolak hadits sebagai salah satu sumber ajaran. Bahkan ayat tersebut menekankan

pentingnya hadits.

8 M. Amin Djamaluddin, Bahaya Ingkar Sunnah, Jakarta: Ma’had ad-Dirasati al-Islamiyah, 1986, hlm. 1.9 Ibid, hlm. 45 dan 27.

Page 8: MAKALAH -inkarussunnah

2. Surat Yunus ayat 36 yang dijadikan sebagai dalil mereka menolak hadits ahad sebagai

hujjan dan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan istilah zhanni adalah tentang

keyakinan yang menyekutukan Tuhan. Keyakinan itu berdasarkan khayalan belaka

dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Keyakinan yang dinyatakan

sebagai zhanni pada ayat tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dan tidak da

kesamaannya dengan tingkat kebenaran hasil penelitian kualitas hadits. Keshahihan

hadits ahad bukan didasarkan pada khayalan melainkan didasarkan pada metodologi

yang dapat dipertanggung jawabkan.10

D. Analisis

Mengutip statement yang diutarakan oleh Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Rahimahullah – bahwa suatu musibah besar yang menimpa kaum muslimin semenjak

masa lalu adalah tersebarnya hadits dhaif (lemah) dan maudhu (palsu) di antara mereka.

Hingga Nabi pun mengancam bagi oknum - oknum yang senantiasa memalsukan al-hadits

al-Syarief dengan tersedianya tempat di Neraka. Tentunya ancaman Nabi SAW tersebut

beralasan dan disinyalir bahwa pemalsuan hadits memungkinkan terjadi pada masa Nabi.

Kegelisahan ini tentunya mendapatkan respon dan dinamika yang luar biasa dari

kalangan ummat muslim. Baralasankan kekhawatiran inilah memicu lahirnya sekelompok

oknum yang tidak percaya lagi terhadap Hadits Nabawi. Sikap ketidakpercayaan mereka

terhadap seluruh hadits lantas dengan semena-mena menjustifikasi bahwa sumber ajaran

agama Islam yang sesungguhnya hanyalah Al-Quran saja, sehingga muncullah kelompok

inkar al-Sunnah.

Beragam statemen yang telah dilontarkan dari golongan ini terhadap otoritas Al-Quran

yang merupakan sumber ajaran agama Islam tunggal – terlebih dengan argument

berdasarkan nash Al-Quran dan rasional – Bagi mereka Nabi Muhammad tidak berhak

untuk menerangkan ayat-ayat al-Qur’an, Nabi Hanya bertugas menyampaikan.

Menyikapi hal ini tentunya setiap individu memiliki perspektif yang bervariatif.

Sebagai suatu penegasan dari analisis penulis bahwa Al-Quran dan Al-Hadits adalah dua

hal yang tak dapat dipisahkan. Hadits memiliki fungsional secara praktis terhadap ayat-

ayat Al-Quran dan tidak hanya itu, hadits memiiki fungsi tasyrih, tabyin, taudhih, dan

merupakan penjelasan dari Al-Quran itu sendiri. Tentunya secara sepihak penulis tetap

bersikeras dengan subjektivitasnya untuk memperoleh destinasi yang objektif.

Kendati topik permasalah yang menjadi warna merah dalam kasus ini adalah

pemalsuan hadits. Dan kita mengakui bahwa anggapan golongan inkar al-Sunnah dalam

kesempatan kali ini boleh dikatakan ‘benar’. Namun sejauh perkembangan ilmu Hadits

10 Mustafa Siba’I, Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam, diterjemahkan oleh Nurcholis Majid, Jakarta: Pustaka Pirdaus, 1993, hlm. 122-125.

Page 9: MAKALAH -inkarussunnah

dari berbagai zaman, tentunya ada kawasan disiplin tertentu yang menangani kasus hadits-

hadits palsu ini. Hadits telah diklasifikasi berdasarkan kualitas dan kuantitasnya. Dan

hadits palsu pun dapat disinyalir bahkan telah didokumentasikan dalam berbagai kitab

yang pastinya hal ini membantu kita untuk mengindikasi validitas hadits yang benar-benar

telah disabdakan dari Nabi. Lalu untuk apa kita ragu tentang hadits dan mengapa kita

harus menolak hadits sebagai sumber ajaran agama islam?

Page 10: MAKALAH -inkarussunnah

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian di atas, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Inkar al-Sunnah merupakan golongan yang tidak percaya dengan Sunnah nabawiyah

lantaran maraknya hadits palsu. Anggapan mereka bahwa otoritas sumber ajaran

agama Islam hanya berdasarkan pada Al-Quran belaka. Hal ini berdasarkan dengan

argument-argumen mereka terhadap Al-Quran itu sendiri.

2) Inkar al-Sunnah adalah hal yang begitu meresahkan kita, terlebih menyangkut

tentang kehidupan beragama Islam. Tentunya tindakan kita adalah lebih selektif

dalam menemukan suatu hadits, secara rasional dapat dipahami keadaan matannya.

Namun, tidak hanya sepihak mengandalkan rasio tentunya, direkomendasikan untuk

mentakhrijnya sehingga mengatahui status hadits tersebut yang sebenarnya.

Berkenaan dengan inkar al-Sunnah tentunya kelemahan pemikiran mereka ini bukan

menjadi virus tersendiri bagi kita bahwa Al-Quran dan Al-hadits adalah pokok

sumber rujukan umat muslim yang sebenarnya.

3.2. Saran

Penulis menyarankan kepada para pembaca agar lebih baik memahami tentang inkar al-

Sunnah yang lebih dalam supaya umat islam memahami.

Sebaiknya pembahasan mengenai Sunnah nabawiyah tidak hanya dilakukan oleh

kalangan tertentu saja namun akan lebih baik apabila disosialisasikan dan dikaji lebih

mendetil lagi agar kita leh jelas dalam membedakan mana hadist yang soheh dan mana

hadist yang palsu. Selanjutny ungkapan terimakasih kepada pembimbing sehingga

terselesainya tulisan ini. Mudah-mudahan Allah SWT meridhoi apa yang kita kerjakan.

Amin

Page 11: MAKALAH -inkarussunnah

DAFTAR PUSTAKA

Djamaluddin, Amin, Bahaya Ingkar Sunnah, Jakarta: Ma’had ad-Dirasati al-Islamiyah, 1986.

Ismail, Syuhudi, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung: Angkasa, 1991.

Ismail, Syuhudi, Hadits Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan pemalsunya, Jakarta: Gema

Insani Press.

Siba’I, Mustafa, Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam, diterjemahkan oleh

Nurcholis Majid, Jakarta: Pustaka Pirdaus, 1993.

Sulaiman, Noor, Antologi Ilmu Hadits, Cet. I, Pnerbit. Gaung Persada Press, Jakarta, 2008.

Suyitno, Studi Ilmu-Ilmu Hadits, Cet. I, IAIN Raden Fatah Press, Palembang, 2006.