MAKALAH IMUNISASI Jadi
-
Upload
galih-hendrawan -
Category
Documents
-
view
101 -
download
8
description
Transcript of MAKALAH IMUNISASI Jadi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945
melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam
satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan
informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban
ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara
penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak
mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya.
Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka
tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau
negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil
yang efektif.
Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan
Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977,
upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka
pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.
Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan
tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan
merata dapat menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu
disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus
penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor
25 Tahun 2000 kewenangan surveilans epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB
merupakan kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.
Selama beberapa tahun terakhir ini, kekawatiran akan kembalinya beberapa
penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit menular baru kian meningkat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi
kedalam penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung
dengan kemajuan yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus,
Japanese encephalitis, dan lain-lain). Beberapa jenis vaksin dapat digabung sebagai
vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi
jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan
untuk mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi
sehingga dapat memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien
dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak,
ibu serta masyarakat lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata
imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan
terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu
kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit
yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk
mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan
bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.
2.2. Keberhasilan Vaksinasi Dalam Profilaksis Imun
Imunisasi merupakan kemajuan yang besar dalam usaha imunoprofilaksis
serta menurunkan prevalensi penyakit. Cacar merupakan penyaklit yang sangat
ditakuti, berkat imunisasi masal, sekarang telah dapat dilenyapkan dari muka dunia
ini (Tabel 1). Demikian pula dengan polio yang dewasa ini sudah dapat dilenyapkan
di banyak Negara. IgG biasanya efektif dalam darah, juga dapat melewati plasenta
dan memberikan iminitas pasif kepada janin. Adanya transfer pasif tersebut dapat
merugikan oleki karena itu Ig maternal dapat menghambat imunisasi yang efektif
pada bayi. Jadi sebaiknya imunisasi pada neonatus ditunggu sampai antibody ibu
menghilang dari darah anak. Antibodi yang diberikan pasif menunjukan efek yang
sama. Imunitas selular (sel T, makrofag) yang diinduksi vaksinasi adalah esensial
untuk mencegah dan eradikasi bakteri, protozoa, virus, dan jamur intraselular. Oleh
karena itu vaksinasi harus diarahkan untuk menginduksi baik system imun humoral
maupun selular, respons CD4 atau CD8, respons Th! Atau Th2 sesuai dengan yang
dibutuhkan. Untuk infeksi cacing dipilih induksi imunitas Th2 yang memacu produksi
IgE, sedang untuk proteksi terhadap mikrobakteri dipilih respons Th1 yangt
mengaktifkan makrofag (DTH). Imunisasi pasif dengan sel, dewasa ini tidak dapat
dilakukan oleh karena dapat menimbulkan imunitas tranplantasi terhadap sel asal
donor dengan histokompatibilitas yang berbeda. Imunisasi dapat terjadi secara
alamiah dan buatan (aktif dan pasif) seperti pada gambar 1.
Tabel 1. Gambaran penyakit infeksi sebelum dan sesudah vaksinasi
Jenis PenyakitJumlah kasus / tahun
Kasus pada tahun
2004
Sebelum Vaksinasi Sesudah vaksinasi Reduksi (%)
Cacat 48.164 0 100
Difteri 175.885 0 100
Parotitis 503.282 378 99,99
Pertutis 152.209 236 99,85
Polio paralitik 147.271 18.957 87,13
Rubella 16.316 0 100
Tetanus 47.745
1.314
(kematian)
12
26 (kasus)
99,97
98,02
Hemofilus
influenza infasif20.000 172 99,14
2.3.
2.2. Jenis-jenis Imunisasi2.2.1. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang
lain yang telah mendapatkan imunisasi aktif. Imunisasi pasif dapat diperoleh melalui
antibody dari ibu atau dari globulin gama homolog yang dikumpulkan.
1. Imunisasi pasif alamiah
a. Imunisasi maternal melalui plasenta
Antibodi dalam darah ibu merupakan proteksi pasif kepada janin. IgG dapat
berfungsi antitoksin, antivirus dan antibacterial terhadap H. Influenza B atau
S. agalactic B. Ibu yang mendapat vaksinasi aktif akan memberikan proteksi
pasif kepada janin dan bayi.
b. Imunitas maternal melalui kolostrum
ASI mengandung berbagai komponen system imun. Beberapa diantaranya
berupa Enhancemen Growth Factor untuk bakteri yang diperlukan dalam
usus atau faktor yang justru dapat menghambat tumbuhnya kuman tertentu.
Antibodi ditemukan dalam ASI dan kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum.
Daya proteksi antibodi kelenjar susu tergantung dari antigen yang
masuk ke dalam usus ibu dan gerakan sel yangf dirangsang antigen. Antibodi
terhadap mikroorganisme yang menempati usus ibub dapat ditemukan
dalam kolostrum sehingga selanjutnya bayi memperoleh proteksi terhadap
mikroorganisme yang masuk saluran cerna.
2. Imunisasi pasif buatan
a. Immune Serum Globulin nonspesifik (Human Normal Immunoglobulin)
Imunisasi pasif tidak diberikan secara rutin, hanya diberikan dalam keadaan
tertentu kepada penderita yang terpajan dengan bahan yang berbahaya
terhadapnya dan sebagai regimen jangka panjang pada penderita dengan
defisiensi antibodi. Jenis imunitas diperoleh segera setelah suntikan, ttetapi
hanya berlangsung selama masa hidup antibody in vivo yang sekitar 3
minggu untuk kebanyakan bentuk proteksi oleh Ig. Imunisasi pasif dapat
berupa tindakan profilaktik atau terafetik, tetapi bsedikit kurang berhasil
sebagai terapi. Tergantung dari isi dan kemurnian antisera, preparat dapat
disebut globulin imun atau globulin imun spesifik.
Preparat dibuat dari plasma atau serum yang dikumpulkn dari donor
sehat atau plasenta tanpa memperhatikan sudah atau belum divaksin/dalam
atau tidak dalam masa konvalesen suatu pemnyakit. Preparat yang diperoleh
harus bebas dari virus hepatitis dan HIV atau AIDS, kadar antibody sekitar 25
kali (biasanya mengandung 16,5 g/dl globulin, terutama IgG), stabil untuk
beberapa tahun dapat mencapai puncaknya dalam darah sekitar 2 hari
setelah pemberian IM.
b. Immune Serum Globulin spesifik
Plasma atau serum yang diperoleh dari donor yang dipilih sesudah
imunisasi atau booser atau konvalensi dari suatu penyakit, tersebut sesuai
dengan jenisnya misalnya TIG, HBIG, VZIG dan RIG. Preparat dapat juga
diperoleh dalam jumlah besar dari hasil plasmaferesis.
Hepatitis B Immune Globulin
HBIG yang diperoleh dari pool plsma manusia yang menunjukan titer
tinggi antibody HBsAg. HBIG juga dapat diberikan pada masa perinatal
kepada anak yang dilahirkan oleh ibu dengan infeksi virus hepatitis B.
ISG hepatitis A
Diberikan sebagai proteksi sebelum dan sesudah pajanan. Juga
diberikan untuk mencegah hepatitis A pada mereka yang akan
mengunjungi Negara dengan prevalensi hepatitis A tinggi.
ISG Campak
ISG dapat diberikan sebelum vaksinasi dengan virus campak yang
dilemahkan kepada anak-anak yang imunodefisien.
Human Rabies Immune Globulin
HRIG yang diperoleh dari serum manusia yang hiperimun terhadap rabies.
HRIG digunakan untuk mengobati penderita terpajan dengan anjing gila.
Ai HRIG juga dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi aktif oleh
karena antibody dibentuk lambat. Karena tidak tersedianya serum asal
manusia, kadang diberi serum asal kuda.
Human Varicella-Zoster Immune Globulin
HVIG dipilih oleh kerene itu mengandung antibody dengan titer tinggi
terhadap virus varisela-zoster. Produk ini digunakan sebagai profilaksis
pada anak imunodefisien untuk mencegah terjangkit varisela, tetapi tidak
menguntungkan untuk digunakan pada penderita dengan varisela aktif
leukemia dengan risiko tinggi, 72jam setelah terpanjang dengan virus
varisela.
Antiserta terhadap virus sitomegalo
Antisera terhadap pirus Sitomegalo diberikan secara rutin kepada
mereke yang mendapat transplan sumsum tulang untuk
mengurangireaktivasi virus bias diberikan obat imunosupresif dalam
usaha mengurangi kemungkinan penolakan tandur.
Antibiotik Rhogam
Antibiotik rhogam terhadap antigen RhD, diberikan dalam usaha
mencegah imunisasi oleh eritrisit fetal yang Rh⁺. Rho (D)-Immune Globulin
(RhoGAM) adalah preparat asal manusia, diberikan kepada wanita Resus
negative dalam 72 jam sesudah melahirkan, keguguran atau aborsi
dengan bayi/janin Resus negatif. Maksudnya adalah mencegah sensitasi
ibu terhadap kemungkinan sel darah merah janin yang Resus-positif. Juga
diberikan selama trimester terakhir (16 minggu) kepada prima gravid
Resus-negatif.
Tetanus Immune Globulin
TIG adalah antitoksin yang diberikan sebagai proteksi pasif setelah
menderita liuka. Biasanya diberikan IM dengan toksoid tetapi pada lengan
yang sebaliknya.
Vaccinia Immune Globulin
VIG yang diberikan kepada penderita dengan eksim atau
imunokompromais yang terpajan dengan vaksinia dan pada anggota
tentara.
c. Serum asal hewan
Serum asal hewan seperti anti bias ular tertentu, laba-laba, kalajengking yang
beracun digunakan untuk mengobati mereka yang digigit. Bahayanya ialah
penyakit serum.
d. Antibodi heterolog versus antibody homolog
Antibodi heterolog asal kuda dapat menimbulkan sedikitnya 2 jenis
hipersensitivitas yaitu reaksi tipe I atau tipe III (penyakit serum atau kompleks
imun). Kalau perlu dapat dilakukan desensitisasi pada seseorang terhadap
reaksi tipe I dengan memberikan dosis kecil secara perlahan-lahan dan
berulang-ulang dalam waktu beberapa jam. Efek antibodi manusia yang
homolog diharapkan lebih lama dibandingt dengan antibody heterolog dari
kuda. Ada 4 fase eliminasi antibodi heterolog ialah : pengenceran,
katabolisme, pembentukan kompleks imun dan eliminasi.
e. Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemberian globulin serum
Biasanya preparat globulin diberikan IM mengikat pemberian IV dapat
menimbulkan reaksi anafilaksis. Ig (IgG1, IgG2, IgG3 dan IgM) dapat
mengaktifkan komplemen dan melepas anafilatoksin melalui jalur klasik,
sedang IgG4 dan IgA menimbulkan hal yang sama melaui jalur alternatif.
2.2.2. Imunisasi Aktif
Dalam imunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin
hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus mudah diperoleh,
murah, stabil dalam cuaca ekstrim dan non patogenik. Efeknya harus tahan lama
dan mudah direaktivasi dengan suntikan booster antigen. Baik sel B maupun sel T
diaktifkan oleh imunisasi.
Keuntungan dari pemberian vaksin hidup/dilemahkan ialah terjadinya
replikasi mikroba sehingga menimbulkan pajanan dengan dosis lebih besar dan
respons imun di tempat infeksi alamiah. Vaksin yang dilemahkan diproduksi
dengan mengubah kondisi biakan mikroorganisme dan dapat merupakan
pembawa gen dari nikroorganisme lain yang sulit untuk dilemahkan.
BCG merupakan pembawa yang baik antigen yang memerlukan imunitas sel
CD4 dan salmonella sehingga dapat memeberikan imunitas melalui pemberian
oral. Imunisasi intranasal telah mendapat popularitas.
1. Respon primer dan sekunder
Kontak pertama dengan antigen eksogen menimbulkan respons humoral
primer yang ditandai dengan sel plasma yang memproduksi antibodi dan sel
B memori. Respon primer ditandai dengan lag phase yang diperlukan sel naïf
untuk menjalani seleksi klon, ekspansi klon dan diferensiasi menjadi sel
memori dan sel plasma. Kemampuan untuk memberikan respons humoral
sekunder tergantung dari adanya sel B memori dan sel T memori. Aktivasi
kedua sel memori menimbulkan respons antibodi sekunder yang dapat
dibedakan dari respons primer.
2. Perbedaan respon imun di berbagai bagian tubuh
Ada perbedaan kadar antibody dalam intra dan ekstra vaskuler. sIgA
diproduksi setempat dilamina propria dibawah membrane mukosa saluran
napas dan cerna yang sering merupakan tempat kuman masuk. sIgA
merupakan Ig utama dalam sekresi hidung, bronkus, intestinal, saluran
kemih, saliva, kolostrum dan empedu.
2.3. Jenis-jenis Vaksin
2.3.1. Vaksin Virus
Respons antivirus adalah kompleks, oleh karena ada beberapa faktor yang
berperan seperti tempat virus amsuk tubuh, tempat virus melekat pada sel,
aspek pathogenesis infeksi virus, induksi interferon, respons antibody dan CMI.
Respons imun yang baik harus mencakup efek antibodi pada permukaan
epitel. Efek ini dapat diperoleh dari IgA lokal atau IgG dan IgM ekstravaskular
setempat. Infeksi virus seperti campak atau polio, mulai di epitel mukosa saluran
napas atau cerna dan efek patogeniknya yang utama terjadi setelah disebarkan
melalui darah kea lat-alat tubuk lainnya. Antibodi pada permukaan epitel akan
mampu melindungi badan yang vmencegah virus masuk tubuh. Antibodi dalam
sirkulasi dapat menetralisasi virus yang masuk darah pada fase viremia. Respons
antibody terhadap virus dap[at ditemukan in vitro sebagai berikut :
Menetralkan infektivitas virus dan melindungi penjamu yang rentan
Mengikat komplemen
Mencegah adherens dan aglutinasi eritrosit oleh beberapa jenis virus
(haemaglutination inhibition)
IgG adalah antibodi yang terpenting di antara antibodi antivirus, tetapi virus
yang sudah diikat sel penjamu tidak dapat dilepaskan lagi oleh antibodi.
1. Vaksin Rubela
Vaksin Rubela (german measles) mengandung virus yang dilemahkan atau
dimatikan, berasal dari virus dengan antigen tunggal yang ditumbuhkan
dalam biakan Human Diploid Cell Line. Kepada wanita yang seronegatif perlu
diberikan imunisasi sebelum pubertas dengan virus yang dilemahkan. Hal
tersebut diperlukan mengingat rubella dapat menimbulkan malformasi pada
janin
2. Vaksin Influenza
Penyakit influenza disebabkan virus family ortomiksoviride, yang terdiri
atas viruts tipe A, B dan C berdasarkan hemaglutinin permukaan (H) dan
antigen neuraminidase (N).
Dalam alam, antigen virus A dapat mengalami dua jenis
perubahan/mutasi yaitu antigenic drift bila mutasi tersebut terjadi perlahan
dan antigenic shift yang terjadi mendadak. Virus B lebih stabil dibandingkan
virus A dan hanya menimbulkan antigenic drift. Adanya antigenic drift/shift
tersebut memungkinkan virus untuk lolos dari pengawasan system imun
penjamu, sehingga manusia selalu rentan terhadap infeksi virus untuk
seumur hidup.
Ada dua jenis vaksin yaitu yang dimatikan, diinaktifkan dalam formalin
atau propiolakton (parenteral) dan yang hidup/dilemahkan (oral/nasal).
3. Vaksin Campak
Vaksin campak adalah vaksin hidup yang dilemahkan dari galur virus
dengan antigen tunggal yang dibiakan dalam embrio ayam. MMr adalah
vaksin yang dimatikan dan diberikan dalam suntikan tunggal, untuk
pencegahan penyakit campak, mumps (gondok) dan rubela.
4. Vaksin Poliomielitis
Vaksin poliomyelitis diperoleh dalam 2 bentuk : masing-masing polivalen
yang terdiri atas 3 tipe :
Vaksin virus mati (Inaktivatid Polio Vaccin, Salk)
Vaksin salk diproduksi dari virus yang ditumbuhkan dalam biakan
(ginjal kera) yang kemudian diinaktifkan dengan formalin atau sinar
ultraviolet. Vaksin tersebut memberikan imunitas terhadap penyakit
sistemik, tetapi tidak terhadap infeksi intestinal oleh polio. Diberikan
sebelum vaksin sabin dikembangkan.
Vaksin oral (Oral Polio Vaccin, Sabin)
Vaksin sabin dibuat dari virus yang juga ditumbuhkan dalam
biakan (ginjal kera, Human Diploid Cells) yang dilemahkan dan member
proteksi terhadap infeksi intestinal dan penyakit paralisa.
5. Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B terdiri atas partikel antigen permukaan hepatitis B yang
diinaktifkan (HBsAg)bdan diabsorpsi dengan tawas, dimurnikan dari plasma
manusia/karier hepatitis. Saat iini vaksin hepatitis B diganti dengan vaksin
rekombinan. Vaksin rekombinan HBsAg (rHBsAg) diproduksi dengan rekayasa
genetic galur Saccharomyces cerevisiae yang mengandung plasmid/gen untuk
antigen HBsAG. Produksi vaksin hepatitis b dari jamur dengan teknik
rekombinan, merupakan cara yang lebih mudah untuk memproduksi vaksin
dalam jumlah besar dan aman disbanding dengan yang diproduksi dari
serum.
6. Vaksin Hepatitis A
Vaksin hepatitis A terdiri atas virus dimtikan yang cukup efektif, diberikan
kepada orang dengan resiko misalnya dalam perjalanan/mengunjungi Negara
dengan resiko.
7. Vaksin Varisela
Vaksin varisela digunakan untuk mencegah varisela, merupakan
vaksin yang dilemahkan, biasanya tidak diberikan kepada anak-anak sampai
IgG asal ibu hilang (sekitar usia 15 bulan). Varisela yang dilemahkan diberikan
kepada penderita dengan leukemia limfositik akut.
8. Vaksin Retro
Vaksin virus retro dapat mencegah kematian pada bayi akibat diare.
Vaksin mengandung 4 tipe antigen virus yang berhubungan dengan penyakit
pada manusia.
9. Vaksin Rabies
Vaksin rabies diperoleh dalam 2 bentuk yaitu vaksin dimatikan untuk
manusia dan vaksin hidup yang dilemahkan pada hewan. Ada 2 bentuk vaksin
untuk manusia yaitu yang dibiakan dalam embrio bebek yang memiliki
beberapa efek ensefalitogrnik dan yang dibiakan dalam sel human diploid.
Kadang diperlukan bersamaan dengan RIG.
10. Vaksin Papiloma
Kanker serviks merupakan kanker nomor dua tersering pada wanita, sekitar
10% dari semua kanker wanita yang ada.
2.3.2. Vaksin Bakteri
Respons imun antibacterial meliputi lisis melalui antibodi dan komplemen,
opsonisasi, fagositosis yang diaktifkan dengan eliminasi bakteri dihati, limpa
dan sl-sel dari system fagosit makrofag. Yang bergerak pada opsonin dan
fagositosis bakteri negatif-gram adalah IgG dan IgM saja atau komponen
komplemen C3b.
1. Vaksin DOMI
Penyakit-penyakit infeksi yang menimpa Negara-negara sedang
berkembang seperti kolera, demam tifoid dan sigela yang merupakan
DOMI. Program DOMI dikembangkan di berbagai Negara antara lain
Indonesia melalui transfer teknologi untuk memproduksi vaksin Vi dan
vaksin kolera yang sekaligus dapat mengurangi beban sigelosis.
2. Vaksin Bacille Calmette-Guerin
Vaksin BCG adalah vaksin galur mikrobakterium bovis yang dilemahkan
dan digunakan pada manusia terhadap pencegahan tuberculosis dihampir
seluruh penjuru dunia.
3. Vaksin Subunit
Vaksin subunit adalah vaksin yang terdiri ats makromolekul spesifik asal
pathogen yang dimurnikan. Ada 3 bentuk umum vaksin yang digunakan :
Vaksin eksitoksin atau toksoid
Vaksin polisakarida kapsel
Vaksin antigen protein rekombinan
a. Vaksin polisakarida
Vaksin polisakarida (disebut juga vaksin konjugat) dibuat dari
polisakarida kapsul bakteri, terdiri atas dinding poliakarida bakteri
yang nerupakan vaksin sub-unit. Contoh-contoh vaksin polisakarida
adalah sebagai berikut :
Vaksin pneumokoko
Vaksin pneumokoko terdiri atas polisakarida kapsul 23 tipe
antigen streptokoko pneumoni dan dianjurkan untuk golongan
tertentu seperti usia diatas 60 tahun, penyakit paru kronis atau
mereka tanpa limpa. Vaksin member perlindungsn sampai 90%
terhadap galur pneumokoko yang dapat menjangkit manusia.
Vaksin Hemofilus influenza
Vaksin hemofilus influenza berupa polisakarida tipe b (Hib) yang
dikonjugasi dengan toksoid atau protein.
Vaksin Neseria meningitidis
Vaksin Nm terdiri atas beberapa golongan polisakarida, digunakan
untuk mencegah infeksi meningitis pada anggota tentara dan
anak-anak di Negara-negara dengan resiko tinggi.
Lyme disease
Lyme disease adalah penyakit yang disebabkan spiroket. Infeksi
terjadi melalui gigitan sejenis serangga yang terinfeksi. Vaksin
terdiri atas protein permukaan Borelia burgdorferi yang
dimurnikan.
Vaksin S. pneumoni
Vaksin polivalen yang dibuat dari kapsul polisakarida beberapa
galur steptokok pneumoni, diberikan kepada penderita penyakit
kardiovaskuler, sesudak spelektomi, anemia sel sabit, kegagalan
ginjal, sirosis alcohol dan diabetes mellitus.
Vaksin S. tifi (Typhi Vi)
Vaksin S. tifi berupa vaksin polisakarida dan pemberian booster
tidak menimbulkan respons peningkatan. Untuk meningkatkan
respons, dibuat vaksin konjugasi dengan menggabungkan
polisakarida S. tifi dengan protein. Vaksin ini diberikan pararel,
diperoleh dari kapsul polisakarida S.tifi. biasanya diberikan kepada
anak usia 6 bulan dalam 2 dosis dengan jarak 4 minggu.
b. Antitoksin (ekso- dan endotoksin)-toksoid
Vaksin toksoid digunakan hanya bila toksin bakteri merupakan
penyebab utama penyakit. Toksin biasanya diaktifkan dengan
formalin dan biasanya disebut toksin yang ditoksifikasi atau toksoid
sehingga aman untuk digunakan dalam vaksin.
Antitoksin botulinum
Antitoksin botulisme adalah polivalen, dibuat terhadap 3 tipe, tipe
A, B dan E) yang diproduksi klostridium botulinum. Antitoksin asal
hewan juga dapat diperoleh, tetapi tidak diutamakan oleh karena
risiko penyakit serum.
Antitoksin difteri
Antioksin difteri dibuat pada kuda dengan menyuntikan toksoid
korinebakterium difteri. Toksoid adalah eksotoksin yang diolah
dngan formaldehid yang merusak patogenisitasnya tetapi tetap
antigenic.
Antitoksin tetanus
Antitoksin tetanus terdiri atas globulin imun asal manusia yang
spesifik terhadap toksin klostridium tetani.
Difteri, pertusis, dan tetanus
Difteri, pertusis dan tetanus DPT adalah produk polivalen yang
mengandung toksoid korinebakteri difteri, bordetela pertusis dan
klostridium tetani yang dimatikan.
c. Vaksin peptide
Peptide sintetik adalah vaksin subunit yang hanya mengandung epitop
dari antigen protektif.
d. Vaksin konjugat
Keterbatasan vaksin polisakarida adaklah ketidakmampuanya untuk
mengaktifkan sel Th. Polisakarida yang merupakan lapisan dinding
luar bakteri akan menghalangi respons imatur imun bayi dan anak
untuk mnengenal antigen. Salah satu cara untuk melibatkan sel Th
secara direk adalah mengkonjugasikan antigen polisakarida dengan
protein pembawa.
2.3.3. Vaksin Hasil Rekayasa
1. Vaksin subunit multivalent
Salah satu keterbatasan vaksin peptide sintetik dan subunit polisakarida
atau vaksin protein adalah cenderung kurang imunogenik. Disamping itu
vaksin subunit lebih cenderung memicu imunitas humoral sinding seluler.
2. Vaksin DNA dan naked DNA
Vksin subunit rekombianan adalah vaksin yang menggunakan teknologi
DNA, hasil rekayasa molekul antigen mikroba tertentu. Vaksin DNA terdiri
atas plasmid bakteri yang mengandung DNA yang menyandi protein
antigen, dapat memacu baik imunitas humoral maupun selular. Melalui
rekayasa genetic, segmen dari bahan herediter/DNA dari satu jenis
organism dapat dikombinasikan dnegan gen organism ke dua.
Rekayasa genetik memungkinkan untuk memilih dan mengambil
segmen gen bahan herediter DNA dari organisme tertentu dan dapat
dikombinasikanya dengan gen dari organism kedua.
3. Vaksin vector rekombinan
Vaksin vector rekombinan adalah vaksin yang dibuat dengan
mengguanakan virus atau bakteri yang dimodifikasi untuk mengantarkan
gen (sebagai vector) yang menyandi antigen mikroba ke sel tubuh. Vaksin
vector rekombinan merupakan strategi terhadap virus X.
4. Sitokin, pembawa vaksin
Menambahkan sitokin pembawa vaksin diduga akan merupakan cara
efisien untuk mendapatkan lingkungan/milieu sitokin yang benar dalam
mengarahkan respons imun yang diharapkan. Efek sitokin adalah untuk
meningkatkan efisiensi sel APC.
2.3.4. Vaksin tumor
Imunisasi yang membunuh sel tumor atau antigen tumor dapat
meningkatkan respons terhadap tumor.