MAKALAH Ilmu Hukum 2
-
Upload
sammie-edwards -
Category
Documents
-
view
37 -
download
2
description
Transcript of MAKALAH Ilmu Hukum 2
MAKALAH
ILMU HUKUMDi Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah
Di Susun Oleh :
Amim Thobary
M. Lingga Zia’ul Chaq
Siti Hidayati
Nur Afidatus S
Dosen Pembimbing :
Ririn Fauziah M.H.I
JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
“SUNAN GIRI” BOJONEGORO
2015
DAFT AR ISI
COVER
DAFTAR ISI.......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 3
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................…....... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 4
2.1 Hubungan Hukum................................................................ 4
2.2 Akibat Hukum..................................................................... 5
2.3 Peranan Hukum.................................................................... 6
BAB III PENUTUP .............................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ......................................................................... 11
3.2 Saran……………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Dan Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Hukum
Hubungan hukum adalah hubungan antara dua subyek hukum atau lebih
mengenai hak dan kewajiban subyek hukum yang satu berhadapan dengan hak dan
kewajiban subyek hukum yang lain.
Dalam kaitan ini pendapat Logemann yang menyatakan dalam hubungan
hukum terdapat pihak yang yang berhak meminta prestasi disebut prestatie subject
dan ada pihak yang wajib melakukan prestasi dii sebut Plishst subject.
Pernyataan terssebut dapat ditarik suatu kesimpulan dalam hubungan hukum
itu tercermin adanya hukumitu pada hakikatnya:
o Memberikan perlindungan atas hak-hak setiap orang secara wajar, selain
itu juga menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhinya
hubungan dengan haknya tersebut.
o Memberikan pembatasan atas hak-hak seseorang pada batas yang
maksimal tidak mengganggu hak orang lain juga menetapkan batas-batas
minimal kewajiban harus dipenuhinya demi wajarnya hak orang lain.
Dalam hubungan hukum ada tiga (3) unsur antara lain:
1. Orang-orang yang berhak/berkewajiban saling berhadapan.
Misalnya: Amin menjual rumah pada Badu.
Maka Amin: berhak menyerahkan rumah kepada Badu
Maka Badu: berhak membayar harga rumah kepada Amin
2. Obyek terhadap mana hak/kewajibandi atas tadi berhak terhadap rumah.
3. Hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban. Misalnya: A dan
B mengadakan sewa menyewa rumah.
Dari hal tersebut, tiap hubungan hukum mempunyai dua segi, yaitu:
a. Kekuasaan atau hak (behavoedheid)
b. Kewajiban (plicht).
Adanya hubungan hukum diperlukan syarat-syarat antara lain:
1. Ada dasar hukum, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan itu.
2. Ada peristiwa hukum, yaitu terjadiperistiwa hukumnya.
Misalnya: A dan B mengadakan perjanjian jual/beli rumah, diatur dalam pasal
1474 KUH dalam pasal 1513 KUH Perdata.
Jadi dapat dijelaska sebagai berikut:
a. Pasal 1474 dan pasal 1513 KUH Perdata disebut “dasar hukumnya”
b. Perjanjian jual/beli disebut “peristiwa hukumya”
2.2 Akibat Hukumnya
Akibat hukum adalah akibat sesuatu tindakan hukum. Tindakan hukum adalah
tindakan yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang di kehendaki yang
diatur oleh hukum. Lebih jelasnya b ahwa akibat hukum adalah segala akibat yang
terjadi dari segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap
obyek hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian tertentu oleh
hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum.
Akibat hukum merupakan sumber lahirnya hak dan kewajiban bagi subyek-
subyek hukum yang bersangkutan. Misalnya, mengadakan perjanjian jual beli,
membuat surat wasiat, sewa menyewa dan sebagainya. Segala akibat perjanjian
yang telah diadakan oleh para pihak tertentu mengenai sesuatu hal tertentu, maka
telah lahir suatu akibat hukum yang melahirkan lebih jauh segala hak dan
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para subyek hukum yang bersangkutan
untuk menepati isi perjanjian tersebut.
Suatu akibat yang ditimbulkan oleh adanya suatu hubungan hukum. Suatu
hubungan hukum memberikan hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh
undang-undang, sehingga kalau dilanggarakan berakibat, bahwa orang yang
melanggar itu dapat dituntut dimuka pengadilan.
Akibat hukum itu dapat berupa:
1. Lahir ubahnya atau lenyapnya sesuatu keadaan hukum.
2. Lahirnya-ubahnya atau lenyapnya “sesuatu hubungan hukun” (hubungan
antara dua subyek atau lebih).
3. Sanksi apabila melakukan tindakan melawan hukum
4. Akibat hukum yang timbul karena adanya kejadian darurat oleh huum
yang bersangkutan telah diakui atau dianggap sebagai akibat hukum, messkipun
dalam keadaan yang wajar tindakan-tindakan tersebut mungkin melarang . Menurut
hokum
2.3 Peranan Hukum
Khususnya dalam penentuan hak dan kewajiban dan perlindungan kepentingan
sosial dan para individu. Peranan di sini mencerminkan lagi secara lebih nyata
bekerjanya hukum ditengah kehidupan masyarakat. Hukum berperan sedemikian
rupa, sehingga segala sesuatu yang bertalian dengan hubungan antara indivdu yang
satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat berlangsung denga tertib
dan teratur, karena hukum secara tegas akan menentukan hak -hak dan kewajiban
serta wewenang, dihubungkan kesatuan(pemerintah) dengan kepentingan para
individu. Sedemikian rupa sehingga tidak terjadi ketegangan dan ketidakteraturan.
Dalam melaksanakan peranannya ditengah kehidupan bersama, hukum
memiliki fungsi yang sangat pentingm yang oleh J.F Glastra van Loon disebutkan
yaitu:
a. Penertiban (penataan) masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.
b. Penyelesaian pertikaian.
c. Memlihara dan mempertahankan tata-terbib dan aturan-aturan, jika perlu
dengan kekerasan.
d. Pengaturan atau memelihara dan mempertahankan hal tersebut.
e. Pengubahan tata-tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian pada
kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat.
f. Pengaturan tentang pengubahan tersebut. Hukum harus mewujudkan fungsi-
fungsi tersebut diatas, agar ia dapat memenuhi tuntutan
keadilan(Rechtsvaardigbeid), hasil-guna(Doelmatigbeid), dan kepastian
hukum(Rechtszekerbeid).
1) Rechtsvaardigbeid, adalah adil yang dalam bahasa Inggris disebut
jucstice.
2) Doelmatigbeid, adalah aspek materiyang ditujukan pada tujuan
kegunaan dari hukum bagi kepentingan sosial.
3) Rechtszekerbeid, adalah suatu kepastian hukum yang sifatnya
universal, yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai lehall-security.
2.4 Koodifikasi Dan Unifikasi
a. Koodifikasi
Istilah koodifikasi berasal dari codifiecatie yaitu suatu usaha untuk menyusun
satu bagian dari hukum secara lengkap dan merupakan satu buku.
Adapun menurut CST Kansil, mengatakan bahwa koodifikasi adalah
pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara
sistematis dan lengkap yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah.
Koodifikasi dari pada hukum tertulis bertujuan antara lain :
o Untuk memperoleh kepastian hukum , dimana hukum tersebut sungguh-
sungguh telah tertulis didalam satu kitab Undang-Undang.
o Penyederhanaan hukum, sehingga memudahkan masyarakat dalam
memperoleh atau memeliki dan mempelajarinya.
o Kesatuan hukum, sehingga dapat mencegah beberapa hal, yaitu:
o Kesimpangsiuran terhadap pengertian hukum yang bersangkutan.
o Berbagai kemungkinan penyelewengan dalam pelaksanaanya.
o Keadaan yang berlarut-larut dari masyarakat yang buta hokum.
b. Unifikasi
Unifikasi hukum adalah suatu langkah penyeragaman hukum atau penyatuan
suatu hukum untuk diberlakukan bagi seluruh bangsa disuatu wilayah negara
tertentu sebagai hukum nasional di negara tersebut.
Beberapa hukum di Indonesia yang telah di unifikasikan antara lain :
UU. No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
UU. No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
UU Anti Korupsi, dll.
Dengan adanya kodifikasi dan unifikasi terhadap hukum , maka ada beberapa
kemungkinan terhadap eksistensi hukum itu sendiri, yaitu :
Kemungkinan pertama :
Hukum itu telah telah dikodifikasi dan telah di unifikasi, Misalnya : Hukum Pidana
dalam KUHP, Hukum Dagang dalam KUHD, dan Hukum Acara Pidana dalam
KUHAP.
Kemungkinan kedua :
Hukum itu telah dikodifikasi, tetapi belum di unifikasi, misalnya : Hukum
Perdata, walaupun telah dikodifikasi dalam KUHPer namun isinya masih tetap
membeda-bedakan berlakunya bagi warga negara menurut golongannya.
Kemungkinan ketiga :
Hukum itu telah di unifikasi tetapi belum dikodifikasi, misalnya UU No. 5
tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dirdjosisworo soedjono, Pengantar Ilmu Hukum, P. T Raja Grafindo Persada, 2003