Makalah integrasi ilmu

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran tentang integrasi atau Islamisasi ilmu pengetahuan dewasa ini yang di lakukan oleh kalangan intelektual muslim, tidak lepas dari kesadaran beragama. Secara totalitas ditengah ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan sebuah konsep bahwa umat islam akan maju dapat menyusul orang-orang barat apabila mampu mentransformasikan dan menyerap secara aktual terhadap ilmu pengetahuan dalam rangka memahami wahyu, atau mampu memahami wahyu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Proses Islamisasi ilmu pengetahuan tidak lain adalah proses pengembalian atau pemurnian ilmu pengetahuan yang ada kepada konsep yang hakiki yaitu tauhid, kesatuan makna kebenaran dan kesatuan sumber. Dari ketiga proses inilah kemudian diturunkan aksiologi (tujuan), epistemologi (metodologi), dan ontologi (obyek) ilmu pengetahuan. Di pandang dari sisi aksiologis (tujuan) ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi menjadi instrumen penting dalam setiap proses pembangunan 1

Transcript of Makalah integrasi ilmu

Page 1: Makalah integrasi ilmu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemikiran tentang integrasi atau Islamisasi ilmu pengetahuan dewasa ini

yang di lakukan oleh kalangan intelektual muslim, tidak lepas dari kesadaran

beragama. Secara totalitas ditengah ramainya dunia global yang sarat dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan sebuah konsep bahwa umat

islam akan maju dapat menyusul orang-orang barat apabila mampu

mentransformasikan dan menyerap secara aktual terhadap ilmu pengetahuan

dalam rangka memahami wahyu, atau mampu memahami wahyu dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan.

Proses Islamisasi ilmu pengetahuan tidak lain adalah proses pengembalian

atau pemurnian ilmu pengetahuan yang ada kepada konsep yang hakiki yaitu

tauhid, kesatuan makna kebenaran dan kesatuan sumber. Dari ketiga proses inilah

kemudian diturunkan aksiologi (tujuan), epistemologi (metodologi), dan ontologi

(obyek) ilmu pengetahuan.

Di pandang dari sisi aksiologis (tujuan) ilmu dan teknologi harus memberi

manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi

menjadi instrumen penting dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk

mewujudkan kemaslahatan hidup manusia seluruhnya. Dengan demikian, ilmu

pengetahuan dan teknologi haruslah memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

kehidupan manusia.

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka diperlukan suatu upaya

mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umm, sehingga akan

tercapailah kemajuan yang seimbang antara kemajuan di bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi dengan kemajuan dalam bidang ilmu agama, moral dan etika.

Sejalan dengan sasaran tersebut, maka pembahasan dalam makalah ini

diarahkan pada upaya mendeskripsikan bangunan pohon ilmu-ilmu agama islam

dan ilmu-ilmu umum secara utuh dan komprehensif sambil mengupayakan

1

Page 2: Makalah integrasi ilmu

integrasinya dngan menggunakan pendekatan normatif teologis, historis dan

filosofis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:

Pengertian Dan Model Integrasi Keilmuan

Pendekatan Islam Terhadap Dikotomi Ilmu

Latar Belakang Perlunya Integrasi Ilmu-Ilmu Agama Islam dan Ilmu-Ilmu

Umum

Paradigma Ilmu-Ilmu Agama Islam Dan Ilmu-Ilmu Umum

Ilmu-ilmu Agama Islam

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan dalam

pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:

Untuk Mengetahui Pengertian Dan Model Integrasi Keilmuan

Untuk Mengetahui Pendekatan Islam Terhadap Dikotomi Ilmu

Untuk Mengetahui Latar Belakang Perlunya Integrasi Ilmu-Ilmu Agama

Islam dan Ilmu-Ilmu Umum

Untuk Mengetahui Paradigma Ilmu-Ilmu Agama Islam Dan Ilmu-Ilmu

Umum

Untuk Mengetahui Ilmu-ilmu Agama Islam

2

Page 3: Makalah integrasi ilmu

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Model Integrasi Keilmuan

Salah satu istilah yang paling popular dipakai dalam konteks integrasi

ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum adalah kata “Islamisasi”. Menurut Echols

dan Hasan Sadily, kata Islamisasi berasal dari bahasa Inggris Islamization yang

berarti pengislaman. Makna yang lebih luas adalah menunjuk pada proses

pengislaman, dimana objeknya adalah orang atau manusia, bukan ilmu

pengetahuan maupun objek lainnya.

Dalam konteks Islamisasi, ilmu pengetahuan, yang harus mengaitkan

dirinya pada prinsip tauhid adalah pencari ilmunya, bukan ilmu itu sendiri. Karena

yang menentukan adalah manusia, manusialah yang menghayati ilmu.

Penghayatan para pencari ilmu itulah yang menentukan, apakah ilmunya

beroientasi pada nilai-nilai Islam ataukah tidak.

Lebih lanjut, Islamisasi ilmu pengetahuan, menurut Faruqi, menghendaki

adanya hubungan timbale balik antara realitas dan aspek kewahyuan. Dalam

konteks ini, untuk memahami nilai-nilai kewahyuan, umat islam harus

memanfaatkan ilmu pengetahuan. Karena realistasnya, saat ini, ilmu

pengethuanlah yang amat berperan dalam menentukan kemjuan umat manusia.

Sejak abad kemunduran islam (abad ke-12 M), karena para penguasa

Muslim kurang memberikan penghargaan terhadap ilmu pengethuan hingga akhir

abad ke-16, dimana mulai terputus hubungan antara Dunia Islam dengan aliran

utama dalam sains dan teknologi, umat Islam sangat tertinggal jauh disbanding

masyarakat Barat justru mulai bengkit dari kegelapan pengetahuan setelah sekian

lama terbelenggu dalam indoktrinasi teologi Kristiani.

Selain masalah ketertinggalan dalam penguasaan ilmu pengetahuan, hal

terbesar yang dihadapi umat islam dewasa ini adalah berkaitan dengan paradigm

berfikir. Umat Islam masih berpikir secara absurd. Bukan justru mengembangkan

wacana-wcana keimanan, kemanusiaan, dan pengetahuan. Ini jelas menunjukan

sebuah pola berpikir partikularistik dan ritualistik (Hidayat, 2000: 10).

3

Page 4: Makalah integrasi ilmu

Dari definisi Islamisasi pengetahuan diatas, ada beberapa model Islamisasi

pengetahuan yang bisa dikembangkan dalam menatap era globlisasi, antara lain:

model purifikasi, model moderenisasi Islam, dan model neo-moderenisme.

Purifikasi bermakna pembersihan atau penyucian ilmu pengetahuan agar

sesuai dengan nilai dan norma Islam.

Model moderenisasi Islam ini berangkat dari kepedulian terhadap

keterbelakangan umat islam di dunia kini, yang disebabkan oleh kepicikan

berpikir, kebodohan, dan keterpurukan dalam memahami ajaran agamanya,

sehingga system pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan agama Islam tertinggal

jauh dibelakang non-Muslim (Barat).

Sedangkan model neo-modernisme berusaha memahami ajaran-ajaran dan

nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah dengan

mempertimbangkan khaznah intelektual Muslim klasik serta mencermati

kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh dunia iptek.

Landasasan metodologis Islamisasi pengetahuan model ini, menurut Saiful

Muzani (1993) adalah sebagai berikut:pertamporera, persoalan-persoalan

kontemporer umat islam harus dicari penjelasannya dari tradisi dan hasil ijtihad

para ulama yang merupakan hasil interpretasi terhadap Al-Quran. Kedua, bila

dalam tradisi tidak ditemukan jawaban yang sesuai dengan kondisi kontemporer,

harus menelaah konteks sosio-historis dari ayat-ayat Al-Quran yang menjadi

landasan ijtihad para ulama tersebut. ketiga, melalui telaah historis akan terungkap

pesan moral Al-Quran. Keempat, setelah itu baru menelaahnya dalam konteks

umat Islam dewasa ini dengan bantuan hasil-hasil studi yang cermat dari ilmu

pengetahuan atas persoalan yang bersifat eavaluatif dan legiminatif sehingga

memberikan pendasaran dan arahan moral terhadap persoalan yang ditanggulangi.

Dari berbagai pengertian dan model Islamisasi pengetahuan diatas dapat

disimpulkan bahwa Islamisasi dilakukan dalam upaya membangun kembali

semangat umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui

kebebasan penalaran intelektual dan kajian-kajian rasional empirik dan filosofis

dengan tetap merujuk kepada kandungan Al-Quran dan sunnah Nabi, sehingga

umat Islam akan bangkit dan maju menyusul ketertinggalannya dari umat lain,

khususnya Barat.

4

Page 5: Makalah integrasi ilmu

2.2 Pendekatan Islam Terhadap Dikotomi Ilmu

Berbeda dengan Barat, bagi dunia Islam dikotomi bisa mengandung bahaya.

Pandangan dikotomi dapat mengancam realisasi Islam dalam ke hidupan pribadi dan

kebersamaan bermasyarakat, bahkan dikhawatirkan mendistorsi syari’ah. Akibat

yang dirasakan di dalam masyarakat ilmu, seni, dan teknologi adalah menjadi

wajarnya pendapat yang berpendirian ilmu, seni, dan teknologi adalah bebas nilai.

Oleh karena itu, ilmu berkembang tanpa arah yang jelas dari perspektif kesejahteraan

umat manusia.

Di negara-negara maju (Barat), para ilmuwan seperti berlomba

mengembangkan sains dan teknologi yang mempunyai potensi destruktif sangat

tinggi bukan saja terhadap komunitas lain, melainkan juga terhadap komunitasnya

sendiri. Bisa dibayangkan jika saja beberapa negara maju terlibat perang dengan

menggunakan kemampuan senjata dan rudal andalannya, hampir bisa dipastikan

dunia ini akan hancur.

Bila dikotomi ilmu berkembang di dunia Islam, maka di antara akibatnya

adalah tersosialisasikan adanya pembelahan antara ilmu pengetahuan umum dan

agama. Pengetahuan umum di samping pengetahuan yang mencakup berbagai

disiplin dan bidang kehidupan manusia secara kompleks dan plural, juga

dimaksudkan sebagai ilmu yang tidak ada kaitan sama sekali dengan agama.

Sedangkan ilmu pengetahuan agama dimaksudkan sebagai ilmu pengetahuan yang

terbatas bahasannya pada persoalan-persoalan akidah, ibadah, dan akhlak semata.

Dengan kata lain, ilmu pengetahuan agama adalah ilmu pengetahuan yang wilayah

bahasannya terbatas pada keimanan, ritual, dan ethik.

Selanjutnya Umat Islam akan mengalami salah paham terhadap Islam sendiri.

Agama Islam yang seharusnya memiliki ajaran yang universal, ternyata

disalahpahami, sehingga dianggap hanya memiliki ruang gerak pranata kehidupan

yang sempit sekali. Oleh karena itu, pembagian pengetahuan yang bersifat dikotomis

itu, tentu tidak diterima oleh Islam, karena berlawanan dengan kandungan ajaran

Islam sendiri. Jika ini terjadi terus-menerus, maka akan menjadi malapetaka bagi

masa depan umat dan peradaban Islam, sehingga harus ada usaha keras untuk

meluruskannya dalam perspektif Islam.

5

Page 6: Makalah integrasi ilmu

2.3 Latar Belakang Perlunya Integrasi Ilmu-Ilmu Agama Islam dan Ilmu-

Ilmu Umum

Maraknya kajian dan pemikiran integrasi keilmuan (Islamisasi ilmu

pengetahuan) dewasa ini yang santer didengungkan oleh kalangan intelektual

muslim, antara lain Naquib Al-Attas dan Ismail Raji’Al-Faruqi (1984: ix-xii),

tidak lepas dari kesadaran berislam ditengah pergumulan dunia global yang sarat

dengan kemajuan ilmu teknologi.

Potensi keyakinan terhadap sistem Islam yang bisa mengungguli sistem

ilmu pengetahuan Barat yang tengah mengalami krisis identitas inilah yang

kemudian memberikan kesadaran baru kepada umat islam untuk melakukan upaya

Islamisasi ilmu pengetahuan.

Usaha menuju integrasi keilmuan sejatinya telah dimulai sejak abad ke-9,

meski mengalami pasang surut. Pada masa Al-Farabi (lahir tahun 257 H/890 M)

gagasan tentang kesatuan dan hierarki ilmu yang muncul sebagai hasil

penyelidikan tradisional terhadap epistemologi serta merupakan basis bagi

penyelidikan hidup subur dan mendapat tempatnya. Tak peduli dari saluran mana

saja, manusia – pencari ilmu pengetahuan – mendapatkan ilmu itu (osman Bakar,

1998:61-2). Dengan demikian, gagasan integrasi keilmuan Al-Farabi dilakukan

atas dasar wahyu Islam dari ajaran-ajaran Al-Quran dan Hadist.

Usaha Natsir untuk mengintegralkan sistem pendidikan Islam

direalisasikan dengan mendirikan lembaga pendidikan Islam, yang menyatukan

dua kurikulum, antara kurikulum yang dipakai sekolah-sekolah tradisional yang

lebih banyak memuat pelajaran umum (Arman Arief, tt:iii). Tidak beda jauh

dengan gagasan yang dikembangkan Harun Nasution dalam upayanya

menyatukan dikotomi ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum di lembaga

pendidikan tinggi Islam.

Setidaknya ada dua sebab utama kelemahan pendekatan ini.

Pertama, akar keilmuan yang berbeda antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-

ilmu umum.

Kedua, modernisasi dan Islamisasi ilmu pengetahuan melalui kurikulum

dan kelembagaan, walaupun dilakukan dengan tujuan terciptanya

6

Page 7: Makalah integrasi ilmu

integralisme dan integrasi keilmuan Islam Islam dan umum, sampai

kapanpun akan tetap menyisakan dikotomi keilmuan.

Berbagai dikotomi antara ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum

pada kenyataanya tidak mampu diselesaikan dengan pendekatan modernisasi

sebagaimana dilakukan Abduh dan Ahmad Khan atau Mukti Ali dan Harun

Nasution, amak Ismail Raji Al-Faruqi dan Naquib Al-Attas melakukan

pendekatan berbeda dalam rangka Islamisasi pengetahuan (integrasi keilmuan),

yakni dengan pendekatan purifikasi atau penyucian.

Dikotomi keilmuan sebagai penyebab kemunduran berkepanjangan umat

Islam ini sudah berlangsung sejak abad ke-16 hingga abad ke-17 yang dikenal

sebagai abad stagnasi pemikiran Islam. Dikotomi ilmu-ilmu agama Islam dan

ilmu-ilmu umum juga disebabkan karena adanya kolonialisme Barat atas Dunia

Islam sejak abad ke-18 hingga abad ke-19, dimana negara-negara Islam tidak

mampu menolak upaya-upaya yang dilakukan Barat, terutama injeksi budaya dan

peradabannya.

Dikotomi ini pada kelanjutannya, berdampak negatif terhadap kemajuan

Islam. Menurut Ikhrom (2001: 87-89), setidaknya ada empat masalah akibat

dikotomi ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama.

Pertama, munculnya ambivalensi dalam sistem pendidikan Islam; dimana

selama ini, lembaga-lembaga semacam pesantren dan madrasah

mencitrakan dirinya sebagai lembaga pendidikan Islam dengan corak

tafaqquh fi al-din yang menganggap persoalan mu’amalah bukan garapan

mereka; sementara itu modernisasi sistem pendidikan dengan memasukan

kurikulum pendidikan umum kedalam lembaga tersebut telah mengubah

citra pesantren dan madrasah sebagai lembaga tafaqquh fi al-din tersebut.

Kedua, munculnya kesenjangan antara sistem pendidikan Islam dan ajaran

Islam. Sistem pendidikan yang ambivalen mencerminkan pandangan

dikotomis yang memisahkan ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum

(Kuntowijoyo, 1991: 352).

Ketiga, terjadinya didintegrasi sistem pendidikan Islam, dimana masing-

masing sistem: (modern/umum) Barat dan agama (Islam) tetap bersikukuh

mempertahankan kediriannya.

7

Page 8: Makalah integrasi ilmu

Keempat, munculnya inferioritas pengelola lembaga pendidikan Islam.

Hal ini disebabkan karena sistem pendidikan Barat yang pada kenyataanya

kurang menghargai nilai-nilai kultural dan moraltelah dijadikan tolak ukur

kemajuan dan keberhasilan sistem pendidikan bangsa kita.

Dengan demikian, paradigma integrasi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum

muncul sebagai bentuk kekhawatiran sebagian pemikir muslim terhadap ancaman

yang sangat dominan terhadap pandangan non-muslim, khususnya pandangan

ilmuwan Barat sehingga umat Islam harus menyelamatkan identitas dan otoritas

ajaran agamanya.

2.4 Paradigma Ilmu-Ilmu Agama Islam Dan Ilmu-Ilmu Umum

a. Paradigma Integrasi-Interkoneksi

Paradigma Integrasi-interkoneksi itu muncul karena adanya dikotomi

pendidikan agama sains, dan filsafat. Selain itu disebabkan oleh perilaku manusia

yang berperilaku tidak pada mestinya. Ditambah pula krisis lingkungan energi dan

lain lain. Faktanya dikotomi pendidikan lah yang menjadi pangkal dari segala

faktor munculnya paradigma integrasi-interkoneksi. Dengan adanya paradigma

integrasi-interkoneksi ini diharapkan mampu mencapai keterpaduan antara

pedidikan agama, sains, dan filsafat. Segala krisis dapat teratasi atau paling tidak

berkurang.

b. Pengertian, Tujuan, dan Harapan Integrasi-Interkoneksi

Integrasi-interkoneksi dalah suatu paradigma, pendekatan, sebagai upaya

mempertemukan ilmu agama (Islam), dengan ilmu-ilmu umum dengan filsafat.

Salah satu universitas yang menggunakan paradigma ini adalah Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga menggunakan pedoman

ini untuk menyatukan ilmu umum/sains, agama dan filsafat agar bias tercapai

kesatuan ilmu yang intergratif dan interkonektif. Prof. H. Amin Abdullah adalah

tokoh penggagas integrasi di UIN Sunan Kalijaga. Integrasi-interkoneksi

keilmuan diemban sebagai visi dan misi dari UIN Sunan Kalijaga sebagai awal

perubahan atau transformasi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan

Kalijaga menjadi UIN Sunan Kalijaga pada tahun 2004. Dialog keilmuan yang

bersifat integrasi-interkoneksi dilakukan dalam wilayah internal ilmu-ilmu

8

Page 9: Makalah integrasi ilmu

keislaman, juga dikembangkan integrasi-interkoneksi ilmu-ilmu keislaman

dengan ilmu umum. Diantara ilmu umum dan ilmu keislaman menyadari akan

keterbatasan pada masing-masing ilmu. Oleh karena itu perlu adanya dialog

diantara keduanya, kerjasama, guna melengkapi kekurangan pada masing-masing

ilmu jika masing-masing berdiri sendiri. Paradigma integrasi-interkoneksi ini

diharapakan mampu mendialogkan segitiga keilmuan UIN Sunan Kalijaga yang

dikenal dengan sudut hadarah al-nas, hadarah al-‘ilm, dan hadarah al-falsafah.

Sehingga semua matakuliah yang disampaikan dan dikembangkan di UIN Sunan

Kalijaga harus mencerminkan sebuah keilmuan yang terpadu. Saling menunjang

diantara ketiga entitas keilmuan yang ada (pengembangan keilmuan tidak secara

dikotomis). Selain itu, integrasi-interkoneksi diharapkan mampu menjadi solusi

dari berbagai krisis yang melanda manusia dan alam dewasa ini sebagai akibat

dari ketidakpedulian suatu ilmu terhadap ilmu yang lain.

c. Landasan Integrasi-Interkoneksi

Ada beberapa landasan dalam membangun integrasi-interkoneksi,

diantaranya, normative-teologis, filosofis, kultural, sosiologis, psikologis, historis.

Landasan Normatif-teologis

Cara memahami sesauatu dengan menggunakan ajaran yang diyakini

berasal dari Tuhan. Bersifat mutlak. Al-Qur’an dan Al-Sunnah tidak

membedakan antara ilmu-ilmu agama (Islam) dan ilmu-ilmu umum (sains-

teknologi dan sosial humaniora)

Landasan filosofis

Perpaduan antara ilmu agama dan ilmu umum diharapkan mampu

memahami kompleksitas kehidupan manusia

Landasan cultural

Pendidikan tidak boleh mengabaikan budaya (potensi) local. Jika budaya

atau potensi local tidak dijadikan basis pengembangan keilmuan maka

akan terjadi proses elitism ilmu, sehingga ilmu menjadi kurang berfungsi

dalam kehidupan nyata.

Landasan sosiologis

Landasan sosiologis ini muncul karena adanya anggapan lulusan

Universitas Islam atau UIN Sunan Kalijaga kurang mampu menyelesaikan

9

Page 10: Makalah integrasi ilmu

masalah masyarakat. Dengan paradigma integrasi interkoneksi para

lulusan Universitas Islam atau UIN Sunan Kalijaga mampu menyelesaikan

masalah masyarakat

Landasan psikologi

Adanya pembacaan parsial dapat menyebabkan perpecahan kepribadian,

oleh karena itu adanya landasan Psikologis diharapkan mengubah menjadi

pembacaan secara terpadu dan menyeluruh memperkuat kepribadian.

Landasan historis

Pada abad modern tekanan dari ilmu-ilmu agama muolai berkurang,

bahkan hampir tidak ada. Ilmu umum mampu berkembang pesat, namun

mengabaikan norma-norma agama dan etika kemanusiaan. Diharapkan

hubungan ilmu agama dan ilmu umum meningkat, dari kompak menjadi

sejahtera dan mencapai puncak lestari.

2.5 Ilmu-ilmu Agama Islam

Ilmu-ilmu agama Islam, atau yang dalam bahasa Al-Ghazali disebut

dengan al-ulum al-syariah merupakan ilmu-ilmu yang diperolah dari nabi-nabi

dan tidak hadir melalui akal, seperti aritmatika; atau melalui riset, seperti ilmu

kedokteran; atau melalui pendengaran seperti ilmu bahasa.

Ilmu Tauhid/Ilmu Aqidah

Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang sifat – sifat allah swt

dan sifat – sifat para utusanya yang terdiri dari sifat yang wajib, sifat jaiz

dan sifat yang mustahil. selain dari itu juga menerangkan segala yang

memungkinkandan dapat diterima oleh akal, untuk menjadikan bukti dan

dalil, dengan dibantu oleh masalah sam’iyat agar dapat mempercayai dalil

itu dengan yakin tanpa keraguan di hati.

Kitab : Aqidatul awwam, Jauhar Tauhid dll

Ilmu Al-Quran/Ulumul Quran

Secara etimologi, kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang

terdiri dari dua kata, yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah

bentuk jama’ dari kata “ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang

disandarkan kepada kata Al-Qur’an telah memberikan pengertian bahwa

10

Page 11: Makalah integrasi ilmu

ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan

Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari

segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnaya.

Dengan demikian, ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu rasmil Qur’an, ilmu I’jazil

Qur’an, ilmu asbabun nuzul, dan ilmu-ilmu yang ada kaitanya dengan Al-

Qur’an menjadi bagian dari ulumul Qur’an.

Ilmu yang membahas tentang keadaan Al-Qur’an dari segi turunya,

sanadnya, adabnya makna-maknanya, baik yang berhubungan lafadz-

lafadznya maupun yang berhubungan dengan hukum-hukumnya, dan

sebagainya

Ilmu Akhlaq

Ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia

agar mempunyai adab dan sopan santun dalam pergaulan baik pergaulan

sesama manusia maupun dengan Sang Pencipta. Kita dibina untuk

mengetahui peraturan dan prosedur yang sesuai agar tidak bertindak

sesuka hati. Bila kita mampu mengimplementasikan ilmu ini maka

pergaulan akan menjadi indah dan sangat disayang baik oleh manusia,

hewan maupun Sang Pencipta seperti akhlak Nabi Muhammad SAW. Nabi

sendiri diutus, yang pertama tugasnya adalah memperbaiki akhlak manusia

yang saat itu semua menjurus akhlak Jahiliyah.

Kitab : Akhlaqul Libanin

Ilmu Hadits

Ilmu Hadis atau yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab dengan

Ulumul Hadits yang mengandung dua kata, yaitu ‘ulum’ dan ‘al-Hadis’.

Kata ulum dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti

ilmu-ilmu, sedangkan al-Hadis dari segi bahasa mengandung beberapa arti,

diantaranya baru, sesuatu yang dibicarakan, sesuatu yang sedikit dan

banyak. Kitab : Fathul Bari, Subulus Salam, Bulughul Maram dll

Ilmu Ushul Fiqih

kata ushul fiqh adalah kata ganda yang berasal dari kata “ushul” dan “fiqh”

yang secara etimologi mempunyai arti “faham yang mendalam”.

Sedangkan ushul fiqh dalam definisinya secara termologi adalah ilmu

11

Page 12: Makalah integrasi ilmu

tentang kaidah-kaidah yang membawa kepada usaha merumuskan hukum-

hukum syara’ dari dalil-dalinya yang terperinci. Kitab : Al-Ushul min Ilmil

Ushul

Ilmu Fiqih

Ilmu fiqih adalah ilmu untuk mengetahui hukum Allah yang berhubungan

dengan segala amaliah mukallaf baik yang wajib, sunah, mubah, makruh

atau haram yang digali dari dalil-dalil yang jelas (tafshili).

Produk ilmu fiqih adalah “fiqih”. Sedangkan kaidah-kaidah istinbath

(mengeluarkan) hukum dari sumbernya dipelajari dalam ilmu “Ushul

Fiqih”.

Kitab : Kifayatul Akhyar, Safinatun Najah

Ilmu Faraidh

Faroidh adalah bentuk kata jamak dari kata faridhoh. Sedangkan Faridhoh

diambil dari kata fardh yang artinya taqdir (ketentuan). Ilmu Faraidh

merupakan bagian dari Ilmu Fiqih yaitu Ilmu yang Membahas hukum-

hukum waris dan ketentua-ketentuan serta pembagian-pembagiannya.

Kitab : Matan Ar-Rahbiyah

Ilmu Tajwid

Pengertian Tajwid menurut bahasa (ethimologi) adalah: memperindah

sesuatu.Sedangkan menurut istilah, Ilmu Tajwid adalah pengetahuan

tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya.

Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara bacaan Al-Quran dari kesalahan

dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca.

Belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah, sedang membaca Al-

Quran dengan baik (sesuai dengan ilmu tajwid) itu hukumnya Fardlu ‘Ain.

Kitab : Tuhfatul Athfal, Hidayatul Mustafid dll

12

Page 13: Makalah integrasi ilmu

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.

2. Islamisasi adalah menunjuk pada proses pengislaman, dimana objeknya

adalah orang atau manusia, bukan ilmu pengetahuan maupun objek

lainnya.

3. Paradigma integrasi ilmu berarti cara pandang tertentu atau model

pendekatan tertentu terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat menyatukan,

disebut paradigma integrasi ilmu integratif atau singkatnya paradigma

integrasi ilmu integralistik yaitu pandangan yang melihat sesuatu ilmu

sebagai bagian dari keseluruhan.

4. Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun dalam pada sisi

tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan

menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual), cenderung eksklusif, dan

subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru, tidak terlalu terkait

dengan etika, progresif, bersifat inklusif, dan objektif. Kendati agama dan

ilmu berbeda, keduanya memiliki kesamaan, yakni bertujuan memberi

ketenangan dan kemudahan bagi manusia.

3.2 Saran

Konsep ilmu pada masa abad pertengahan dan para ilmuwan Muslim

diantaranya Al Farabi, Ibnu Khaldun, Al Ghazali maupun Al Siraziy yang

dibawanya pada dasarnya masih belum ada klasifikasi ilmu disatu sisi dan agama

disisi lain. Klasifikasi ilmu yang diberikan para ahli pada masa ini bukan

bertujuan untuk lebih mempermudah manusia dalam mempelajari ilmu agar

manusia memiliki keahlian tertentu dalam disiplin keilmuan, tapi tidak

menafikkan ilmu lain sehingga terjadi keseimbangan dalam dirinya yang

membawa kemanfaatan. Dan inilah falsafah yang dikandung al qur’an terkait

dengan ilmu sebagaimana tercermin dalam wahyu pertama surat al ‘Alaq: 1-5.

13

Page 14: Makalah integrasi ilmu

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdullah, M. Amin, 2002. Studi Agama Normativitas atau Historisitas?

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

______________. 2007. Islamic Stadies dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi,

Cet I; Yogyakarta: Penerbit SUKA Press

al-Attas, Syed Mohd. Naquib .1984, Konsep Pendidikan dalam Islam, terj. Haidar

Bagir, Bandung: Mizan)

Al-Ghazali, Imam. t.t.. Ihya’u Ulum al-Dien, (Beirut: Dar al-Fikr.)

al-Qardhawi, Yusuf. 1989. Metode dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif

Sunnah.  ter. Hasan Bahri. )Bandung: Rosda Karya)

_______________. 2001. ”Al-Sunnah Masdaran li al-Ma’rifah wal Hadharah”

diterjemahkan oleh Abad Badruzzaman, Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan

Peradaban, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya).

Arief, Armai. 2005. Reformasi Pendiidkan Islam, Cet. I, Jakarta: CRSD Press

Arifin, Zainul. Model-Model Relasi Agama dan Sains dalam http://ejournal.uin-

malang.ac.id/index.php/psikologi/article/view/353 (Diakses 15 Desember 2011)

Audah,  Ali. 1997. Konkordasi Qur’an, (Bandung: Litera antar Nusa)

Azra, Azyumardi. 2002, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan

Demokratisasi,(Jakarta:  PT Kompas Media Nusantara)

Baali, Fuad dan Ali Wardi, 1989. Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam

(Jakarta: Pustaka Firdas)

Bagir, Zainal Abidin dkk.  2009. Integrasi ilmu dan agama: interpretasi dan aksi.

(Bandung: Mizan)

Bakar, Osman .1997. Hierarki Ilmu Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu,

(Bandung: Mizan)

Bakhtiar, Amsal. 2005. Filsafat Ilmu, (Jakarta: Radjawali Press,). Cetakan Kedua.

14

Page 15: Makalah integrasi ilmu

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang sudah memberi Taufik, Hidayah,

serta Inayahnya sehingga kita semua masih bisa beraktivitas sebagaimana seperti

biasanya termasuk juga dengan penulis, hingga penulis bisa menyelesaikan tugas

pembuatan makalah yang berjudul Pengertian Dan Latar Belakang Integrasi Ilmu.

Makalah ini berisi mengenai Pengertian Dan Latar Belakang Integrasi

Ilmu Makalah ini disusun supaya para pembaca bisa menambah wawasan serta

memperluas ilmu pengetahuan yang ada mengenai Pengertian Dan Latar Belakang

Integrasi Ilmu yang penulis sajikan di dalam sebuah susunan makalah yang

ringkas, mudah untuk dibaca serta mudah dipahami.

Penulis juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada rekan-rekan

satu Tim yang sudah membantu serta yang sudah membimbing penulis supaya

penulis bisa membuat makalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku hingga jadi

sebuah makalah yang baik dan benar.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca serta

memperluas wawasan mengenai Pengertian Dan Latar Belakang Integrasi Ilmu.

Dan tidak lupa pula penulis mohon maaf atas kekurangan di sana sini dari

makalah yang penulis buat ini.

Mohon kritik serta sarannya.

Terimakasih

Ciamis, April 2014

Penulis

15i

Page 16: Makalah integrasi ilmu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….. 2

1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………… 3

2.1 Pengertian Dan Model Integrasi Keilmuan …………………………. 3

2.2 Pendekatan Islam Terhadap Dikotomi Ilmu …………………………… 5

2.3 Latar Belakang Perlunya Integrasi Ilmu-Ilmu Agama Islam

dan Ilmu-Ilmu Umum ………………………………………………. 6

2.4 Paradigma Ilmu-Ilmu Agama Islam Dan Ilmu-Ilmu Umum …………. 8

2.5 Ilmu-ilmu Agama Islam ……………………………………………… 10

BAB III PENUTUP ………………………………………………………….. 13

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….. 13

3.2 Saran ………………………………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 14

16ii