Makalah ikhtiologi ikan nilem

18
1 Ikan Nilem (Osteochilus hasselti ) Makalah ini dibuat untuk pemenuhan tugas: Mata Kuliah : Ikhtiologi Dosen Pengampu : Disusun Oleh: 1. Cynthia Eka Fitriani (13338) 2. Muhhamda Iqbal Amri (13339) 3. Hera Nurlita P. (13316) 4. Qurrotu Aini Putri (13331) 5. Erintano Ariesta Y. (13329) JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2014

Transcript of Makalah ikhtiologi ikan nilem

Page 1: Makalah ikhtiologi ikan nilem

1

Ikan Nilem (Osteochilus hasselti )

Makalah ini dibuat untuk pemenuhan tugas:

Mata Kuliah : Ikhtiologi

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh:

1. Cynthia Eka Fitriani (13338)

2. Muhhamda Iqbal Amri (13339)

3. Hera Nurlita P. (13316)

4. Qurrotu Aini Putri (13331)

5. Erintano Ariesta Y. (13329)

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2014

Page 2: Makalah ikhtiologi ikan nilem

2

IKAN NILEM (OSTEOCHILUS HASSELTI )

1. KEANEKARAGAMAN

Nilem, nilem mangut, atau melem (Osteochilus vittatus) adalah

sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae. Ikan herbivora ini diketahui

menyebar di Asia Tenggara: Tonkin,

Siam(Thailand), SemenanjungMalaya, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa. Nilem

merupakan ikan budidaya untuk konsumsi, terutama di Jawa. Kini, nilem juga

diintroduksi ke beberapa danau di Sulawesi.

Satu percobaan yang dilakukan di Danau Maninjau, Sumatera Barat,

mendapatkan bahwa ikan nilem yang tidak diberi pakan secara khusus memakan

aneka fitoplankton yang terdapat di danau, sehingga berpeluang untuk digunakan

sebagai pembersih air danau.

Ikan nilem memakan berbagai jenis fitoplankton yang tergolong ke dalam

suku-suku Bacillariophyceae,Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Desmidiaceae.

Semenjak populernya "terapi kaki" menggunakan Garra rufa, ikan melem

menjadi alternatif karena memiliki perilaku sama, yaitu mengerumuni kaki yang

dicelup ke dalam kolam dan memakan kulit ari kaki.

Ikan nilem (Osteochilus hasselti c.v.)merupakan salah satu kekayaan spesies asli

ikan air tawar yang terdapat di perairan Indonesia dan biasa dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai ikan komsumsi. Di daerah Banyumas dikenal tiga jenis ikan

nilem budidaya (mangut, seruni, gunung) dan ikan nilem sungai. Untuk menjaga

kelestariannya, diperlukan berbagai informasi mengenai ikan nilem tersebut, salah

satunya adalah informasi mengenai kekerabatannya. Dengan demikian, akan

Page 3: Makalah ikhtiologi ikan nilem

3

diketahui status spesies ikan nilem yang ada. Informasi mengenai status spesies

ikan nilem tersebut sangat penting dalam menunjang usaha budidaya

dankonservasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedekatan hubungan

kekerabatan ikan nilem yang adadi Kabupaten Banyumas.Penelitian ini dilakukan

selama 6 bulan dengan menggunakan metode survei dan pengambilan sampel

dilakukan secara Purposive Random Sampling. Karakter morfologi yang didapat

pada waktu pengamatan kemudian di ubah menjadi data biner dan dihitung

koefesien asosiasi antar jenis. Data biner kemudian digunakan untuk analisis

pengelompokan menggunakan program Numerical Taxonomy System (NTSYS)

versi 2.02i.sehingga diperoleh fenogram kekerabatan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ikan nilem budidaya (nilem mangut, seruni dan gunung)

masuk kedalam Osteochilus hasseltisedangkan ikan nilemsungai masuk kedalam

Osteochilus vittatus. Hubungan kekerabatan terdekat dari keempat ikan nilem

adalah antara ikan nilem mangut dan ikan nilem seruni. Hubungan kekerabatan

terjauh terdapat antara ikan Nilem serumi dengan Ikan Nilem Sungai.

Osteochilus

Osteochilus melanopleurus

Scientific classification

Kingdom: Animalia

Phylum: Chordata

Page 6: Makalah ikhtiologi ikan nilem

6

Osteochilus waandersii

2. BIOLOGIS IKAN NILEM

SISTEM PERCENAAN

Sistem pencernaan pada ikan di mulai dari oesophagus yang sangat pendek, karena

hampir ronga mulut langsung menuju ke lambung atau intestine ventriculus melengkung

seperti huruf U, dan dibedakan menjadi 2 yaitu pars cardiaca yang lebar dan pars

pylorica yang sempit. Pada bangsa ikan sangat berliku dan hampir memenuhi rongga

perut, dan bermuara ke anus.Hepar terdiri atas dua lobi, vesca fellea dari hepar menuju

ductus hepaicus kemudian bersatu dengan ductus cyticus menjadi ductus choledocus

yang bermuara ke duodenum.Adapun yang dihubungkan dengan peritoneum ke tundus

ventriculli.Osteochilus hasselti mempunyai hati dan pankreas yang sulit dibedakan

sehingga disebut hepatopankreas (Radiopoetro, 1988).Ginjal yang gilik yang terletak

antara vesica pneumatica dengan tulang vertebrae. Cairan yang mengandung sisa-sisa

persenyawaan nitrogen dan hidrogen diambil dari darah dalam ginjal akan ditampung ke

dalam vesica urinaria melalui ureter (Jasin,1989). Dalam tubuhnya dapat terlihat organ

pencernaan yaitu usus yang panjang, ini dikarenakan ikan ini termasuk tipe herbivora.

Kantung Empedu (vesica felea) yang terletak pada usus bagian depan, berupa kantung

bulat hijau kebiru-biruan. Kantung empedu ini berhubungan dengan usus melalui ductus

choledochus, lalu saluran akhir pencernaan yaitu anus atau porus urogenitalus, hal ini

juga diungkapkan oleh Radiopoetro (1997).

SISTEM PERNAPASAN

Sistem pernapasan dilakukan oleh insang yang terdapat dalam 4 pasang kantong

insang yang terletak disebelah pharynk di bawah operculum. Waktu bernapas

operculum menutup lelekat pada dinding tubuh, arcus branchialis mengembang ke arah

Page 7: Makalah ikhtiologi ikan nilem

7

lateral. Air masuk melalui mulut kemudian kelep mulut menutup, sedangkan arcus

branchialis berkontraksi, dengan demikian operculum terangkat terbuka. Air mengalir

keluar filamen sehingga darah mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida

(Jasin,1989).

Menurut Djuhanda (1982), lengkung insang pada ikan nilem berupa tulang rawan

yang sedikit membulat dan merupakan tempat melekatnya filamen-filamen insang.

Arteri branchialis dan arteri epibranchialis terdapat pada lengkung insang di bagian

basal pada kedua filamen insang pada bagian basalnya. Tapis insang berupa sepasang

deretan batang-batang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melejat pada bagian

depan dari lengkung insang. Ikan nilem memiliki gelembung renang untuk menjaga

keseimbangan di dalam air.

HABITAT IKAN NILEM

Ikan nilem merupakan ikan sungai yang lincah umumnya di temukan di perairan

mengalir atau agak tergenang serta kaya akan oksigen terlarut. Ikan nilem ini banyak

tersebar luas di wilayah Asia seperti Indonesia, Malaysia, serta Thailand dan secara

umum di budidayakan (Effendie, 2002).

Ikan nilem ini umumnnya dipelihara di daerah tropis dengan ketinggian 150

sampai 1000 meter dari permukaan laut.Tetapi ketinggian optimum ialah 800 meter,

sedang suhu optimum pertumbuhannya adalah 180C sampai 280C (Saanin, 1984).

REPRODUKSI

Ikan melakukan fertilisasi secara eksternal. Telur dan sperma dilepaskan ke

dalam air di sekitarnya dan fertilisasi terjadi diluar tubuh. Fertilisasi ini merupakan

fertilisasi yang primitif (Villee et al., 1988).

Ikan jantan terdapat sepasang testis yang panjang. Mereka terletak ventral dari

ren. Ujung caudal mulai dari vas deferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis.

Ikan betina terdapat sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang

ke caudal melanjutkan diri ke dalam oviduk, yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis

(Radiopoetro, 1977).

Organ reproduksi pada ikan nilem ini terdiri dari gonad dengan saluran kelenjar

asesorisnya. Ada dua macam gonad, yaitu gonad yang menghasilkan sel kelamin betina

Page 8: Makalah ikhtiologi ikan nilem

8

(ovum) yang disebut ovarium dan gonad yang menghasilkan sel kelamin jantan

(spermatozoa) yang disebut dengan testis. Menurut Sumantadinata (1981), Reproduksi

pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis – gonad,

hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari lingkungan yaitu temperatur,

cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan kemudian diteruskan ke sistem syaraf

kemudian hipotalamus melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar hipofisa

serta mengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan. Ovarium

terdapat dalam hewan betina yang ditambatkan oleh mesentrium khusus pada dinding

tubuh (mesovarium). Ovarium selain sebagai gonad, juga sebagai kelenjar endokrin

yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Testis terdapat pada hewan

jantan. Letak testis pada vertebrata rendah tersimpan dalam rongga perut dengan

ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesentrium khusus (mesorchium). Testis pada

vertebrata tingkat tinggi terletak diluar rongga perut, tersimpan dalam bangunan khusus

yang disebut skrotum. Testis selain sebagai gonad juga sebagai kelenjar endokrin yang

menghasilkan hormon testosterone. Menurut Storer (1957), pada sistem reproduksi ikan

nilem, Ovarium tersusun dari jaringan ikat fibrosa sebagai membrana basalis yang di

sebelah dalamnya terdapat banyak sarang-sarang telur yang berisi sel gamet primordial

(oogonia atau oosit) dan dibagikan tengahnya berisi jaringan ikat stroma. Umumnya

setiap individu mempunyai sepasang ovarium yang secara simetris berada pada sisi

kanan dan kiri tubuh. Oogonia atau oosit terkandung di dalam sarang telur dan masing-

masing terbungkus oleh selapis sel granulosa disebut sel folikel. Testis sebagai organ

kelamin jantan berupa organ yang jumlahnya sepasang dan dilengkapi dengan saluran

spermatozoa dan organ asesoria. Saluran testis pada vertebrata tinggi dan rendah

berhubungan langsung dengan testisnya. Sel-sel yang berkembang menjadi gamet

berada di bagian medulla sehingga gamet-gamet yang diproduksi akan terkumpul di

dalam lumen tubulus dan kemudian disalurkan ke saluran-saluran dari tubulus atau

testis yang kemudian bergabung menjadi epididmis. Ikan nilem jantan dan ikan nilem

betina dapat dibedakan setelah ikan masak kelamin. Permukaan luar operkulum (tutup

insang) ikan jantan apabila diraba terasa kasar sedangkan ikan betina terasa halus. Ikan

jantan apabila diurut perutnya dari operkulum ke papilla genital maka akan keluar

cairan seperti santan (milt) sedangkan ikan betina tidak. Perut ikan jantan langsing

sedangkan ikan betina membuncit dan lunak. Ikan betina biasanya lebih jinak daripada

ikan jantan.

Page 9: Makalah ikhtiologi ikan nilem

9

ANATOMI

Didapatkan bahwa tubuh ikan nilem (Osteochillus hasselti) dibagi menjadi tiga

bagian penting yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor) dimana tidak ada

batas nyata antara caput dan truncus. Bagian kepala ikan terdapat cavum oris dan

organon fissus. Cavum oris atau mulut berfungsi untuk memasukkan air pada saat

melakukan pernafasan. Organon fissus atau mata pada ikan ini dilapisi oleh selaput

yang sangat tipis yang berguna untuk mencegah masuknya air pada saat berenang. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Radiopoetro (1997), bahwa tubuh ikan terdiri atas caput,

truncus dan cauda. Bagian caput dibatasi dari moncong sampai dengan batas tutup

insang, sedangkan bagian truncus mulai dari belakang tutup insang sampai dengan

porus urogenitalia, dan bagian cauda dibatasi dari porus urogenitalia sampai dengan

ujung sirip ekor.

Menurut Djuhanda (1981) ikan mempunyai gelembung renang yaitu kantung

memanjang di sebelah dorsal dari saluran pencernaan dan letaknya retroperitoneal (di

sebelah dorsal dari peritoneum).Gelembung renang selalu berisi udara berfungsi sebagai

organ hydrostatic.Saluran pernafasan pada ikan dinamakan trakea.

Anatomi Ikan Nilem

SISTEM PEREDARAN DARAH

Sistem Peredaran darah pada ikan nilem terdiri atas jantung dan sinus

venosus.Jantung ikan terdiri ata dua ruangan, atrium dan ventrikel dan terletak di

belakang insang. Sinus venosus adalah struktur penghubung berupa rongga yang

menerima darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung. Diantara antrium dan

ventrikel jantung terdapat klep untuk menjaga agar aliran darah tetap searah.

Page 10: Makalah ikhtiologi ikan nilem

10

Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang langsung

beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali

melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian

kembali ke jantung (Intan Pariwara,2010).

Organ reproduksi pada ikan nilem ini terdiri dari gonad dengan saluran kelenjar

asesorisnya. Ada dua macam gonad, yaitu gonad yang menghasilkan sel kelamin betina

(ovum) yang disebut ovarium dan gonad yang menghasilkan sel kelamin jantan

(spermatozoa) yang disebut dengan testis. Menurut Sumantadinata (1981), Reproduksi

pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis – gonad,

hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari lingkungan yaitu temperatur,

cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan kemudian diteruskan ke sistem syaraf

kemudian hipotalamus melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar hipofisa

serta mengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan. Ovarium

terdapat dalam hewan betina yang ditambatkan oleh mesentrium khusus pada dinding

tubuh (mesovarium). Ovarium selain sebagai gonad, juga sebagai kelenjar endokrin

yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Testis terdapat pada hewan

jantan. Letak testis pada vertebrata rendah tersimpan dalam rongga perut dengan

ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesentrium khusus (mesorchium). Testis pada

vertebrata tingkat tinggi terletak diluar rongga perut, tersimpan dalam bangunan khusus

yang disebut skrotum. Testis selain sebagai gonad juga sebagai kelenjar endokrin yang

menghasilkan hormon testosterone. Menurut Storer (1957), pada sistem reproduksi ikan

nilem, Ovarium tersusun dari jaringan ikat fibrosa sebagai membrana basalis yang di

sebelah dalamnya terdapat banyak sarang-sarang telur yang berisi sel gamet primordial

(oogonia atau oosit) dan dibagikan tengahnya berisi jaringan ikat stroma. Umumnya

setiap individu mempunyai sepasang ovarium yang secara simetris berada pada sisi

kanan dan kiri tubuh. Oogonia atau oosit terkandung di dalam sarang telur dan masing-

masing terbungkus oleh selapis sel granulosa disebut sel folikel. Testis sebagai organ

kelamin jantan berupa organ yang jumlahnya sepasang dan dilengkapi dengan saluran

spermatozoa dan organ asesoria. Saluran testis pada vertebrata tinggi dan rendah

berhubungan langsung dengan testisnya. Sel-sel yang berkembang menjadi gamet

berada di bagian medulla sehingga gamet-gamet yang diproduksi akan terkumpul di

dalam lumen tubulus dan kemudian disalurkan ke saluran-saluran dari tubulus atau

testis yang kemudian bergabung menjadi epididmis. Ikan nilem jantan dan ikan nilem

betina dapat dibedakan setelah ikan masak kelamin. Permukaan luar operkulum (tutup

Page 11: Makalah ikhtiologi ikan nilem

11

insang) ikan jantan apabila diraba terasa kasar sedangkan ikan betina terasa halus. Ikan

jantan apabila diurut perutnya dari operkulum ke papilla genital maka akan keluar

cairan seperti santan (milt) sedangkan ikan betina tidak. Perut ikan jantan langsing

sedangkan ikan betina membuncit dan lunak. Ikan betina biasanya lebih jinak daripada

ikan jantan.

Morfologi Ikan Nilem

Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli) Indonesia yang

hidup disungai-sungai dan rawa–rawa. Ciri-ciri ikan nilem hampir serupa dengan ikan

mas.Ciri-cirinya yaitu pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut-sungut

peraba. Sirip punggung disokong oleh tiga jari-jari keras dan 12-18 jari-

jari lunak. Sirip ekor berjagak dua, bentuknya simetris.Sirip dubur disokong oleh 3 jari-

jari keras dan 5 jari-jari lunak.Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-

jari lunak.Jumlah sisik-sisik gurat sisiada 33-36 keping, bentuk tubuh ikan nilem agak

memenjang dan piph, ujung mulut runcingdengan moncong (rostral) terlipat, serta

bintim hitam besar pada ekornya merupakan ciri utamaikan nilem.Ikan ini termasuk

kelompok omnivora, makanannya berupa ganggang penempelyang disebut epifition dan

perifition (Djuhanda, 1985).

Kualitas air

Ikan nilem akan melakukan pemijahan pada kondisi oksigen berkisar antara 5-6 ppm,

karbondioksida bebas yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan yaitu ≤ 1 ppm

(Willoughby,1999). Menurut Susanto (2001) suhu yang optimum untuk kelangsungan

hidup ikan nilem berkisar antara 18 – 28 oC, dan untuk pH berkisar antara 6,7 – 8,6.

Sedangkan menurut PBIAT Muntilan (2007), untuk kandungan ammonia yang

disarankan adalah 0,5 ppm.

Reproduksi Ikan Nilem

Reproduksipada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar hipotalamus,hipo

fisis gonad, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari lingkungan yaitutemper

atur, cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan kemudian diteruskan ke sistem

syaraf kemudian hipotalamus melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar

hipofisa sertamengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan

Page 12: Makalah ikhtiologi ikan nilem

12

(Sumantadinata, 1981).Reproduksi merupakan kemampuan individu untuk

menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya.

Ikan memiliki ukuran dan jumlah terlur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan

habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak,namun ukurannya kecil, sehing

ga sintasan rendah. Sebaliknya ikan memiliki telur sedikit,ukurannya besar. Kegiatan

reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantungkondisi lingkungnya

(Fujaya, 2004).Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan

ikan betina yang mengeluarkansel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di

luar tubuh ikan (eksternal). Dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat

dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu:

1.Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tanganmanusia,

terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon),

2.Pemijahan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi denganmemberikan

rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya

terjadi secara alamiah di kolam,

3.Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi denganmemberikan

rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya

dilakukan secara buatan dengan teknik stripping atau pengurutan (Gusrina, 2008).

Induk Ikan Nilem (Osteochilus hasselti )

Menurut Sumantadinata (1981) ikan betina matang kelamin dicirikan dengan perut

yang relatif membesar dan lunak bila diraba, dari lubang genital keluar cairan jernih

kekuningan, naluri gerakan lambat, postur tubuh gemuk, warna tubuh kelabu

kekuningan dan lubang genital berbentuk bulat telur agak melebar dan membengkak.

Sedangkan ciri ikan jantan yang sudahmatang kelamin yaitu mudah mengeluarkan

sperma (milt) jika perutnya diurut (stripping), nalurigerakkannya lincah, postur tubuh

dan perut ramping, warna tubuh kehijauan dan kadang gelap,lubang urogenital agak

menonjol serta sirip dada kasar dan perutnya keras.Ovulasi adalah proses keluarnya sel

telur (oosit) yang telah matang dari folikel danmasuk ke dalam rongga ovarium atau

rongga perut (Nagahama, 1990dalamGusrina, 2008).Menurut Gusrina (2008) pelepasan

telur terjadi akibat:

1.Telur membesar,

Page 13: Makalah ikhtiologi ikan nilem

13

2.Adanya kontraksi aktif dari folikel (bertindak sebagai otot halus) yang menekansel

telur keluar,

3.Daerah tertentu pada folikel melemah, membentuk benjolan hingga pecah

danterbentuk lubang pelepasan hingga telur keluar (enzim yang berperan

dalam pemecahan diding folikel: protease iplasmin kemudian diikuti oleh

hormon prostaglandin F2a (PGF2a) atau chotecholamin yang merangsang

kontraksiaktif dari folikel).

Telur ikan nilem (Osteochilus

hasselti)banyakmengandungkuning telur yangmengumpul pada suatu kutub, tipe telur

yang demikian dinamakan Telolechital (Sumantadinata,1981). Ditambahkan pula

oleh Djajarejadkk (1977)dalamTriyani (2002) warna telur ikan initransparan dan

bersifat demersal (terbenam di dasar perairan). Sementara menurut

Soemintodkk (1995)dalamTriyani (2002) telur ikan ini diameter berkisar antara 0,8 mm

– 1,2 mm.Menurut Cassie dan Effendie (1979) berat rata – rata dan

panjang total untuk ikan nilemdiantaranya:

1. Berat rata – rata induk betina 200,7 gram, panjang total rata – rata induk

betina28,7 cm, dan

2. Berat rata – rata induk jantan 187,3 gram, panjang total rata – rata induk

jantan28,2 cm.

Kebiasaan Hidup di Alam

Nilem hidup di lingkungan yang jernih. Oleh karena itu, ikan ini dapat ditemukan disun

gai-sungai.

1. Kebiasaan makan Nilem tergolong ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivore).

2. Kebiasaan berkembang biak Biasanya, ikan ini akan memijah di akhir musim

penghujan, di daerah yang berpasir dan

berair jernih. Di tempat budi daya, ikan nilem dapat dipijahkan sepanjang tahun

dengan mengatur kondisi lingkungan.

Page 14: Makalah ikhtiologi ikan nilem

14

3. BUDIDAYA IKAN NILEM

Memilih Induk

Ikan nilem termasuk ikan yang produktif karena bisa dipijahkan 3-4 kali dalam

setahun.Keberhasilan pemijahan sangat ditentukan pada faktor induk dan pengaturan

lingkungan pemijahan.Untuk itu, pemilihan induk ikan nilem yang hendak dipijahkan

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Betina umurnya mencapai 1-1,5 tahun.Berat badan sekitar 100 g.Bila diurut

pelan-pelan ke arah lubang genital, induk betina akan mengeluarkan cairan

berwarna kekuningan.

b. Jantan perutnya mengembang dan terasa empuk ketika diraba. Berumur

8 bulan. Berat badan sekitar 100g. Bila dipijat perut kearah alat genital, induk

jantan akan mengeluarkan cairan seperti susu.

Pemijahan di Kolam

Untuk memijahkan ikan di kolam, perlu mempersiapkan konstruksi kolam,

persiapankolam, dan proses pemijahan.

1. Konstruksi kolam

Kolam pemijahan ikan nilem berukuran 2 m2 yang terhubung dengan kolam

penetasanseluas 20 M2.Kolam pemijahan juga terhubung dengan kolam

pendederan.Jarak permukaan air dengan pintu pemasukan air sekitar 15 cm.

2. Persiapan kolam

Kedalam air di kolam pemijahan 50cm. Sementara kolam penetasan telur

yang ada di bawahnya diisi air sedalam 30-40 cm. Dasar kolam penetasan harus

berpasir dan bebas dari lumpur agar tidak menganggu proses penetasan telur. Di

antara kedua kolam tersebut dipasang saringan agar induk nilem tidak hanyut ke

kolam penetesan.

Beberapa petani memasang bebatuan dan menanam rumput kakawatan

(Cyodon dactylon) untuk menghalangi lolosnyainduk ke kolam penetasan, tetapi

tidak menghalangi air yang membawa telur ke kolam penetasan. Adapun debit air

yang masuk ke dalam kolam diperbesar untuk merangsang pemijahan induk

nilem.

Page 15: Makalah ikhtiologi ikan nilem

15

3. Pemijahan

Ikan diberok (dipuasakan) terlebih dahulu selama 3-7 hari untuk membuang

kotoran daridalam perutnya.

Pemberokan sebaiknya dilakukan di dalam kolam yang terpisah agar tidak te

rjadi pemijahan yang tidak diharapakan atau `mijah maling'.

Bila persiapan kolam pemijahan dan kolam penetasan sudah selesai maka 20

pasanginduk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan.Usahakan pemasukkan

induk dilakukan pada sorehari karena nilem menyukai memijah pada malam hari.

Menjelang subuh, biasanya nilem akan memijah. Ikan ini akan memijah di

bagiandangkal dekat pipa pembuangan air. Telur-telur yang dikeluarkan, lalu

dibuahi. Telur tersebutkemudian akan hanyut terbawa air dan masuk ke dalam

kolam penetasan. Setelah itu, pagiharinya induk-induk ditangkap dan

dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk masing-masing.

Menurut Fujaya (2004) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan

(eksternal) sepertihujan, habitat, oksigen terlarut, daya hantar listrik, suhu,

cahaya, kimia dan fisika air, waktu(malam hari) dan lain – lain. Kondisi

lingkungan ini mempengaruhi kontrol endokrin untuk menghasilkan hormon –

hormon yang mendukung proses perkembangan gonad

dan pemijahan.Ditambahkan pula oleh Stacey (1984) bahwa faktor internal yang

mempengaruhi pemijahanadalah pendorong dan penghambat

hormon gonadotropin, gonadotropin pra ovulasi dan responovarium terhadap

GtH (Gonadotropin Hormon).

Ikan nilem akan melakukan pemijahan pada kondisi oksigen berkisar antara

5 – 6 ppm,karbondioksida bebas yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan

yaitu ≤ 1 ppm (Willoughby,1999). Menurut Susanto (2001) suhu yang optimum

untuk kelangsungan hidup ikan nilem berkisar antara 18 – 28oC, dan untuk pH

berkisar antara 6,7 – 8,6. Sedangkan menurut PBIATMuntilan (2007), untuk

kandungan ammonia yang disarankan adalah 0,5 ppm.Menurut Gusrina (2008)

pelepasan telur terjadi akibat:

1. Telur membesar.

2. Adanya kontraksi aktif dari folikel (bertindak sebagai otot halus) yang

menekansel telur keluar.

3. Daerah tertentu pada folikel melemah, membentuk benjolan hingga

pecah danterbentuk lubang pelepasan hingga telur keluar (enzim yang

Page 16: Makalah ikhtiologi ikan nilem

16

berperan dalam pemecahan diding folikel: protease iplasmin kemudian

diikuti oleh hormon prostaglandin F2a (PGF2a) atau chotecholamin yang

merangsang kontraksiaktif dari folikel).

Proses spermiasi berhubungan dengan pelepasan spermatozoa dari lumen lobulus

masuk kedalam saluran sperma. Pelepasan ini disebabkan oleh kenaikan tekanan

hydrostatik didalamlobul untuk mengeluarkan cairan – cairan oleh sel –

sel sertoli dibawah rangsangangonadotropin. Spermatozoa kemudian didorong kedalam

sistem pengeluaran, disini akan bercampur dengan cairan sperma (milt) (Fujaya,

2004).

Penetasan Telur dan Perawatan Benih

Telur yang bertumpuk di dekat pintu pemasukan kolam penetasan diratakan

dengan sapulidi atau pun garu. Bila dibiarkan menumpuk, akan banyak telur yang tidak

menetas.

Kolam penetasan sebaiknya diberi daundaun pisang untuk mengurangi intensitas

sinar matahari yangmasuk ataupun air hujan.Lima hari kemudian benih nilem bisa

dipanen untuk dijual, ditebarkan ke sawah,ataudipelihara di kolam pendederan.

Cara penangkapannya dengan menampung ikan di saluran pembuangan yang dipasang

kain halus, lalu memindahkannya secara bertahap ke hapa yang telahdipasang dengan

menggunakan ember.Benih yang dihasilkan dari sepasang nilem berukuran100-150 g

sebanyak 15-000-30.000 ekor.

Pendederan dan Pembesaran

Bila benih akan didederkan ke dalam kolam pendederan, maka pintu air yang

terhubungdengan kolam pendederan dibuka. Dengan demikian, benih nilem akan

berpindah ke kolam pendederan yang lebih lugs.Pembesaran ikan nilem dapat dilakukan

di kolam ataupun keramba. Ikan nilem yangdibesarkan tidak boleh semuanya

dikonsumsi atau dijual. Sebagian ikan yang

dibesarkan harusdipergunakan untuk peremajaan induk sebab induk nilem biasanya dian

ggap sudah tidak produktif lagi setelah 2 tahun atau sekitar 6-8 kali telah dipijahkan

Page 17: Makalah ikhtiologi ikan nilem

17

4. DISTRIBUSI / PERSEBARAN IKAN NILEM

Nilem merupakan ikan yang memiliki daerah penyebaran yang luas, memanjang

ke timur dari Myanmar melalui Thailand, Laos, dan Kamboja hingga Vietnam.Dan ke

utara melalui Semenanjung Malaysia dan masuk hingga Sunda Besar (Indonesia) ke

daerah-daerah seperti Kalimantan, Sumatra, dan Jawa.Di jawa, Nilem merupakan ikan

budidaya untuk konsumsi. Kini, nilem juga diintroduksi ke beberapa danau di Sulawesi.

Spesies ini menyebar di Asia Tenggara mulai dari sungai Ayeyarwaddy, Salween, dan

Sittaung di pinggiran Myanmar, lalu ke Mekong terus menjauh hingga ke hulu sungai

Yunnan di China, lalu ke Semenanjung Malaysia hingga ke Indonesia (Jawa, Sumatra,

Kalimantan). Saat ini, nilem sedang dibudidayakan di beberapa negara dan mulai

diintroduksi ke Singapura dan Hongkong.

Nilem memiliki habitat yang luas mulai dari dataran rendah yang berawa, sungai,

dan estuari.Secara berkala, spesies ini bermigrasi ke daerah floodplains pada musim

hujan untuk berburu atau memijah.Spesies ini merupakan spesies ikan air tawar.Di

Indonesia keberadaannya kurang begitu populer kecuali di Jawa Barat. Hampir 80 %

produksi nasional ikan nilem berasal dari Jawa Barat.

Peta penyebaran Nilem (yang bertitik kuning)

Page 18: Makalah ikhtiologi ikan nilem

18

Daftar Pustaka

Anonim. 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Nilem. Di unduh pada tanggal 31 Maret

2014 pukul. 03.33 WIB

Anonim. 2014. Jenis Ikan terapi. http://ikanterapi.com/2010/08/jenis-jenis-ikan-terapi/.

Diunduh pada tanggal 31 Maret 2014 pukul. 03.40 WIB

Nuryanto A dan Abulias MN. 2010. Kekerabatan Fenetik Ikan Nilem Budidaya Dan

Nilem Sungai (Osteochilus spp.) Di Kabupaten Banyumas.

http://bio.unsoed.ac.id/621-kekerabatan-fenetik-ikan-nilem-budidaya-nilem-sungai-

osteochilus-spp-di-kabupatenbanyumas#.Uzh_l6JyFQs. Di Unduh pada tanggal 31

Maret 2014 pukul. 03. 37 WIB