Makalah III - Tbhiv
-
Upload
prabha-amandari-sutyandi -
Category
Documents
-
view
491 -
download
0
Transcript of Makalah III - Tbhiv
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 1/33
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................ 1
Pendahuluan ......................................................................................... 2
Laporan kasus ................................................................................... 3
Pembahasan ...................................................................................... 5
Metode kerja
-Anamnesis ...................................................................................... 6
-Pemeriksaan fisik ........................................................................... 7
-Pemeriksaan laboratorium dan penunjang ..................................... 8
-Diagnosis kerja .............................................................................. 10
-Penatalaksanaan ............................................................................. 11
-Komplikasi ..................................................................................... 12
-Prognosis ....................................................................................... 12
Tinjauan pustaka
-Anatomi traktus respiratorius ........................................................ 13
-Histologi traktus respiratorius ....................................................... 15
-Batuk dan Demam ........................................................................... 21
-Tuberculosis Paru ........................................................................... 22
- HIV ................................................................................................. 28
Kesimpulan........................................................................................ 32
Daftar Pustaka .................................................................................. 33
1
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 2/33
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan dunia dan lebih banyak terjadi
di negara berkembang. Diperkirakan 8 juta kasus TB terjadi setiap tahun yang dua
pertiganya di Asia dan Pasifik. Menurut data regional World Health Organization
(WHO) jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33%dari seluruh kasus
TB di dunia. Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Jumlah pasien TB di Indonesia tertinggi di dunia setelah India dan Cina. Masalah
kesehatan tersebut semakin bertambah kompleks akibat komplikasi infeksi human
immunodeficiency virus (HIV). Human immune deficiency virus (HIV) tidak hanya
mempersulit diagnosis TB tetapi juga meningkatkan insidensi TB.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2007 menunjukan, terdapat 33,2
juta orang di dunia yang hidup dengan HIV. Pada tahun ini saja telah terjadi 2,1 juta
kematian akibat AIDS, dan 2,5 juta kasus HIV baru. Di banyak wilayah di dunia,
infeksi baru HIV terkonsentrasi pada kelompok umur dewasa muda (15-24 tahun). Di
Asia jumlah penderita HIV meningkat lebih dari 150%. Indonesia adalah negara di Asia
dengan pertumbuhan epidemi HIV tercepat. Hingga September 2007 di Indonesia
tercatat sekitar 170.000 orang yang terinfeksi HIV. Jika pada tahun 1988 tidak tercatat
adanya infeksi yang terdeteksi pada pengguna napza suntik, maka pada tahun 2006,
dalam survei yang dilakukan Departemen Kesahatan RI, terdapat 1517 pengguna napza
suntik terinfeksi oleh HIV. Dari studi-studi yang dilakukan, tercatat bahwa pengguna
napza suntik memiliki kebiasaan berisiko tinggi seperti menggunakan peralatan yang
tidak steril dan melakukan hubungan seks tanpa perlindungan dengan beberapa
pasangan.
Pola penyebaran umumnya melalui napza suntik (54,67%), hubungan
heteroseksual (40,43%), dan perinatal (2,59%). Ko-infeksi TB/HIV saat ini menjadi
salah satu kendala besar dalam upaya penanggulangan kedua penyakit tersebut. TB
merupakan penyebab utama kematian pada orang dengan HIV, dan sebaliknya infeksi
HIV menjadi faktor risiko terbesar dalam konversi kasus TB laten menjadi TB aktif.1
BAB II
2
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 3/33
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki 30 tahun, datang ke unit gawat darurat RSUD dengan keluhan
demam sejak. Sejak 40 hari yang lalu. Demam dirasakan naik-turun tidak terlalu tinggi
dan disertai diare. Pasien sudah berobat beberapa kali ke berbagai tempat praktik
dokter, tetapi tidak sembuh. Nafsu makan menurun. Terdapat batuk yang mula-mula
kering kemudian berdahak. Berat badan menurun sekitar 10kg selama sakit ini. Tidak
ada mual dan muntah. Buang air kecil lancar, jernih, tidak mengejan dan tidak menetes.
Riwayat penyakit dahulu, keluarga, dan riwayat pengobatan di sangkal. Riwayat
kebiasaan, pasien merupakan supir truk antarpulau dan sering melakukan hubungan
seks dengan PSK sejak tahun 2005. Merokok 2 bungkus per hari dan suka minum
alkohol sejak SMP kelas 2.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
Suhu : 38,5 ˚C Pernapasan : 24x/
Denyut Nadi : 100x/m Berat Badan : 51kg
Tekanan Darah : 110/70mmHg Tinggi Badan : 170 cm
Kesan Sakit : gizi kurang, anemis, tidak ikterik dan tidak sesak
Tingkat Kesadaran : compos mentis
Kepala : normosefali, rambut hitam
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik
Telinga : dalam batas normal
Hidung : sekret (-)
Mulut : pada mulut lidah terdapat bercak keputihan
Leher : terdapat pembesaran kelenjar ke 2 leher
Status Lokalis:
Jantung : BJ I – II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : vocal fremitus kedua toraks sama
Perkusi: sonor kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler normal, ditemukan adanya ronki dan suara amforik
pada daerah apeks paru kanan
Abdomen : Tidak ada kelainan
3
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 4/33
Eksremitas : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 9,5g/dl Ht : 47%
Leukosit : 4.600/uL Trombosit : 200.000/uL
Hitung Jenis : 2/0/6/55/33/4 LED : 76mm/jam
Kimia darah
Gula darah sewaktu : 176mg/dl BUN : 52mg/dl
SGOT : 32mg/dl Kreatinin : 1,3mg/dl
SGPT : 35mg/dl
Sputum : bakteri tahan asam positif (+2), tidak ada bakteri gram + dan
gram –
Kerokan lidah : ditemukan elemen Candida albicans
Tes HIV reaktif : CD4 207
Urinalisis : tidak ada kelainan
Tinja : tidak ada kelainan
Radiologi
Foto Toraks
BAB III
PEMBAHASAN
4
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 5/33
Masalah
No Masalah Dasar masalah Hipotesis
1. Demam naik-turun Sejak 40 hari yang lalu, tidak
terlalu tinggi, disertai mencret
Infeksi kronis
2. Batuk Mula-mula kering kemudian
berdahak
TBC, PPOK, AIDS
3. Berat badan menurun Selama sakit, menurun sekitar
10 kg
TBC, Keganasan
Rongga Thoraks
(Kanker Paru)
4. Melakukan hubungan
seks dengan PSK
Sejak tahun 2005 (sejak 6
tahun yang lalu)
HIV/AIDS
5. Merokok dan peminum
alkohol
2 bungkus perhari, sejak kelas
2 SMP.
Faktor predisposisi
penyakit paru
Hipotesis
1. HIV/AIDS
Adapun gejala klinis pada stadium AIDS terbagi menjadi dua yaitu gejala
utama, antara lain demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan, diare kronis lebih
dari 1 bulan berulang maupun terus-menerus, penurunan berat badan lebih dari
10% dalam 3 bulan. Sedangkan gejala minor, antara lain batuk kronis lebih dari
1 bulan, infeksi mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida
Albicans, pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap dan munculnya
Herpes Zoster berulang. Diagnosis dapat ditegakkan dengan kriteria 2 dari 3
gejala utama dan 1 dari 4 gejala minor.
2. TB Paru (Tuberkulosis Paru)
Pada pasien TB Paru, dari anamnesis didapatkan keluhan batuk lebih dari 2-3
minggu, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, demam subfebril, keringat
malam, malaise, anoreksia dan berat badan menurun. Tidak ada gejala
patognomonis untuk TB. Diperlukan pemeriksaan penunjang seperti tes
tuberculin, pemeriksaan bakteriologik, pemeriksaan serologic dan foto rontgen
paru untuk menegakkan diagnosis TB Paru.
3. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
Gejala klinis dari PPOK bervariasi dapat ringan sampai berat. Adapun gejala
klinis nya antara lain batuk, sesak napas, bertambah berat secara perlahan dan
5
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 6/33
pada auskultasi ekspirasi lebih dari 4 detik. Riwayat merokok pada pasien juga
dapat menjadi indicator untuk mendiagnosis PPOK.
4. Kanker Paru
Gejala-gejala dari kanker paru antara lain batuk-batuk kronik, batuk darah sakit
dada, sesak napas, nafsu makan berkurang dan berat badan turun drastis. Selain
gejala-gejala tersebut, pada kanker paru biasanya ditemukan tanda-tanda
khusus, seperti jari tabuh (osteoartropati), Sindroma Vena Kava Superior,
pembesaran kelenjar getah bening dan efusi pleura.
Metode Kerja
A. Anamnesis
Identitas : Tn.X
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pekerjaan : supir truk antar pulau
Status : -
Alamat : -
Keluhan utama : Demam selama 40 hari
Adapun anamnesis tambahan yang dapat ditanyakan pada pasien, yaitu:
Riwayat Penyakit Sekarang
- Apakah anda merasa sesak napas?
- Apakah sering berkeringat pada malam hari?
- Apakah terdapat batuk yang disertai darah?
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pernah/sering kontak dengan penderita TB?
- Apakah anda pernah mengalami gejala serupa?
Riwayat Pengobatan
- Apakah sudah pernah berobat? Obat-obatan apa saja yang diminum?
- Apakah anda teratur mengkonsumsi obat-obat tersebut?
Riwayat Keluarga
- Adakah keluarga atau orang disekitar anda yang mengalami gejala serupa?
6
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 7/33
B. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Suhu : 38,5 ˚C (36,5˚C – 37,2˚C)
Denyut Nadi : 100x/m (60 – 100x/m)
Tekanan Darah : 110/70mmHg (<120/<80mmHg)
Pernapasan : 24x/m (14 – 18x/m)
Berat Badan : 51kg
Tinggi Badan : 170cm
Masalah yang didapatkan dari tanda vital pasien ini adalah
- suhu tubuhnya febris, yaitu lebih dari 38oC.
- takipnea
- gizi kurang
Keadaan Umum
Kesan Sakit : gizi kurang, anemis, tidak ikterik dan tidak sesak
Tingkat Kesadaran: compos mentis
Kepala : normosefali, rambut hitam
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik
Telinga : dalam batas normal
Hidung : sekret (-)
Mulut : pada mulut lidah terdapat bercak keputihan
Leher : terdapat pembesaran kelenjar ke 2 leher
Masalah yang didapatkan dari keadaan umum pasien adalah
- Konjungtiva pucat dapat menunjukan adanya anemia. Sklera yang tidak ikterik
menunjukkan tidak adanya gangguan hepar pada pasien.
- Terdapat bercak putih pada lidah menunjukkan pasien terinfeksi candidiasis.
- Pembesaran kelenjar pada kedua leher menunjukkan pembesaran kelenjar
getah bening regional yang biasanya terdapat pada TB Paru.
Status Lokalis:
- Jantung
BJ I – II regular, murmur (-), gallop (-)
7
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 8/33
- Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : vocal fremitus kedua toraks sama
Perkusi: sonor kedua lapang paruAuskultasi : vesikuler normal, ditemukan adanya ronki dan suara amforik
pada daerah apeks paru kanan
- Abdomen : Tidak ada kelainan
- Eksremitas : Tidak ada kelainan
Masalah yang didapatkan dari status lokalis pasien adalah
- Pada pemeriksaan paru, ditemukan adanya ronki dan suara amforik pada daerah
apeks paru kanan yang dapat menandakan adanya infiltrat dan kavitas yang
berhubungan dengan bronkus pada apeks paru kanan pasien.
- Sedangkan pada pemeriksaan jantung, abdomen dan ekstremitas tidak
ditemukan adanya kelainan.
C. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah
Hb : 9,5g/dl (13 – 16 g/dl)
Leukosit : 4.600/uL (5.000 – 10.000/uL)
Hitung Jenis : Basofil : 2% (0 – 1%)
Eosinofil : 0% (1 – 3%)
Neutrofil batang : 6% (2 – 6%)
Neutrofil segmen : 55% (50 – 70%)
Limfosit : 33% (20 – 40%)
Monotsit : 4% (2 – 8%)
Ht : 47% (40 – 48%)
Trombosit : 200.000/uL
LED : 76mm/jam
Masalah yang didapat pada pemeriksaan darah pasien ini adalah
- Ditemukan adanya tanda – tanda dari anemia (Hb: 9,5g/dl), serta
menggambarkan adanya gangguan dari sistem imun pasien yang terlihat dari
penurunan kadar leukosit (Leukosit: 4.600/uL) pada hitung jenis leukosit juga
ditemukan peningkatan dari basofil (2%) dan penurunan dari eosinofil (0%)
8
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 9/33
yang menunjukan adanya hubungan dengan gangguan kekebalan tubuh dari
pasien (gangguan sistem imun).
- Laju endap darah (LED) yang meningkat sangat tinggi (76mm/jam) pada pasien
ini dapat menandakan adanya suatu infeksi kronik atau keganasan pada pasien.6
Kimia darah
Gula darah sewaktu : 176mg/dl (90 – 140mg/dl)
SGOT : 32mg/dl (<37mg/dl)
SGPT : 35mg/dl (<47mg/dl)
BUN : 52mg/dl (7 – 21mg/dl)
Kreatinin : 1,3mg/dl (0,5 – 1,5 mg/dl)
Sputum : bakteri tahan asam positif (+2), tidak ada bakteri gram +
dan gram –
Kerokan lidah : ditemukan elemen Candida albicans
Tes HIV reaktif : CD4 207
Urinalisis : tidak ada kelainan
Tinja : tidak ada kelainan
Masalah yang didapatkan dari hasil pemeriksaan pada pasien ini adalah
- Gula darah sewaktu 176mg/dl, menandakan bahwa pasien ini berada dalam
klasifikasi pre-DM, mungkin karena pola hidup dari pasien yang kurang sehat,
sehingga gula darah sewaktunya ada dalam kadar diatas normal.
- SGPT dan SGOT pada pasien ini berada dalam batas normal yang menandakan
tidak ada kelainan pada hepar pasien.
- BUN (blood urea nitrogen) pada pasien ini berada dalam kadar diatas normal
(52mg/dl).
- Kreatinin pada pasien ini masih dalam batas normal (1,3mg/dl).
- Pemeriksaan sputum ddapatkan hasil bakteri tahan asam positif (+2), tidak ada
bakteri gram + dan gram –. Hasil BTA + menandakan bahwa pasien ini positif
terkena TBC.
- Pada kerokan lidah ditemukan elemen Candida albicans yang merupakan salah
satu gejala minor dari pasien yang terkena virus HIV.
9
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 10/33
- Pemeriksaan HIV reaktif ditemukan bahwa CD4 pasien berjumlah 207 yang
berarti pasien ini terkena infeksi dini dari HIV.
- Pada pemeriksaan urin dan tinja tidak diketemukan kelainan.
D. Pemeriksaan Penunjang
Foto Toraks
Pada foto thoraks ditemukan adanya bercak infiltrat dan kavitas pada bagian apeks
paru kanan.
E. Diagnosis
Diagnosis kerja yang kami buat berdasarkan hasil anamnesis, dan hasil pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang, adalah Complicated
TB/HIV. Sedangkan diagnosis banding pada kasus ini adalah Kanker Paru.
F. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan TB pada TB-HIV yaitu,
• Pemberian OAT pada TB-HIV sama dengan OAT pada Terapi TB tanpa HIV-
AIDS. OAT pada TB merupakan kombinasi dari beberapa obat dengan jangka
waktu 6 bulan, yan terbagi pada 2 fase, yaitu:Fase intensif – 2 bulan
10
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 11/33
Izoniazid (H)
Rifampicin (R)
Pirazinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
Fase intermittent (lanjutan) – 4 bulan
Izoniazid + Rimfamicin (HR)
• Hati-hati Tiasetason Toksik berat pada kulit
• Streptomisin Alat suntik steril dan 1X pakai
•
Respon terapi tidak ada
Resistensi, malabsorbsi
• Perhatikan jumlah CD4
Kondisi Rekomendasi
TB paru, CD4 < 50, atau TB
ekstrapulmonal
Mulai terapi OAT, Segera mulai ARV jika
toleransi terhadap OAT telah tercapai
TB paru, CD4 50-200, atau hitung limfosit
total <1200
Mulai terapi OAT, terapi ARV dimulai
setalah 2 bulan
TB paru, CD4 >200, atau hitung limfosittotal >1200
Mulai terapi TB, jika mungkinkan monitor hitung CD4. Mulai ARV sesuai indikasi
setelah terapi TB selesai
TB paru, CD4 >350 Mulai terapi TB, tunda ARV
CD4 tidak mungkin diperiksa Mulai terapi TB, pertimbangkan ARV
Berdasarkan pemeriksaan Tes HIV reaktif pada pasien ini, didapatkan CD4 = 207, jadi
penatalaksanaan yang dilakukan adalah memulai terapi TB dengan pemberian OAT,
pantau CD4, pemberian ARV dilakukan setelah terapi TB selesai atau CD4 kurang dari
200 atau limfosit kurang dari 1200.
Adapun obat ARV pilihan :
- AZT/3TC/ABC
- AZT/3TC/EFZ
- AZT/3TC/SQV/r
- AZT/3TC/NVP
11
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 12/33
Keterangan: AZT= zidovudin, 3TC= lamivudine, EFV= efavirenz
G. Komplikasi
Apabila tidak ditangani dengan benar, TB Paru akan menimbulkan berbagai
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Komplikasi
dini seperti pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis. Begiu juga komplikasi lanjut
seperti obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim berat dan karsinoma paru.
H. Prognosis
Ad Vitam : ad malam
Ad Fungtionam : dubia ad malam
Ad Sanationam : dubia ad malam
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi traktus respiratorius
Anatomi dari traktus respiratorius, terbagi menjadi dua, yaitu tractus
respiratorius atas dan tractus respiratorius bawah. Tractus respiratorius atas yang terdiri
12
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 13/33
dari mulut, rongga hidung,d pharynx p dan larynx, sedangkan tractus repiratorius bawah
terdiri dari trachea,t bronkus, b bronkiolus dan b alveolus.2
1.1 Trakea
Trakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pita seperti huruf C yang di
bentuk oleh tulang-tulang rawan yang di sempurnakan oleh selaput. Trakea terletak di
antara vertebrata servikalis ke-6 sampai ke tepi bawah kartilago.Trakea mempunyai
dinding fibroelastis yang panjang nya sekitar 12 cm dan dilapisi oleh otot polos.
Diameter trakea tidak sama pada seluruh bagian, pada daerah servikal agak sempit,
bagian pertengahan agak sedikit melebar dan mengecil lagi dekat percabangan bronkus.
1.2 Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan trakea yang terdapat
ketinggian vertebrata torakalis ke-4 dan ke-5. Bronkus memiliki struktur yang samadengan trakea, yang dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea yang berjalan ke
bawah menuju tampuk paru-paru.
Bronkus terbagi menjadi dua cabang :
- Bronkus prinsipalis dekstra.
Panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis paru-paru kanan dan
mempercabangkan bronkus lobaris superior. Pada masuk ke hilus, bronkus prinsipalis
dekstra bercabang tiga menjadi bronkus lobaris medius, bronkus lobaris inferior,
bronkus lobaris superior.
13
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 14/33
- Bronkus prinsipalis sinistra.
Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih horizontal disbanding bronkus kanan,
panjangnya sekitar 5 cm berjalan ke bawah aorta dan di depan esophagus, masuk ke
hilus pulmonalis kiri dan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus lobaris inferior,
bronkus lobaris superior.
1.3 Bronkiolus
Bronkiolus merupakan bronkus segmentalis yang bercabang-cabang. Bronkiolus
mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut
tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas.
- Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia).
- Bronkiolus respiratorius
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratorius Bronkiolus respiratori
dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
- Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
dan kemudian menjadi alveoli. Alveolid adalah ruang berbentuk hexagonal dengan
lubang besar untuk keluar masuknya udara.
1.4 Paru-paru
Paru-paru adalah salah satu organ system pernapasan yang berada di dalam
kantong yang di bentuk oleh pleura parietalis dan viseralis. Kedua paru sangat lunak,
elastic dan berada dalam rongga torak, sifatnya ringan dan terapung di air. Masing-
masing paru memiliki apeks yang tumpul yang menjorok ke atas mencapai bagian atas
iga pertama.
- Paru-paru kiri:
Pada paru-paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura obliques. Fisura ini membagi paru-
paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu lobus superior, bagian yang terletak di atas dan
14
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 15/33
di depan fisura. Dan lobus inferior, bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di
bawah fisura.
- Paru-paru kanan :
Pada paru-paru kanan terdapat dua fisura, yaitu : fisura oblique (interlobularis primer)
dan fisura transversal (interlobularis sekunder). Kedua fisura ini membagi paru-paru
kanan menjadi tiga lobus, lobius atas, lobus tengah dan lobus bawah.
1.5 Pleura
Pleura adalah suatu membaran serosa yang halus membentuk suatu kantong
tempat paru-paru berada yang jumlahnya ada dua buah dan masing-masing tidak
berhubungan.
Pleura mempunyai dua lapisan, parietalis dan viseralis.
- lapisan permukaan disebut permukaan parietalis, lapisan ini langsung
berhubungan dengan paru-paru serta memasuki fisura dan memisahkan lobus-
lobus dari paru-paru.
- lapisan dalam disebut pleura viseralis, lapisan ini berhubungan dengan fasia
endotorakika dan merupakan permukaan dalam dari dinding toraks.2
2. Histologi traktus respiratorius
Berdasarkan histologinya, traktus respiratorius dibedakan menjadi 2, yaitu:3
- Conducting Portion / Cleaning system / Bagian Konduksi, yang terdiri dari
hidung, pharynx, larynx, trachea, bronchus extra pulmonalis, bronchus intra
pulmonalis dan bronchiolus Terminalis.
- Respiration Portion / Bagian Respiratorik, yang terdiri dari bronchiolus
respiratorius, ductus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli.
2.1 Cavum nasi (rongga hidung)
Fungsinya sebagai jalan keluar/masuknya udara, penyaring, melembabkan dan
menghangatkan udara. Udara masuk melalui lubang hidung yang terletak paling depan
atau cuping hidung yang disebut nares anterior dan ada lubang di belakang yang
berhubungan dengan nasopharynx yang disebut nares posterior.
Nares Anterior N Dindingnya terdiri dari:
- Jaringan ikat fibrous
- Tulang rawan, yang memberi bentuk pada hidungT
15
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 16/33
- Otot bergaris, menyebabkan cuping hidung dapat mengembang dan mengempis.O
Organ Penyaring:O
- Bulu Hidung, bisa menyaring debu dengan ukuran > ±5μ.B
- Selaput Lendir, fungsinya sebagai lem bagi debu yang masuk.S
- Konkha ( Conchae ), merupakan tonjolan / sekat dinding rongga hidung.K
Fungsinya, sebagai proses penyaringan yang terjadi pada bidang yang lebih luas dan
sebagai penyaring pada tempat yang banyak mengandung mucus (lendir).m
Cavum Nasi dibagi menjadi Vestibulum Nasi (Regio Vestibularis), yaitu rongga
terlebar, epitelnya berlapis pipih bertanduk dengan rambut-rambut tebal yang mengarah
ke luar dan disebut vibrissae.k Terdapat kelenjar minyak dan kelenjar keringat.T Semakin
ke dalam, epitelnya semakin tidak bertanduk dan tipis, tidak ada kelenjar keringat dan
lemak.l
2.2 Pharynx2
Adalah rongga yang berbentuk pipih dan dilewati oleh udara dan makanan.
Terdiri dari otot skeletal untuk fungsi penelanan.T Terdapat glottis yang berfungsi
menutup saluran napas apabila ada makanan yang akan melewati pharynx, dan
refleknya adalah batuk.r
Bagian-bagian dari pharynx yaitu :B
- Nasopharynx : sebagai jalan napas. N
- Oropharynx : sebagai jalan makanan dan udara.O
- Laringopharynx : sebagai jalan makanan dan udara, dan merupakan pemisah
antara esophagus dan trachea.a
Terdapat lapisan-lapisan, yaitu :T Epitel Mukosa Respiratoria, yaitu epitel berderet
silindris dengan 2 tipe :s
- Dengan sel goblet. Sel-sel yang akan mensekresi mucus/lendir yang akan
menangkap bahan-bahan kotoran dari luar.m
- Sel-sel yang bersilia. Silia akan bergerak untuk mendorong mucus keluar.
Epitelnya tinggi dan bersilindris.E Pembuluh DarahP Berfungsi untuk
menghangatkan.m Lamina Propianya terdiri dari jaringan ikat kendor yang
mengandung kelenjar dan banyak sabut-sabut elastis.m Tunika sub-Mukosa,
menghasilkanm sekret yang kental (mucous) dan ada yang serous (cair).s Fungsinya
untuk melembabkan udara.u Mengandung jaringan ikat kendor yang mempunyai
banyak jaringan limfoid, yaitu : b Tonsillae Pharyngica, letaknya di belakang
16
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 17/33
nasopharynx.n Tonsilla Palatina, terletak di perbatasan rongga mulut dan
oropharynx kiri kanano Tonsillae Lingualis, terletak pada akar lidah., Tonsillae
Tubaria, terletak di sekitar muara Tuba Eusthacii.,
2.3 Larynx3
Merupakan jalan udara sebagai saluran peralihan makanan dan udara.
Menghubungkan pharynx dan trachea.M Mempunyai kerangka, yaitu:
- Tulang rawan hyalin
- Tulang rawan elastisT
Mempunyai 2 lipatan mukosa yang disebut Plika Vokalis/Falls Vocal Cord.
Fungsi lain dari pilka vokalis adalah menutup saluran napas saat mengejanF secara
refleks, menutup saluran napas bila berada pada tempat dengan udara yang tidak
dikehendaki oleh paru-paru.d Secara Intermitent membuka menutup saat batuk.S Dapat
pula diregangkan atau ditegangkan. Terlibat dalam proses bicara. Pilika Ventrikularis/
True Vocal CordT Disebut juga pita suara palsu yang dapat merapat untuk menahan nafas
sewaktu menggendan.s Mempunyai kelenjar dimukosanya. Dilengkapi epiglotis dan
glottis.g Epiglotis akan menutup laring ketika menelan. Glotis akan terbuka saat udara
masuk.m
2.4 Trachea dan Bronchus Extra Pulmonalis
Permukaan trachea dilapisi oleh epitel berderet silindris dengan kinosilia dan sel
goblet.g Terdiri atas sel-sel:T
- Sel silindris bersilia,S Sel goblet → sel piala mukous,S Sel silindis dengan striated
border (brush cells) → reseptor sensorik b Sel lymfosit, makrofag dll.S
- Lamina Propria :L Terdiri atas jaringan ikat kendor, merupakan lapisan yang tipis
dengan sabut – sabut elastis yang jelas. Terdapat infiltrasi dari sel – sel lymfosit.d
- Tunika Submukosa :T Terdiri atas jaringan ikat kendor, dimana didalamnya
terdapat :t Kelenjar campur / serous terutama terletak di sela – sela 2 cincin
tulang rawan sedangkan pada bagian posterior terletak diluar / didalam otot
polos. p
- Pembuluh darah dan pembuluh lymfe.P
- Tulang Rawan Hyalin :T Berbentuk seperti tapal kuda dengan ujung posteriornya
terbuka yang dihubungkan oleh otot polos dengan arah transversal dan
longitudinal/serong.l Terdiri atas sekitar 20 cincin yang mengakibatkan lumen
17
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 18/33
trachea selalu terbuka.t Antara cincin – cincin tulang rawan dihubungkan oleh
jaringan ikat padat yang menyatu dengan perikondrium. j
- Tunika Adventitia :T Terletak diluar tulang rawan, terdiri atas jaringan ikat kendor
yang berisi pembuluh darah dan saraf otonom.y
Bronchus extra pulmonalis mempunyai struktur histologi yang sama dengan
trachea.t Merupakan bronchus yang terletak diluar paru yang pada anatomi disebut main
bronchus. b Bila didekatnya terdapat oesophagus atau kelenjar thyroid maka sediaannya
adalah trachea.a
2.5 Bronchus Intra Pulmonalis
Bronchus intra pulmonalis adalah bronchus yang sudah memasuki jaringan
paru. p Selalu berjalan interlobuler, diselubungi oleh jaringan ikat interlobularis yang
merupakan kelanjutan jaringan ikat dari hilus.m Didekatnya berjalan pembuluh darah
yang merupakan cabang dari arteria dan vena pulmonalis.y
- Tunika Mukosa :T Dilapisi oleh epitel berderet silindris dengan kinosilia dan sel
goblet dan mempunyai lamina basalis yang jelas.g
- Lamina propria tipis, terdiri atas jaringan ikat kendor yang mengandung sabut –
sabut elastis dan sabut – sabut retikuler yang berjalan longitudinal.s Bronchi
bercabang – cabang sebagai bronchial tree yang makin lama makin kecil dan
bronchus terkecil dilapisi oleh epitel selapis silindris + silia + sel goblet b Pada
perbatasan dengan submukosa terdapat otot polos yang tersusun spiral
mengelilingi bronchus sehingga otot polos ini tampak terputus – putusm Otot
polos ini ibarat muskularis mukosa p Juga didapatkan sabut – sabut elastis yang
memadat.m
- Tunika Submukosa :T Terletak disebelah dalam dari tulang rawan, terdiri dari
jaringan ikat kendor yang mengandung kelenjar campur dan mukous dan juga
terdapat jaringan lymfoid.t Tulang Rawan Hyalin :T Berupa lempengan –
lempengan tulang rawan yang ireguler mengelilingi lumen sehingga pada
potongan melintang tampak seperti kepingan – kepingan atau pulau – pulau. p
- Tunika Adventitia :T Terdapat cabang – cabang dari arteria dan vena bronchialis.T
2.6 Bronchiolus2
Berjalan intralobuler dengan penampang kira – kira 1 mm.B Lapisannya yaitu,
18
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 19/33
- Tunika Mukosa :T Dilapisi oleh epitel selapis silindris rendah atau selapis kubis,
mempunyai kinosilia dan sel goblet.m Pada bronchiolus kecil, sel goblet (-),
sebagai gantinya terdapat sel Clara atau bronchiolar sel.s Sifat Sel ClaraS
Berbentuk seperti kubah dengan apex menonjol kearah lumen.B Bersifat
sekretoris, membentuk cairan bronchial dan surfactant.s
- Lamina propria mengandung sabut – sabut elastis dan otot polos (muskularis
mukosa) yang lebih tebal dibandingkan dengan otot polos pada bronchus
intrapulmonalis.i Tidak ada tulang rawan, kelenjar, lymfonoduli.T
- Tunika adventitia tipis.
2.7 Bronchiolus Terminalis
Hanya dapat didiagnosa pada potongan membujur dimana dia merupakan
segmen pendek sebelum menjadi bronchiolus respiratorius.s Dilapisi oleh epitel selapis
kubis dengan sel – sel yang bersilia (penting untuk drinage yang kemudian fungsi ini
akan diambil oleh makrofag) yang terletak diantara sel – sel kubis yang tidak bersiliaa
Belum ada muara alveoli.B Pada potongan melintang, struktur bronchiolus terminalis
tidak bisa dibedakan dengan bronchiolus kecil.t
2.8 Bronchiolus Respiratorius2
Dilapisi oleh epitel selapis kubis bersilia sampai selapis pipih.D Muara alveoli
sudah mulai ada, sehingga pertukaran gas sudah mulai terjadi.s Mempunyai sabut otot
polos tetapi tidak melingkari lumen, hanya tampak sebagai benjolan-benjolan atau garis
tebal yang terputus-putus karena disela oleh muara-muara alveoli.t Sabut elastis tetap
ada, sabut retikuler juga tetap ada.a
2.9 Ductus Alveolaris
Saluran berbentuk kerucut, berdinding tipis dilapisi oleh epitel selapis pipih.S
Sabut otot polos hanya tampak seperti titik-titik saja karena disela oleh muara alveoli
yang sangat banyak dan otot polos ini tampak jelas diujung-ujung muara alveoli.y
Mempunyai sabut elastis dan sabut retikuler.M
2.10 Saccus Alveolaris2
Ruangan multilokuler berbentuk seperti bunga, dibentuk oleh beberapa alveoli.
Tidak mempunyai otot polos, antara alveolus yang satu dengan yang lain dipisahkan
19
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 20/33
oleh septum interalveolaris.o Mempunyai sabut elastis untuk mengembang kempiskan
alveoli.a Mempunyai sabut retikuler untuk mencegah over distensi dari alveoli.M
2.11 Alveoli2
Ruang berbentuk hexagonal dengan lubang besar untuk keluar masuknya udara.R
Mempunyai sabut elastis, sabut retikuler dan septum interalveolare.M
2.12 Septum Interalveolare
yaituy dinding tipis antar alveoli yang dilapisi oleh epitel selapis pipih.d
Mempunyai sabut elastis, sabut retikuler, kaya akan kapiler.M Mempunyai lubang-lubang
halus yang disebut alveolar pores untuk menjaga keseimbangan tekanan antar alveoli.
Sel – sel yang terdapat pada septum interalveolare, antara lain:
- Sel type I:S Lapisan penutup yang lengkap pada permukaan alveoli.L Sel berbentuk
pipih dengan inti pipih dan sitoplasmanya sedikit. p
- Sel type II:S Sel berbentuk kuboid, biasanya terletak dipojok – pojok dinding
alveoli. Inti vesikuler, sitoplasmanya banyak dan bervakuola.I Sel endotel nya
mirip seperti sel type I, yaitu gelap, inti pipih dan sitoplasmanya sedikit. Sel
endotel melapisi dinding kapiler.e Alveolar macrophage / alveolar phagocytes /
dust cells :d Seperti makrofag biasa, tapi terletak pada septum interalveolaris,
alveolar space dan antara septum interalveolaris dengan alveolar space.a Bila
memphagositir debu, disebut dust cells. Bila memphagositir erytrosit (pada
heart failure) disebut heart failure cells. 3
3. Demam
Penyebab demam (febris atau sub febris), 90% adalah infeksi. Penyebab demam
non-infeksi antara lain neoplasma ganas, perdarahan otak, dehidrasi, efek obat-obatan,
kateterisasi, transfuse darah dan lain-lain. Suhu tubuh yang disebut subfebris yaitu 37o –
38oC dan febris yaitu lebih dari 38oC, dimana suhu tubuh normal adalah 36,5- 37,2oC.
Suhu tubuh dapat dicatat beberapa kali dalam suatu periode waktu (harian atau
mingguan) dapat dibuat grafik/kurva:
A. Kurva suhu harian (24 jam)
a. Febris continua
20
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 21/33
yaitu febris terus menerus tanpa pernah mencapai suhu normal dengan
fluktuasi kurang dari 1oC selama 24 jam. Contohnya pada demam tifoid
stadium permulaan, pneumonia lobaris dan TBC miliaris,
b. Febris remittent
yaitu febris terus menerus tanpa pernah mencapai suhu normal dengan
fluktuasi lebih dari 1oC selama 24 jam. Contohnya pada keadaan sepsis,
demam tifoid stadium lanjut.
c. Febris intermittent
yaitu febris dengan fluktuasi suhu yang besar shingga kadang-kadang
mencapai suhu normal. Contohnya kolesistitis.
B. Kurva suhu mingguan
Demam yang terjadi beberapa hari disusul periode tidak demam selama
beberapa hari, kemudian kembali demam untuk beberapa hari disebut febris
rekuren. Contohnya DBD, Malaria.4
4. Batuk
Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit atau proses yang merangsang
reseptor batuk. Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan-keadaan psikogenik
tertentu. toraks, tes fungsi paru dan lain-lain.
Penyebab terjadinya batuk, antara lain:
- Iritan (rokok, asap, gas di tempat kerja)
- Mekanik (retensi sekret bronkopulmoner, benda asing dalam saluran nafas,
postnasal drip, aspirasi)
- Penyakit paru obstruktif (bronkitis kronis, asma, emfisema, fibrosis kistik,
bronkiektasis)
- Penyakit paru restriktif (pnemokoniosis)
- Infeksi (laringitis akut, bronkitis akut, pneumonia, pleuritis, pericarditis)
- Tumor (tumor laring, tumor paru), dan lain-lain.
Batuk digolongkan menjadi tiga:
21
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 22/33
1. Batuk akut adalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang dari 3 minggu. Penyebab
utama batuk akut adalah infeksi saluran nafas atas, seperti sinusitis bakteri akut,
pertusis, eksaserbasi akut PPOK, rhinitis alergi, atau rhinitis karena iritan.
2. Batuk subakut adalah batuk yang terjadi selama 3-8 minggu. Penyebab yang paling
umum adalah batuk pasca infeksi, sinusitis bakteri, atau asma.
3. Batuk kronis adalah batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu. Batuk kronis
penyebabnya antara lain adalah post nasal drip, sinusitis, asma, penyakit refluks
gastroesofageal (GERD), bronchitis kronis karena merokok, bronkiektasis, atau
penggunaan obat golongan ACE I. Dapat juga disebabkan oleh kanker paru,
sarkoidosis, gagal jantung kanan, dan aspirasi karena disfungsi faring.5
5. Tuberculosis Paru
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.7
- Tuberculosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Bila partikel ini terisap oleh orang sehat, ia akan
menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari trakeo-bronkhial beserta gerakan silia dengan
sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertumbuh dan berkembang biak
dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberculosis
pneumonia kecil. Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluraan getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis local + limfadenitis regional =
kompleks primer.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi:
1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
klasifikasi di hilus atau kompleks sarang Ghon.
22
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 23/33
3. Komplikasi dan menyebar secara :
a. Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya.
b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru
disebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus.
c. Secara limfogen, ke organ tubuh lainnya
d. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya
- Tuberculosis Post-primer
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa (tuberculosis post-primer).
Tuberculosis post-primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas
paru (bagian apikal posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah kedaerah
parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Sarang dini ini mula-mula juga
berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans (sel
besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam
jaringan ikat.
Manifestasi klinis
Gejala utama tuberculosis paru adalah batuk lebih dari empat minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40-41ºC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali. Bagitulah
seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga penderita merasa tidak
pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya
tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk mulai dari kering (non produktif)
23
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 24/33
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
Keadaan yang lebih lanjut adalah berupa batuk darah (hemoptoe) karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada
kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronchus.
3. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa: anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gajala malaise ini makin lama makin
berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Pasien Tuberculosis paru paru menampakkkan gejala klinis, yaitu:
1. Tahap asimptomatis
2. gejala Tuberculosis paru yamh khas, yang kemudian stagnasi dan regresi
3. eksaserbasi yang memburuk
4. gejala berulang dan menjadi kronik
Diagnosis penyakit tuberculosis didasarkan pada:
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda:
a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronkhi basah).
24
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 25/33
b. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
c. Secret di saluran nafas dan ronkhi.
d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung
dengan bronchus.
2. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
3. Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB
yaitu:
a. Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apikal lobus
bawah.
b. Bayangan berawan ( patchy) atau berbercak (nodular).
c. Adanya kavitas, tunggal, atau ganda.
d. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
e. Adanya kalsifikasi.
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
g. Bayangan milier.
4. Pemeriksaan Sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan
ini tidak sensitive karena hanya 30-70% pasien TB yang tidak dapat didiagnosis
berdasarkan pameriksaan ini.
5. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap
basil TB.
6. Tes Mantoux/Tuberkulin
7. Teknik Polymerase Chain Reaction
25
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 26/33
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap
sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada1 mikroorganisme dalam
specimen. Selain itu teknik PCR ini juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
8. Becton Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC)
9. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
10. MYCODOT
Pengobatan TBC
Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak
menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC
(gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif)
memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.
1. Pencegahan (profilaksis) primer
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).
INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).
Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau
sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
2. Pencegahan (profilaksis sekunder)
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit
TBC. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
o Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat
ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
26
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 27/33
o Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin.
Dosis obat antituberkulosis (OAT)
Obat Dosis harian
(mg/kgbb/hari)
Dosis 2x/minggu
(mg/kgbb/hari)
Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari)
INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)
Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)
Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)
Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)
Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)
Pengobatan TBC pada orang dewasa
• Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap
hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin
tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
o Penderita baru TBC paru BTA positif.
o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
• Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
o Penderita kambuh.
o Penderita gagal terapi.
o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
• Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
27
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 28/33
Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis
maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.7
Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:
TB tidak berat
INH : 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
TB berat (milier dan meningitis TBC)
INH : 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi yaitu perdarahan (hemaptoe) massif, aspirasi,
syok, pnemonia, abses paru, kematian akibat aspirasi, sepsis, gagal jantung, efusi
pleura.
6. HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus), adalah virus yang menyerang system
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV tergolong dalam
kelompok retrovirus yaitu kelompok virus yang mempunyai kemampuan untuk
“mengkopi-cetak” materi genetik diri di dalam materi genetik sel-sel yang
ditumpanginya. Melalui proses ini HIV dapat mematikan sel-selT-4.8
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh HIV. Terdapat 2 jenis virus
penyebab AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 paling banyak ditemukan di daerah barat, Eropa, Asia dan Afrika Tengah, Selatan dan Timur. HIV-2 terutama ditemukan di
Afrika Barat.
Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan
antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi
HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam
sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel
28
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 29/33
target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama.
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih
yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel
serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya. Virus menempel pada limfosit
yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian
luar. CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah
putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya
disebut sel CD4+ atau limfosit T. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan
mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan
limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan
organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah.
Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-
50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena
banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan
virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah
partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap
penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus
berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah
membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita
AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun
drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan
terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan.
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami
penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi
oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh
virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam
mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
29
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 30/33
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan
sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window
period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20
bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIVtetap positif (fase ini
disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang
lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai
menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10
tahun setelah diketahui HIV positif.
Penularan HIV dapat terjadi melalui cairan tubuh seperti darah, cairan vagina
dan sperma dan ASI (Air susu ibu).
Masa inkubasi atau masa laten, sangat tergantung pada daya tahan tubuh
seseorang rata-rata 5-10 tahun, selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-
gejala. Semakin rendah jumlah sel T-4, semakin rusak fungsi sistem kekebalan tubuh.
Pada waktu sistem kekebalan sudah dalam keadaan parah ODHA akan mulai
menampakkan gejala-gejala AIDS. Secara singkat, perjalanan HIV/AIDS dapat dibagi 4
stadium, yaitu :
- Stadium pertama : HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologik
ketika antibodi terhadap virus tersebut dari negatif berubah menjadi positif. Rentang
waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi
positif disebut window periode. Lama window periode ini antara 1-3 bulan, bahkan
ada yang berlangsung sampai 6 bulan.
- Stadium kedua : Asimptomatik
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdpat HIV tetapi tubuh tidak
menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata 5-10 tahun.
Cairan tubuh ODHA yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada
orang lain.
- Stadium ketiga : pembesaran kelenjar Limfe
Fase ini ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata
(persistent generalized lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat
dan berlangsung lebih dari satu bulan.
- Stadium keempat : AIDS
30
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 31/33
Keadaan ini disertai barmacam – macam penyakit, antara lain penyakit
konstitusional, penyakit saraf dan penyakit infeksi sekunder.
Gejala klinis pada stadium AIDS adalah :
- Gejala utama
1. Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
2. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus
3. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan.
- Gejala minor
1. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
2. Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albikan.
3. Pembengkaan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh
4. Munculnya herpes zoster berulang.9
Pengobatan AIDS
Sampai saat ini tidak ada pengobatan yang sempurna untuk AIDS. Ditemukan
obat anti-retroviral yang hanya berguna untuk memperpanjang hidup ODHA. Tapi
nyatanya, pengobatan ini kurang efektif. Adapun pencegahan penularan HIV antara lain
hindari hubungan seks di luar nikah, aman dalam berhubungan seks (penggunaan
kondom dan hindari penggunaan obat-obatan terlarang serta jarum suntik secara
bergantian.
BAB V
KESIMPULAN
Pada diskusi kali ini, berdasarkan anamnesis, hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang, kami mendiagnosis pasien ini
mengalami komplikasi TB/HIV. TB merupakan penyebab utama kematian pada orang
dengan HIV, dan sebaliknya infeksi HIV menjadi faktor risiko terbesar dalam konversi
kasus TB laten menjadi TB aktif. Prognosis penyakit pada pasien ini buruk, karena,
hingga saat ini penyakit HIV/AIDS tidak ada yang dapat menyembuhkan manusia dari
virus HIV penyebab penyakit AIDS. Tujuan pemberian obat pada penderita AIDS yaitu
meningkatkan kualitas hidup dan upaya mengurangi angka kematian.
31
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 32/33
DAFTAR PUSTAKA
1. Yoga A, Tjandra dan Priyanti ZS. Tuberkulosis diagnosis, terapi dan
maslahnya. Edisi 3. Jakarta: Laboratorium Mikobakteriologi RSUP
Persahabatan; 2000.
2. Price SA, Wilson LM. Anatomi dan Fisiologi Traktus Respiratorius. In:
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC;
2006; p. 876-78.
3. Arifin Fajar, dkk. Diktat Kuliah Histologi I1. 2003. Jakarta: FK USAKTI.
4. Natadijaja Hendarto. Penuntun Kuliah Anamnesis dan Pemeriksaan
Jasmani. 2003. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USAKTI.
5. Mansjoer A, Wardhani WI. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2,
Penerbit Media Aesculapius FK UI. Jakarta. 2000
32
5/14/2018 Makalah III - Tbhiv - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iii-tbhiv 33/33
6. Sacher RA, Richard A. McPherson. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. 2004. Jakarta: EGC.
7. Suyono S, waspadji S, Lesmana L. Pulmonologi : Tuberkulosis Paru. In:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3rded. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001.
p. 819-29.
8. Medscape. HIV Disease. (Updated November 9, 2011). Available at
http://emedicine.medscape.com/article/211316-overview#a0104.
9. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi keempat Jilid II. Jakarta: Penerbit Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006;
998-1010.
33