Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik di perlukan sarana berpikir.Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahan ilmiah secara teratur dan cermat.Penguasaan sarana berpikir ini merupakan suatu hal yang bersifat imperative bagi seorang ilmuwan.Tanpa menguasai hal ini,maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Sarana berpikir ini pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula.Oleh karena itu,maka sebelum kita mempelajari sarana- sarana berpikir ilmiah seyogyanya kita menguasai langkah-langakah dalam kegiatan ilmiah tersebut. Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakikat yang sebenarnya,sebab sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujun tertentu,atau dengan perkataan lain sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik,maka diperlukan sarana berupa bahasa,logika,matematika,dan statistika. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah? 2. Apa yang dimaksud matematika sebagai sarana berpikir ilmiah? 1

description

filsafat

Transcript of Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Page 1: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik di perlukan sarana berpikir.Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahan ilmiah secara teratur dan cermat.Penguasaan sarana berpikir ini merupakan suatu hal yang bersifat imperative bagi seorang ilmuwan.Tanpa menguasai hal ini,maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.

Sarana berpikir ini pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula.Oleh karena itu,maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah seyogyanya kita menguasai langkah-langakah dalam kegiatan ilmiah tersebut.

Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakikat yang sebenarnya,sebab sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujun tertentu,atau dengan perkataan lain sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik,maka diperlukan sarana berupa bahasa,logika,matematika,dan statistika.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah?

2. Apa yang dimaksud matematika sebagai sarana berpikir ilmiah?

3. Apa yang dimaksud statistika sebagai sarana berpikir ilmiah?

4. Apa yang dimaksud logika dan bagaimana cara berpikir yang benar?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah

2. Untuk membahas pengertian matematika sebagai sarana dalam berpikir ilmiah

3. Untuk menjelaskan pengertian statistika sebagai sarana berpikir ilmiah

4.Untuk mengetahui pengertian logika dan cara berpikir yang benar

1

Page 2: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

2.1.1 Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.

Banyak ahli bahasa yang yang telah memberikan uraiannya tentang pengertian bahasa.Sudah barang tentu sudah ahli berbeda-beda cara menyampaikannya.Bloch and Trager mengatakan bahwa a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates artinya(Bahasa adalah suatu system symbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi).

Senada dengan definisi diatas,Joseph Broam mengatakan bahwa a language is a structured system of arbitrary vocal symbols by means of which members of social group interact(Bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari symbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.

Batasan diatas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham.Oleh karena itu ,perlu di teliti setiap unsur yang terdapat dadalamnya.

-Simbol-simbol

Jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem symbol-simbol,hal tersebut mengandung makna bahwa ucapan si pembicara dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis.

-Simbol-simbol vocal

Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah symbol-simbol vocal,yaitu bunyi-bunyi yang berurutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat tubuh dengan sistem pernapasan.Untuk memenuhi maksudnya,bunyi-bunyi tersebut haruslah didengar oleh orang lain dan harus diartikulasikan sedemikian rupa untuk memudahkan si pendengar untuk merasakannya secara jelas dan berbeda dari yang lainnya.Dengan kata lain,tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ manusia merupakan symbol-simbol bahasa, lambing-lambang kebahasaan.

-Simbol-simbol vocal arbitrer

2

Page 3: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Istilah arbitrer disini bermakna “mana suka”dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya.Hal ini akan lebih jelas bagi orang yang mengetahui lebih dari satu bahasa.misalnya,untuk menyatakan jenis binatang yang disebut Eqqus Caballus,orang inggris menyebutnya horse,orang Perancis cheval,orang Indonesia kuda,dan orang arab hison.Semua kata ini sama tepatnya,sama arbitrernya.Semuanya adalah konvensi sosial yakni sejenis persetujuan yang tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara sesame anggota masyarakat yang member setiap kata makna tertentu.

2.1.2 Fungsi Bahasa

Para ahli telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa.Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran,perasaan,dan emosi,sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.

Walaupun tampak perbedaan,pendapat ini saling melengkapi.Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:

-Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat.

-Penetapan pemikiran dan pengungkapan.

-Penyampaian pikiran dan perasaan.

-Penyenangan jiwa.

-Pengurangan kegoncangan jiwa.

Menurut halliday sebagaimana yang dikutip oleh thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut:

-Fungsi instrumental:Penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan,minum,dan sebagainya.

-Fungsi regulatoris:Penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingakah laku.

-Fungsi interaksional:Penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain.

-Fungsi personal:Seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran

-Fungsi heuristik:Penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.

-Fungsi imajinatif:Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery dan tidak sesuai dengan realita(dunia nyata)

3

Page 4: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

-Fungsi representasional:Penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.

Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa sebagaimana yang dikutip oleh jujun dalam filsafat ilmu,yaitu simbolik,emotif,dan afektif.Fungsi simbolik dan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi ilmiah,sedangkan fungsi afektif menonjol dalam komunikasi estetik.

Sedangkan buhler membedakan fungsi bahasa ke dalam bahasa ekspresif,bahasa konatif,dan bahasa representasional.Bahasa ekspresif yaitu bahasa yang terarah pada diri sendiri yakni si pembicara,dan bahasa representasional yaiyu bahasa yang terarah pada kenyataan lainnya,yaitu apa saja selain si pembicara atau lawan bicara.

2.1.3 Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah

Untuk dapat berpikir ilmiah,seseorang selayaknya menguasai kriteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah.Dengan menguasai hal tersebut tujuan yang akan digapai akan terwujud.Di samping menguasai langkah-langkah tentunya kegiatan ini di bantu oleh sarana berupa bahasa,logika,matematika,dan statistika.

Berbicara masalah secara ilmiah,ada dua hal yang harus di perhatikan,

Pertama:Sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian.Ia merupakan kumpulan pengetahuan yang di dapatkan berdasarkan metode ilmiah,seperti menggunakan pola berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan.Kedua:Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

Dengan demikian,jika hal tersebut di kaitkan dengan berpikir ilmiah,sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah.Sarana berpikir ini juga mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan.Ini disebabkan sarana ini adalah alat bantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.

Bahasa sebagai alat komuniksi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain,baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif.Dengan kata lain,kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa.Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar.Apa lagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar.Premis yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah juga,semua itu tidak terlepas dari fungsi bahasa itu sendiri sebagai sarana berpikir

4

Page 5: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah,fungsinya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga,yakni komunikasi ilmiah.Komunikasi ilmiah ini merupakan proes penyampaian informasi berupa pengetahuan.Untuk mencapai komunikasi ilmiah,maka bahasa yang digunakan harus terbebas dari unsur emotif.

Disamping itu bahasa imiah juga harus bersifat reproduktif,dengan arti jika si pengirim komunikasi menyampaikan suatu informasi berupa”X”misalnya,si pendengar juga harus menerima”X”juga.Hal ini di maksudkan untuk tidak terjadi kesalahan informasi,di mana suatu informasi berbeda maka proses berpikirnya juga akan berbeda.

2.2 Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah

2.2.2 Matematika sebagai bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan.Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.

Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan.Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa verbal,kita berpaling kepada matematika.Dalam hal ini kita katakan bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal.Lambang-lambang dari matematika yang dibuat secara artifisial dan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedang kita kaji.Sebuah objek yang kita telaah dapat kita lambangkan dengan apa saja sesuai dengan perjanjian kita.

Umpamanya kita sedang mempelajari “kecepatan jalan kaki seorang anak”,maka objek”kecepatan jalan kaki seorang anak”tersebut dapat kita lambangkan dengan X.Dalam hal ini hanya mempunyai satu arti,yakni “kecepatan jalan kaki seorang anak”.Lambang matematika yang berlambang X ini kiranya mempunyai arti yang jelas,yakni “kecepatan jalan kaki seorang anak”.Di samping itu lambang X tidak bersifat majemuk sebab X hanya melambangkan “kecepatan jalan kaki seorang anak” dan tidak mempunyai pengertian yang lain.Jika kita hubungkan “kecepatan jalan kaki seorang anak”dengan objek lain,umpamanya “jarak yang di tempuh seorang anak “(yang kita lambangkan dengan Y)maka kita dapat melambangkan hubungan tersebut sebagai Z=Y/X,di mana Z melambangkan “waktu berjalan kaki seorang anak”.Pernyataan Z=Y/X kiranya jelas tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan nantara X,Y,dan Z.Dalam hal ini pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas,spesifik,dan infomatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak bersifat emosional.

5

Page 6: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal.Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.Umpamanya gajah dan semut maka kita hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari semut.Bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif.Demikian juga maka penjelasan dan ramalan yang diberikan oleh ilmu bahasa verbal semuanya bersifat kualitatif.Kita bisa mengetahui bahwa logam mulia kalau di panaskan akan memanjang.

Untuk mengatasi masalah ini,kita mengembangkan konsep pengukuran.Lewat pengukuran kita dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam,dan berapa pertambahan panjangnya kalau logam itu di panaskan.Dengan mengetahui hal ini,maka pernyataan ilmiah yang merupakan pernyataan kualitatif “sebatang logam kalau di panaskan akan memanjang”dapat di ganti dengan pernyataan matematika yang lebih eksak,umpamanya:Pt=1+ t),di mana Pt merupakan panjang logam tersebut pada temperatur 0 dan merupakan koefisien pemuaian logam tersebut.

Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu.Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat.Matematika memungkin ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif.Perkembangan ini merupakan suatu hal yang imperatif bila kita menghendaki daya prediksi dan kontrol yang lebih tepat dan cermat dari ilmu.

2.2.3 Matematika sebagai sarana berpikir deduktif

Matematika merupakan ilmu deduktif.Nama ilmu deduktif di peroleh karena penyelesaian makalah-makalah yang di hadapi tidak di dasari atas pengalaman sepertri halnya yang terdapat di dalam ilmu-ilmu empirik, melainkan di dasarkan atas deduksi-deduksi(penjabaran-penjabaran). Bagaimana orang dapat secara tepat mengetahui ciri-ciri deduksi, merupakan satu masalah pkok yang di hadapi oleh filsafat ilmu. Deduktif ialah penalaran yang sesuai dengan hukum-hukum serta aturan-aturan logika formal, dalam hal ini oarang menganggap tidaklah mungkin titik tolak yang benar menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak benar.

Matematika merupakan pengetahuan dan sarana berfikir deduktif. Bahasa yang di gunakan adalah bahasa arti fisial, yakni bahasa buatan. Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas dari aspek emotif dan afektif serta jelas kelihatan bentuk hubungannya. Matematika lebih mementingkan bentuk logisnya. Pernyataan-pernyataannya mempunyai sifat yang jelas. Pola pikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kebenarannya telah di tentukan. Misalnya: jika diketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C, maka A tidak ada hubungan dengan C.

6

Page 7: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Matematika merupakan salah puncak kegemilangan intelektual.Di samping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri,matematika juga memberikan merupakan bahasa,proses,dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan.fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan berbagai macam ilmu pengetahuan.Penghitungan matematis misalnya menjadi dasar desain ilmu tekni,metode matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan ekonomi bahkan pemikiran matematis dapat memberikan warna kepada kegiatan arsituktur dan seni lukis.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika memberikan konstribuis yang cukup besar.konstribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam,lebih di tandai dengan penggunaan lambang-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukura,di samping hal lain seperti bahasa,metode,dan lainnya,hal ini sesuai dengan objek ilmu dan alam,yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamti dan dilakukan penelaahan yang berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek penelaan yang kompleks dan sulit dalam melakukan pengamatan,di samping objek penelaan yang tak berulang maka kontribusi matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang bilangan.

Adapun ilmu-ilmu sosial dapat di tandai oleh kenyataan bahwa kebanyakan dari masalah yang dihadapinya tidak mempunyai pengukuran yang mempergunakan bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan .

2.3 Statistika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

2.1.3 Pengertian Satistik

Pada mulanya, kata statistik di artikan sebagai keterangan-keterangan yang di butuhkan oleh negara dan berguna bagi negara.

Secara etimologi, kata “statistik berasal dari status(bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state(bahasa inggris), yang dalam bahasa Indonesia di terjemahakan dengan negara. Pada mulanya, kata “ statistic diartikan sebagiai “kumpulan bahasa keterangan(data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka(data kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara” namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistic hanya di batasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka(data kuantitatif) saja.

Ditinjau dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian.

Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.

Kedua, sebagai kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan penstatistikan.

7

Page 8: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Ketiga, kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistik, yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka iti dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.

Keempat, istilah statistic dewasa ini juga dapat diberi pengertian sebagai “ilmu statistik”. Ilmu statistik tidak lain adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik. Dengan ungkapan lain, ilmu statistic adalah ilmu pengetahuan yang membahas (mempelajari) dan memperkembangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang perlu di tempuh atau dipergunakan dalam rangka: (1) pengumpulan data angka, (2) penyusunan atau pengaturan data angka, (3) penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka, (4) penganalisisan terhadap data angka, (5) penarikan kesimpulan ( conclusion), (6) pembuata perkiraan (prediction) secara ilmiah( dalam hal ini secara matematika) atas dasar pengumpulan data angka tersebut.

Dalam kamus ilmiah popular, kata statistic berarti table, grafik, daftar informasi, angka-angka, informasi.Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi. Jadi statistik merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.

2.2.3 Sejarah Perkembangan Statistik

Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalm pemikiran Yunani Kuno, Romawi, dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana muslim, namun bukan dalam lingkup teori peluang. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham Demoitre(1667-1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theory of error). Pada tahun 1757 Thomas Simpson menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut( continuous distribution) dari suatu variable dalm suatu frekuensi yang cukup banyak. Pierre Simon de Laplace(1749-1827) mengembangkan konsep Demoivre dan simpson ini lebih lanjut dan menemukan distribusi normal sebuah konsep mungkin paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika disamping teori peluang. Distribusi lain, yang tidak berupa kurva normal, kemudian ditemukan Francis Galton(1822-1911)dan Karl Pearson(1857-1935).

Teknik kuadrat terkecil(least squares) simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata( the standard error of the mean) dikembangkan Karl Friedrich Gaus(1777-1855). Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton dan mengembangkan konsep regresi, korelasi, distribusi, chi-kuadrat dan analisis statistika untuk data kualitatif. Pearson menulis buku The Grammar of Science sebuah karya klasik dalm filsafat ilmu. Willam Searly Gosset, yang terkenal dengan nama samaran “Student”, mengembangkan konsep tentang

8

Page 9: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

pengambilan contoh. Desigent Experiment di kembangkn oleh Ronald Alylmer Fisher(1890-1962) disamping analisis varians dan covarians, distribusi – z, distribusi –t, uji signifikan dan teori tentang perkiraan (theory of estimation).

Demikianlah, statistik yang relatif sangat mudah dibandingkan dengan matematika berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun belakanagn ini. Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun eksperimen, dilakukan lebih cermat dan teliti dengan mempergunakan teknik-teknik statistika yang diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan.

2.3.3 Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan Statistika

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.

Di tinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.

Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, maka seseorang tidak dapat melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan teratur.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang di hasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru tersebut dianggap valit kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, diantaranya, penarikan kesimpulan dengan cara logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan umum.Sedangkan logika deduktif membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual.

Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan –pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

9

Page 10: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Deduksi adalah sebaliknya, cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor.

2.3.4 Tujuan Pengumpulan Data Statistik

Tujuan dari pengumpulan data statistic dibagi kedalam dua golongan besar yaitu tujuan kegiatan praktis dan kegiatan keilmuan. Dalam bidang statistika, perbedaan yang penting dari kedua kegiatan ini dibentuk oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan praktis hakikat alternative yang sedang dipertimbangkan telah diketahui, paling tiadak secara prinsip, dimana konsekuensi dalam memilih salah satu dari aternatif tersebut dapat dievaluasi berdasarkan serangkaian perkembangan yang akan terjadi.

2.3.5 Statistika dan Cara Berpikir Induktif

Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua kenyataan ilmiah adalah sesuai fakta, dimana konsekuensinya dapat di uji baik dengan jalan mempergunakan pancaindera, maupun dengan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Kalau kita telaah lebih dalam, pengujian merupakan suatu proses pengumpulan data yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. Sekiranya hipotesis itu di dukung oleh fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima atau disahkan kebenarannya.Sebaliknya jika hipotesis tersebut bertentangan dengan kenyataan, hipotesis itu ditolak.Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual.

Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah benar jika premis-premis yang dipergunakannya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalahsah.Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah, maka kesimpulan itu belum tentu benar.

2.3.6 Peranan Statistika dalam Tahap-tahap Metode Keilmuan

10

Page 11: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Langkah langkah yang dipergunakan dalam kegiatan keilmuan adalah sebagai berikut:

1. Observasi2. Hipotesis3. Ramalan 4. Pengujian Kebenaran

2.3.7 Penerapan Statistika

Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang managemen. Statistika diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi peagawai, kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit, dan masih banyak lagi. Penerapan metode statistika dalam bidang opini terus menerus berkembang.Kemajauan di bidang genetiaka, ilmu-ilmu alam terutama astronomi, geologi, dan fisika adalah salah satu dari bidang bidang keilmuan dimana metode statistiak untuk pertama kali dikembangkan dan diterapkan.

2.4 Logika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

2.1.4 Pengertian Logika

Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggung jawabkan.Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.

2.2.4 Aturan Cara Berpikir yang Benar

Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana.Untuk bepikir baik, yakni berpikir benar, logis, dialektis, juga di butuhkan kondisi-kondisi tertentu.

a. Mencintai Kebenaran

Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meninggalkan mutu penalarannya; menggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai “ruh-ruh” yang akan menyelewengkannya dari yang benar.

b. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang anda Kerjakan

Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Andai kata intelek kita intuitif, pada setiap langkah, kita dapat melihat kebenaran secara langsung tanpa terlebih dahulu memburunya melalui proses yang berbelit-belit. Pada taraf hidup kita di dunia ini, sifat intelek kita diskursif, dan hanya dalam beberapa hal intuitif. Karena untuk mencapai kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai macam langkah dam kegiatan.

c. Ketahuilah(dengan sadar) apa yang sedang anda katakan.

11

Page 12: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata.Kecermatnan pikiran terungkap kedalam kecermatan kata-kata.Anda senantiasa perlu menguasai ungkapan pikiran kedalam kata tersebut, baik yang eksplisist maupun yang implisit.Harus menguasai dengan betul dan seksama mengenai isi (komprehensif), lingkungan (ekstensi), arti fungsional (suposisi), dan istilah (term) yang digunakan, karena istilah merupakan unsur konstitutif penalaran. Waspdalah terhadap term-term ekuivokal (bentuk sama, tetapi arti berbeda), analogis (bentuk sama, tetapi arti sebagian sama sebagian berbeda).

d. Buatlah distingsi (perbedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya

Jika da dua hal yanag tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelasa berbeda. Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih mempunyai bentuk sama, namuan tidak identik. Disinilah perlunya dibuat suatau distingsi, suatu pembedaan.

e. Cintailah definisi yanga tepat

Definisis harus diburu hingga tertangakap.Definisi artinya pembatasan, yakni membuat jelas batas-batas sesuatu.Harus hindari kalimat-kalimat dan uraian-uraian yang “gelap”, tidak terang strukturnya, dan tidak jelas artinya.

f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu

Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi-implikasi dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan (assertion), pernyataan, atau kesimpulan yang anada buat. Sering terjadi banayk orang tidak tahu apa yang mereka kataka (nyatakan) da mengapa mereka berakata (menyatakan) begitu. Jika bahan yang ada tidak cukup untuk menarik kesimpulan, hendaknya oranag menahan diri untuk tidak membuat pembatasa-pembatasan (membuat reserve) dalam kesimpulan.

g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta sangguplah mengenal jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga menegnali sebab-sebab kesalahan pemikiran (penalaran)

Dalam belajar logika ilmiah (scientific) anda tidak hanya mau tahu hukum-hukum, prinsip-prinsip bentuk-bentuk pikiran sekedar untuk tahu saja.anda juga perlu tahu:

1. Dalam praktik, menjadi cakap dan cekatan (yakni secara spontan, tanpa kesulitan) berpikir sesuai dengan hokum, prinsip bentuk berpikir yang betul, tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses perubahan keadaan.

2. Selanjutya sanggup mengenali jenis-jenis, macam-macam, nama-nama, sebab-sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup menghindari, juga menjelaskan segala bentuk dan sebab keslahan dengan semestinya.

2.3.4 Klasifikasi

12

Page 13: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Sebuah konsep klasifikasi, seperti “panas” atau “dingin”, hanyalah menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep perbandingan, seperti “lebih panas” atau “lebih dingin”, mengemukakan hubungan menganai objek tersebut dalam norma yang mencakup pengertian lebih atau kurang, dibandingkan objek lain. Jauh sebelum ilmu mengembangkan konsep temperatur, yang dapat diukur, waktu itu kita sudah dapat mengatakan, “Objek ini lebih panas dibandingkan dengan objek itu”.

Kita tidak boleh mengecilkan kegunaan konsep klasifikasi terutama pada bidang-bidang dimana metode keilmuan dan metode kuantitatif belum berkembang.Sekarang psikiologi telah mempergunakan metode kuantitatif secara lebih sering, namun masih terdapat daerah-daerah dalam psikiologi dimana konsep perbandingan yang bias diterapkan. Bidang antropologi hampir tak mempunyai konsep kuantitatif sama sekali.Bidang ini kebanyakan bertalian dengan klasifikasi dan membutuhkan sekali adanya kriteria empiris yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk perbandingan.

2.4.4 Aturan Definisi

Definisi secara etimologi adalah suatu usahauntuk memberi batasan terhadap sesuatu yanag dikehendaki seseoranag untuk memindahkannya kepada orang lain. Dengan kata lain, menjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk membahas tentan hakikatnya.

Sedangkan pengertian secara terminologi adalah sesuatu yang menguraikan makna lafads kulli yang menjelaskan karakteristik khusus pada diri individu.Penulis memberi pengertian definisi sebagai pengurai makna lafads kulli karena lafads juz’I tidak mempunyai pengrtian terminology dengan adanya perubahan karakteristik yang konsisten menyertainya.

Definisi yang baik adalah jami’wa mani (menyeluruh dan membatasi). Hal ini sejalan dengan kata definisi itu sendiri, yaitu definite (membatasi).Salah satu contoh yang sering diungkapkan adalah manusia adalah binatang yang berakal. Binatang adalah genus sedangkan berakal adalah differensia, pembeda utama manusia dengan makhluk-makhluk lain. Jadi definisi yang valid dalam logika perlu bahasan yang jelas antara objek-objek yang didefinisikan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

13

Page 14: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik,maka diperlukan sarana seperti bahasa,logika,matematika,dan statistika.Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang di pakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan.Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.

Ditinjau dari segi terminologi, istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian.

Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan. Kedua, sebagai kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan penstatistikan. Ketiga, kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistik, yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu. Keempat, Ilmu statistik tidak lain adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik.

Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan anatara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Dengan demikian,penalaran ilmiah menyadarkan kita kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif,sedangkan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar Amsal.2012.Filsafat Ilmu,Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

14

Page 15: Makalah Filsafat Ilmu Kelompok III

Suriasumantri,Jujun S.1995.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Sudijono,Anas.1996.Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta:Raja Grafindo Persada.

15