makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

23
HUKUM DAN SOSIAL BISNIS Nama Kelompok : 1. Amalia Diah Ardina (01) 2. Mahsa Anya Anora (10) 3. Maulida Dyah R (16) 4. Putri Sanuria.R.L (18) 1

Transcript of makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

Page 1: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

HUKUM DAN SOSIAL BISNIS

Nama Kelompok :

1. Amalia Diah Ardina (01)

2. Mahsa Anya Anora (10)

3. Maulida Dyah R (16)

4. Putri Sanuria.R.L (18)

1D – D3

ADMINISTRASI BISNIS

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2013/2014

1

Page 2: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

DAFTAR ISI

HUKUM BISNIS..................................................................................................................................3

1.1 Pengertian..............................................................................................................................3

1.1.1 Pengertian hukum..........................................................................................................3

1.1.2 Pengertian Bisnis...........................................................................................................3

1.1.3 Pengertian Hukum Bisnis...............................................................................................3

1.2 Sumber Hukum......................................................................................................................4

1.3 Subyek Hukum......................................................................................................................4

1.4 Objek Hukum........................................................................................................................5

1.5 Fungsi Hukum Bisnis.............................................................................................................5

1.6 Perjanjian dan Perikatan........................................................................................................5

1.6 Perjanjian Jual Beli................................................................................................................7

1.7 Perjanjian Sewa Menyewa.....................................................................................................8

1.8 Wanprestasi dan Berakhirnya Perjanjian...............................................................................8

1.9 Jenis - Jenis Perjanjian...........................................................................................................9

SOSIAL BISNIS.................................................................................................................................10

1.1 Definisi Tanggungjawab Sosial Perusahaan........................................................................10

1.2 Konsep Tanggung Jawab.....................................................................................................10

1.2,1 Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Responsibility...............................................10

1.2.2 Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Liability........................................................11

1.3 Perkembangan Dan Motif Tanggungjawab Sosial...............................................................13

1.4 Model Tanggungjawab Sosial Perusahaan...........................................................................14

2

Page 3: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

HUKUM BISNIS

1.1 Pengertian

1.1.1 Pengertian hukum

a. Hukum adalah himpunan peraturan (perintah-perintah dan larangan-

larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan harus ditaati

oleh masyarakat ( Utrecht)

b. Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan

kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat

yang menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melakukan

tugasnya (Meyers).

c. Hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-

sanksi. Tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan

manusia sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara (SM Amin).

d. Hukum adalah keseluruhan peraturan yang dibuat oleh penguasa

(masyarakat dan negara) sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan

yang ingin dicapai oleh penguasa itu ( AR Saliman)

e. Hukum adalah suatu tata cara dan norma yang berlaku dalam suatu

situasi, kondisi dan domisili (sikondom) pada wilayah tertentu (Djoko

Santoso)

f. Secara umum, hukum adalah keseluruhan norma yang oleh penguasa

negara dan masyarakat yang berwenang menetapkan hukum,

dinyatakan sebagai peraturan yang mengikat bagi sebagian atau

seluruhnya anggota masyarakat.

1.1.2 Pengertian Bisnis

Bisnis adalah keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau

badan secara teratur dan terus-menerus, berupa kegiatan mengadakan barang-

barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan,

dipertukarkan atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

3

Page 4: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

1.1.3 Pengertian Hukum Bisnis

Hukum bisnis adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum, baik yang

tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur hak dan kewajiban yang timbul

dari suatu perjanjian-perjanjian maupun perikatan-perikatan yang terjadi

dalam praktek bisnis.

1.2 Sumber Hukum

Sumber hukum disebut juga hukum formal yaitu sumber hukum dengan bentuk

tertentu yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Termasuk hukum

formal yaitu :

1. Undang-undang ialah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan

negara yang berwenang dan mengikat masyarakat.

2. Peraturan-peraturan yang dibuat oleh penguasa dari tingkat pusat sampai daerah

3. Kebiasaan ialah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang dilakukan

berulang-ulang diterima oleh masyarakat, selalu dilakukan oleh orang lain

sedemikian rupa sehingga masyarakat beranggapan bahwa memang harus berlaku

demikian dan bila tidak dilakukan maka dianggap telah melanggar hukum yang

berlaku.

4. Yurisprudensi yaitu keputusan pengadilan atau keputusan hakim terdahulu yang

dijadikan pedoman/dasar dalam memutuskan perkara/ masalah berikutnya

5. Traktat (perjanjian antar negara) yaitu perjanjian yang dilakukan oleh dua negara

atau lebih

6. Perjanjian yaitu suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk

melakukan sesuatu atau tidak melakukan perbuatan tertentu

7. Doktrin yaitu suatu pendapat para ahli hukum terkemuka yang besar pengaruhnya

terhadap hakim dalam mengambil keputusan suatu perkara.

1.3 Subyek Hukum

Subyek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak dan

kewajiban yang memiliki kewenangan untuk bertindak.

a. Manusia/orang pribadi (natuurlijke persoon) yang sehat rohani jiwanya dan tidak

dibawah pengampunan.

b. Badan Hukum ( rechts persoon)

Yaitu suatu lembaga/institusi yang memiliki keabsahan dlam melakukan

aktivitasnya sebagai sebuah perusahaan. (PT, CV, Firma, UD dll.)

4

Page 5: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

1.4 Objek Hukum

Obyek hukum adalah segala sesuatu yang bisa berguna bagi subyek hukum dan dapat

menjadi pokok suatu hubungan hukum, yang dilakukan oleh subyek hukum yang

biasanya berwujud benda.

Menurut pasal 503 KUH Perdata, benda dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Benda berwujud

Benda berwujud adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan diraba dengan indra

manusia (misalnya; tanah, rumah, mobil dll.)

b. Benda tidak berwujud

Benda tidak berwujud yaitu semua hak (misalnya;hak cipta, hak paten, hak

merek dll.)

Menurut pasal 504 KUH Perdata jenis benda :

a. Benda bergerak

b. Benda tidak bergerak

1.5 Fungsi Hukum Bisnis

Fungsi Hukum Bisnis adalah sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi

bisnis, untuk memahami hak dan kewajibannya dalam praktek bisnis, agar terwujud

watak dan perilaku aktivitas di bidang bisnis yang berkeadilan, wajar, dan dinamis

(yang dijamin oleh kepastian hukum)

1.6 Perjanjian dan Perikatan

Perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih (pasal 1313 KUH perdata)

Adapun asas-asas sebagai norma dasar dalam hukum perjanjian, terdiri dari:

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak terdapat dalam ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH

Perdata, yaitu: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-

undang bagi mereka yang membuatnya.” Jadi asas ini memberikan kebebasan

kepada para pihak untuk:

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian.

2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya.

4. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

5

Page 6: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

Asas kebebasan berkontrak ini juga dibatasi bahwa perjanjian yang dibuat oleh

para pihak tidak dilarang oleh  undang-undang, tidak bertentangan dengan 

ketertiban umum dan tidak bertentangan dengan kesusilaan (Pasal 1337 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata).

b. Asas Konsensualisme

Asas ini dapat diketahui dari Pasal 1320 ayat (1) Kitab Undang-undang  Hukum

Perdata. Dalam pasal ini ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian

yaitu  adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas  konsensualisme merupakan

asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada  umumnya tidak diadakan  secara

formal, tetapi cukup dengan adanya  kesepakatan kedua  belah pihak (lisan).

c. Asas  Pacta Sunt Servanda

Asas ini disebut juga sebagai asas kepastian hukum, asas ini berhubungan dengan

akibat  perjanjian, Asas Pacta Sunt Servanda merupakan asas bahwa hakim atau

pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh  para pihak,

sebagaimana layaknya sebuah undang-undang,  mereka tidak boleh  melakukan

intervensi terhadap substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Asas ini

dapat diketahui dari Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata

bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.

d. Asas Itikad Baik

Asas itikad baik dapat diketahui dari Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undangundang

Hukum Perdata, yaitu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas

itikad baik merupakan  asas bahwa para pihak yaitu pihak  kreditur dan debitur,

harus melaksanakan substansi perjanjian berdasarkan kepercayaan dan keyakinan

yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.

e. Asas Kepribadian

Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan

atau membuat perjanjian hanya untuk kepentingan perseorangan saja.  Hal ini

dapat diketahui dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata. Pasal 1315 Kitab Undangundang Hukum Perdata menyebutkan pada

umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain

untuk dirinya sendiri.

Sesuai dengan KUH perdata pasal 1320 syarat-syarat sahnya suatu perjainjian ada 4

syarat yaitu sepakat untuk mengikatkan dirinya, cakap untuk membuat suatu

perjanjian, mengenai suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Sedangkan unsur

6

Page 7: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

dari perjanjian adalah ada pihak-pihak sedikitnya dua orang, adanya persetujuan

antara pihak-pihak tersebut, adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya prestasi yang

akan dilaksanakan, adanya bentuk tertentu baik lisan maupun tertulis, dan adanya

syarat tertentu sebagai isi perjanjian.

Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi di antara dua orang (pihak) atau lebih,

yakni pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi

prestasi, begitu juga sebaliknya.

Dasar Hukum Perikatan Berdasarkan Kuh Perdata Ada 3 Sumber :

a. Perikatan yg timbul dari persetujuan (perjanjian)

b. Perikatan yang timbul dari undang-undang :

1. Terjadi karena UU semata (misal : kewajiban orang tua utk memelihara &

mendidik anak. Hukum kewarisan.)

2. Terjadi karen UU akibat perbuatan manusia menurut hukum terjadi karena

perbuatan yg diperbolehkan (sah) & yang bertentangan dengan hukum

(tidak sah).

c. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi krn perbuatan melanggar

hukum (onrechtmatige daad) & perwakilan sukarela (zaakwaarneming)

1.6 Perjanjian Jual Beli

Berdasarkan Pasal 1457 KUH Perdata Jual Beli adalah “suatu perjanjian dengan mana

pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak

yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan”. Lahirnya suatu perjanjian

yang diatur dalam KUH Perdata disebabkan adanya kesepakatan dari para pihak

(Asas Konsensualisme). Sehingga perjanjian jual beli dianggap telah terjadi pada saat

dicapai kata sepakat antara penjual dan pembeli, hal yang demikian ini telah diatur

dalam Pasal 1458 KUH Perdata yang menyatakan bahwa “jual beli dianggap sudah

terjadi antara para pihak seketika setelah mereka mencapai kata sepakat tentang

barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum

dibayar” Dengan demikian jual beli itu sebenarnya sudah terjadi pada waktu

terjadinya kesepakatan tersebut.

7

Page 8: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

1.7 Perjanjian Sewa Menyewa

Didalam Pasal 1548 KUH Perdata pengertian sewa-menyewa adalah “suatu perjanjian

yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya

kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran

suatu harga yang oleh pihak yang tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya”.

Dan saat terjadinya perjanjian sewa-menyewa, sama halnya dengan perjanjian jual

beli yang telah dijelaskan sebelumnya adalah suatu perjanjian konsensual yaitu sudah

sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokok, yaitu

barang dan harga.

Hak utama penyewa atas perjanjian sewa menyewa adalah memperoleh hak

pemakaian atas barang yang disewanya dalam keadaan baik dari orang yang

menyewakan sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Sedangkan hak dari pihak yang

menyewakan adalah menerima pembayaran harga atas benda yang disewakannya

kepada penyewanya.

1.8 Wanprestasi dan Berakhirnya Perjanjian

Wanprestasi adalah  suatu kesengajaan atau kelalaian si debitur yang mengakibatkan

ia tidak dapat memenuhi prestasi yang harus dipenuhinya dalam suatu perjanjian

dengan seorang kreditur atau si berhutang. Adapun bentuk-bentuk dari wanprestasi,

adalah sebagai berikut:

a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali;

b. Memenuhi prestasi tetapi tidak dapat pada waktunya;

c. Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru;

d. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

e. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang  dijanjikan;

f. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;

g. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

h. Sedangkan suatu perjanjian akan hapus atau berkahir apabila terjadi minimal salah

satu dari kondisi-kondisi berikut dibawah ini:

i. Karena pembayaran;

j. Karena penawaran;

k. Karena pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpangan atau  penitipan;

l. Karena perjumpaan utang atau kompensasi;

m. Karena percampuran utang;

8

Page 9: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

n. Karena pembebasan utang;

o. Karena musnahnya barang yang terutang;

p. Karena kebatalan dan pembatalan;

q. Karena berlakunya syarat batal;

r. Karena lewat waktu.

1.9 Jenis - Jenis Perjanjian

a. Perjanjian Timbal Balik dan Sepihak.

Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yg mewajibkan kedua belah pihak

berprestasi secara timbal balik, contoh : jual beli, tukar menukar, sewa menyewa,

dll.

Perjanjian sepihak adalah perjanjian yg mewajibkan pihak yg satu berprestasi dan

memberi hak kepada pihak lain untuk menerimanya, contoh : hibah, hadiah, dsb

b. Perjanjian Bernama dan Tak Bernama

Perjanjian bernama adalah perjanjian yg sudah mempunyai nama tertentu yg

dikelompokkan sbg perjanjian khusus, misal : jual beli, tukar menukar.

Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yg tidak mempunyai nama tertentu

dalam uu, jumlahnya tidak terbatas.

c. Perjanjian Obligor dan Perjanjian Kebendaan

Perjanjian obligor adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban.

Perjanjian kebendaan adalah perjanjian untuk memindahkan hak milik suatu

benda

d. Perjanjian Konsensual dan Perjanjian Riel

Perjanjian konsensual adalah perjanjian yang terrjadinya baru taraf menimbulkan

hak dan kewajiban saja. Tujuan perjanjian belum tercapai.

Perjanjian riel adalah perjanjian yg terjadinya itu sekaligus realisasi tujuan

pemindahan hak.

e. Perjanjian Campuran

Perjanjian campuran adalah perjanjian dimana oleh uu telah diatur secara khusus

dan memuat unsur-unsur dari berbagai perjanjian yg sulit dikualifikasikan.

9

Page 10: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

SOSIAL BISNIS

1.1 Definisi Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Schermerhorn (1993) memberi definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai

suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri

dalam melayanai kepentingan organisasi dan kepentingan public eksternal.

Secara konseptual, TSP adalah pendekatan dimana perusahaan mengintegarasikan

kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku

kepentingan ( stakeholders ) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.

( Nuryana, 2005 ). Meskipun sesungguhnya memiliki pendekatan yang relative

berbeda, beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan identik dengan

TSP antara lain, Investasi Sosial Perusahaan( corporate social Investment/investing),

pemberian perusahaan ( Corporate Giving), kedermawanan Perusahaan ( Corporate

Philantropy ). Secara teoretis, berbicara mengenai tanggung jawab yang harus

dilaksanakan oleh perusahaan, maka setidaknya akan menyinggung 2 makna, yakni

tanggung jawab dalam makna responsibility atau tanggung jawab moral atau etis, dan

tanggung jawab dalam makna liability atau tanggung jawab yuridis atau hukum.

1.2 Konsep Tanggung Jawab

1.2,1 Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Responsibility

Burhanuddin Salam, dalam bukunya “Etika Sosial”, memberikan pengertian

bahwa responsibility is having the character of a free moral agent; capable of

determining one’s acts; capable deterred by consideration of sanction or

consequences. (Tanggung jawab itu memiliki karakter agen yang bebas moral;

mampu menentukan tindakan seseorang; mampu ditentukan oleh

sanki/hukuman atau konsekuensi). Setidaknya dari pengertian tersebut, dapat

kita ambil 2 kesimpulan : a)harus ada kesanggupan untuk menetapkan suatu

perbuatan; dan b)harus ada kesanggupan untuk memikul resiko atas suatu

perbuatan. Kemudian, kata tanggung jawab sendiri memiliki 3 unsur :

1)Kesadaran (awareness). Berarti tahu, mengetahui, mengenal. Dengan kata

lain, seseorang(baca : perusahaan) baru dapat dimintai pertanggungjawaban,

bila yang bersangkutan sadar tentang apa yang dilakukannya; 2)Kecintaan

atau kesukaan (affiction). Berarti suka, menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan

10

Page 11: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

dan kesediaan berkorban. Rasa cinta timbul atas dasar kesadaran, apabila tidak

ada kesadaran berarti rasa kecintaan tersebut tidak akan muncul. Jadi cinta

timbul atas dasar kesadaran, atas kesadaran inilah lahirnya rasa tanggung

jawab; 3)Keberanian (bravery). Berarti suatu rasa yang didorong oleh rasa

keikhlasan, tidak ragu-ragu dan tidak takut dengan segala rintangan. Jadi pada

prinsipnya tanggung jawab dalam arti responsibility lebih menekankan pada

suatu perbuatan yang harus atau wajib dilakukan secara sadar dan siap untuk

menanggung segala resiko dan atau konsekuensi apapun dari perbuatan yang

didasarkan atas moral tersebut. Dengan kata lain responsibility merupakan

tanggung jawab dalam arti sempit yaitu tanggung yang hanya disertai sanksi

moral. Sehingga tidak salah apabila pemahaman sebagian pelaku dan atau

perusahaan terhadap CSR hanya sebatas tanggung jawab moral yang mereka

wujudkan dalam bentuk philanthropy maupun charity.

1.2.2 Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Liability

Berbicara tanggung jawab dalam makna liability, berarti berbicara tanggung

jawab dalam ranah hukum, dan biasanya diwujudkan dalam bentuk tanggung

jawab keperdataan. Dalam hukum keperdataan, prinsip-prinsip tanggung

jawab dapat dibedakan sebagai berikut : 1)Prinsip tanggung jawab

berdasarkan adanya unsure kesalahan (liability based on fault); 2)Prinsip

tanggung jawab berdasarkan praduga(presumption of liability); 3)Prinsip

tanggung jawab mutlak (absolute liability or strict liability). Selain ketiga hal

tersebut, masih ada lagi khusus dalam gugatan keperdataan yang berkaitan

dengan hukum lingkungan ada beberapa teori tanggung jawab lainnya yang

dapat dijadikan acuan, yakni : 1)Market share liability; 2)Risk contribution;

3)Concert of action; 4)Alternative liability; 5)Enterprise liability. Berdasarkan

uraian tersebut, dapat disimpulkan perbedaan antara tanggung jawab dalam

makna responsibility dengan tanggung jawab dalam makna liability pada

hakekatnya hanya terletak pada sumber pengaturannya. Jika tanggung jawab

itu belum ada pengaturannya secara eksplisit dalam suatu norma hukum, maka

termasuk dalam makna responsibility, dan sebaliknya, jika tanggung jawab itu

telah diatur di dalam norma hukum, maka termasuk dalam makna liability

Munculnya Konsep TSP didorong oleh terjadinya Kecenderungan pada

masyarakat industri yang dapat disingkat dengan fenomena DEAF (yang

11

Page 12: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

dalam bahasa inggris berarti Tuli), sebuah akronim dari Dehumanisasi,

Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi ( Suharto, 2005)

1. Dehumanisas industry. Efisien dan mekanisasi yang semakin menguat di

dunia industri telah menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik

bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut, maupun bagi masyarakat di

sekitar perusahaan. “Merger mania” dan perampingan perusahaan telah

menimbulkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja dan pengangguran,

ekspansi dan eksploitasi dunia industri telah melahirkan polusi dan

kerusakan lingkungan yang hebat.

2. Equalisasi hak-hak publik. Masyarakat kini semakin sadar akan haknya

untuk meminta pertanggungjawaban perusahaaan atas berbagai masalah

sosial yang sering kali ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan.

Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas (accountability)

perusahaan bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula dalam

kaitannya dengan kepedulian perusahaan terhadap berbagai dampak

sosial yang ditimbulkannya.

3. Aquariumisasi dunia industri. Dunia kerja ini semakin transparan dan

terbuka laksana sebuah akuarium .Perusahaan yang hanya memburu rente

ekonomi dan cenderung mengabaikan hokum, prinsip, etis,dan, filantropis

tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus,

masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini di tutup.

4. Feminisasi dunia kerja. Semakin banyaknya wanita yang bekerja

semakin menuntut dunia perusahaan, bukan saja terhadap lingkungan

internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan,

kesehatan dan keselamatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya

biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak, kenakalan remaja akibat

berkurangnya kehadiran ibu-ibu dirumah dan tentunya dilingkungan

masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child care),

pendirian fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak, atau pusat-

pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah

“kompensasi” sosial terhadap isu ini.

12

Page 13: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

1.3 Perkembangan Dan Motif Tanggungjawab Sosial

Sebagaimana dinyatakan Porter dan Kramer (2002) diatas, Pendapat yang

menyatakan bahwa tujuan ekonomi dan sosial adalah terpisah dan bertentangan

adalah pandangan yang keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari

masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu Piramida Tanggungjawab Sosial Perusahaan

yang dikemukakan oleh Archie B. Carrol harus dipahami sebagai satu kesatuan.

Karenanya secara konseptual, TSP merupakan Keedulian perusahaan yang didasari 3

prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines yaiu, 3P :

1. Profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi

yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

2. People, Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.

Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian

beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan

kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan

yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat

3. Plannet, Perusahaan peduli terhadap lingkunga hidup dan berkelanjutan

keragaman hayati. Beberapa program TSP yan berpijak pada prinsip ini biasanay

berupa penghijaunan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan

permukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme ) dll.

Secara Tradisional, para teoritisi maupun pelaku bisnis memiliki interprestasi yang

keliru mengenai keuntungan ekonomi perusahaan. Pada umumnya mereka

berpendapat mencari laba adalah hal yang harus diutamakan dalam

perusahaan. Diluar mencari laba hanya akan menggangu efisiensi dan efektifitas

perusahaan. Karena seperti yang dinyatakan Milton Friedman, Tanggungjawab

Sosial Perusahaan tiada lain dan harus merupakan usaha mencari laba itu sendiri

( Saidi dan Abidan (2004:60)

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability development) dapat juga berarti menjaga

pertumbuhan jumlah penduduk yang tetap sepadan dengan kapasitas produksi sesuai

dengan daya dukung lingkungan. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan

merupakan integrasi dari cita ideal untuk memenuhi kebutuhan generasi kini secara

merata (intra-generational equity), hal ini menentukan tujuan pembangunan, dan

13

Page 14: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

memenuhi kebutuhan generasi kini dan generasi mendatang secara adil (inter-

generational equity) menentukan tujuan kesinambungan.

Pembangunan berkelanjutan sebagai sarana untuk menjaga keseimbangan antara

jumlah penduduk dan kemampuan produksi sesuai daya dukung lingkungan

mengindikasikan adanya keterbatasan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi

kebutuhan dan persyaratan keseimbangan dalam pelaksanaan pembangunan untuk

mencapai kondisi kesinambungan yang akan berubah sesuai situasi dan kondisi serta

waktu. Pada intinya pembangunan berkelanjutan memiliki dua unsur pokok yaitu

kebutuhan yang wajib dipenuhi terutama bagi kaum miskin, dan kedua adanya

keterbatasan sumber daya dan teknologi serta kemampuan organisasi sosial dalam

memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa

mendatang. Untuk itu Komisi Brandtland memberikan usulan penting dalam

pembangunan berkelanjutan yaitu adanya keterpaduan konsep politik untuk

melakukan perubahan yang mencakup berbagai masalah baik sosial, ekonomi maupun

lingkungan. Pembangunan berkelanjutan perlu dilakukan karena dorongan berbagai

hal, salah satunya adalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pelaksanaan

pembangunan.

1.4 Model Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Menurut Saidi dan Abidin ( 2004:64-65) ada empat model pola TSP di Indonesia :

1. Keterlibatan langsung, Perusahaan menjalankan program TSP secara langsung

dengan menyelengarakan sendiri kegaiatn social atau menyerahkan sumbangan ke

masyarakat tanpa perantara.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, Perusahaan mendirikan

yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupaka adopsi

dari model yang lazm diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju.

3. Bermitra dengan pihak lain, Perusahaan menyelenggarakan TSP melalui

kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasinn pemerintah (Ornop), Instansi

Pemerintah, Universitas atau media masa, baik dalam mengelola dana maupun

dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu Konsorsium, perusahaan turut

mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga social yang

didirikan untuk tujuan social tertentu

14

Page 15: makalah hukum dan sosial bisnis (doc)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul R Saliman (2005).Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan contoh kasus ). Jakarta:

Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Boye Lafalette De Monte. (2009). Japanese Business Dictionary. Jogjakarta: Penerbit Think

Purwosutjipto. (2003). Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan

Yanuar Arifin. (2010) Tetap Piawai Berbisnis dimasa Pensiun. Jogjakarta: Penerbit Garailmu

Wahyudi, Isa & Busyra Azheri. 2008. Corporate Social Responsibility : Prinsip, Pengaturan

dan Implementasi. Malang : Inspire.

Tofi, La. Majalah Bisnis dan CSR. Juli 2008. Jakarta : LatofiSukma DivaEvente

http://www.jababeka.com/site/

http://www.unilever.co.id/ourvalues/

Suharto, Edi, Ph.D, 2007, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab

Sosial Perusahaan. Bandung : Refika Aditama.

15