Makalah HAKI

15
MAKALAH PELANGGARAN-PELANGGARAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI) DI INDONESIA DOSEN PENGASUH : DOSEN PENGASUH : TAHASAK SAHAY, SH.,MH Disusun Oleh: NAMA : ERIK SOSANTO NIM : EAA 110 039 JURUSAN : ILMU HUKUM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS HUKUM TAHUN 2012

Transcript of Makalah HAKI

Page 1: Makalah HAKI

i

MAKALAH

PELANGGARAN-PELANGGARAN HUKUM

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI)

DI INDONESIA

DOSEN PENGASUH :

DOSEN PENGASUH : TAHASAK SAHAY, SH.,MH

Disusun Oleh:

NAMA : ERIK SOSANTO

NIM : EAA 110 039

JURUSAN : ILMU HUKUM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS HUKUM

TAHUN 2012

Page 2: Makalah HAKI

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas limpahan berkat dan Rahmat-Nya dari Tuhan

Yang Maha Esa karena atas izinnyalah saya masih diberikan kesempatan atas selesainya

penyusunan makalah ini sebagai tambahan ilmu, tugas dan pedoman mengenai Pelanggaran-

pelanggaran hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di Indonesia.

Dalam penyusunan makalah ini saya mengumpulkan dari berbagai sumber buku-buku

dan sumber lainnya yang berhubungan dengan Pelanggaran-pelanggaran hukum Hak Atas

Kekayaan Intelektual (HAKI) di Indonesia yang memudahkan saya dalam menyelesaikan tugas

ini.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan

menambah wawasan bagi orang yang membacanya.

Penulis menyadari akibat keterbatasan waktu dan pengalaman penulis, maka tulisan ini

masih banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini.

Harapan penulis semoga tulisan yang penuh kesederhanaan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membacanya tentang Pelanggaran-pelanggaran hukum Hak Atas Kekayaan

Intelektual (HAKI) di Indonesia.

Palangka Raya, 20 Oktober 2012

Penyusun

Page 3: Makalah HAKI

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 2

1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

1.4. Metode Penulisan .................................................................................... 2

1.5. Manfaat Penulisan ................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Apa yang dimaksud dengan HaKI atau H.K.I ........................................ 3

2.2 Klasifikasi HaKI atau H.K.I ................................................................... 3

2.3 Dasar hukum HaKI atau H.K.I ............................................................... 4

2.4 Pelanggaran-pelanggaran terhadap HaKI atau H.K.I ............................. 4

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 11

3.2. Saran ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah HAKI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak atas Kekayaan Intelektual (haki) merupakan terjemahan atas istilah

''Intellectual Property Right'' (IPR). Istilah tersebut terdiri dari tiga kata kunci yaitu:

Hak, Kekayaan dan Intelektual. Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat: dimiliki,

dialihkan, dibeli, maupun dijual. Sedangkan ''Kekayaan Intelektual'' merupakan

kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi,

pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan seterusnya. Terakhir,

''Hak atas Kekayaan Intelektual'' (haki) merupakan hak-hak (wewenang/kekuasaan)

untuk berbuat sesuatu atas Kekayaan Intelektual tersebut, yang diatur oleh norma-norma

atau hukum-hukum yang berlaku. ``Hak'' itu sendiri dapat dibagi menjadi dua. Pertama,

``Hak Dasar (Azasi)'', yang merupakan hak mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.

Umpama, hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan keadilan, dan sebagainya. Kedua,

``Hak Amanat/Peraturan'' yaitu hak karena diberikan oleh masyarakat melalui

peraturan/perundangan. Di berbagai negara, termasuk Amerika dan Indonesia, haki

merupakan ''Hak Amanat/Peraturan'', sehingga masyarakatlah yang menentukan,

seberapa besar haki yang diberikan kepada individu dan kelompok. Sesuai dengan

hakekatnya pula, haki dikelompokkan sebagai hak milik perorangan yang sifatnya tidak

berwujud (intangible). Terlihat bahwa haki merupakan Hak Pemberian dari Umum

(Publik) yang dijamin oleh Undang-undang. Haki bukan merupakan Hak Azazi,

sehingga kriteria pemberian haki merupakan hal yang dapat diperdebatkan oleh publik.

Demikian pula terhadap pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak milik yang menjadi

pemberian dari Umum (Publik) yang dijamin oleh Undang-undang, maka penulis

melalui makalah ini mencoba untuk mengangkat permasalan tersebut.

Page 5: Makalah HAKI

2

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

perumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan HaKI atau H.K.I ?

b. Klasifikasi HaKI atau H.K.I?

c. Dasar hukum HaKI atau H.K.I?

d. Pelanggaran-pelanggaran terhadap HaKI atau H.K.I di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari kajian yang akan dilakukan dalam makalah ini, penulis bertujuan untuk :

a. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan HaKI atau H.K.I dan klasifikasinya.

b. Mengetahui dan memahami Dasar hukum HaKI atau H.K.I dan Pelanggaran-

pelanggaran terhadap HaKI atau H.K.I di Indonesia.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini yang bersumber pada

buku-buku referensi yang berhubungan dengan hak atas kekayaan intelektual dan situs

internet yang langsung mengangkat permasalahan-permasalahan tentang pelanggaran-

pelanggaran hak atas kekayaan intelektual di Indonesia.

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai media untuk menambah wawasan.

b. Bahan referensi aktual dan Bahan bacaan serta pengetahuan.

Page 6: Makalah HAKI

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau H.K.I

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) atau

harta intelek (di Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris Intellectual

Property Right. Kata "intelektual" tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut

adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia (the Creations of the

Human Mind) (WIPO, 1988:3). Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak

eksklusif Yang diberikan suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas

karya ciptanya. Secara sederhana HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merk.

Namun jika dilihat lebih rinci HAKI merupakan bagian dari benda (Saidin : 1995), yaitu

benda tidak berwujud (benda imateriil). Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk

dalam bagian hak atas benda tak berwujud (seperti Paten, merek, Dan hak cipta). Hak

Atas Kekayaan Intelektual sifatnya berwujud, berupa informasi, ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, sastra, keterampilan Dan sebaginya Yang tidak mempunyai bentuk

tertentu.

2.2 Klasifikasi Hak Atas Kekayaan Intelektul

Berdasarkan WIPO hak atas kekayaan intelektual dapat dibagi menjadi 2 bagian,

yaitu hak cipta ( copyrights), dan hak kekayaan industri (industrial property rights).

(1) Hak Cipta ( copyrights )

Hak eksklusif yang diberikan negara bagi pencipta suatu karya (misal karya seni

untuk mengumumkan, memperbanyak, atau memberikan izin bagi orang lain

untuk memperbanyak ciptaanya tanpa mengurangi hak pencipta sendiri. UU No.

19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa Hak Cipta adalah hak yang

mengatur karya intelektual di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang

dituangkan dalam bentuk yang khas dan diberikan pada ide, prosedur, metode atau

konsep yang telah dituangkan dalam wujud tetap. Untuk mendapatkan

perlindungan melalui Hak Cipta, tidak ada keharusan untuk mendaftarkan.

Pendaftaran hanya semata-mata untuk keperluan pembuktian belaka. Dengan

Page 7: Makalah HAKI

4

demikian, begitu suatu ciptaan berwujud, maka secara otomatis Hak Cipta

melekat pada ciptaan tersebut. Biasanya publikasi dilakukan dengan

mencantumkan tanda Hak Cipta.

(2) Hak Kekayaan Industri (Indutrial Property Rights)

Hak kekayaan industri (industrial property rights) adalah hak yang mengatur

segala sesuatu tentang milik perindustrian, terutama yang mengatur perlindungan

hukum. Hak kekayaan industri (industrial property rights) berdasarkan pasal 1

konvensi paris mengenai perlindungan hak kekayaan industri tahun 1883 yang

telah direvisi dan di amandemen pada tanggal 2 oktober 1979, meliputi:

a. Paten

b. Merek

c. Varietas tanaman

d. Rahasia dagang

e. Desain industri

f. Desain tata letak sirkuit terpadu.

2.3 Dasar Hukum Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

Pengaturan hukum terhadap hak kekayaan inteletual di Indonesia dapat ditemukan

dalam:

(1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

(2) Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten

(3) Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek

(4) Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman

(5) Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

(6) Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

(7) Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu.

2.4 Pelanggaran-pelanggaran terhadap HaKI atau H.K.I di Indonesia

Ada beberapa Pelanggaran-pelanggaran terhadap HaKI atau H.K.I di Indonesia

yang menyita perhatian publik sebagai berikut :

Page 8: Makalah HAKI

5

(1) Kasus Hak Cipta :

Kompas.com

Jumat, 12 September 2008 | 14:47 WIB

DENPASAR, JUMAT- Malang benar nasib Ketut Deni Aryasa, perajin perak

asal Bali. Ia dituding menjyiplak salah satu motif perusahaan perak milik

asing, PT Karya Tangan Indah. Deni Aryasa bahkan telah diseret ke meja hijau

dan dituntut dua tahun penjara. “Motif yang saya gunakan ini adalah milik

kolektif masyarakat di Bali, yang sudah ada sejak dulu. Bukan milik

perseorangan, tapi mengapa bisa dipatenkan pihak asing,” kata Deni Aryasa, yang

ditemui di rumahnya di Denpasar, Jumat (12/9). Deni Aryasa dituding meniru dan

menyebarluaskan motif fleur atau bunga. Padahal motif ini adalah salah satu motif

tradisional Bali yang kaya akan makna. Motif serupa dapat ditemui di hampir

seluruh ornamen seni di Bali, seperti gapura rumah, ukiran-ukiran Bali, bahkan

dapat ditemui sebagai motif pada sanggah atau tempat persembahyangan umat

Hindu di Bali. Ironisnya, motif tradisional Bali ini ternyata dipatenkan pihak

asing di Direktorat Hak Cipta, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual Republik Indonesia pada tahun 2006 dengan nomor 030376. Pada

surat keputusan Ditjen Haki, tertulis pencipta motif fleur adalah Guy

Rainier Gabriel Bedarida, warga Prancis yang bermukim di Bali. Sedangkan

pemegang hak cipta adalah PT Karya Tangan Indah milik pengusaha asal Kanada,

John Hardy. Dengan tudingan melanggar hak cipta, Deni Aryasa kini dituntut dua

tahun penjara. Bahkan Deni sempat ditahan selama 40 hari di LP Kerobokan Bali.

Kini Deni menjalani tahanan rumah. “Saya mungkin satu-satunya orang yang

dituntut melanggar hak cipta yang pernah ditahan selama 40 hari,” kata Deni

Aryasa. Peradilan kasus hak cipta ini akan dilanjutkan pada Rabu (17/9)

mendatang di Pengadilan Negeri Denpasar dengan agenda pledoi atau tanggapan

terhadap tuntutan jaksa. Motif fleur ini juga telah dipatenkan di Amerika Serikat,

sehingga kini perajin perak di Bali yang menggunakan motif yang sama pun

terancam ikut terjerat pelanggaran hak cipta. Asosiasi Perajin Perak mencatat

terdapat sedikitnya 800 motif perak tradisional Bali yang telah dipatenkan pihak

asing di Amerika Serikat.

Page 9: Makalah HAKI

6

Tanggapan :

Masyarakat di Indonesia ini semakin aneh, bingung, bahkan sudah tidak peduli

dengan sekelilingnya yang terlalu kejam untuk menangani masalah Hak Cipta.

Terutama Hak Cipta milik negaranya sendiri, yaitu Indonesia. Ada masyarakat

yang peduli, namun ada juga masyarkat yang tidak peduli. Bahkan para petinggi-

petinggi negara banyak yang tidak peduli. Mereka mendengar namun acuh bahkan

tak mau melihat dan mau mendengar tentang kepunyaan negaranya yang telah

diakui oleh negara lain. Atau mereka mendengar namun mereka nggak mau

berurusan dengan negara lain karena negara luar sana sangat berpengaruh dalam

hidup keduniaannya. Tetapi bukan salah para petinggi negara juga, dan kita juga

jangan terlalu sering untuk bernegative thingking dengan petinggi negara tersebut,

siapa tahu diantara mereka banyak yang peduli bahkan mereka lagi berusaha

untuk menyelamatkan HAK CIPTA kepunyaan baik barang maunpun non barang

yang dimiliki oleh negara tercinta kita ini, yaitu Indonesia. Kita juga sebagai

masyarakat Indonesia harus lebih peka bahkan lebih aktif dalam menyelesaikan

masalah tentang pemberian Hak Cipta kepada barang – barang milik negara. Yang

saya tangkap dalam kasus diatas, bahwa Kurangnya koordinasi masyarakat

indonesia dengan para – para petinggi negara yang mengurus tentang kekayaan

apa saja yang dimiliki Indonesia dari yang masih ada bahkan sampai kekayaan

yang sudah tidak ada lagi di tangan Bangsa Indonesia. Namun demikian, kita

sebagai masyarakat Indonesia yang demokratis dan kritis. Kita tidak boleh

langsung setuju dan langsung percaya tentang argumen yang telah diberikan oleh

para pemerintah. Kita juga pasti punya sejarah bahkan orangtua kita pasti lebih

mengenal bahkan lebih mengerti tentang kekayaan apa saja yang memang milik

Indonesia. Setelah kita tahu apa saja yang memang punya negara indonesia, kita

sebagai masyarakat harus lebih menjaga, memperkenalknan pada dunia tentang

kekayaan kita sebagai bangsa indonesia. Kekayaan itu bisa berupa rumah adat,

makanan daerah, lagu – lagu daerah, tarian, alat musik, pakaian daerah, simbol –

simbol daerah, dan kekayaan lain yang dimiliki oleh daerah-daerah yang

berdomisili di Indonesia. Kita sebagai masyarakat harus lebih mengenal dan lebih

Page 10: Makalah HAKI

7

memahami kekayaan apa saja yang dimiliki oleh Indonesia. Sehingga negara lain

tidak boleh mengakui secara sembarangan kekayaaan kita tersebut adalah

miliknya. Itu sebagai pandangan masyarakat. Dan bagi para pemerintah,

pemerintah harus lebih ketat dalam hal hukum serta perundang-undangan

mengenai tentang hak kekayaan bangsa indonesia. Pemerintah juga harus

mengabadikan kekayaan kita ini agar ada bukti bahwa kekayaan yang sedang kita

rebutkan itu adalah milik kita. Pemerintah juga harus memberikan status kepada

kekayaan bangsa Indonesia agar ada masyarakat luas menjadi tahu bahwa itu

memang milik kita. Pemerintah juga memberikan sarana, baik materi maupun non

materi kepada pihak yang menjaga, melestarikan, mengembangkan,

memperkenalkan kekayaan kita kepada dunia luar. Yang paling penting adalah

seluruh masyarakat indonesia yang berdomisili di Indonesia harus menjaga,

melestarikan, mengembangkan terhadap kekayaan milik Indonesia. Dan

mayarakat indonesia jangan pernah mau di bodohi dengan negara luar. Serta

jangan pernah mau bahkan menerima nasib saja kalau memang kekayaan kita

diambil bahkan diakui / dipatenkan dengan negara lain. Jangan ada kalimat itu.

Kita harus menjaga dan melindungi kekayaan kita. Karena kekayaan tersebut yang

membuat kita satu dan luar biasa spesial di mata negara lain. Serta pemerintah pun

mampu mempunyai Hukum yang lebih terpercaya serta konsisten apabila terjadi

pelanggaran. Dan pemerimah pun harus tanggap. Apabila ada terjadi pelanggaran

hak cipta, hukum tentang HAKI di Indonsia pun harus berjalan sesuai kaedah –

kaedah yang ada. Serta pihak pemerintah pun harus lebih tegas dan lebih aktif

dalam kasus yang melanggar Hak Cipta. Apabila ada yang melanggar, maka orang

itu harus dihukum atau diberi sanksi. Jangan ada kelemahan dalam hukum –

hukum yang terdapat dalam tubuh peradilan di negara Indonesia. Dan Bagi

masyarakat pun harus diberikan penyuluhan dan pengetahuan tentang undang –

undang ( Hukum ) HAKI yang berlaku di Indonesia. Agar masyarakat Indonesia

tidak sembarangan dalam melakukan pelanggaran yang berkaitan dengan Hak

Cipta.

Page 11: Makalah HAKI

8

(2) Hak Merek

Kasus Buddha Bar, Pelecehan Agama JAKARTA, KOMPAS.com

Umat Buddha menilai kasus Buddha Bar (BB) tidak hanya melecehkan simbol

agama Buddh, tetapi juga menduga ada pelanggaran hukum pendirian usaha.

“Yang jelas, sikap kami menentang berdirinya Buddha Bar sekaligus menentang

penggunaan simbol agama Buddha dalam Buddha Bar,” kata Mulyadi, Anggota

Majelis Agama Buddha Teravada Indonesia (Magabudhi), menjelang persidangan

kasus BB di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, Senin (3/8). Menurut dia,

berdirinya BB telah melanggar UU No 15/2001 tentang Merek yang dalam Pasal

5 menyatakan bahwa mereka tidak dapat didaftar apabila bertentangan dengan

perundangan-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban

umum. Kedua, bertentangan dengan UU No 1/1965 tentang Pencegahan

Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, Pasal 156 (a). Ketiga, bertentangan

dengan Konvensi Paris 1883 tentang hak kekayaan industrial antara lain

menyatakan bahwa tidak boleh ada merek yang mengandung unsur agama.

“Konvensi ini diratifikasi Indonesia melalui Keputusan Presiden RI No 15/1997,”

ungkap Mulyadi. Lebih lanjut ia menuturkan bahwa kasus BB Ini adalah tanggung

jawab pemerintah. “Kalau nama Buddha Bar boleh atau dibiarkan seperti

sekarang, nanti akan merembet ke pelecehan agama lain. Sampai sekarang di BB

masih ada menu Buddha Bar Chicken Salad, Buddha Bar Pad Thai, Buddha Bar

Roll,” paparnya. Buddha Bar di Jalan Teuku Umar Jakarta dibuka pada bulan

November 2008 dengan pengelola PT Nireta Vista Creative dan merupakan satu-

satunya di Asia. Bar tersebut dikecam oleh berbagai pihak khususnya umat

Buddha karena menggunakan simbol agama Buddha untuk kegiatan komersial.

Tanggapan :

Di Indonesia terlalu banyak merek dagang yang dijadikan suatu symbol yang

salah bagi perusahan dan bagi masyarakat yang ingin memproduk suatu barang

atau tempat atau lainnya. Mereka terlalu dibutakan dengan keuntungan yang

Page 12: Makalah HAKI

9

sangat luar biasa tinggi. Untuk memperoleh keuntungan yang sangat luar biasa

mereka tidak mau melihat kaedah-kaedah apa saja yang harus dipenuhi dalam

memberikan nama pada merek dagangan mereka, yaitu berdasarkan peraturan /

perundang-undangan yang dibuat dibuat oleh Direktorat Jenderal HAKI,

Departemen Kehakiman. Kita sebagai orang baru yang ingin memberikan nama

ke produk kita, harus diajukan kepada Departemen Kehakiman agar tidak terjadi

kesamaaan antar merek barang lainnya. Yang saya lihat dari kasus di atas adalah

”Seseorang yang terlalu mencintai agamanya, dan menganggap bahwa simbol –

simbol agamanya dibuat merek atas produk/tempat yang ia jual/dirikan dapat

membuat dia bisa mendapatkan keuntungan serta mendapatkan pelanggan yang

satu iman / agama dengannya” . Namun, ia sedikit menyimpang. Dikarenakan

sebagian masyarakat di Indonesia terlalu ”risih” atas penamaan produk / tempat

yang membawa unsur agama. Karena sebagian masyarakat berpendapat bahwa

agama itu adalah suatu keyakinan yang sangat sakral. Sehingga apabila ada

masyarakat yang memberikan merek terhadap produk/tempat yang ia jual, akan

mengundang masyarakat lain untuk melecehkan agama. Apalagi tempat – tempat

yang memang dianggap ”nakal”, kemudian di beri merek simbol – simbol agama,

masyarakat Indonesia akan marah dan kecewa terhadap pendiri tempat tersebut.

Jadi kita sebagai masyarakat Indonesia harus saling mengerti dan saling

bertoleransi dalam hal agama. Jangan pernah membawa agama dalam kehidupan

bersosialisasi karena itu akan membuat perbedaan yang terlalu besar dan jangan

menganggap agamanya terlalu besar dan berkuasa. Karena semua makhluk hidup

ini sama di mata Tuhan Yang Maha Esa. Dan hukum di Indonesia pun harus

mampu menetralisasikan keadaan ini. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan

keributan atas kejadian ini. Dan masyarakat indonesia pun harus mendapatkan

penyuluhan tentang hokum-hukum yang ada di Indonesia mengenai HAK

KEKAYAAN INTELEKTUAL agar masyarakat di Indonesia mempunyai

pengetahuan tentang undang-undang mengenai HAKI, bagaimana cara

masyarakat membuat merek yang sesuai dengan kaidahnya. Dengan begitu hukum

di Indonesia tentang hak merek tidak dianggap lemah oleh masyarakatdan mereka

tidak akan melakukan kesalahan dalam untuk melakukan perbuatan yang

Page 13: Makalah HAKI

10

berkaitan dengan Hak Merek seseorang. Namun dari pihak pemerintah pun harus

lebih tegas dan lebih aktif dalam kasus yang melanggar Hak Merek. Apabila ada

yang melanggar, maka orang itu harus dihukum atau diberi sanksi. Jangan ada

kelemahan dalam hokum-hukum yang terdapat dalam tubuh peradilan di negara

Indonesia.

Page 14: Makalah HAKI

11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas kita dapat kita simpulkan hal-hal berikut :

(1) HAKI adalah salah satu perangkat yang dapat dipakai sebagai “jaminan

perlindungan” para desainer atau pencipta atas hasil karya intelektual .

(2) Dalam upaya mengurangi terjadinya persaingan curang, plagiasi dan pemalsuan

maka perlu perenungan bersama, baik produsen, desainer, biro iklan dan lembaga

terkait untuk perlu segera mendaftarkan karya hak atas kekayaan intelektual

sesuai kategori produk yang dihasilkan.

(3) Perlu sosialisai undang-undang perlindungan HAKI, paten, hak cipta, dan merek

baik lewat lembaga formal ataupun informal.

3.2 Saran

Pengakuan HAKI sekarang semakin perlu diperhatikan, karena barang sepelepun

bisa diklaim sebagai hak cipta atau hak paten seseorang atau negara lain hanya karena

kelalaian kita mencari payung hukum yang aman agar apa yang leluhur kita ciptakan

akan dianggap ciptaan negara lain dan kita akan terlihat semakin lemah sebagai negera

hukum. Setelah melihat masalah yang timbul maka penulis memberikan saran:

(1) Diperlukan adanya tindakan tegas terhadap pelaku pelanggaran HAKI

(2) Kepada pemilik hak agar segera mendaftarkan hak miliknya ke DITJEN HAKI

Page 15: Makalah HAKI

12

DAFTAR PUSTAKA

Maulana, Insan B., Tanya Jawab Paten, Merek dan Hak Cipta. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

1996.

Baskoro S. Banindro, Wacana Hak-Hak Atas Kekayaan Intelektual Dalam Penciptaan Karya

Desain Grafis, NIRMANA Vol. 4, No. 2, Juli 2002: 118 – 130

Tantipuspita.blogspot.com/2012/04/hak-atas-kekayaan-intelektual.html?m=1