Yunus Tugas Haki
description
Transcript of Yunus Tugas Haki
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak hal yang didapatkan dari merek-merek terkenal terutama dalam hal
ekonomi. Keuntungan dalam bentuk materi akan mudah didapatkan dengan cara
yang instan. Dimana pada saat ini bayak sekali kasus yang numpang / nebeng
dengan merek terkenal agar dapat mendongkrak keuntungan dan poularitas sebuah
merek yang kurang mendapat perhatian dari konsumen. Banyak merek yang
kelihatannya seperti merek aslinya tetapi sebenarnya tidak palsu yang sering
disebut dengan aspal (asli tapi palsu).
Banyak alasan saat ini mengapa tindakan pemanfaatan merek-merek terkenal
dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Agar mudah dipasarkan mudah untuk bertransaksi jual beli.
2. Tidak perlu mengurus nomor pendaftaran ke Dirjen HKI .
3. Mengurangi pengeluaran untuk untuk membangun citra produknya (brand
image).
4. Tidak perlu membuat divisi riset dan pengembangan untuk dapat
menghasilkan produk yang selalu up to date.
Jika hanya dipandang dari segi ekonomi memang pemanfaatan merek akan
memberi dampak luar biasa untuk meraup keuntungan serta popularitas sebuah
merek yang baru seumur jagung. Tiba-tiba dengan cara yang gampang sudah
menjadi konsumsi di masyarakat. Kenyataan ini memang tidak bisa disangkal
karena fakta di lapangan, dimana msyarakat memiliki kriteria untuk
mengkonsumsi suatu produk. Salah satu dari kriteria tersebut melihat merek
sebuah produk kemudian baru membelinya.
Dengan berbagai kasus yang sudah beranak pinak di tengah masyarakat ini
membuat banyak merek yang di jiplak / contek. Baik dari segi bentuk, ukuran,
warna, desain, tulisan, penyebutan, gambar dan masih banyak lagi. Meski sudah
dibuat regulasi yang mengatur mengenai hal ini. Namum tetap saja plagiarisme
masih melekat di kehidupan masyarakat terutama dibidang perdagangan yang
memang sangat erat dengan merek. Sudah banyak merek yang mengalami
penolakan dan tidak memenuhi syarat untuk didaftarkan. Karena banyaknya
merek kembar tetapi beda yang ditemukan ditengah masyarakat.
Ternyata fakta yang ada menunjukkan tidak hanya dalam merek yang
berada dalam negeri. Kesamaan antara merek dalam negeri dengan mereka diluar
negeri juga dimungkinkan terjadi. Hal-hal lain juga dapat dimungkinkan terjadi
dan akan dibahas dan dikaji lebih mendalam lagi. Dalam penolakan dan tidak
didaftarkannya sebuah merek akan dibahas berdasarkan dengan kasus yang sudah
terjadi. Untuk dicari pemecahan masalah dan diberikan kesimpulan yang bersifat
ilmiah.
B. Contoh Kasus
Meski memang sudah terdapat regulasi yang mengatur mengenai merek.
Tetapi dalam penegakannya dan pelaksanaannya dilapangan tidak bisa lepas dari
persengketaan. Dalam kasus sengketa merek “LOTTO” misalnya oleh perusahaan
Singapura dan pengusaha Indonesia. Kasus ini terjadi antara Newk Plus Four Far
East (PTE) Ltd yang dimana adalah pemakai pertama merek “LOTTO” untuk
barang-barang seperti pakaian jadi, kemeja, baju kaos, jaket, celana panjang, rok
span, tas, koper, dompet, ikat pinggang, sepatu, sepatu olah raga, baju olah raga,
kaos kaki olah raga, raket, bola jaring (net), sandal, selop, dan topi, dengan Hadi
Darsono seorang pengusaha dari Indonesia yang produk handuk dan sapu
tangannya yang juga menggunakan nama “LOTTO” sebagai merek. Merasa
dirugikan akibat kesamaan merek perusahaan LOTTO Singapura pun membawa
masalah persengketaan ini ke Pengadilan Negeri.
Atas kasus ini memang merek tidak hanya berperan sebagai pengenal
tetapi harus juga sebuah simbol atau tanda yang membedakan dengan jelas antara
satu dengan yang lainnya. Maka seharusnya sebuah merek itu memiliki suatu ciri
khusu yang identik dengan kepribadiannya dan memang terlahir baru. Buka
sebuah merek yang diperbaharui atau sesuatu produk gagal yang diperbaiki
menjadi lebih baik.
BAB II
PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan tentu dapat terlihat
banayak hal yang perlu dibenahi. Maka dapat ditentukan hal-hal yang akan
menjadi rumusan masalah yaitu :
1. Mengapa kasus plagiarisme bisa dan masih tetap terjadi dalam masyarakat ?
2. Bagaimanakah kasus penolakan dan tidak bisa didaftarkannya sebuah merek
bisa terjadi ?
3. Bagaimanakah problem solving untuk kasus yang telah terjadi dimasyarakat
dan cara pencegahannya?
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Secara Umum
Pemakaian sebuah merek tidak hanya sebatas untuk meraup keuntungan. Merek
memiliki tujuan lain yang tidak hanya bisa dipandang dari segi ekonomi. Merek
juga memiliki peran untuk memperlancar kegiatan perdagangan barang atau jasa
untuk melaksanakan pembangunan. Untuk diperlukan perlindungan merek agar
tidak membuat aktifis plagiarisme semakin gencar dengan praktek kotornya.
Karena pada dasarnya perlindungan merek tidak hanya untuk kepentingan pemilik
merek saja akan tetapi juga untuk kepentingan masyarakat luas sebagai konsumen.
Tidak hanya terjadi di Indonesia masalah mengenai perlindungan merek
juga marak terjadi diberbagai negara. Keuntungan yang didapatkan dengan cara
yang tidak sulit mendorong sebuh merek untuk ditiru atau numpang tenar
layaknya seorang artis. Peniruan merek terkenal marak terjadi memang dilandasi
oleh “itikad tidak baik”. Semata-mata tujuannya hanyalah materi, memperoleh
keuntungan dengan nebeng dengan popularitas sebuah merek. Perlakuan yang
seperti ini memang tidak seharusnya dan tidak selayaknya untuk mendapatkan
perlindungan hukum. Perlindungan terhadap merek terkenal dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Selain dibutuhkan respon serta inisiatif pemilik merek,
dapat juga dilakukan oleh kantor merek dengan menolak permintaan pendaftaran
merek yang sama atau mirip dengan merek terkenal, ada beberapa hal yang patut
diperhatikan yaitu :
1. Tidak mengatur definisi dan kriteria merek terkenal.
2. Penolakan atau pembatalan merek, atau larangan penggunaan merek yang
merupakan reproduksi, tiruan atau terjemahan yang dapat menyesatkan
atas suatu barang atau jasa yang sama atau serupa apabila perundang-
undangan negara tersebut mengatur atau permintaan suatu pihak yang
berkepentingan.
3. Gugatan pembatalan dapat diajukan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
dari pendaftaran, namun tidak ada jangka waktu apabila pendaftaran itu
dilakukan dengan itikad tidak baik.
Terhadap perlindungan merek terkenal dalam UU No. 15 Tahun 2001 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 tentang merek diatur dalam
pasal 6 ayat 1 (b), ayat 2 ayat 3 (a) yang berbunyi :
Pasal 6 :
1. Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut:
Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan atau jasa
sejenisnya.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf (b) dapat pula
diberlakukan terhadap barang dan atau jasa yang tidak sejenis sepanjang
memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
3. Permohonan juga harus ditolak oleh Direktur Jenderel apabila Merek
tersebut:
Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan
hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang
berhak.
Kemudian penjelasan pasal tersebut di atas menyatakan :
Pasal 6 ayat (1) Huruf b :
Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang dan atau
jasaa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum
masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan.
Disamping itu, diperhatikan pula reputasi Merek terkenal yang diperoleh
karena promosi yang gencar dan besar besaran, investasi di beberapa
Negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti
pendaftaran Merek tersebut di beberapa Negara. Apabila hal-hal di atas
belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga
yang bersifat mandiri untuk melakukan survey guna memperoleh
kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar
penolakan.
Pasal 6 Ayat (2) :
Cukup jelas
Pasal 6 Ayat (3) Huruf a :
Yang dimaksud dengan nama badan hukum adalah nama badan
hukum yang digunakan sebagai Merek dan terdaftar dalam daftar Umum
Merek.
Dari ketentuan diatas dapat ditentukan kriteria-kriteria yang dapat digunakan
untuk menentukan keterkenalan suatu merek terkenal yaitu :
Pengetahuan masyarakat yang relevan terhadap merek.
Pengetahuan masyarakat terhadap promosi merek.
Didaftar oleh pemiliknya diberbagai negara.
Selain perlindungan yang telah diatur dalam pasal 6 ayat 1 (b), ayat 2 dan ayat 3
(a) UU No. 15 Tahun 2001, sebetulnya bagi siapa saja yang dengan sengaja
mempergunakan merek milik orang lain dapat dikategorikan telah melakukan
sesuatu kejahatan dan diancam dengan pidana penjara maupun denda
sebagaimana diatur dalam pasal 90, 91, 92, 93, dan 94 Undang undang No. 15
Tahun 2001.
B. Analisis Kasus
Dikaitkan dengan kasus yang ada suatu merek tidak dapat didaftar atas dasar
permohonan yang diajukan pemohon yang beritikat tidak baik dan pemohon ada
niat dan sengaja untuk meniru, membonceng atau menjiplak ketenaran merek lain
demi kepentingan usahanya yang mengakibatkan menimbulkan kerugian pihak
lain atau menyesatkan konsumen. Pemohon adalah pihak yang mengajukan
permohonan. Permohonan yaitu permintaan pendaftaran merek yang diajukan
secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. Direktorat Jenderal adalah Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di bawah departemen yang
dipimpin oleh Menteri.
Pendaftaran suatu merek berfungsi sebagai berikut :
1. Untuk barang bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang
terdaftar,
2. Dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhannya atau sama
pada pokoknya yang dimohonkan oleh permohonan lain untuk barang /
jasa sejenis,
3. Sasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama
keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/
jasa sejenis.
Syarat dan Tata cara Permohonan Pendaftaran Merek menurut Undang-Undang
No. 15 Tahun 2001 tentang Merek terdapat pada pasal 7 yaitu :
1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal dengan mencantumkan :
Tanggal, bulan, dan tahun;
Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon;
Nama lengkap dan alamat Kuasa apabila Permohonan diajukan
melalui Kuasa;
Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya
menggunakan unsur-unsur warna;
Nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam
hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.
2. Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.
3. Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu
orang atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.
4. Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya.
5. Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang secara
bersama – sama berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon
dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.
6. Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Permohonan
tersebut ditandatangani oleh salah satu dari Pemohon yang berhak atas
Merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para
Pemohon yang mewakilkan.
7. Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diajukan
melalui Kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak
yang berhak atas Merek tersebut.
8. Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (7) adalah Konsultan Hak
Kekayaan Intelektual.
9. Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan
Hak kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan
tata cara pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden.
Di dalam kasus “LOTTO” ini, “LOTTO” Singapura memiliki bukti. Memiliki
nomor pendaftaran merek dari Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen
Kehakiman dengan pendaftaran No. 137430, yang diajukan kepada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat. Terdapat kelalaian yang dilakukan oleh Direktorat Paten dan
Hak Cipta Departemen Kehakiman dengan memberikan nomor pendaftaran juga
kepada “LOTTO” Indonesia.
Setelah pengajuan perkara “LOTTO” Singapura ditolak oleh Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat dengan alasan bukti kasus tersebut tidak kuat, akhirnya
“LOTTO” Singapura mengajukan permohonan kasus kepada Mahkamah Agung.
Tidak hanya menuntut “LOTTO” milik Hadi Darsono ( Tergugat I ), mereka juga
menuntut Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman bagian merek (
Tergugat II ) karena telah lalai memberikan nomor pendaftaran merek kepada
perusahaan yang namanya sama tetapi berbeda usaha barangnya setelah
perusahaan pertama mendaftarkan mereknya kepada Direktorat Paten dan Hak
Cipta Departemen Kehakiman.
Terdaftarnya suatu merek dagang pada Direktorat Paten dan Hak Cipta
Departemen Kehakiman dapat dibatalkan oleh Hakim bilamana merek ini
mempunyai persamaan baik dalam tulisan ucapan kata, maupun suara dengan
merek dagang yang lain yang sudah terlebih dulu dipakai dan didaftarkan,
walaupun kedua barang tersebut tergolong tidak sejenis terutama bila hal tersebut
berkaitan dengan merek dagang yang sudah terkenal didunia internasional.
Dalam kasus ini Mahkamah Agung konsisten pada putusannya dalam
perkara merek terkenal Seven Up – LANVIN – DUNHILL: MA-RI No. 689
K/SIP/1983 dan MA-RI No. 370 K/SIP/1983, yang isinya sebagai berikut: Suatu
pendaftaran merek dapat dibatalkan karena mempunyai persamaan dalam
keseluruhan dengan suatu merek yang terdahulu dipakai atau didaftarkan,
walaupun untuk barang yang tidak sejenis, terutama jika menyangkut merek
dagang terkenal. Pengadilan tidak seharusnya melindungi itikad buruk Tergugat I.
Tindakan Tergugat I, tidak saja melanggar hak Penggugat tetapi juga melanggar
ketertiban umum di bidang perdagangan serta kepentingan khalayak ramai.
Setelah memeriksa perkara ini Mahkamah Agung dalam putusannya
berpendirian bahwa judex facti salah menerapkan hukum, Pengadilan Negeri
mengesampingkan kenyataan bahwa Penggugat adalah pemakai pertama dari
merek LOTTO di Indonesia. Ini merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan
perlindungan hukum menurut UU Merek No. 21 tahun 1961. Sementara itu,
Tergugat I tidak dapat mengajukan bukti-bukti yang sah dengan tidak dapat
membuktikan keaslian bukti-bukti yang diajukannya.
Sehingga putusannya harus dibatalkan selanjutnya, Mahkamah Agung
akan mengadili sendiri perkara ini. Pendirian Mahkamah Agung tersebut didasari
oleh alasan juridis yang intinya sebagai berikut :
▪ Newk Plus Four Far East Ltd, Singapore telah mendaftarkan merek LOTTO di
Direktorat Paten & Merek Departemen Kehakiman RI tanggal 29/6/1976
dan 4-3-1985.
▪ Merek “LOTTO” secara umum telah terkenal di kalangan masyarakat sebagai
merek dagang dari luar negeri. Merek tersebut mempunyai ciri umum
untuk melengkapi seseorang yang berpakaian biasa atau berkaitan olah
raga beserta perlengkapannya.
▪ Merek “LOTTO”, yang didaftarkan Tergugat I adalah jenis barang handuk dan
saputangan, pada 6 Oktober 1984.
▪ Mahkamah Agung berpendapat, walaupun barang yang didaftarkan Tergugat I
berbeda dengan yang didaftarkan Penggugat, tetapi jenis barang yang
didaftarkan Tergugat I tergolong perlengkapan berpakaian seseorang.
Dengan mendaftarkan dua barang yang termasuk dalam kelompok barang
sejenis kelengkapan berpakaian seseorang dengan merek yang sama,
dengan kelompok barang yang telah didaftarkan lebih dahulu, Mahkamah
Agung menyimpulkan Tergugat I ingin dengan mudah mendapatkan
keuntungan dengan cara menumpang keterkenalan satu merek yang telah
ada dan beredar di masyarakat. Hal ini berarti Tergugat I dalam prilaku
perdagangannya yaitu menggunakan merek perniagaan yang telah ada
merupakan perbuatan yang bersifat tidak jujur, tidak patut atau tidak
mempunyai itikad baik.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, akhirnya Mahkamah Agung memberikan
putusan yang amarnya sebagai berikut:
Mengadili:
Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Mengadili Sendiri :
Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
Menyatakan Penggugat sebagai pemakai pertama di Indonesia atas merek
dagang “LOTTO” dan oleh karena itu, mempunyai hak tunggal/khusus
untuk memakai merek tersebut di Indonesia.
Menyatakan bahwa merek “LOTTO” milik Tergugat I yaitu yang
didaftarkan pada Tergugat II dengan nomor registrasi 87824 adalah sama
dengan merek Penggugat baik dalam tulisan, ucapan kata, maupun suara,
dan oleh karena itu dapat membingungkan, meragukan serta memperdaya
khalayak ramai tentang asal-usul dan kualitas barang.
Menyatakan pendaftaran merek dengan registrasi 187824 dalam daftar
umum atas nama Tergugat I batal, dengan segala akibat hukumnya.
Memerintahkan Tergugat II untuk mentaati putusan ini dengan
membatalkan pendaftaran merek dengan nomor registrasi 197824 dalam
daftar umum.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Menjadi bahan pertimbangan baru bahwa apabila terdapat merek yang sama, ada
yang meniru merek atau yang disebut dengan numpang tenar. Tidak sepenuhnya
adalah kesengajaan atau kesalahan dari pelaku di dunia perdagangan bisa juga
karena kesalahan dari pihak yang memeriksa dan memberikan perlindunagn atas
merek itu sendiri.
Dalam kasus ini jika terjadi kekeliruan dari Direktorat Paten dan Hak Cipta
Departemen Kehakiman bagian merek karena telah memberikan nomor registrasi
kepada Hadi Darsdono untuk menggunakan merek “LOTTO” yang sebenarnya
telah terdaftar di Indonesia pada tahun tanggal 29/6/1976 dan 4-3-1985. Menurut
data yang kami dapatkan, hal ini dikarenakan oleh Direktorat Paten dan Hak Cipta
Departmen Kehakiman kurang teliti dalam mengecek akan merek “LOTTO”
tersebut.
Gugatan yang diajukan oleh Singapura kepada Mahkamah Agung
mendapatkan keputusan yang terbaik untuk Singapura, karena dalam kasus ini
Singapura memberikan bukti-bukti yang jelas kepada Mahkamah Agung dengan
menunjukkan surat-surat , dan bukti pembayaran yang telah Ia dapatkan dari
Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman bagian merek pada tahun
1976 dan 1985. Sementara Hadi Darsono didapati mempunyai maksud yang tidak
baik, dengan mendaftarkan “LOTTO” kepada Direktorat Paten dan Hak Cipta
Departemen Kehakiman bagian merek, Hadi Darsono ingin dengan mudah
mendapatkan keuntungan dengan cara menumpang keterkenalan satu merek yang
telah ada dan beredar di masyarakat. Hal ini berarti Hadi Darsono selaku Tergugat
1 dalam prilaku perdagangannya yaitu menggunakan merek perniagaan yang telah
ada merupakan perbuatan yang bersifat tidak jujur, tidak patut atau tidak
mempunyai itikad baik.
Selain dibutuhkan informasi yang up to date mengenai dunia perdagangan
khusunya mengenai merek agar tidak terjadi kesalahan. Juga dibutuhkan
kesadaran untuk berlaku jujur dalam mencari keuntungan disertai dengan
perberlakuan hukum yang adil dan memungkinkan juga dilakukan pembaharuan
aturan yang ada dengan aturan yang baru. Juga dalam penegakannya para aparat
hukum haruslah bertindak lebih teliti lagi agar tidak terjadi kesalahan lagi dan
juga harus bertindak adil.
B. Saran
Dalam menentukan sebuah keputusan para aparat hukum dalam kasus ini
Pengadilan Negeri hendaknya bersikap lebih bijak dalam menentukan keputusan
hukuman. Perlu sebiah pertimbangan yang matang sebelum memberikan
keputusan bahwa Hadi Dasono tidak bersalah. Karena Pengadilan Negeri tidak
melihat alasan yang tidak baik dari Hadi Darsono yaitu untuk mengambil
keuntungan yang dapat ia peroleh dari penjualan produk-produk “LOTTO”
dengan menjual ketenaran nama “LOTTO” tersebut. Sebab tidak sepenuhnya
kesalahan dari Hadi Darsono sebab kekeliruan dari Bagian Direktorat Paten dan
Hak Cipta Departemen Kehakiman yang kurang teliti.
Bagian Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman harusahnya lebih
teliti dalam memeriksa data-data merek yang ada. Agar tidak mengalami
kesalahan yang sama lagi. Karena jika hal ini terus menerus terjadi akan
menggangu ketertiban perdagangan yang berada di Indonesia. Agar
meminimalisir bahkan menghilangkan kesalahan serta kecurangan atas merek di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Djubaedillah. R, Sejarah, Teori dan Praktek Hak Milik Intelektual di Indonesia,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003
Harapan, M. Yahya, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di
Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 19 Tahun 1992, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1994.
Rizawanto Wanita, Undang Undang Merek Baru 2001, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002.
UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek