Yunus Tugas Haki

24
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak hal yang didapatkan dari merek-merek terkenal terutama dalam hal ekonomi. Keuntungan dalam bentuk materi akan mudah didapatkan dengan cara yang instan. Dimana pada saat ini bayak sekali kasus yang numpang / nebeng dengan merek terkenal agar dapat mendongkrak keuntungan dan poularitas sebuah merek yang kurang mendapat perhatian dari konsumen. Banyak merek yang kelihatannya seperti merek aslinya tetapi sebenarnya tidak palsu yang sering disebut dengan aspal (asli tapi palsu). Banyak alasan saat ini mengapa tindakan pemanfaatan merek-merek terkenal dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Agar mudah dipasarkan mudah untuk bertransaksi jual beli. 2. Tidak perlu mengurus nomor pendaftaran ke Dirjen HKI .

description

Tugas

Transcript of Yunus Tugas Haki

Page 1: Yunus Tugas Haki

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak  hal yang didapatkan dari merek-merek terkenal terutama dalam hal

ekonomi. Keuntungan dalam bentuk materi akan mudah didapatkan dengan cara

yang instan. Dimana pada saat ini bayak sekali kasus yang numpang / nebeng

dengan merek terkenal agar dapat mendongkrak keuntungan dan poularitas sebuah

merek yang kurang mendapat perhatian dari konsumen. Banyak merek yang

kelihatannya seperti merek aslinya tetapi sebenarnya tidak palsu yang sering

disebut dengan aspal (asli tapi palsu).

Banyak alasan saat ini mengapa tindakan pemanfaatan merek-merek terkenal

dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Agar mudah dipasarkan mudah untuk bertransaksi jual beli.

2. Tidak perlu mengurus nomor pendaftaran ke Dirjen HKI .

3. Mengurangi pengeluaran untuk untuk membangun citra produknya (brand

image).

4. Tidak perlu membuat divisi riset dan pengembangan untuk dapat

menghasilkan produk yang selalu up to date.

Jika hanya dipandang dari segi ekonomi memang pemanfaatan merek akan

memberi dampak luar biasa untuk meraup keuntungan serta popularitas sebuah

merek yang baru seumur jagung. Tiba-tiba dengan cara yang gampang sudah

menjadi konsumsi di masyarakat. Kenyataan ini memang tidak bisa disangkal

karena fakta di lapangan, dimana msyarakat memiliki kriteria untuk

Page 2: Yunus Tugas Haki

mengkonsumsi suatu produk. Salah satu dari kriteria tersebut melihat merek

sebuah produk kemudian baru membelinya.

Dengan berbagai kasus yang sudah beranak pinak di tengah masyarakat ini

membuat banyak merek yang di jiplak / contek. Baik dari segi bentuk, ukuran,

warna, desain, tulisan, penyebutan, gambar dan masih banyak lagi. Meski sudah

dibuat regulasi yang mengatur mengenai hal ini. Namum tetap saja plagiarisme

masih melekat di kehidupan masyarakat terutama dibidang perdagangan yang

memang sangat erat dengan merek. Sudah banyak merek yang mengalami

penolakan dan tidak memenuhi syarat untuk didaftarkan. Karena banyaknya

merek kembar tetapi beda yang ditemukan ditengah masyarakat.

Ternyata fakta yang ada menunjukkan tidak hanya dalam merek yang

berada dalam negeri. Kesamaan antara merek dalam negeri dengan mereka diluar

negeri juga dimungkinkan terjadi. Hal-hal lain juga dapat dimungkinkan terjadi

dan akan dibahas dan dikaji lebih mendalam lagi. Dalam penolakan dan tidak

didaftarkannya sebuah merek akan dibahas berdasarkan dengan kasus yang sudah

terjadi. Untuk dicari pemecahan masalah dan diberikan kesimpulan yang bersifat

ilmiah.

B. Contoh Kasus

Meski memang sudah terdapat regulasi yang mengatur mengenai merek.

Tetapi dalam penegakannya dan pelaksanaannya dilapangan tidak bisa lepas dari

persengketaan. Dalam kasus sengketa merek “LOTTO” misalnya oleh perusahaan

Singapura dan pengusaha Indonesia. Kasus ini terjadi antara Newk Plus Four Far

East (PTE) Ltd yang dimana adalah pemakai pertama merek “LOTTO” untuk

Page 3: Yunus Tugas Haki

barang-barang seperti pakaian jadi, kemeja, baju kaos, jaket, celana panjang, rok

span, tas, koper, dompet, ikat pinggang, sepatu, sepatu olah raga, baju olah raga,

kaos kaki olah raga, raket, bola jaring (net), sandal, selop, dan topi, dengan Hadi

Darsono seorang pengusaha dari Indonesia yang produk handuk dan sapu

tangannya yang juga menggunakan nama “LOTTO” sebagai merek. Merasa

dirugikan akibat kesamaan merek perusahaan LOTTO Singapura pun membawa

masalah persengketaan ini ke Pengadilan Negeri.

Atas kasus ini memang merek tidak hanya berperan sebagai pengenal

tetapi harus juga sebuah simbol atau tanda yang membedakan dengan jelas antara

satu dengan yang lainnya. Maka seharusnya sebuah merek itu memiliki suatu ciri

khusu yang identik dengan kepribadiannya dan memang terlahir baru. Buka

sebuah merek yang diperbaharui atau sesuatu produk gagal yang diperbaiki

menjadi lebih baik.

Page 4: Yunus Tugas Haki

BAB II

PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan tentu dapat terlihat

banayak hal yang perlu dibenahi. Maka dapat ditentukan hal-hal yang akan

menjadi rumusan masalah yaitu :

1. Mengapa kasus plagiarisme bisa dan masih tetap terjadi dalam masyarakat ?

2. Bagaimanakah kasus penolakan dan tidak bisa didaftarkannya sebuah merek

bisa terjadi ?

3. Bagaimanakah problem solving untuk kasus yang telah terjadi dimasyarakat

dan cara pencegahannya?

Page 5: Yunus Tugas Haki

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Secara Umum

Pemakaian sebuah merek tidak hanya sebatas untuk meraup keuntungan. Merek

memiliki tujuan lain yang tidak hanya bisa dipandang dari segi ekonomi. Merek

juga memiliki peran untuk memperlancar kegiatan perdagangan barang atau jasa

untuk melaksanakan pembangunan. Untuk diperlukan perlindungan merek agar

tidak membuat aktifis plagiarisme semakin gencar dengan praktek kotornya.

Karena pada dasarnya perlindungan merek tidak hanya untuk kepentingan pemilik

merek saja akan tetapi juga untuk kepentingan masyarakat luas sebagai konsumen.

Tidak hanya terjadi di Indonesia masalah mengenai perlindungan merek

juga marak terjadi diberbagai negara. Keuntungan yang didapatkan dengan cara

yang tidak sulit mendorong sebuh merek untuk ditiru atau numpang tenar

layaknya seorang artis. Peniruan merek terkenal marak terjadi memang dilandasi

oleh “itikad tidak baik”. Semata-mata tujuannya hanyalah materi, memperoleh

keuntungan dengan nebeng dengan popularitas sebuah merek. Perlakuan yang

seperti ini memang tidak seharusnya dan tidak selayaknya untuk mendapatkan

perlindungan hukum. Perlindungan terhadap merek terkenal dapat dilakukan

dengan berbagai cara. Selain dibutuhkan respon serta inisiatif pemilik merek,

dapat juga dilakukan oleh kantor merek dengan menolak permintaan pendaftaran

merek yang sama atau mirip dengan merek terkenal, ada beberapa hal yang patut

diperhatikan yaitu :

Page 6: Yunus Tugas Haki

1. Tidak mengatur definisi dan kriteria merek terkenal.

2. Penolakan atau pembatalan merek, atau larangan penggunaan merek yang

merupakan reproduksi, tiruan atau terjemahan yang dapat menyesatkan

atas suatu barang atau jasa yang sama atau serupa apabila perundang-

undangan negara tersebut mengatur atau permintaan suatu pihak yang

berkepentingan.

3. Gugatan pembatalan dapat diajukan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun

dari pendaftaran, namun tidak ada jangka waktu apabila pendaftaran itu

dilakukan dengan itikad tidak baik.

Terhadap perlindungan merek terkenal dalam UU No. 15 Tahun 2001 tentang

perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 tentang merek diatur dalam

pasal 6 ayat 1 (b), ayat 2 ayat 3 (a) yang berbunyi :

Pasal 6 :

1. Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut:

Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan atau jasa

sejenisnya.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf (b) dapat pula

diberlakukan terhadap barang dan atau jasa yang tidak sejenis sepanjang

memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah.

3. Permohonan juga harus ditolak oleh Direktur Jenderel apabila Merek

tersebut:

Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan

Page 7: Yunus Tugas Haki

hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang

berhak.

Kemudian penjelasan pasal tersebut di atas menyatakan :

Pasal 6 ayat (1) Huruf b :

Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang dan  atau

jasaa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum

masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan.

Disamping itu, diperhatikan pula reputasi Merek terkenal yang diperoleh

karena promosi yang gencar dan besar besaran, investasi di beberapa

Negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti

pendaftaran Merek tersebut di beberapa Negara. Apabila hal-hal di atas

belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga

yang bersifat mandiri untuk melakukan survey guna memperoleh

kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar

penolakan.

Pasal 6 Ayat (2) :

Cukup jelas

Pasal 6 Ayat (3) Huruf a :

Yang dimaksud dengan nama badan hukum adalah nama badan

hukum yang digunakan sebagai Merek dan terdaftar dalam daftar Umum

Merek.

Dari ketentuan diatas dapat ditentukan kriteria-kriteria yang dapat digunakan

untuk menentukan keterkenalan suatu merek terkenal yaitu :

Page 8: Yunus Tugas Haki

Pengetahuan masyarakat yang relevan terhadap merek.

Pengetahuan masyarakat terhadap promosi merek.

Didaftar oleh pemiliknya diberbagai negara.

Selain perlindungan yang telah diatur dalam pasal 6 ayat 1 (b), ayat 2 dan ayat 3

(a) UU No. 15 Tahun 2001, sebetulnya bagi siapa saja yang dengan sengaja

mempergunakan merek milik orang lain dapat dikategorikan telah melakukan

sesuatu kejahatan dan diancam dengan pidana penjara maupun denda

sebagaimana diatur dalam pasal 90, 91, 92, 93, dan 94 Undang undang No. 15

Tahun 2001.

B. Analisis Kasus

Dikaitkan dengan kasus yang ada suatu merek tidak dapat didaftar atas dasar

permohonan yang diajukan pemohon yang beritikat tidak baik dan pemohon ada

niat dan sengaja untuk meniru, membonceng atau menjiplak ketenaran merek lain

demi kepentingan usahanya yang mengakibatkan menimbulkan kerugian pihak

lain atau menyesatkan konsumen. Pemohon adalah pihak yang mengajukan

permohonan. Permohonan yaitu permintaan pendaftaran merek yang diajukan

secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. Direktorat Jenderal adalah Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di bawah departemen yang

dipimpin oleh Menteri.

Pendaftaran suatu merek berfungsi sebagai berikut :

1. Untuk barang bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang

terdaftar,

2. Dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhannya atau sama

Page 9: Yunus Tugas Haki

pada pokoknya yang dimohonkan oleh permohonan lain untuk barang /

jasa sejenis,

3. Sasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama

keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/

jasa sejenis.

Syarat dan Tata cara Permohonan Pendaftaran Merek menurut Undang-Undang

No. 15 Tahun 2001 tentang Merek terdapat pada pasal 7 yaitu :

1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada

Direktorat Jenderal dengan mencantumkan :

Tanggal, bulan, dan tahun;

Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon;

Nama lengkap dan alamat Kuasa apabila Permohonan diajukan

melalui Kuasa;

Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya

menggunakan unsur-unsur warna;

Nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam

hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.

2. Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.

3. Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu

orang atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.

4. Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya.

5. Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang secara

bersama – sama berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon

Page 10: Yunus Tugas Haki

dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.

6. Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Permohonan

tersebut ditandatangani oleh salah satu dari Pemohon yang berhak atas

Merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para

Pemohon yang mewakilkan.

7. Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diajukan

melalui Kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak

yang berhak atas Merek tersebut.

8. Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (7) adalah Konsultan Hak

Kekayaan Intelektual.

9. Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan

Hak kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan

tata cara pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden.

Di dalam kasus “LOTTO” ini, “LOTTO” Singapura memiliki bukti. Memiliki

nomor pendaftaran merek dari Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen

Kehakiman dengan pendaftaran No. 137430, yang diajukan kepada Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat. Terdapat kelalaian yang dilakukan oleh Direktorat Paten dan

Hak Cipta Departemen Kehakiman dengan memberikan nomor pendaftaran juga

kepada “LOTTO” Indonesia.

Setelah pengajuan perkara “LOTTO” Singapura ditolak oleh Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat dengan alasan bukti kasus tersebut tidak kuat, akhirnya

“LOTTO” Singapura mengajukan permohonan kasus kepada Mahkamah Agung.

Tidak hanya menuntut “LOTTO” milik Hadi Darsono ( Tergugat I ), mereka juga

menuntut Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman bagian merek (

Page 11: Yunus Tugas Haki

Tergugat II ) karena telah lalai memberikan nomor pendaftaran merek kepada

perusahaan yang namanya sama tetapi berbeda usaha barangnya setelah

perusahaan pertama mendaftarkan mereknya kepada Direktorat Paten dan Hak

Cipta Departemen Kehakiman.

Terdaftarnya suatu merek dagang pada Direktorat Paten dan Hak Cipta

Departemen Kehakiman dapat dibatalkan oleh Hakim bilamana merek ini

mempunyai persamaan baik dalam tulisan ucapan kata, maupun suara dengan

merek dagang yang lain yang sudah terlebih dulu dipakai dan didaftarkan,

walaupun kedua barang tersebut tergolong tidak sejenis terutama bila hal tersebut

berkaitan dengan merek dagang yang sudah terkenal didunia internasional.

Dalam kasus ini Mahkamah Agung konsisten pada putusannya dalam

perkara merek terkenal Seven Up – LANVIN – DUNHILL: MA-RI No. 689

K/SIP/1983 dan MA-RI No. 370 K/SIP/1983, yang isinya sebagai berikut: Suatu

pendaftaran merek dapat dibatalkan karena mempunyai persamaan dalam

keseluruhan dengan suatu merek yang terdahulu dipakai atau didaftarkan,

walaupun untuk barang yang tidak sejenis, terutama jika menyangkut merek

dagang terkenal. Pengadilan tidak seharusnya melindungi itikad buruk Tergugat I.

Tindakan Tergugat I, tidak saja melanggar hak Penggugat tetapi juga melanggar

ketertiban umum di bidang perdagangan serta kepentingan khalayak ramai.

Setelah memeriksa perkara ini Mahkamah Agung dalam putusannya

berpendirian bahwa judex facti salah menerapkan hukum, Pengadilan Negeri

mengesampingkan kenyataan bahwa Penggugat adalah pemakai pertama dari

merek LOTTO di Indonesia. Ini merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan

perlindungan hukum menurut UU Merek No. 21 tahun 1961. Sementara itu,

Page 12: Yunus Tugas Haki

Tergugat I tidak dapat mengajukan bukti-bukti yang sah dengan tidak dapat

membuktikan keaslian bukti-bukti yang diajukannya.

Sehingga putusannya harus dibatalkan selanjutnya, Mahkamah Agung

akan mengadili sendiri perkara ini. Pendirian Mahkamah Agung tersebut didasari

oleh alasan juridis yang intinya sebagai berikut :

▪ Newk Plus Four Far East Ltd, Singapore telah mendaftarkan merek LOTTO di

Direktorat Paten & Merek Departemen Kehakiman RI tanggal 29/6/1976

dan 4-3-1985.

▪ Merek “LOTTO” secara umum telah terkenal di kalangan masyarakat sebagai

merek dagang dari luar negeri. Merek tersebut mempunyai ciri umum

untuk melengkapi seseorang yang berpakaian biasa atau berkaitan olah

raga beserta perlengkapannya.

▪ Merek “LOTTO”, yang didaftarkan Tergugat I adalah jenis barang handuk dan

saputangan, pada 6 Oktober 1984.

▪ Mahkamah Agung berpendapat, walaupun barang yang didaftarkan Tergugat I

berbeda dengan yang didaftarkan Penggugat, tetapi jenis barang yang

didaftarkan Tergugat I tergolong perlengkapan berpakaian seseorang.

Dengan mendaftarkan dua barang yang termasuk dalam kelompok barang

sejenis kelengkapan berpakaian seseorang dengan merek yang sama,

dengan kelompok barang yang telah didaftarkan lebih dahulu, Mahkamah

Agung menyimpulkan Tergugat I ingin dengan mudah mendapatkan

keuntungan dengan cara menumpang keterkenalan satu merek yang telah

ada dan beredar di masyarakat. Hal ini berarti Tergugat I dalam prilaku

perdagangannya yaitu menggunakan merek perniagaan yang telah ada

Page 13: Yunus Tugas Haki

merupakan perbuatan yang bersifat tidak jujur, tidak patut atau tidak

mempunyai itikad baik.

Dengan pertimbangan tersebut di atas, akhirnya Mahkamah Agung memberikan

putusan yang amarnya sebagai berikut:

Mengadili:

Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Mengadili Sendiri :

Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

Menyatakan Penggugat sebagai pemakai pertama di Indonesia atas merek

dagang “LOTTO” dan oleh karena itu, mempunyai hak tunggal/khusus

untuk memakai merek tersebut di Indonesia.

Menyatakan bahwa merek “LOTTO” milik Tergugat I yaitu yang

didaftarkan pada Tergugat II dengan nomor registrasi 87824 adalah sama

dengan merek Penggugat baik dalam tulisan, ucapan kata, maupun suara,

dan oleh karena itu dapat membingungkan, meragukan serta memperdaya

khalayak ramai tentang asal-usul dan kualitas barang.

Menyatakan pendaftaran merek dengan registrasi 187824 dalam daftar

umum atas nama Tergugat I batal, dengan segala akibat hukumnya.

Memerintahkan Tergugat II untuk mentaati putusan ini dengan

membatalkan pendaftaran merek dengan nomor registrasi 197824 dalam

daftar umum.

BAB IV

Page 14: Yunus Tugas Haki

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Menjadi bahan pertimbangan baru bahwa apabila terdapat merek yang sama, ada

yang meniru merek atau yang disebut dengan numpang tenar. Tidak sepenuhnya

adalah kesengajaan atau kesalahan dari pelaku di dunia perdagangan bisa juga

karena kesalahan dari pihak yang memeriksa dan memberikan perlindunagn atas

merek itu sendiri.

Dalam kasus ini jika terjadi kekeliruan dari Direktorat Paten dan Hak Cipta

Departemen Kehakiman bagian merek karena telah memberikan nomor registrasi

kepada Hadi Darsdono untuk menggunakan merek “LOTTO” yang sebenarnya

telah terdaftar di Indonesia pada tahun tanggal 29/6/1976 dan 4-3-1985. Menurut

data yang kami dapatkan, hal ini dikarenakan oleh Direktorat Paten dan Hak Cipta

Departmen Kehakiman kurang teliti dalam mengecek akan merek “LOTTO”

tersebut.

Gugatan yang diajukan oleh Singapura kepada Mahkamah Agung

mendapatkan keputusan yang terbaik untuk Singapura, karena dalam kasus ini

Singapura memberikan bukti-bukti yang jelas kepada Mahkamah Agung dengan

menunjukkan surat-surat , dan bukti pembayaran yang telah Ia dapatkan dari

Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman bagian merek pada tahun

1976 dan 1985. Sementara Hadi Darsono didapati mempunyai maksud yang tidak

baik, dengan mendaftarkan “LOTTO” kepada Direktorat Paten dan Hak Cipta

Departemen Kehakiman bagian merek, Hadi Darsono ingin dengan mudah

Page 15: Yunus Tugas Haki

mendapatkan keuntungan dengan cara menumpang keterkenalan satu merek yang

telah ada dan beredar di masyarakat. Hal ini berarti Hadi Darsono selaku Tergugat

1 dalam prilaku perdagangannya yaitu menggunakan merek perniagaan yang telah

ada merupakan perbuatan yang bersifat tidak jujur, tidak patut atau tidak

mempunyai itikad baik.

Selain dibutuhkan informasi yang up to date mengenai dunia perdagangan

khusunya mengenai merek agar tidak terjadi kesalahan. Juga dibutuhkan

kesadaran untuk berlaku jujur dalam mencari keuntungan disertai dengan

perberlakuan hukum yang adil dan memungkinkan juga dilakukan pembaharuan

aturan yang ada dengan aturan yang baru. Juga dalam penegakannya para aparat

hukum haruslah bertindak lebih teliti lagi agar tidak terjadi kesalahan lagi dan

juga harus bertindak adil.

B. Saran

Dalam menentukan sebuah keputusan para aparat hukum dalam kasus ini

Pengadilan Negeri hendaknya bersikap lebih bijak dalam menentukan keputusan

hukuman. Perlu sebiah pertimbangan yang matang sebelum memberikan

keputusan bahwa Hadi Dasono tidak bersalah. Karena Pengadilan Negeri tidak

melihat alasan yang tidak baik dari Hadi Darsono yaitu untuk mengambil

keuntungan yang dapat ia peroleh dari penjualan produk-produk “LOTTO”

dengan menjual ketenaran nama “LOTTO” tersebut. Sebab tidak sepenuhnya

kesalahan dari Hadi Darsono sebab kekeliruan dari Bagian Direktorat Paten dan

Hak Cipta Departemen Kehakiman yang kurang teliti.

Bagian Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman harusahnya lebih

Page 16: Yunus Tugas Haki

teliti dalam memeriksa data-data merek yang ada. Agar tidak mengalami

kesalahan yang sama lagi. Karena jika hal ini terus menerus terjadi akan

menggangu ketertiban perdagangan yang berada di Indonesia. Agar

meminimalisir bahkan menghilangkan kesalahan serta kecurangan atas merek di

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Yunus Tugas Haki

Djubaedillah. R, Sejarah, Teori dan Praktek Hak Milik Intelektual di Indonesia,

Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003

Harapan, M. Yahya, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di

Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 19 Tahun 1992, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 1994.

Rizawanto Wanita, Undang Undang Merek Baru 2001, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2002.

UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek