MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

21
HAKEKAT PENDIDIKAN OLEH NAMA : Evi Ervera Malau (409111029) Nurnikmah Lubis (409111056) Siti Khadijah (409411045) Wes Waruwu (409111087) Nafitri Handayani (409411029)

Transcript of MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

Page 1: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

HAKEKAT PENDIDIKAN

OLEH

NAMA : Evi Ervera Malau (409111029)

Nurnikmah Lubis (409111056)

Siti Khadijah (409411045)

Wes Waruwu (409111087)

Nafitri Handayani (409411029)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Unimed

2011

Page 2: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat dan rahmat yang diberikan kepada kami maka kami mampu untuk

menyelesaikan makalah ini.

Adapun isi dari pada makalah ini adalah membahas tentang hakekat

pendidikan yang merupakan salah satu bagian penting dari filsafat pendidikan.

Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia perlu mengetahui hakekat

pendidikan itu yang sebenarnya, arti pendidikan, tujuan pendidikan dan masih

banyak lagi yang perlu diketahui tentang pendidikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran diharapkan dari para pembaca dalam upaya penyempurnaan

makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang telah memberikan kontribusinya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Medan, 12 Oktober 2011

Penyusun

Page 3: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara yang mengabaikan pendidikan sebagai prioritas utama akan

tertinggal dari kemajuan segala bidang, dibanding negara lain yang memberikan

tempat bagi pendidikan sebagai subjek yang sangat penting. Hakekat pendidikan

yang tugasnya ialah menyoroti gejala pengetahuan manusia berdasarkan sudut

sebab mushabab. Filsafat adalah suatu ilmu yang kajiannya tidak hanya terbatas

pada fakta-fakta saja melainkan sampai jauh diluar fakta hingga batas kemampuan

logika manusia. Batas kajian ilmu adalah fakta sedangkan batas kajian filsafat

adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu menjawab pertanyaan “why” dan

“how” sedangkan filsafat menjawab pertanyaan “why, why, dan why” dan

seterusnya sampai jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau

budi manusia (mungkin juga pertanyaan-pertanyaannya terus dilakukan sampai

never ending) .

Membicarakan system pendidikan di Indonesia ibarat orang berjalan tanpa

ujung tidak ada titik temu. Pejabat lebih senang membuat dan memilih kebijakan

baru yang lebih spektakuler agar orang menjadi lupa dan terkonsentrasi terhadap

kebijakan barunya. Lupa akan harapan dan tujuan sebuah program yang

dirumuskan tentang sistem pendidikan di Indonesia.

Manusia adalah makhluk yang bisa berkembang dan berproduksi. Proses

produksi manusia tidak hanya secara kuantitatif tapi juga harus secara kualitatif.

Agar perkembangan manusia menjadi manusia itu manusiawi di butuhkan upaya

humanisasi. Ada pendapat mengatakan bahwa salah satu upaya untuk

memanusiakan manusia adalah melalui proses pendidikan.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, jadi dalam kehidupannya dia

selalu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Upaya humanisasi manusia

melalui proses pendidikan melibatkan banyak manusia lainnya. Di rumah yang

berperan besar adalah orang tua. Di sekolah yang berperan besar adalah para guru,

sedangkan di lingkungan masyarakat yang berperan dalam pendidikan adalah

teman pergaulannya. Selain itu faktor individu juga berperan juga menentukan

Page 4: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

hasildari upaya tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan pokok yang

menjadi fokus dalam makalah ini antara lain:

1. Apa itu pendidikan

2. Apa tujuan dari pendidikan

3. Apa yang menjadi pilar pendidikan

4. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap pendidikan

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Mengetahui arti pendidikan

2. Mengetahui tujuan dari pendidikan

3. Mengetahui pilar pendidikan

4. Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap pendidikan

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisa makalah ini adalah sebagai bahan informasi

bagi mahasiswa dan penulis tentang hakekat pendidikan.

Page 5: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pendidikan

Pendidikan berasal dari kata pedagogi (paedagogie, Bahasa Latin) yang

berarti pendidikan dan kata pedagogia (paedagogik) yang berarti ilmu pendidikan

yang berasal dari bahasa Yunani. Pedagogia terdiri dari dua kata yaitu ‘Paedos’

(anak, pen) dan ‘Agoge’ yang berarti saya membimbing, memimpin anak.

Sedangkan paedagogos ialah seorang pelayan pada zaman Yunani Kuno yang

pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak (siswa) ke dan dari sekolah

Banyak rumusan pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya:

a. John Dewey : pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kecakapan

mendasar secara intelektual dan emosional sesama manusia. 

b. JJ. Rouseau : Pendidikan merupakan pemberian bekal kepada kita apa yang

tidak kita butuhkan pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita

butuhkan pada saat dewasa. 

c. M. J. Langeveld : Pendidikan merupkan setiap usaha yang dilakukan untuk

mempengaruhi dan membimbing anak ke arah kedewasaan, agar

anak cekatan melaksanakan tugas hidupnya sendiri. 

d. Ki Hajar Dewantara :Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi

pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan

kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang

selaras dengan alam dan masyarakatnya.

e. Ahmad D. Marimba :Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik

menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

f. Insan Kamil :Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam

mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia

untuk menjadi manusia yang seutuhnya.

Page 6: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

Pengertian Pendidikan Menurut Undang-Undang dan GBHN

16. UU No. 2 tahun 1989

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang

akan datang.

17. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

18. GBHN

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

2.2 TUJUAN PENDIDIKAN

Tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntunan

pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara indonesia.

Plato sangat menekankan pendidikan untuk mewujudkan negara idealnya. Ia

mengatakan bahwa tugas pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui;

lepas dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Aristoteles mempunyai

tujuan pendidikan yang mirip dengan Plato, tetapi ia mengaitkannya dengan

tujuan negara. Ia mengatakan bahwa tujuan pendidikan haruslah sama dengan

tujuan akhir dari pembentukan negara yang harus sama pula dengan sasaran utama

pembuatan dan penyusunan hukum serta harus pula sama dengan tujuan utama

konstitusi, yaitu kehidupan yang baik dan yang berbahagia (eudaimonia). Tujuan

Page 7: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

universitas di Eropah adalah mencari kebenaran. Pada era Restorasi Meiji di

Jepang, tujuan pendidikan dibuat sinkron dengan tujuan negara; pendidikan

dirancang adalah untuk kepentingan negara.

Bagaimana tujuan pendidikan di Indonesia? UUD 1945 (versi

Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan

keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang." Pasal 31, ayat 5

menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan

peradaban serta kesejahteraan umat manusia."

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang

No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab."

Bila dibandingkan dengan undang-undang pendidikan sebelumnya, yaitu

Undang-Undang No. 2/1989, ada kemiripan kecuali berbeda dalam

pengungkapan. Pada pasal 4 ditulis, "Pendidikan Nasional bertujuan

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung-

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan." Pada Pasal 15, Undang-undang yang

sama, tertulis, "Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan

meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik

Page 8: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan

kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi."

Menurut Robert F.Mager, ada tiga alasan pokok mengapa pendidik harus

memperhatikan atau merumuskan tujuan pendidikan, yaitu sebagai berikut:

Pertama :

Dengan merumuskan tujuan pendidikan dengan jelas,maka pendidik akan

dapat memilih dan merancang bahan pembelajaran, alat, dan metode yang tepat

untuk digunakan dalam pendidikan atau pembelajaran.

Kedua :

Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh pencapaian hasil sesuai dengan

yang diharapkan.

Ketiga :

Bila tujuan tidak dirumuskan , sudah tentu pendidik akan mengalami

kesulitan dan bahkan tidak akan dapat mengorganisasikan materi atau bahan

pelajaran dan kegiatan-kegiatan serta usaha-usaha peserta didik dalam pencapaian

tujuan pembelajaran.

2.3 PILAR PENDIDIKAN

Upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara lain kecuali

melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu UNESCO

mencanangkan empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yaitu:

(1) learning to Know

(2) learning to do

(3) learning to be, dan

(4) learning to live together.

Untuk mengimplementasikan “learning to know” (belajar untuk

mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di

samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog

bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.

Page 9: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya

untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya

agar “Learning to do” (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terrealisasi. Walau

sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh

dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti

kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang

kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan

pengetahuan semata

Pilar ketiga yang dicanangkan Unesco adalah “learning to be” (belajar untuk

menjadi seseorang). Hali ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat,

perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya.

Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi

kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif,

peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat

diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan

maksimal.

Terjadinya proses “learning to live together” (belajar untuk menjalani

kehidupan bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling

menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah.

Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian

antar ras, suku, dan agama 

Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan

kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan

moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka

pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang

bermartabat di mata masyarakat dunia.

Page 10: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

2.4 ALIRAN PENDIDIKAN

1. Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap

Pemikiran Pendidikan di Indonesia.

Aliran Empirisme

bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam

perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung

kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan

Aliran  Nativisme

bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak,

sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh

terhadap perkembangan anak.

Aliran Naturalisme

dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru

dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK

Aliran Konvergensi

dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di

dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk.

Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan

di Indonesia

Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan

tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai

kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.

2. Aliran pendidikan moderen di Indonesia

Menurut Mudyahardjo (2001: 142) macam-macam aliran pendidikan

modern di Indonesia adalah sebagai berikut:

Progresivisme

gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah

berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan

Page 11: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan

pelajaran (subject-centered).

Esensialisme

pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak

awal peradaban umat manusia

Rekonstruksionalisme

memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang

berlangsung terus dalam hidup.

Perennialisme

gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan

bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman

kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut.

Idealisme

suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah

gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara

gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera.

2.5 LINGKUNGAN PENDIDIKAN

1. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena

manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum

mengenal lingkungan yang lain.

2. Lingkungan sekolah

Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk

mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan

khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan

proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk

menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah.

Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:

    - tanggung jawab formal kelembagaan

    - tanggung jawab keilmuan

Page 12: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

    - tanggung jawab fungsional

Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat berfungsi sebagai pelengkap (komplemen), pengganti

(subtistute) da tambahan (suplemen) terhadap pendidikan yang diberikan oleh

pendidikan lain (Dewantara ,1987:120)

Kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai pelengkap mencakup antara lain:

Perkembangan rasa sosial dalam berkomunikasi dengan orang lain

Pembinaan sikap dan kerjasama dengan anggota masyarakat

Pembinaan keterampilan dan kecakapan khusus yang belum didapat di

sekolah

Kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti :

Karena keterbatasan kemampuan lingkungan sekolah dalam melaksanakan

pendidikan maka diperlukan lingkungan pengganti yang dapat mendukung

penyelenggaraan pendidikan secara efisien.Misalnya, home scholing.

Kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai tambahan :

Di sekolah, anak – anak tidak dapat memperoleh pengetahuan secara luas,

karena jumlah waktu yang terbatas sehingga anak tidak dapat mendalami

pengetahuan yang diperoleh nya dengan baik, untuk memantapkan hal itu

maka diadakan kursus diluar program yang telah ada. Misalnya,

bimbingan belajar.

Page 13: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

BAB III

PENUTUP

Ketika kita mencari suatu hakekat maka kita akan mulai menyelami

sebuah ontologi dalam filsafat. Dalam membicarakan pendidikan maka kita akan

mengenal filsafat pendidikan yang dalam pembicaraan tentang filsafat pendidikan

tidak dapat dilepaskan dari gagasan kita tentang manusia . Mencari hakekat

pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagaian pendidikan.

Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya pendidikan itu

sendiri adalah sebagai suatu proses kemanusiaan dan pemanusiaan.

Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia,

berperilaku selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika

berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses

menjadikan manusia agar memeliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa,

manusia dalam makna seutuhnya. Artinya dia menjadi riil manusia yang mampu

menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia . Tugas

pokok dan fungsi tersebut adalah sebagai mandataris Tuhan.

Satu tujuan pendidikan adalah mengeluarkan unsur-unsur kemanusiaan

yang sama dalam diri kita. Unsur unsur itu pada dasranya tidak berbeda meski

tempat dan waktunya berlain-lainan. Jadi, anggapan bahwa manusia harus dididik

untuk hidup di tempat atau di zaman tertentu, menyesuaikan manusia dengan

lingkungan tertentu, adalah gagasan asing dan tidak sesuai dengan konsepsi

pendidikan sejati.

Pendidikan mengisyaratkan pengajaran. Pengajaran mengisyaratkan pengetahuan.

pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran, dimanapun, kapanpun, sama saja .

Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah mempunyai tujuan-tujuan yang

jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang jelas pula.

Page 14: MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA

C.Verhak, 1989. Filsafat Ilmu dan Pengetahuan. Jakarta: PT. Gramedia

Munib Achmad, dkk. 2007.Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : UPT MKK UNNES

Uyoh Sadulloh, 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Source : Fitriani Nur, Mahasiswa PPs UNM Makassar | Prodi Pendidikan

Matematika, 2008

http://www.suarapembaruan.com/News/2007/01/12/index.html