MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN
-
Upload
teddy-alfra-siagian -
Category
Documents
-
view
20 -
download
0
Transcript of MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN
HAKEKAT PENDIDIKAN
OLEH
NAMA : Evi Ervera Malau (409111029)
Nurnikmah Lubis (409111056)
Siti Khadijah (409411045)
Wes Waruwu (409111087)
Nafitri Handayani (409411029)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Unimed
2011
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat yang diberikan kepada kami maka kami mampu untuk
menyelesaikan makalah ini.
Adapun isi dari pada makalah ini adalah membahas tentang hakekat
pendidikan yang merupakan salah satu bagian penting dari filsafat pendidikan.
Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia perlu mengetahui hakekat
pendidikan itu yang sebenarnya, arti pendidikan, tujuan pendidikan dan masih
banyak lagi yang perlu diketahui tentang pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran diharapkan dari para pembaca dalam upaya penyempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah memberikan kontribusinya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Medan, 12 Oktober 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara yang mengabaikan pendidikan sebagai prioritas utama akan
tertinggal dari kemajuan segala bidang, dibanding negara lain yang memberikan
tempat bagi pendidikan sebagai subjek yang sangat penting. Hakekat pendidikan
yang tugasnya ialah menyoroti gejala pengetahuan manusia berdasarkan sudut
sebab mushabab. Filsafat adalah suatu ilmu yang kajiannya tidak hanya terbatas
pada fakta-fakta saja melainkan sampai jauh diluar fakta hingga batas kemampuan
logika manusia. Batas kajian ilmu adalah fakta sedangkan batas kajian filsafat
adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu menjawab pertanyaan “why” dan
“how” sedangkan filsafat menjawab pertanyaan “why, why, dan why” dan
seterusnya sampai jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau
budi manusia (mungkin juga pertanyaan-pertanyaannya terus dilakukan sampai
never ending) .
Membicarakan system pendidikan di Indonesia ibarat orang berjalan tanpa
ujung tidak ada titik temu. Pejabat lebih senang membuat dan memilih kebijakan
baru yang lebih spektakuler agar orang menjadi lupa dan terkonsentrasi terhadap
kebijakan barunya. Lupa akan harapan dan tujuan sebuah program yang
dirumuskan tentang sistem pendidikan di Indonesia.
Manusia adalah makhluk yang bisa berkembang dan berproduksi. Proses
produksi manusia tidak hanya secara kuantitatif tapi juga harus secara kualitatif.
Agar perkembangan manusia menjadi manusia itu manusiawi di butuhkan upaya
humanisasi. Ada pendapat mengatakan bahwa salah satu upaya untuk
memanusiakan manusia adalah melalui proses pendidikan.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, jadi dalam kehidupannya dia
selalu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Upaya humanisasi manusia
melalui proses pendidikan melibatkan banyak manusia lainnya. Di rumah yang
berperan besar adalah orang tua. Di sekolah yang berperan besar adalah para guru,
sedangkan di lingkungan masyarakat yang berperan dalam pendidikan adalah
teman pergaulannya. Selain itu faktor individu juga berperan juga menentukan
hasildari upaya tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan pokok yang
menjadi fokus dalam makalah ini antara lain:
1. Apa itu pendidikan
2. Apa tujuan dari pendidikan
3. Apa yang menjadi pilar pendidikan
4. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap pendidikan
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui arti pendidikan
2. Mengetahui tujuan dari pendidikan
3. Mengetahui pilar pendidikan
4. Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap pendidikan
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisa makalah ini adalah sebagai bahan informasi
bagi mahasiswa dan penulis tentang hakekat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pendidikan
Pendidikan berasal dari kata pedagogi (paedagogie, Bahasa Latin) yang
berarti pendidikan dan kata pedagogia (paedagogik) yang berarti ilmu pendidikan
yang berasal dari bahasa Yunani. Pedagogia terdiri dari dua kata yaitu ‘Paedos’
(anak, pen) dan ‘Agoge’ yang berarti saya membimbing, memimpin anak.
Sedangkan paedagogos ialah seorang pelayan pada zaman Yunani Kuno yang
pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak (siswa) ke dan dari sekolah
Banyak rumusan pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya:
a. John Dewey : pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kecakapan
mendasar secara intelektual dan emosional sesama manusia.
b. JJ. Rouseau : Pendidikan merupakan pemberian bekal kepada kita apa yang
tidak kita butuhkan pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita
butuhkan pada saat dewasa.
c. M. J. Langeveld : Pendidikan merupkan setiap usaha yang dilakukan untuk
mempengaruhi dan membimbing anak ke arah kedewasaan, agar
anak cekatan melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
d. Ki Hajar Dewantara :Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya.
e. Ahmad D. Marimba :Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
f. Insan Kamil :Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam
mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia
untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
Pengertian Pendidikan Menurut Undang-Undang dan GBHN
16. UU No. 2 tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.
17. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
18. GBHN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
2.2 TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntunan
pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara indonesia.
Plato sangat menekankan pendidikan untuk mewujudkan negara idealnya. Ia
mengatakan bahwa tugas pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui;
lepas dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Aristoteles mempunyai
tujuan pendidikan yang mirip dengan Plato, tetapi ia mengaitkannya dengan
tujuan negara. Ia mengatakan bahwa tujuan pendidikan haruslah sama dengan
tujuan akhir dari pembentukan negara yang harus sama pula dengan sasaran utama
pembuatan dan penyusunan hukum serta harus pula sama dengan tujuan utama
konstitusi, yaitu kehidupan yang baik dan yang berbahagia (eudaimonia). Tujuan
universitas di Eropah adalah mencari kebenaran. Pada era Restorasi Meiji di
Jepang, tujuan pendidikan dibuat sinkron dengan tujuan negara; pendidikan
dirancang adalah untuk kepentingan negara.
Bagaimana tujuan pendidikan di Indonesia? UUD 1945 (versi
Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang." Pasal 31, ayat 5
menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia."
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang
No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab."
Bila dibandingkan dengan undang-undang pendidikan sebelumnya, yaitu
Undang-Undang No. 2/1989, ada kemiripan kecuali berbeda dalam
pengungkapan. Pada pasal 4 ditulis, "Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung-
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan." Pada Pasal 15, Undang-undang yang
sama, tertulis, "Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan
kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi."
Menurut Robert F.Mager, ada tiga alasan pokok mengapa pendidik harus
memperhatikan atau merumuskan tujuan pendidikan, yaitu sebagai berikut:
Pertama :
Dengan merumuskan tujuan pendidikan dengan jelas,maka pendidik akan
dapat memilih dan merancang bahan pembelajaran, alat, dan metode yang tepat
untuk digunakan dalam pendidikan atau pembelajaran.
Kedua :
Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh pencapaian hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
Ketiga :
Bila tujuan tidak dirumuskan , sudah tentu pendidik akan mengalami
kesulitan dan bahkan tidak akan dapat mengorganisasikan materi atau bahan
pelajaran dan kegiatan-kegiatan serta usaha-usaha peserta didik dalam pencapaian
tujuan pembelajaran.
2.3 PILAR PENDIDIKAN
Upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara lain kecuali
melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu UNESCO
mencanangkan empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yaitu:
(1) learning to Know
(2) learning to do
(3) learning to be, dan
(4) learning to live together.
Untuk mengimplementasikan “learning to know” (belajar untuk
mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di
samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog
bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya
untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya
agar “Learning to do” (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terrealisasi. Walau
sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh
dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti
kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang
kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan
pengetahuan semata
Pilar ketiga yang dicanangkan Unesco adalah “learning to be” (belajar untuk
menjadi seseorang). Hali ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat,
perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya.
Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi
kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif,
peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat
diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan
maksimal.
Terjadinya proses “learning to live together” (belajar untuk menjalani
kehidupan bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling
menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah.
Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian
antar ras, suku, dan agama
Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan
kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan
moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka
pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang
bermartabat di mata masyarakat dunia.
2.4 ALIRAN PENDIDIKAN
1. Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap
Pemikiran Pendidikan di Indonesia.
Aliran Empirisme
bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam
perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung
kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan
Aliran Nativisme
bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak,
sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak.
Aliran Naturalisme
dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru
dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK
Aliran Konvergensi
dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di
dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk.
Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan
di Indonesia
Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan
tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai
kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.
2. Aliran pendidikan moderen di Indonesia
Menurut Mudyahardjo (2001: 142) macam-macam aliran pendidikan
modern di Indonesia adalah sebagai berikut:
Progresivisme
gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan
pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan
pelajaran (subject-centered).
Esensialisme
pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak
awal peradaban umat manusia
Rekonstruksionalisme
memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang
berlangsung terus dalam hidup.
Perennialisme
gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan
bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman
kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut.
Idealisme
suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah
gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara
gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera.
2.5 LINGKUNGAN PENDIDIKAN
1. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena
manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum
mengenal lingkungan yang lain.
2. Lingkungan sekolah
Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk
mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan
khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan
proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk
menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah.
Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:
- tanggung jawab formal kelembagaan
- tanggung jawab keilmuan
- tanggung jawab fungsional
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat berfungsi sebagai pelengkap (komplemen), pengganti
(subtistute) da tambahan (suplemen) terhadap pendidikan yang diberikan oleh
pendidikan lain (Dewantara ,1987:120)
Kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai pelengkap mencakup antara lain:
Perkembangan rasa sosial dalam berkomunikasi dengan orang lain
Pembinaan sikap dan kerjasama dengan anggota masyarakat
Pembinaan keterampilan dan kecakapan khusus yang belum didapat di
sekolah
Kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti :
Karena keterbatasan kemampuan lingkungan sekolah dalam melaksanakan
pendidikan maka diperlukan lingkungan pengganti yang dapat mendukung
penyelenggaraan pendidikan secara efisien.Misalnya, home scholing.
Kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai tambahan :
Di sekolah, anak – anak tidak dapat memperoleh pengetahuan secara luas,
karena jumlah waktu yang terbatas sehingga anak tidak dapat mendalami
pengetahuan yang diperoleh nya dengan baik, untuk memantapkan hal itu
maka diadakan kursus diluar program yang telah ada. Misalnya,
bimbingan belajar.
BAB III
PENUTUP
Ketika kita mencari suatu hakekat maka kita akan mulai menyelami
sebuah ontologi dalam filsafat. Dalam membicarakan pendidikan maka kita akan
mengenal filsafat pendidikan yang dalam pembicaraan tentang filsafat pendidikan
tidak dapat dilepaskan dari gagasan kita tentang manusia . Mencari hakekat
pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagaian pendidikan.
Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya pendidikan itu
sendiri adalah sebagai suatu proses kemanusiaan dan pemanusiaan.
Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia,
berperilaku selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika
berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses
menjadikan manusia agar memeliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa,
manusia dalam makna seutuhnya. Artinya dia menjadi riil manusia yang mampu
menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia . Tugas
pokok dan fungsi tersebut adalah sebagai mandataris Tuhan.
Satu tujuan pendidikan adalah mengeluarkan unsur-unsur kemanusiaan
yang sama dalam diri kita. Unsur unsur itu pada dasranya tidak berbeda meski
tempat dan waktunya berlain-lainan. Jadi, anggapan bahwa manusia harus dididik
untuk hidup di tempat atau di zaman tertentu, menyesuaikan manusia dengan
lingkungan tertentu, adalah gagasan asing dan tidak sesuai dengan konsepsi
pendidikan sejati.
Pendidikan mengisyaratkan pengajaran. Pengajaran mengisyaratkan pengetahuan.
pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran, dimanapun, kapanpun, sama saja .
Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah mempunyai tujuan-tujuan yang
jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang jelas pula.
DAFTAR PUSTAKA
C.Verhak, 1989. Filsafat Ilmu dan Pengetahuan. Jakarta: PT. Gramedia
Munib Achmad, dkk. 2007.Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : UPT MKK UNNES
Uyoh Sadulloh, 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Source : Fitriani Nur, Mahasiswa PPs UNM Makassar | Prodi Pendidikan
Matematika, 2008
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/01/12/index.html