Makalah Glikosida II PDF
description
Transcript of Makalah Glikosida II PDF
TUGAS FITOKIMIA II
“GLIKOSIDA II”
Disusun oleh :
Kelompok 4
Sariah Marzini 1243050017
Riska Putri Warti 1343050099
Anis Pratiwi 1343050045
Yenni Rosa 1343050058
Yuyun Turisina 1343050092
Nurul Husnah 1343050099
Vania Elora 1343050103
Nurma Amalita Fariza 1343050114
Putri Yunianingsih 1343050115
Nadia Sari 1343050126
Nindya Anggun P 1343050151
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik
dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis berupa kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “GLIKOSIDA II” tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas banyak hal berkaitan dengan glikosida. Materi-materi yang
penulis bahas dalam makalah ini meliputi deteksi glikosida dengan reaksi warna,
Identifikasi glikosida dengan uji kromatografi lapis tipis (KLT) dan uji kromatografi
kertas, dan jalur biosintesis glikosida.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak terdapat kekeliruan, kesalahan dan kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan
waktu, pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu saran, pendapat dan kritik
sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi yang membutuhkan dan akhir kata semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, amin.
Penulis
Jakarta, Maret 2016
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Deteksi Glikosida dengan Reaksi Warna .................................................. 3
2.2 Pengujian Glikosida dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
Kromatografi Kertas ................................................................................. 8
2.3 Biosintesis Glikosida ................................................................................. 12
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan zaman membuat ilmu pengetahuan semakin berkembang, begitu
pula dengan ilmu kefarmasian. Ditemukan begitu banyak senyawa-senyawa aktif
alamiah yang dapat dimanfaatkan keberadaannya untuk sarana pengobatan berbagai
macam penyakit. Salah satu diantaranya adalah glikosida.
Glikosida banyak terdapat dalam alam. Glikosida merupakan salah satu
kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder.
Didalam tanaman, glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila
memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar (misalnya terkena
panas dan teroksidasi udara).
Glikosida terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula (glikon) dan
bukan gula (aglikon). Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa
jembatan oksigen (O-glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine),
jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida,
barbaloin).
Menyadari bahwa glikosida sebagai salah satu kandungan aktif tanaman dan
perlunya pemahaman yang memadai tentang senyawa ini, maka penulis akan
mengangkat tema glikosida yang merupakan senyawa alamiah yang biasa digunakan
dalam bidang kefarmasian dan cukup dikenal luas pemanfaatannya dalam
masyarakat Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah dari penulisan makalah ini :
1. Bagaimana cara deteksi glikosida dengan reaksi warna ?
2. Bagaimana cara identifikasi glikosida dengan uji kromatografi lapis tipis (KLT)
dan uji kromatografi kertas ?
3. Bagaimana jalur biosintesis dari glikosida ?
2
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara deteksi glikosida dengan reaksi warna.
2. Mengetahui cara identifikasi glikosida dengan uji kromatografi lapis tipis (KLT)
dan uji kromatografi kertas.
3. Mengetahui jalur biosintesis dari glikosida.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deteksi Glikosida dengan Reaksi Warna
No Uji spesifik Prosedur percobaan Kesimpulan
1 Uji Kellar-
Kiliani
Glikosida dilarutkan dalam
asam asetat glacial yang
mengandung sejumlah kecil
FeCl3, tambahkan sejumlah
sama FeCl3 terlarut dalam
H2SO4 pekat di sepanjang
pinggir tabung reaksi agar
reagen berada di bagian bawah
tabung (untuk gula α-deoksi
seperti digitoksosa)
Warna cokelat kemerahan
berubah menjadi hijau
kebiruan tampak pada
pertemuan kedua reagen
dalam 2-5 menit menyebar
dengan lambat ke dalam
lapisan asam asetat
2 Uji Legal Beberapa mg glikosida
(kecuali skilaren) dilarutkan
dalam beberapa tetes piridin.
Pada larutan ini ditambahkan
satu tetes larutan natrium
nitroprusida (2% b/v), dan satu
tetes larutan NaOH (20% b/v)
Adanya warna merah
jambu atau merah tua
menghasilkan keberadaan
glikosida
3 Uji Baljet Bagian aglikon dari glikosida
dicampur dengan reagen Baljet
Adanya warna jingga atau
merah menunjukkan
keberadan glikosida
4 Uji Raymond Larutkan sejumlah kecil
glikosida dalam 1 ml etanol
(50%). Tambahkan pada
larutan tersebut 0,1 ml reagen
Raymond dan ⅔ tetes larutan
NaOH (20% b/v) (untuk gugus
metilen teraktivasi pada C-21
pada cincin lakton)
Adanya warna violet yang
dengan lambat berubah
menjadi biru member uji
afirmasi
4
5 Uji Tollen Larutkan sejumlah kecil
glikosida dalam beberapa tetes
piridin. Tambahkan pada
larutan ini beberapa tetes
reagen tollen dan panaskan
perlahan-lahan (jika perlu)
Adanya cermin perak
menunjukkan uji positif
6 Uji Ksantohidrol Tambahkan pada larutan
glikosida 0,5 ml larutan
ksantohidrol (hanya untuk gula
2-deksosi)
Pembentukan warna
merah menunjukkan
keberadaan glikosida
7 Uji Antimoni
Triklorida
Pada larutan glikosida
tambahkan larutan antimony
triklorida dan asam
trokloroasetat dan kemudian
panaskan campuran (untuk
Kardenolida & Bufadienolida)
Adanya warna biru atau
violet menunjukkan
keberadaan glikosida
8 Uji Kedde Larutan glikosida direaksikan
dengan sejumlah kecil reagen
kedde (untuk Kardenolida &
Aglikon Kardinolida)
Pembentukkan warna biru
atau violet yang memudar
dalam 1 hingga 2 jam
menunjukkan keberadaan
glikosida
Keterangan :
Reagen Baljet : larutan berair dari larutan asam pikrat (1% b/v) dan larutan NaOH
(10% b/v). kedua larutan dicampur segera sebelum digunakan dan disaring
Reagen Raymond : larutan m-dinitrobenzen 1% (b/v) dalam etanol (atau methanol)
Reagen Tollen : pada larutan AgNO3 0,1 N ditambahkan NH4OH encer sampai
endapan putih yang mula-mula terbentuk melarut kembali setelah penambahan
NH4OH lebih lanjut
Reagen Ksantohidrol : larutan ksantohidrol 0,125% (b/v) dalam asam asetat glacial
yang mengandung 1% HCl
Reagen Kedde : campur larutan asam 3,5 dinitroenzoat dalam methanol dengan
larutan berair KOH 7,5% (b/v) volume sama.
5
A. GLIKOSIDA ANTRASEN
RHUBARB (KELEMBAK)
1. Serbuk rhubarb yang direaksikan dengna ammonia membentuk warna merah
muda
2. Rhubarb membetuk warna merah darah jika direaksikan dengan kalium
hidroksida 5%
3. Memberikan hasil positif jika direaksikan dengan uji Borntrager yang
dimodifikasi
B. GLIKOSIDA FENOL
SALISIN
1. Zat ini memberi warna merah menyala dengan asam sulfat pekat yang akan
memudar pada penambahan air
2. Produk hidrolisisnya, saligenin, member warna biru dengan feri klorida
3. Oksidasi dengan kalium dikromat dan asam sulfat serta pemanasan
menghasilkan salisilaldehid member bau yang khas
4. Zat ini memberi warna spesifik dengan reagen-reagen berikut
Reagen Frachde : warna violet
Reagen Mandelin : warna merah ungu
Reagen Erdmann : warna merah menyala
C. STEROID GLIKOSIDA
STROPHANTUS
1. Umumnya, glikosida strophantus menunjukkan warna hijau zamrud pada
penambahan asam sulfat
2. Larutkan sekitar 0,1 g strofantin dalam 5 l air dan tambahkan pada larutan
tersebut beberapa tetes larutan feri klorida diikuti dengan 1-2 ml asam sulfat
pekat; terbentuk endapan yang mula-mula merah kemudian berubah menjadi
hijau dalam waktu 1-2 jam
3. Pada 50 mg strofantin tambahkan 5 ml air, kocok dan tambahkan 2 ml larutan
asam tanat 2%, munculnya endapan jelas membuktikan keberadaan glikosida
ini
6
4. Zat ini menunjukkan hasil positif pada Uji Baljet, Uji Legal, dan Uji Keller
Killiani
D. GLIKOSIDA FLAVONOID
Glikosida flavon
APIIN
1. Apiin member endapn merah dengan timbel asetat basa
2. Apiin menghasilkan warna coklat kemerahan dengan FeCl3
3. Apiin member warna kuning kuat dengan larutan NH4OH
4. Apiin menghasilkan warna kuning pucat dengan larutan NaOH
Glikosida flavonol
RUTIN
1. Zat ini member endapan kuning jelas dengan timbel asetat basa
2. Zat ini menghasilkan warna coklat kehijauan dengan feri klorida
3. Zat ini menghasilkan cermin perak dengan larutan perak nitrat
amoniakal (Reagen Tollen)
E. GLIKOSIDA KUMARIN DAN FURANOKUMARIN
Glikosida furanokumarin
PSORALEN
1. Pada sejumlah kecil obat, tambahkan alcohol dalam jumlah minimum
untuk pelarutan sempurna. Tambahkan pada larutan ini 3 volume
propilenglikol, 5 volume asam asetat dan 43 volume air dan kocok
dengan baik. Munculnya fluorosensi biru dibawah cahaya UV
mengindikasikan keberadaan zat ini
2. Obat dilarutkan dalam sejumlah minimum alcohol dan pada
penambahan sedikit larutan natrium hidroksida menunjukkan
fluorosensi kuning di cahaya UV
7
F. GLIKOSIDA SIANOGENETIK
ALMOND PAHIT
1. Uji feriferosianida
Maserasi 1 g bubuk obat dengan 5 ml KOH alkoholis (5% b/v) selama 5
menit. Pindahkan campuran ini kedalam larutan berair yang mengandung
FeSO4 (2,5% b/v) dan FeCl3 (1% b/v), dan pertahankan pada 60-70 C selama
10 menit. Sekarang, pindahkan campuran di atas pada HCl (20%) saat
pemunculan warna biru prusai jelas mengonfirmasi keberadaan HCN
2. Pengendapan Hg dari HgNO3
Reduksi larutan merkuro nitrat berair (3% b/v) menjadi Hg metalik oleh
HCN teramati melalui pembentukan instan Hg metalik hitam dalam sel
3. Uji reaksi Grignard
Pertama, celupkan sepotong kertas saring putih ke dalam larutan asam
pikrat (1% b/v dalam air), keringkan dan kemudian celupkan ke dalam larutan
Na karbonat (10% b/v dalam air) dan keringkan. Sekarang, tempatkan bahan
obat yang telah dihancurkan dan dibasahi dalam erlenmeyer kecil dan
selanjutnya gantungkan kertas Na pikrat yang telah di siapkan di atas bahan dan
sumbat labu dengan gabus kedap udara. Simpan labu dalam tempathangat
selama 1 jam saat HCN yang dibebaskan akan mengubah kertas Na pikrat dari
warna asalnya kuning menjadi warna merah bata karena pembentukan Na
isopurpurat
4. Tes kuprosianat
Jenuhkan sepotong kertas saring dalam larutan yang dibuat segar dari resin
guaiat yang dilarutkan dalam etanol mutlak dan diamkan kertas di udara sampai
kering. Sekarang, lembabkan kertas diatas dengan hati-hati dengan larutan
CuSO4 yang sangat encer dan tempatkan kertas saring untuk kontak dengan
permukaan obat yang baru di paparkan. Jika HCN terbentuk, HCN akan
membuat bercak jelas pada kertas
G. TIOGLIKOSIDA
SESAWI HITAM
1. Serbuk biji sesawi hitam jika direaksikan dengan larutan natrium hidroksida
menghasilkan warna kuning cerah
8
2. Evaluasi kromatografi
a. Kromatografi kertas pada minyak sesawi dalam system pelarut yang terdiri
dari butanol-air asam asetat; dan selanjutnya penyemprotan kromatogram
dengan larutan perak nitrat 0,02 N, pengeringan pada 1000 C dan akhirnya
penyemprotan dengan kalium dikromat 0,02 N menghasilkan bintik kuning
terhadap latar merah dari perak kromat yang mengonfirmasi keberadaan
sinigrin
b. Derivate tiourea digunakan sebagai senyawa acuan bersama degan bintik
minyak sesawi pada kromatografi kertas dengan menggunakan system
pelarut yang terdiri dari kloroform yang dijenuhkan dengan air atau butanol-
etanol-air. Kromatogram disemprot dengan Reagen Grote (yaitu campuran
natrium nitroprusida, hidroksilamin, dan bromine) yang dengan jelas
menghasilkan bintik biru dengan derivate tiourea dan juga dengan sinigrin
H. GLIKOSIDA SAPONIN
LIQUORICE
Saat asam sulfat (80%) ditambahkan pada satu bagian tebal obat atau serbuk, reaksi
secara instan membentuk warna kuning tua
2.2 Pengujian Glikosida dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi
Kertas
A. Glikosida Antrakuinon
Pemisahan senyawa antrakuinon dalam larutan dilakukan memakai 3 mL
toluen. Pemakaian toluen adalah untuk mengikat antrakuinon. Pemisahan filtrat dan
residu dilakukan dengan cara penyaringan.
KLT : Ekstrak etanol ditotolkan pada plat Silika gel GF254. Elusi dilakukan dengan
fase gerak etil asetat : methanol : air (100:13,5:10). Plat dikeringkan kemudian
disemprot dengan pereaksi KOH 5% etanolik dan diamati pada sinar UV254 nm.
Antrakuinon memberikan warna kuning dan coklat kuning. Deteksi dengan KOH
5% etanolik memberikan warna merah, ungu, hijau, atau lembayung. Nilai Rf yang
dihasilkan adalah 0,22-0,90 dan HRf 22-90.
(R, Setyawaty., Ismunandar, dan A Nurul Quroatun Ngaeni. 2014)
9
B. Glikosida Flavonoid
Kromatografi Kertas :
Untuk melihat profil kromatografi dari setiap fraksi digunakan cara
kromatografi kertas. Masing-masing fraksi ditotolkan pada kertas Wathman no. 1,
dielusi menggunakan cairan pengembang n-butanol - asam asetat – air (60 : 22 :
1,2) [1,9,11].
Setelah diketahui bahwa fraksi yang mengandung jenis flavonoid terbanyak
adalah fraksi n-butanol I, maka dilakukan Isolasi senyawa flavonoid dengan cara
kromatografi kertas preparatif.
Cairan pengembang yang digunakan : n-butanol–asam asetat–air (4:1:5)
Jarak rambat : 40 cm
Teknik pengembangan : Menurun
Penotolan : Bentuk pita
Pendeteksi : Sinar UV 254/ 366
Masing-masing pita kromatogram dipisahkan, dipotong kecil-kecil dan
diekstraksi dengan metanol. Untuk pemurnian isolat dilakukan pengembangan
kedua secara kromatografi kertas preparatif.
Cairan pengembang : Asam asetat 2 % dalam air
Jarak rambat : 20 cm
Teknik pengembangan : Menurun
Penotolan : Bentuk pita
Pendeteksi : Sinar UV 254/366
Setiap pita kromatogram yang diperoleh kemudian diekstraksi dengan
metanol, sehingga diperoleh beberapa isolat dari senyawa flavonoid. Identifikasi
senyawa golongan flavonoid dilakukan dengan mengamati warna fluoresensi di
bawah sinar ultraviolet sebelum dan sesudah penambahan uap amonia terhadap
bercak isolat yang diperoleh. Kemudian dengan menggunakan spektrofotometer
ultraviolet dilihat geseran batokromik setelah setiap isolat dalam larutan metanol
diberikan pereaksi geser natrium hidroksida, aluminium klorida, asam klorida,
natrium asetat, dan asam borat secara bergantian. Dengan melihat geseran
batokromik tersebut dapat diidentifikasi jenis flavonoid. Dilakukan juga pembuatan
spektrum derivatisasi dengan menggunakan spektrofotometer UV dan dibuat
10
spektrum inframerah terhadap 2 (dua) isolat untuk lebih meyakinkan hasil
identifikasi.
KLT : Sebelum dilakukan identifikasi secara KLT ekstrak dilakukan skrning
fitokimia terlebih dahulu.
(Lestari, P. 2011)
a) Skrining fitokimia untuk identifikasi flavnoid.
• Sebanyak 3 mL sampel diuapkan, dicuci dengan heksana sampai jernih.
• Residu dilarutkan dalam 20 mL etanol kemudian disaring. Filtrat dibagi 4
bagian A, B, dan C. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditambahkan 0,5 mL
HCl pekat, kemudian dipanaskan pada penangas air, jika terjadi perubahan
warna merah tua sampai ungu menunjukkan hasil yang positif (metode Bate
Smith-Metchalf).
• Filtrat C ditambahkan 0,5 mL HCl dan logam Mg kemudian diamati perubahan
warna yang terjadi (metode Wilstater).
• Warna merah sampai jingga diberikan oleh senyawa flavon, warna merah tua
diberikan oleh flavonol atau flavonon, warna hijau sampai biru diberikan oleh
aglikon atau glikosida. Filtrat D digunakan untuk uji KLT.
(Lestari, P. 2011)
b) KLT untuk identifikasi flavonoid.
• Filtrat D pada skrining fitokimia ditotolkan pada plat silika gel G60.
• Dielusi dengan butanol : asam asetat : air = 3:1:1, kemudian dikeringkan dan
diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
• Selanjutnya plat disemprot dengan amonia, dikeringkan dan diamati kembali
pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
(Lestari, P. 2011)
C. Glikosida Saponin
Sampel ditambah dengan HCl 2M, diaduk, direfluks 6 jam diatas waterbath,
kemudian didinginkan. Setelah itu dinetralkan dengan amonia, diuapkan diatas
waterbath, ditambah n-heksana kemudian disaring. Filtratnya kemudian diuapkan
diatas waterbath, ditambah 5 tetes kloroform, dan ditotolkan pada plat silika gel G60.
Elusi dilakukan dengan kloroform : aseton = 4 : 1. Plat dikeringkan dan diamati pada
cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Kemudian plat disemprot dengan SbCl3
11
dioven pada suhu 110°C selama 10 menit, dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm
dan 366 nm.
Sebanyak beberapa ml distilat minyak atsiri dan ekstrak dilarutkan dalam aseton
sampai terjadi pengenceran. Dipotong kertas whatman No.1 menggunakan pisau cutter
dan penggaris. Dipotong pelat kromatografi kertas yang diberi garis batas bawah dan
batas atas selebar masing-masing 0,5 cm menggunakan pensil 2B. Ditotolkan sebagian
kecil volume distilat minyak atsiri pada kertas tepat batas bawah menggunakan pipa
kapiler. Disimpan pada camber bagian atas dengan alumunium foil dan dihentikan
proses elusi ini pada saat eluen mencapai batas atas. Setelah kering, diamati dengan
menggunakan lampu UV. Selanjutnya, disemprotkan pereaksi warna pada lembaran
kertas kromatografi tersebut.
(M. Agung Pratama Suharto, Hosea Jaya Edy, dan Jovie M. Dumanauw. 2012)
a. Isolasi Senyawa Saponin dengan KLT analitik
Lempeng alumunium silika gel GF254 Merck disiapkan dengan ukuran panjang
10 cm dan lebar 3 cm. Ekstrak kental yang telah dilarutkan dengan alkohol 95%
ditotolkan pada lempeng tepi bawah dan diangin-anginkan beberapasaat. Lempeng
dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen yaitu campuran homogen lapisan
bawah pelarut antara kloroform : metanol : aquades (13:7:2).
Lempeng dibiarkan terelusi hingga eluen merambat sampai pada tanda garis tepi
atas lempeng kemudian dikeluarkan dan dikeringkan di udara. Pengamatan noda
menggunakan lampu UV 254 dan 366 nm. Lempeng juga disemprotkan dengan
pereaksi LB dan dipanaskan pada suhu 110°C selama 10 menit untuk memperjelas
warna noda yang terbentuk. Proses KLT analitik dilakukan secara berulang hingga
memperoleh hasil yang tepat. Setelah hasil dengan KLT analitik disimpulkan positif
maka dilanjutkan dengan KLT preparatif.
(M. Agung Pratama Suharto, Hosea Jaya Edy, dan Jovie M. Dumanauw. 2012)
b. Isolasi Senyawa Saponin dengan KLT preparatif
Lempeng preparatif silika gel 60 F254 Merck disiapkan dengan ukuran panjang
20 cm dan lebar 20 cm. Ekstrak kental yang telah dilarutkan dengan alkohol 95%
ditotolkan sepanjang lempeng tepi bawah dan diangin-anginkan beberapa saat.
12
Lempeng dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen yaitu campuran homogen
lapisan bawah pelarut antara kloroform : metanol : aquades (13:7:2).
Lempeng dibiarkan terelusi hingga eluen mencapai batas atas lempeng kemudian
dikeluarkan dan dikeringkan di udara. Pengamatan noda menggunakan lampu UV
254 dan 366 nm. Lempeng juga disemprotkan pereaksi LB pada kedua bagian tepi
dan bagian tersebut dipanaskan dengan hair dryer untuk memperjelas warna noda
yang terbentuk. Noda-noda yang terbentuk pada bagian tepi lempeng dihubungkan
dengan garis dari tepi satu ke tepi lainnya. Bagian dalam garis dikerok dengan
membuang bagian yang telah dipanaskan dan dilarutkan dengan alkohol 95% sebagai
isolat.
(M. Agung Pratama Suharto, Hosea Jaya Edy, dan Jovie M. Dumanauw. 2012)
2.3 Biosintesis Glikosida
Apabila bagian aglikon dari suatu glikosida juga merupakan gula, maka
glikosida ini disebut hollosida, sedang kalau bukan gula disebut heterosida.
Pembicaraan tentang biosintesa dari heterosida umumnya terdiri dari dua bagian
yang penting. Yang pertama adalah reaksi umum bagaimana bagian gula terikat
dengan bagian aglikon, diperkirakan reaksi transfer ini sama pada semua sistem
biologik. Ini kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan secara mendetail tentang
jalannya reaksi biosintesa untuk berbagai jenis aglikon yang akan menyusun
glikosida.
Hasil-hasil penyelidikan telah menunjukkan bahwa jalan reaksi utama dari
pembentukan glikosida meliputi pemindahan (transfer) gugusan uridilil dari uridin
trifosfat ke suatu gula-l-fosfat. Enzim-enzim yang bertindak sebagai katalisator pada
reaksi ini adalah uridilil transferase (a) dan telah dapat diisolasi dari binatang,
tanaman, dan mikroba. Sedang gula fosfatnya dapat pentosa, heksosa, dan turunan
gula lainnya. Pada tingkat reaksi berikutnya enzim yang digunakan adalah glikolisis
transferase (b), dimana terjadi pemindahan (transfer) gula dari uridin difosfat kepada
akseptor tertentu (aglikon) dan membentuk glikosida.
U T P + Gula-l-fosfat UDP – gula + PP1
UDP – Gula + akseptor Akseptor – gula + UDP
(glikosida)
13
Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan bekerja untuk
memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga terbentuk bagian
disakarida. Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang mengandung glikosida
lainnya yang dapat membentuk bagian di-, tri-, dan tetrasakarida dari glikosidanya
dengan reaksi yang sama.
A. Biosintesis Glikosida Saponin
Berdasarkan struktur dari aglikon maka glikosida dan saponin dapat dibagi 2
golongan yaitu saponin netral yang berasal dari steroid dengan rantai samping
spiroketal dan saponin asam yang mempunyai struktur triterpenoid. Biosintesa
saponin triterpenoid lebih kurang diketahui bila dibandingkan dengan saponin
steroid tetapi dapat dikatakan bahwa keduanya mempunyai tidak tolak yang sama
yaitu yang berasal dari asetat dan mevalonat. Rantai samping terbentuk sesudah
terbentuknya squalen. Sebagian terjadi inti steroid spiroketal dan yang lain
membentuk triterpenoid pentasiklik. Gugus gulanya dapat berdiri 1 – 55 gula dan
dalam beberapa hal aglikon tak diikat dengan gula tetapi dengan asam uronat.
14
B. Biosintesa Glikosida Jantung
Aglikon dari glikosida jantung adalah steroid yaitu turunan dari siklo-
pentenofenantren yang mengandung lingkaran lakton yang tidak jenuh pada atom C-
17. Seperti sudah kita ketahui biosintesis dari senyawa steroid pada umumnya
didasarkan atas biosintesa dari senyawa kolesterol. Meskipun tidak semua senyawa
steroid memerlukan kolesterol sebagai prekursor (pra zat) pembentukannya, paling
tidak pembentukan kolesterol ini dianggap sebagai mekanisme biosintesa senyawa
steroid pada umumnya.
Secara singkat proses biosintesanya adalah asam asetat asam mevalonat
isopentenil pirofosfat skulen kolesterol.
17
C. Biosintesa Senyawa Antrakinon
Biosintesa senyawa antrakinon diselidiki di dalam mikroorganisme. Dan
disimpulkan bahwa biosintesa pada tumbuhan tinggi terjadi melalui proses yang
serupa, salah satu contoh yang sederhana ialah pembentukan turunan antrakinon dari
asam asetat yang diberi label dalam Peniccilium islandicum, jenis Penicillium yang
dikenal menghasilkan bermacam-macam turunan antrakinon.
Terjadinya proses biosintesa emodin atau senyawa antrakinon lainnya dapat
diikuti dengan memberi label (tanda) pada asam asetat, yang dimaksud dengan memberi
label adalah menggunakan senyawa yang sebagian unsur-unsurnya diberi muatan radio
aktif dengan menggunakan isotopnya yang radioaktif.
D. Biosintesa Glikosida Sianopor
Aglikon-aglikon dari glikosida sianofor yang digunakan dalam pengobatan
adalah senyawa-senyawa fenilprokanoid, yang merupakan turunan dari asam amino
C6 – C3 seperti fenilalanin dan tirosin. Biosintesa senyawa ini adalah melalui
“Shikimic Acid Pathway”.
Setelah terbentuk asam shikimat dapat mengalami fosforilasi dan bereaksi
dengan asam fosfoenolpiruvat membentuk asam profenat, yang selanjutnya melalui
asam fenilpiruvat menjadi fenilalanin.
18
E. Biosintesa Glikosida Isotiosianat
Aglikon dari glikosida isotiosianat dapat merupakan senyawa alifatik atau
turunan aromatik. Penelitian dengan radio isotop telah menunjukkan bahwa aglikon
yang berupa senyawa alifatik biosintesanya dapat melalui “Acetate Pathway”
sedang yang aromatik melalui “Shikimic Acel Pathway”.
19
F. Biosintesa Glikosida Flavonoid
Aglikon dan glikosida flavonol dan falvanoid lainnya adalah contoh senyawa
yang di dalam sistem biologis pembentukannya dapat melalui kedua cara
pembentukan senyawa aromatis, yaitu dengan kondensasi asam asetat dan melalui
shikimic Acid Pathway.
G. Biosintesa Glikosida Alkohol
Biosintesa glikosida alkohol, aldehid, lakton, dan fenol sebagai berikut:
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Glikosida terdiri atas gabungan dua bagian senyawa yaitu gula (glikon) dan
bukan gula ( aglikon)
2. Deteksi glikosida dengan reaksi warna dapat dilakukan dengan berbagai macam
uji spesifik, antara lain :
a. Uji Kellar-Kiliani
b. Uji Legal
c. Uji Baljet
d. Uji Raymond
e. Uji Tollens
f. Uji Ksantohidrol
g. Uji Antimoni Triklorida
h. Uji Kedde
3. Selain dengan reaksi warna, glikosida juga dapat dideteksi dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas.
4. Biosintesis glikosida secara umum terdiri atas dua tahapan, tahapan pertama
yaitu penggabungan antara bagian glikon dan aglikon dan tahapan kedua yaitu
pemanjangan rantai membentuk di-, tri-, dan polisakarida dari glikosidanya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Kar, Ashutosh. 2013. Farmakognosi dan Farmakobioteknologi Edisi 2 Volume 1. Jakarta :
EGC
Lestari, P. 2011. Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Ekstraksi Etanol Buah Merah
(Pandanus conoideus Lam.). Skripsi Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
M. Agung Pratama Suharto, Hosea Jaya Edy, dan Jovie M. Dumanauw. 2012. Isolasi Dan
Identifikasi Senyawa Saponin Dari Ekstrak Metanol Batang Pisang Ambon(Musa
Paradisiaca Var. Sapientum L.). Manado : UNSTRAT
Najib, Ahmad. 2006. Ringkasan Materi Kuliah Fitokimia II. Ujung Pandang : Universitas
Muslim Indonesia
R, Setyawaty., Ismunandar, dan A Nurul Quroatun Ngaeni. 2014. Identifikasi Senyawa
Antrakuinon Pada Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis. Purwokerto : Akademi Farmasi Kusuma Husada.