Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

41
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu. Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negative. Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

description

makalah komunitas

Transcript of Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

Page 1: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak

membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup

maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam

suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh

masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.

Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam

masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah

mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa

memberikan dampak positif maupun negative.

Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai

salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara

pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat

membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala

masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan

untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti

tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau

budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi lansia ?

2. Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan pengaruh sosial budaya

pada pasien lansia ?

3. Bagaimana cara mengkaji tentang mata rantai antara kebudayaan dan kesehatan ?

4. Apa saja pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan pada pasien lansia ?

5. Bagaimana cara mengkaji tentang kebudayaan dan perubahannya ?

6. Aspek sosial dan kultural apa saja yang mempengaruhi pelayanan kesehatan

lansia ?

7. Apa saja konsep - konsep yang relevan dengan budaya ?

Page 2: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

8. Bagaimana konsep dasar M.Leininger ?

9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada lansia dengan gangguan sosial kultural?

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia dari aspek sosial budaya .

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Agar penyusun lebih mengetahui tentang peran sosial dan budaya lansia.

2. Sebagai bahan referensi yang terkait mengenai askep lansia.

3. Sebagai bahan belajar dan pengetahuan tentang penanganan lansia dalam

lingkungan sosial .

 

Page 3: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Lansia

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses

kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap

ini individu mengalami banyak  perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya

kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan

penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai

memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta

kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut.

Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri,

kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut

menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak

(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan

dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah

fase akhir dari rentang kehidupan.

Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan

fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di

ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi

dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas

dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi

manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam

setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya

(Darmojo, 2007).

Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang

yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan

hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2006) sedangkan

menuru UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang

yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 2004). Usia lanjut adalah sesuatu

yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan

diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2008).

Page 4: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

Lansia (lanjut usia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas

(Hardywinoto dan Setiabudhi, 2006). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 2008).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,

aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 2006).

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses

penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu

semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal

ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ.

Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari

pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak

lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa

kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan

masyarakat.

Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial

sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum

muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh

terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun.

Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang

harus dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 2007).

2.2. Pengertian Sosial

Sosial dapat berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat

kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga

bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap anda bertemu orang meskipun hanya melihat

atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga ketika anda sedang

menelpon, atau chatting (ngobrol) melalui internet. Pun bahkan setiap kali anda

membayangkan adanya orang lain, misalkan melamunkan pacar, mengingat ibu bapa,

Page 5: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

menulis surat pada teman, membayangkan bermain sepakbola bersama, mengenang

tingkah laku buruk di depan orang, semuanya itu termasuk sosial. Sekarang, coba anda

ingat-ingat situasi dimana anda betul-betul sendirian. Pada saat itu anda tidak sedang

dalam pengaruh siapapun. Bisa dipastikan anda akan mengalami kesulitan menemukan

situasinya. Jadi, memang benar kata Aristoteles, sang filsuf Yunani, tatkala mengatakan

bahwa manusia adalah mahluk sosial, karena hampir semua aspek kehidupan manusia

berada dalam situasi sosial.

2.2.1. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang melakukan hubungan

saling berbalas respon dengan orang lain. Aktivitas interaksinya beragam, mulai

dari saling melempar senyum, saling melambaikan tangan dan berjabat tangan,

mengobrol, sampai bersaing dalam olahraga. Termasuk dalam interaksi sosial

adalah chatting di internet dan bertelpon atau saling sms karena ada balas respon

antara minimal dua orang didalamnya.

Berdasarkan sifat interaksi antara pelakunya, interaksi sosial dibedakan

menjadi dua, yakni interaksi yang bersifat akrab atau pribadi dan interaksi yang

bersifat non-personal atau tidak akrab. Dalam interaksi sosial akrab terdapat

derajat keakraban yang tinggi dan adanya ikatan erat antar pelakunya. Hal itu

mencakup interaksi antara orangtua dan anaknya yang saling menyayangi,

interaksi antara sepasang kekasih, interaksi antara suami dengan istri, atau

interaksi antar teman dekat dan saudara.

Sebagian besar interaksi sosial manusia adalah interaksi sosial tidak

akrab. Umumnya interaksi dalam situasi kerja adalah interaksi tidak akrab.

Termasuk juga ketika anda mengobrol dengan orang yang baru saja anda kenal,

interaksi antar sesama penonton sepakbola di stadion, interaksi dalam wawancara

kerja, interaksi antara penjual dan pembeli, dan sebagainya.

2.3. Peran pada Lansia

Sama seperti orang berusia madya harus belajar untuk memainkan peranan

baru demikian juga dengan kaum lansia. Dalam kebudayaan dewasa ini, dimana

efisiensi, kekuatan, kecepatan dan kemenarikan bentuk fisik sangat dihargai,

mengakibatkan orang lansia sering dianggap tidak ada gunanya lagi. Karena mereka

Page 6: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

tidak dapat bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dalam berbagai bidang

tertentu dimana kriteria nilai sangat diperlukan, dan sikap sosial terhadap mereka tidak

menyenangkan.

Lebih jauh lagi, orang lansia diharapkan untuk mengurangi peran aktifnya

dalam urusan masyarakat dan sosial. Demikian juga dengan dunia usaha dan

profesionalisme. Hal ini mengakibatkan pengurangan jumlah kegiatan yang dapat

dilakukan oleh lansia, dan karenanya perlu mengubah beberapa peran yang masih

dilakukannya.

Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi kaum lansia, pujian yang

mereka hasilkan dihubungkan dengan peran usia tua bukan dengan keberhasilan mereka.

Perasaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi lansia menumbuhkan perasaan

rendah diri dan kemarahan, yaitu suatu perasaan yang tidak menunjang proses

penyesuaian sosial seseorang.

Sosial disini yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai

acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti,

sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan

pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang

dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga dengan

demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada satu

kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban

dari masing-masing individu yang saling berfungsi satu dengan lainnya.

2.3.1. Peran dalam Sosial Masyarakat

Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan dengan

kehidupan pribadi seseorang daripada kehidupan orang lain. Orang tua diharapkan

untuk menyesuaiakan diri dengan menurunkan kekuatan, dan menurunnya kesehatan

secara bertahap. Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang

pernah dilakukan didalam maupun diluar rumah. Mereka juga diharapkan untuk

mencari kegiatan untuk menganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian

besar waktu dikala masih muda dahulu.

Bagi beberapa lansia berkewajiban mengikuti rapat yang meyangkut kegiatan

sosial dan kewajiban sebagai warga negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan

dan pendapatan yang menurun setelah mereka pensiun. Akibat dari menurunnya

Page 7: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

kesehatan dan pendapatan, maka mereka perlu menjadwalkan dan menyusun kembali

pola hidup yang sesuai dengan keadaan saat itu, yang berbeda dengan masa lalu.

2.4. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan

sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.

Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur

dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah

dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih

sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi

akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus

muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan

barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain

sehingga perilakunya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang

memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung

karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat

umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan.

Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup

membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya

sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

2.5. Permasalahan Sosial terkait Kesejahteraan Lansia

Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian

kesejahteraan Lanjut Usia, antara lain sebagai berikut :

A. Permasalahan Umum :

1. Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.

2. Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung

terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih

mengarah pada bentuk keluarga kecil.

3. Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang

lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan

Page 8: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak langsung

merugikan kesejahteraan lanjut usia.

4. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut

usia dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi

lanjut usia dengan berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan

lanjut usia.

5. Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan

lanjut usia

B. Permasalahan Khusus

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai

permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah

sebagai berikut:

a.Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik

fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan

penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung

kepada pihak lain.

b. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan

Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial

psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat

lingkungan sekitarnya.

c.Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja

muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan

mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa

menganggur.

d. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan

bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai

penghasilan cukup.

e.Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat

individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta

mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar.

f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan,

polusi dan urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia.

2.6. Konsep-konsep yang Relefan dengan Budaya

Page 9: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

A. Holisme / Seutuhnya.

Antropologi percaya bahwa kebudayaan adalah fungsi yang terintegrasi

seluruhnya dengan bagian interelasi dan interdependensi. Demikian juga budaya lebih

baik dipandang dan dianalisa secara menyeluruh. Berbagai komponen dari budaya

seperti politik, ekonomi, agama, persaudaraan dan system kesehatan, melakukan fungsi

yan terpisah tetapi kemudian bercampur membentuk perbuatan yang menyeluruh. Jadi

untuk mengetahui system dari seseorang harus memandang masing-masing hubunganya

dengan orang lain dan dari keseluruhan kulturnya (Benedict, 2009).

Perubahan budaya biasanya mengundang tantangan – tantangan baru dan

berbagai masalah. Perubahan meliputi adaptasi kreatif dari perilaku yang terdahulu yang

disebabkan Karena bahasa, adapt, kepercayaa, sikap, tujuan, undang – undang, tradisi

dank ode moral. Pada saat yang terdahulu sudah keluar dari mode atau kurang bias

diterima dan menjadi sumber konflik yang potensial (Elling, 2009).

B. Enkulturasi

Enkulturasi adalah proses mendapatkan pengetahuan dan menghayati nilai-

nilai. Melalui proses ini oran bias mendapatkan kompetensi dari budayanya sendiri.

Anak-anak melihat orang tua dan mengambil kesimpulan tentang peraturan demi

perilaku. Pola- pola perilaku menyajikan penjelasan untuk kejadian dalam penghidupan

seperti, dilahirkan, maut, remaja, hamil, membesarkan anak, sakit penyakit .

C. Etnosentris

Etnosentris adalah suatu kepercayaan bahwa hanya sendiri yang terbaik.

Sangat penting bagi perawat untuk tidak berpendapat bahwa hanya caranya sendiri yang

terbaik dan menganggap ide orang lkain tidak diketahui atuau di pandang rendah.

D. Stereotip

Stereotip atau sesuatu yang bersifat statis / tetap merupakan kepercayaan yang

dibesar – besarkan dan gambaran yang dilukiskan dengan populer dalam media massa

dan ilmu kebangsaan. Sifat ini juga menyebabkan tidak bekembangnya pemikiran

seseorang.

E. Nilai – nilai Budaya

Sistem budaya mengandung berbagai orientasi nilai. Nilai merupakan bentuk

kepercayaan bagaimana seseorang harus berperilaku , kepercayaan adalah sesuatu

pertanyaan yang tujuannya berpegang kepada kebenaran tapi mungkin boleh atau tidak

boleh berlandaskan kenyataan empiris. Salah satu elemen yang paling penting terbangun

Page 10: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

dalam budaya dan nilainya. Nilai ini bersama – sama memiliki budaya yang paling

penting terbangun dalam budaya dan nilainya. Nilai ini bersama memberikan stabilitas

dan keamanan budaya, menyajikan standart perilaku. Bila dua orang bersama – sama

memiliki budaya yang serupa dan pengalamanya cenderung serupa nilai – nilai mereka

akan serupa , walaupun dua orang tersebut tidak mungkin pola nilai yang tetap serupa ,

namun mereka cukup serupa untuk mengenal kesamaan dan utuk mengidentifkasi” yang

lain sama sepeti saya” (Gooenough, 2008) .

Konsep budaya menurut Linton adalah : suatu tatanan pola perilaku yang

dipelajari, diciptakan, serta ditularkan di antara suatu anggota masyarakat tertentu .

Batasan budaya menurut Koentjaraningrat adalah : keseluruhan system gagasan ,

tindakan dan Hasil karyamanusia, dalam rangka kehidupan bermasyarakat, yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar.Karakteristik budaya menurut TO. Ihromi

adalah :

1. Budaya diciptakan dan ditransmisikan lewat proses belajar .

2. Budaya dimiliki bersama oleh sekelompok manusia dan merupakan pola

kelakuan umum.

3. Budaya merupakan mental blue print.

4. Penilaian terhadap budaya bersifat relatif .

Budaya bersifat dinamis, adaptif dan integratif.Pemahaman akan konsep

budaya, membawa kita pada kesimpulan bahwa gagasan, perasaan dan perilakumanusia

dalam kehidupan sosialnya sangat dipengaruhi oleh budaya yang berlaku di masyarakat.

Demikianpula pergeseran ataupun perubahan pada tatanan budaya dalam suatu

masyarakat akan diiringi denganperubahan perilaku dari individu yang hidup di

dalamnya.Budaya tercipta sebagai upaya manusia untuk beradaptasi terhadap masalah -

masalah yang timbul dari lingkungan hidupnya. Selanjutnya budaya mempengaruhi

pembentukan dan perkembangan kepribadian manusia dalam kelompoknya. Interaksi

keduanya membentuk suatu pola spesifik perilaku, proses pikir,emosi dan persepsi

individu atau kelompok dalam bereaksi terhadap tekanan-tekanan kehidupan. Dengan

demikian dapat dimengerti peranan budaya dalam masalah kesehatan jiwa.

2.7. Perbedaan Budaya

Sesungguhnya karena tradisi berbeda budaya dan peningkatan mobilitas dan

memiliki standart perilaku yang sama. Individu yang dibesarkan dalam kelompok seperti

Page 11: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

itu mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan pikiran dan perilaku

mereka .

1. Kolektifitas Etnis adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan

identitas dan memiliki standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan

dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma yang

menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka ( Harwood, 1981 ) .

2. Shok Budaya adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang

latar belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan yang tidak

ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi yang dialami

oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau secara

efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan

kepercayaan.( Leininger, 1976). Perawat dapat mengurangi shock budaya

dengan mempelajari tentang perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat.

Pemting untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain yang

berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan

kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan

perawat.

3. Pola Komunikasi

Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa

ang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk

melihat isi dari budaya. Menurut Kluckhohn,1972, bahwa tiap bahasa adalah

merupakan jalan khusus untuk meneropong dan interprestasi pengalaman tiap

bahasa membuat tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang

dunia dan penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun

individu berbicara dengan bahasa yang sama. Perawat kadang kesulitan untuk

menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang sederhana, bebas dari bahasa yang

jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa

pesan kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya .

4. Jarak Pribadi dan Kontak

Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel. Pengertian

tentang jarak pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan

proses pengkajian dan peningkatan interaksi perawat klien. Profesional

kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin keseluruh daerah badan

Page 12: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

klien. Kontak yang dekat sering diperlukan perawat saat pemeriksaan fisik,

perawat hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan mengenal

kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak

privasi.

5. Padangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit

Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejala cra

memberi etika kepada penyakit, juga mempengaruhi bilamana, dan kepada

siapa mereka harus mengkomunikasikan masalah – masalah kesehatan dan

berapa lama mereka berada dalam pelayanan. Karena kesehatan dibentuk oleh

faktor – faktor budaya, maka terdapat variasi dari perilaku pelayanan

kesehatan, status kesehatan, dan pola – pola sakit dan pelayanan didalam dan

diantara budaya yang berbeda – beda.

Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-kegiatan sosial dan

biologis individu yang disertai penghormatan kepada mempertahankan

akseptabilitas status kesehatan atau perubahab kondisi yang tidak bisa

diterima. Perilaku pelayanan kesehatan dan status kesehatan saling

keterkaitkan dan sistem kesehatan ( Elling, 1977 ).

2.8. Hubungan sosial budaya dengan lansia

Kebudayaan merupakan sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yang

dipelajari secara turun temurun , tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang

resiko bagi timbulnya suatu penyakit . Kebudayaan tidak dibatasi oleh suatu batasan

tertentu yang sempit , tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai dengan

perkembangan dari masyarakat itu sendiri.

Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa

untuk di rubah, tantangannya adalah mampukah seorang perawat memberikan penjelasan

dan informasi yang rinci tentang pelayanan kesehatan asuhan keperawatan yang akan di

berikan kepada lansia .

Sikap budaya terhadap warga usia lanjut mempunyai implikasi yang dalam

terhadap kesejahteraan fisik maupun mental mereka. Pada masyarakat tradisional warga

usia lanjut ditempatkan pada kedudukan yang terhormat, sebagai Pinisepuh atau Ketua

Adat dengan tugas sosial tertentu sesuai adat istiadatnya, sehingga warga usia lanjut

dalam masyarakat ini masih terus memperlihatkan perhatian dan partisipasinya dalam

Page 13: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

masalah - masalah kemasyarakatan. Hal ini secara tidak langsung berpengurah kondusif

bagi pemeliharaan kesehatan fisik maupun mental mereka.

Sebaliknya struktur kehidupan masyarakat modern sulit memberikan peran

fungsional pada warga usia lanjut,posisi mereka bergeser kepada sekedar peran formal,

kehilangan pengakuan akan kapasitas dan kemandiriannya. Keadaan ini menyebabkan

warga usia lanjut dalam masyarakat modern menjadi lebih rentan terhadap tema - tema

kehilangan dalam perjalanan hidupnya. Era globalisasi membawa konsekuensi

pergeseran budaya yang cepat dan terus – menerus , membuat nilai - nilai tradisional

sulit beradaptasi. Warga usia lanjut yang hidup pada masa sekarang,seolah-olah dituntut

untuk mampu hidup dalam dua dunia yakni : kebudayaan masa lalu yang telah

membentuk sebagian aspek dari kepribadian dan kekinian yang menuntut adaptasi

perilaku. Keadaan ini merupakan ancaman bagi integritas egonya, dan potensial

mencetuskan berbagai masalah kejiwaan .

2.9. Mata Rantai Antara Kebudayaan dan Kesehatan Lansia

Didalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk

untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup suku mereka.

Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi,

yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandang

modern ,tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah

merugikan.

Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-

penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana

penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap mereka terhadap

penyakit tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit diisolasi dan dibiarkan saja.

Kebiasaan ini ini mungkin dapat mencegah penularan dari penyakit-penyakit infeksi

seperti cacar dan TBC.

Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan anggapan

mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap

penyakit itu disebabkan oleh hal-hal yang supranatural atau magis, maka digunakan

pengobatan secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka duga

penyebabnya adalah faktor ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga

kesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawanan dengan pemikiran

secara medis.

Page 14: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

Didalam masyarakat industri modern iatrogenic disease merupakan problema.

Budaya menuntut merawat penderita di rumah sakit, pada hal rumah sakit itulah tempat

ideal bagi penyebaran kuman-kuman yang telah resisten terhadap anti biotika .

2.10. Permasalahan Aspek Sosial Budaya

Menurut Setiabudhi (2008), permasalahan sosial budaya lansia secara umum

yaitu masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin

melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang

diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan

keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya

kelompok masyarakat industri yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu

kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas

dan efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya

kuantitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana

pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan

melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia .

2.10.1. Kebudayaan dan Perubahannya

Tentu saja kebudayaan itu tidak statis , kecuali mungkin pada masyarakat

pedalaman yang terpencil . Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan lansia

biasanya dipelajari pada masyarakat yang terisolasi dimana cara - cara hidup mereka

tidak berubah selama beberapa generasi , walaupun mereka merupakan sumber data -

data biologis yang penting dan model antropologi yang berguna , lebih penting lagi

untuk memikirkan bagaimana mengubah kebudayaan mereka itu. Pada Negara dunia

ke 3 laju perkembangan ini cukup cepat, dengan berkembangnya suatu masyarakat

perkotaan dari masyarakat pedesaan. Ide-ide tradisional yang turun temurun, sekarang

telah di modifikasi dengan pengalaman-pengalaman dan ilmu pengetahuan baru.

Sikap terhadap penyakit pun banyak mengalami perubahan .Kaum muda

dari pedesaan meninggalkan lingkungan mereka menuju kekota. Akibatnya tradisi

budaya lama di desa makin tersisih. Meskipun lingkungan dari masyarakat kota

modern dapat di kontrol dengan tekhnologi, setiap individu didalamnya adalah subjek

dari pada tuntutan ini, tergantung dari kemampuannya untuk beradaptasi.

Problema dalam menganalisa perubahan kebudayaan apakah memberikan

dampak yang sangat besar sulit diukur, sebagai contoh kenaikan tekanan darah pada

Page 15: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

para penduduk yang berimigrasi ke kota. Kenyataan ini tidak dapat di pungkiri . Bila

mana budaya itu berubah suatu adaptasi yang sukses tidak hanya tergantung pada

Setiap masyarakat faktor lingkungan dan biologis. Kemampuan untuk memodifikasi

beberapa segi budaya juga penting .

2.10.2. Kebudayaan dan Asuhan Keperawatan pada Lansia

Bila suatu bentuk pelayanan kesehatan baru diperkenalkan ke dalam suatu

masyarakat dimana faktor-faktor budaya masih kuat. Biasanya dengan segera mereka

akan menolak dan memilih cara pengobatan tradisional sendiri. Apakah mereka akan

memilih cara baru atau lama, akan memberi petunjuk kepada kita akan kepercayaan

dan harapan pokok mereka lambat laun akan sadar apakah pengobatan baru tersebut

berfaedah , sama sekali tidak berguna, atau lambat memberi pegaruh. Namun mereka

lebih menyukai pengobatan tradisional karena berhubungan erat dengan dasar hidup

mereka. Maka cara baru itu akan dipergunakan secara sangat terbatas, atau untuk

kasus-kasus tertentu saja.

Pelayanan kesehatan yang modern oleh sebab itu harus disesuaikan dengan

kebudayaan setempat, akan sia-sia jika ingin memaksakan sekaligus cara-cara modern

dan menyapu semua cara-cara tradisional . Bila tenaga kesehatan berasal dari lain

suku atau bangsa, sering mereka merasa asing dengan penduduk setempat . ini tidak

akan terjadi jika tenaga kesehatan tersebut berusaha mempelajari kebudayaan mereka

dan menjembatani jarak yang ada diantara mereka. Dengan sikap yang tidak simpatik

serta tangan besi, maka jarak tersebut akan semakin lebar. Setiap masyarakat

mempunyai cara pengobatan dan kebiasaan yang berhubungan dengan ksehatan

masing-masing. Sedikit usaha untuk mempelajari kebudayaan mereka akan

mempermudah memberikan gagasan yang baru yang sebelumnya tidak mereka

terima.

Pemuka - pemuka di dalam masyarakat itu harus diyakinkan sehingga

mereka dapat memberikan dukungan dan yakin bahwa cara - cara baru tersebut bukan

untuk melunturkan kekuasaan mereka tetapi sebaliknya akan memberikan manfaat

yang lebih besar .Pilihan pengobatan dapat menimbulkan kesulitan. Misalnya , bila

pengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara menyakitkan seperti mengiris-

iris bagian tubuh atau dengan memanasi penderita , akan tidak puas hanya dengan

memberikan pil untuk diminum . Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang

Page 16: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu mereka akan

berfikir dan menerima.

2.10.3 Sosial dan Kultural yang Mempengaruhi Asuhan Keperawatan Pada Lansia

Yang dipakai sebagai pokok pembicaraan dari bab ini adalah tentang

kesehatan lansia yang bukan hanya berdasarkan pengetahuan dari penyakit fisik saja ,

tetapi juga atas pengaruh dari sosial kultural . Sering kali perawat harus

merencanakan dan memberikan asuhan kepada individu / keluarga ‘pasien lansia ‘

yang kepercayaan kesehatannya berbeda dari faham perawat . Guna memberikan

pelayanan yang efektif dan cocok perawat harus mengenal pentingnya pengaruh

budaya dan lain - lain kultural .

Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan mengalami

perubahan- perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang

menduduki jabatan atau pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua

perlakuan yang selama ini didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan

diperlukan. Bagi orang-orang yang tidak mempunyai waktu atau tidak merasa perlu

untuk bergaul diluar lingkungan pekerjaannya, perasaan kehilangan ini akan

berdampak pada semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya. Di dalam keluarga,

peranannya-pun mulai bergeser. Anak-anak sudah "jadi orang", mungkin sudah punya

rumah sendiri, tempat tinggalnya mungkin jauh. Rumah jadi sepi, orangtua seperti

tidak punya peran apa-apa lagi.

2.11 Asuhan Keperawatan Gangguan Sosialcultural pada Lansia

2.11.1 Definisi

Proses asuhan  keperawatan pada usia lanjut adalah kegiatan yang

dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan

pertolongan kepada lanjut usia secara individu, seperti di rumah/lingkungan keluarga,

panti werda maupun puskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk asuhan

keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial

yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan

langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau

panti (Depkes, 1993 1b).

2.11.2 Klasifikasi

Page 17: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada

kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain;

1. Lanjut usia aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal

hygiene, kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu, kebersihan

diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata, serta telinga; kebersihan

lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan; makanan sesuai, misalnya porsi

kecil bergizi, bervariasi dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.

2. Lanjut usia pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu

diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif

pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh

anggota keluarga atau petugas.

2.11.3 Pendekatan Perawatan Lansia

1. Pendekatan fisik

Perawatan yang memperhatikan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang

dialami klien lanjut semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat

kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah

atau ditekan progrevitasnya.

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua

bagian, yakni:

1. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu

bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-

hari masih mampu melakukan sendiri.

2. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan

fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit, perawat harus mengetahui

dasar perawatan klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang

berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk memepertahankan

kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha

menceggah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul

bila kebersihan kurang mendapat perhatian.

Di samping itu, kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan, dapat

mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.

Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai

kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku,

Page 18: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan

cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting karena meskipun

tidak selalu, keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala-gejala yang ditemukan

memerlukan perawatan, tidak jarang para klien lanjut usia dihadapkan pada dokter

dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif.

Adapun komponen pendekatan  fisik yang lebih mendasar adalah

memperhatikan dan membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancar,

makan termasuk memilih dan menentukan makanan, minum, melakuan eliminasi, tidur,

menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat,

kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan,

melindungi kulit dan kecelakaan.

Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia,

untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan posisi bersandar pada

beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak dan jangan melakukan gerak badan yang

berlebihan.

2. Pendekatan psikis

Di sini perawat mempunyai peranan  penting mengadakan pendekatan

edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter

terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan

sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan waktu yang

cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa

puas. Perawat harus selalu memegang prinsip  “Tripple S”, yaitu Sabar, Simpatik, dan

Service.

Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari

lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus

selalu menciptakan suasana aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan

kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.

Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia

dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan

sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.

Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama dengan

berlanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya

daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi , berkurangnya kegairahan keinginan ,

Page 19: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk

tiduran di waktu siang, dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang

membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa atau

kesalahan.  Harus diingat, kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-

tujuan tertentu.

Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap

kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat

harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh

pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa

lanjut usia ini mereka dapat merasa puas  dan bahagia.

3. Pendekatan social

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya

perawat dalam pendekatan sosial. Memberikan kesempatan untuk berkumpul bersama

dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi,

pendekatan sosial ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang

dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam

pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia dan

lanjut usia dan perawat sendiri.

Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia

untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, menonton

film, atau hiburan-hiburan lain.

Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti

menonton televisi, mendengarkan radio, atau membaca surat kabar dan majalah. Dapat

disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan

upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut

usia.

Tidak sedikit klien tidak dapat tidur karena stress, stress memikirkan penyakit,

biaya hidup, keluarga yang di rumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan

atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Untuk menghilangkan rasa jemu dan

menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberi kesempatan kepada lanjut

usia untuk menikmati keadaan di luar, agar merasa masih ada hubungan dengan dunia

luar.

Page 20: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara lanjut usia

(terutama yang tinggal dipanti werda), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha,

antara lain selalu mengadakan kontak dengan mereka, senasib dan sepenanggungan,

dan punya hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai 

hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap mempunyai hubungan

komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung

berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia dipanti werda.

4. Pendekatan spiritual

Perawat harus bias memberikan ketentuan dan kepuasan batin dalam

hubungannya dengan tujuan atau agama yang dianutnya, terutama bila klien lanjut usia

dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.sehubungan dengan pendekatan spiritual

bagi klien lanjut usia yang menekati kematian, DR Toni Setyobudhi mengemukakan

bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini di dasari oleh

berbagai macam faktor seperti, ketidakpastian pengalaman selanjutnya, adanya rasa

sakit/penderitaan yang sering menyertainya, dan kegelisahan untuk tidak kumpul lagi

dengan keluarga/lingkungan sekitarnya.

Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi-

reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara mereka menghadapi hidup

ini. Sebab itu, perawat harus meneliti dengan cermat di manakah letak kelemahan dan

di mana letak kekuatan klien, agar perawat selanjutnya akan lebih terarah lagi. Bila

kelemahan terletak pada segi spiritual, sudah seelayaknya perawat dan tim

berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut usia ini dapat diringankan

penderitaannya. Perawat bisa memberikan kesempatan pada klien lanjut usia untuk

melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan

menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lanjut

usia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.

Apabila kegelisahan yang timbul disebabkan oleh persoalan keluarga, maka

perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa keluarga tadi ditinggalkan, masih

ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan bila ada rasa bersalah yang

menghantui pikiran lanjut usia, segera perawat segera menghubungi seorang

rohaniawan untuk dapat mendampingi lanjut usia dan mendengarkan keluhan-

keluhannya maupun pengakuan-pengakuannya.

Page 21: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

Umumnya pada waktu kematian akan datang, agama atau kepercayaan

seseorang merupakan faktor yang penting sekali. Pada waktu inilah kehadiran seorang

imam sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.

Dengan demikian pendekatan perawat lanjut usia bukan hanya terhadap fisik,

yakni membantu mereka dalam keterbatasan fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut

menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.

2.11.4 Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia

1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.

2. Mempertahankan kesehatan dan kemampuan dari mereka  yang usianya telah

lanjut usia dan jalan perawatan dan pencegahan.

3. Membantu mempertahankan serta membesarkan semangat hidup klien lanjut

usia.

4. Merawat dan menolong klien lanjut usia yang menderita penyakit atau

mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut).

5. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan

diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu.

6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang

menderita suatu penyakit atau gangguan , masih dapat mempertahankan

kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan

2.11.5 Fokus Keperawatan Lansia

1. Peningkatan kesehatan (health promotion).

2. Pencegahan penyakit (preventif).

3. Mengoptimalkan fungsi mental.

4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

2.12 APLIKASI TEORI MADELEINE LEININGER

2.12.1  Konsep Awal

Leininger (1978) mendefinisikan transkultural di keperawatan sebagai: “ bidang

kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan praktik dalam keperawatan yang

difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya perbedaan dan

kesamaan dalam perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari atas nilai-nilai

Page 22: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

budaya, kepercayaan dan praktik budaya yang berbeda di dunia, dan menggunakan

pengetahuan untuk memberikan pengaruh budaya yang spesifik pada masyarakat.”

Tiga tipe budaya yang berhubungan dengan keputusan dan tindakan dipakai

untuk menyakinkan bahwa pelayanan keperawatan memberikan penyesuian tentang

nilai dan norma. Hal tersebut adalah :

1. Budaya asuhan kultural

2. Keputusan dan tindakan dirancang untuk membantu mendukung, atau

meningkatkan kemampuan pasien untuk memelihara atau mempertahankan

kesehatan, menyembuhkan sakit dan kematian.

3. Akomodasi asuhan kultural

4. Keputusan dan tindakan dirancang untuk membantu, mendukung atau

meningkatkan kemampuan pasien untuk mengadaptasi atau merundingkan

kemampuan atau kepuasan status kesehatan atau kematian.

5. Pengolahan ulang asuhan kultural

6. Keputusan dan tindakan dirancang untuk membantu, menyongkong atau

menampukan pasien untuk merubah cara hidup ke pola yang baru atau

berbeda yang secara budaya berarti dan memuaskan atau mendukung

pemanfaatan dan pola hidup sehat.

2.12.2 Paradigma Keperawatan Teori  Keperawatan Leininger

a. Manusia / pasien

Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-

norma yang diyakini yang berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan

tindakan. Manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya

pada setiap saat dimanapun dia berada.

b. Kesehatan

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki pasien  dalam  mengisi

kehidupannnya

c. Lingkungan

Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana pasien dengan

budayanya saling berinteraksi, baik lingkungan fisik, sosial dan simbolik.

d. Keperawatan

Page 23: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada pasien

dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit.

2.12.3 Konsep Utama Teori Transkultural

a. Culture Care

Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan

diturunkan serta diasumsikan yang dapat membantu mempertahankan

kesejahteraan dan kesehatan serta meningkatkan kondisi dan cara hidupnya.

b. World View

Cara pandang individu atau kelompok dalam memandang kehidupannya

sehingga menimbulkan keyakinan dan nilai.

c. Culture and Social Structure Dimention

Pengaruh dari factor-faktor budaya tertentu (sub budaya) yang mencakup

religius, kekeluargaan, politik dan legal, ekonomi, pendidikan, teknologi dan nilai

budaya yang saling berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku

dalam konteks lingkungan yang berbeda

d. Generic Care System

Budaya tradisional yang diwariskan untuk membantu, mendukung,

memperoleh kondisi kesehatan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup

untuk menghadapi kecacatan dan kematiannya.

e. Profesional system

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan

yang memiliki pengetahuan dari proses pembelajaran di institusi pendidikan

formal serta melakukan pelayanan kesehatan secara professional.

f. Culture Care Preservation

Upaya untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan professional

untuk mengambil keputusan dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada

individu atau kelompok sehingga dapat mempertahankan kesejahteraan.

g. Culture Care Acomodation

Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang dengan budaya

tertentu untuk beradaptasi/berunding terhadap tindakan dan pengambilan

kesehatan.

h. Cultural Care Repattering.

Page 24: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan pengambilan

keputusan professional yang dapat membawa perubahan cara hidup seseorang.

i. Culture Congruent / Nursing Care

Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nilai-nilai budaya / keyakinan dan

cara hidup individu/ golongan atau institusi dalam upaya memberikan asukan

keperawatan yang bermanfaat.

2.12.3 Transkultural Care Dengan Proses Keperawatan

Model konseptual asuhan keperawatan transkultural dapat dilihat pada gambar

berikut :

Penerapan teori Leineger (Sunrise Model) pada proses keperawatan

dapat dijelaskan sebagai berikut :

Proses

Keperawatan

Sunrise Model

Pengkajian dan

Diagnosis

Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi :

Level satu : World view and Social system level

Level dua :  Individual, Families, Groups communities   and

Institution in diverse health system

Level tiga :  Folk system, professional system and nursing

Perencanaan dan

Implementasi

Level empat : Nursing care Decition and Action

 Culture Care Preservation/maintanance

 Culture Care Accomodation/negotiations

 Culture Care Repatterning/restructuring                     

Evaluasi

2.12.5 Analisis Teori Transcultural Nursing

a. Kemampuan teori menghubungkan konsep  dalam melihat penomena

Teori Transcultural Nursing yang digambarkan dalam Sunrise Model

menunjukan bahwa level satu dan dua dari teori memilki banyak kesamaan dengan

beberapa teori keperawatan lainnya sedangkan pada level ketiga dan keempat memiliki

perbedaan  spesifik dan bersifat unik jika dibandingkan dengan teori lainnya.

b. Tingkat Generalisasi Teori

Teori dan model yang dikemukan oleh Leininger relatif tidak sederhana, namun

demikian teori ini dapat didemontrasikan dan diaplikasikan  sehingga dapat diberikan

Page 25: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

justifikasi dan pembenaran bagaimana konsep-konsep yang dikemukakan saling

berhubungan. 

c. Tingkat Kelogisan Teori

Kelogisan teori Leininger  adalah pada fokus dari pandangganya dengan melihat

bahwa latar belakang budaya pasien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) yang

berbeda sebagai bagian penting dalam rangka pemberian asuhan keperawatan.

d. Testabilitas teori

Teori Cultural care diversity and Universality dikembangkan berdasarkan atas

riset kualitatif dan kuantitatif.

e. Kemanfaatan Teori bagi Peningkatan Body Of Knowledge

Beberapa penelitian tentang konsep perawatan dengan memperhatikan budaya

telah memberikan arti akan pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang perbedaan

dan persamaan budaya dalam praktek keperawatan.

f. Kemanfaatan Teori pada Pengembangan Praktek Keperawatan

Teori ini sangat relevan dan dapat diterapkan secara nyata dalam praktek

keperawatan, karena teori ini mengemukakan adanya  pengaruh perbedaan budaya

terhadap perilaku hidup sehat. Dan dalam aplikasinya teori ini  sangat relevan dengan

penerapan praktek keperawatan komunitas.

g. Konsistensi  Teori

Leininger menyampaikan pentingnya pemahaman  budaya dalam rangka hubungan

perawat pasien yang juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Imoge King  yang

menekankan pentingnya persamaan persepsi perawat pasien untuk pencapaian tujuan.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Page 26: Makalah Gangguan Sosiokultural Komuniatas

Pengaruh social budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan social budaya

mencapai masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah

tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan social dan

budaya bisa memberikan dampak positif maupun negative.

Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan pasien lansia biasanya dipelajari pada

masyarakat yang terisolasi dimana cara-cara hidup mereka tidak berubah selama

beberapa generasi,

4.2. Saran

Semoga dengan pembuatan maklah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa

dalam mempelajari askep gerontik khususnya yang berhubungan dengan masalah social

budaya pada lansia yang berhubungan dengan perubahan peran pada lansia