makalah gambut

6
PENGOLAHAN AIR GAMBUT Untuk pengolahan air gambut. Proses yang digunakan sangat tergantung pada kondisi kualitas air bakunya, serta tingkay kualitas air olahan yang diinginkan. Tahapan proses pengolahan yang umum digunakan terfiri dari beberapa tahapan proses yakni proses netralisasi, oksidasi untuk menghilangkan kandungan zat besi atau mangan, proses koahulasi-flokulasi, proses pengendapan, proses penyaringan atau filtrasi serta proses disinfeksi untuk membunuh kuman yang ada di dalam air. 1. Netralisasi Netralisasi merupakan suatu usaha untuk mengubah pH atau keasaman air menjadi normal (netral, pH 7-8). Secara teoritis pH dari 0 samapi 14, dimana 0 sangat asam dan 14 sangat basa, pH bormal berkisar 7 sampai 8. Untuk air yang bersifat asam, misalnya air gambut, yang paling murah dan mudah adalah dengan pemberian kapur (CaO) /gamping (CaCO 3 ). Fungsi dari pemberian kapur, disamping untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk membantu efektifitas proses selanjutnya, antara lain: - Proses oksidadi dengan udara, pengurangan Fe dan Mn efektif pada pH 7-8 - Proses oksidasi dengan chlorine efektif pada pH 7-8,5 - Proses koagulasi efektif pada pH ≥ 6 - Pengendapan logam efektif pada pH ≥ 8 Hal penting lainnya adalah air olahan yang dihasilkan netral sesuai dengan kualitas air minum (pH 6,5-8,5). Dalam instalasi

Transcript of makalah gambut

Page 1: makalah gambut

PENGOLAHAN AIR GAMBUT

Untuk pengolahan air gambut. Proses yang digunakan sangat tergantung pada kondisi

kualitas air bakunya, serta tingkay kualitas air olahan yang diinginkan. Tahapan proses

pengolahan yang umum digunakan terfiri dari beberapa tahapan proses yakni proses netralisasi,

oksidasi untuk menghilangkan kandungan zat besi atau mangan, proses koahulasi-flokulasi,

proses pengendapan, proses penyaringan atau filtrasi serta proses disinfeksi untuk membunuh

kuman yang ada di dalam air.

1. Netralisasi

Netralisasi merupakan suatu usaha untuk mengubah pH atau keasaman air menjadi normal

(netral, pH 7-8). Secara teoritis pH dari 0 samapi 14, dimana 0 sangat asam dan 14 sangat basa,

pH bormal berkisar 7 sampai 8. Untuk air yang bersifat asam, misalnya air gambut, yang paling

murah dan mudah adalah dengan pemberian kapur (CaO) /gamping (CaCO3). Fungsi dari

pemberian kapur, disamping untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk

membantu efektifitas proses selanjutnya, antara lain:

- Proses oksidadi dengan udara, pengurangan Fe dan Mn efektif pada pH 7-8

- Proses oksidasi dengan chlorine efektif pada pH 7-8,5

- Proses koagulasi efektif pada pH ≥ 6

- Pengendapan logam efektif pada pH ≥ 8

Hal penting lainnya adalah air olahan yang dihasilkan netral sesuai dengan kualitas air minum

(pH 6,5-8,5). Dalam instalasi air minum, bertujuan untuk mengendalikan korosi perpipaan dalam

system distribusi, dimana korosi membentuk racun pada pH <6,5 atau pH>9,5.

Zat alkali digunakan untuk menaikkan pH air yang rendah dan menaikkan alkalinitas air baku

agar proses koagulasi-flokulasi dapat berjalan baik dan efektif. Cara pembubuhan dapat

dilakukan dengan cara kering dan cara basah (melarutkan dalam air pada konsentrasi tertentu).

2. Aerasi

Aerasi merupakan suatu cara untuk mengontakkan atau menggabungkan antara udara dan air

baku. Kandungan zat besi dan mangan yang terdapat dalam air akan bereaksi dengan oksigen

yang terdapat dalam udara sehingga terbentuk senyawa besi dan mangan yang bisa mengendap.

Zat tersebut (Fe dan Mn) memberikan rasa pahit pada air, menghitamkan hasil pemasakan beras

dan memberikan noda hitam kecoklatan. Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk

Page 2: makalah gambut

menghilangkan gas-gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan, carbon dioksida

dan gas-gas racun lainnya.

3. Koagulasi tahap I

Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia ke dalam air agar kotoran dalam air yang

berupa padatan tersuspensi, misalnya zat warna organik, lumpur halus, bakteri dan lain-lain

dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara paling mudah dan murah adalah dengan

pembubuhan tawas/alum atau rumus kimianya Al2(SO4)3.18H2O (berupa kristal berwarna

putih).

Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan aluminium hidroksida, Al(OH)3, yang

berupa partikel padat yang akan menarik partikel-partikel kotoran sehingga menggumpal

bersama-sama, menjadi besar dan berat dan segera dapat mengendap. Cara pembubuhan tawas

dapat dilakukan sebagai berikut, yaitu: sejumlah tawas/alum dilarutkan dalam air kemudian

dimasukan ke dalam air baku lalu diaduk dengan cepat hingga merata selama kurang lebih 2

menit. Setelah itu kecepatan pengadukan dikurangi sedemikian rupa sehingga terbentuk

gumpalan-gumpalan kotoran akibat bergabungnya kotoran tersuspensi yang ada dalam air baku.

Setelah itu dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan kotoran atau disebut flok tumbuh menjadi

besar dan berat dan cepat mengendap.

4. Koagulasi tahap II dan flokulan

Pengendapan kotoran tahap kedua dengan penggunaan tawas untuk mengikat dan membentuk

gumpalan-gumpalan yang lebih besar lagi sehingga kotoran bisa mengendap. Selanjutnya

gumpalan-gumpalan yang telah terbentuk diikat oleh flokulan sehingga bisa membentuk

gumpalan yang lebih besar lagi. Gumpalan tersebut akan lebih mudah dan cepat mengendap

sehingga air bersih dapat diperoleh.

5. Sedimentasi

Proses sedimentasi adalah proses pengendapan dimana masing-masing partikel tidak mengalami

perubahan bentuk, ukuran maupun kerapatan selama proses pengendapan berlangsung. Partikel-

partikel padat akan mengendap bila gaya gravitasi lebih besar daripada kekentalan dan gaya

kelembaman dalam cairan.

Proses sedimentasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

Page 3: makalah gambut

a) Sedimentasi secara alamiah, partikel padat tersuspensi mengendap karena gaya beratnya sendiri

tanpa tambahan bahan kimia.

b) Sedimentasi non alamiah, partikel padat tersuspensi mengendap karena penambahan bahan lain,

sehingga partikel dapat bergabung menjadi lebih besar, berat dan stabil sehingga gravitasinya

lebih besar.

Proses sedimentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

- Diameter butiran

- Berat jenis butiran

- Berat jenis zat cair

- Kekentalan

- Kecepatan aliran

Setelah kotoran mengendap, air akan tampak lebih jernih. Endapan yang terkumpul di dasar

tangki dapat dibersihkan dengan membuka kran penguras yang terdapat di bawah tangki.

6. Filtrasi

Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan. Butiran gumpalan

kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil

dan ringan masih melayang-layang dalam air. Proses filtrasi ini untuk menghilangkan zat padat

tersuspensi dalam air melalui media biopori. Zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air

melalui lapisan media filter. Media filter bisanya pasir atau kombinasi dari pasir, anthracite,

garnet, ilmeniet, polystiren dan lainnya.Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus

dilakukan proses penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah

diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir.

Page 4: makalah gambut

MEKANISME TERJADINYA KERUSAKAN GIGI AKIBAT AIR LAHAN GAMBUT

Air lahan gambut memiliki pH yang sangat rendah yaitu berkisar antara 2-5. Apabila air

lahan gambut ini di konsumsi secara terus menerus tanpa diolah terlebih dahulu untuk keperluan

sehari-hari seprti memasak, minum, dan sikat gigi, maka akan sangat mempengaruhi suasana

dalam mulut. Air lahan gambut yang bersifat asam itu akan membuat demineralisasi pada gigi

yaitu larutnya hidroksiapatit yang merupakan 95% pembentuk enamel gigi. Semakin

berkurangnya hidroksiapatit akan membuat gigi semakin mudah keropos.

• Prasetyo A. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan permukaan gigi.

Surabaya : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Maj. Kedokteran Gigi 2005

38: 2.

• Herlambang A & Said NI. Aplikasi Teknologi Pengolahan Air Sederhana Untuk

Masyarakat Pedesaan. JAI, 2005. 1(2): 113-122.