Air Sungai Gambut
-
Upload
fauzan-ega-seftiawan -
Category
Documents
-
view
238 -
download
2
Transcript of Air Sungai Gambut
BAB I
IDENTIFIKASI RESIKO
A. Air sungai
1. Definisi Air sungai
Sungai adalah sistem pengairan air dari mulai mata air sampai ke
muara dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh
sempadan sungai (Sudaryoko,1986).
Air sungai adalah air hujan atau air yang berada di dataran lebih
tinggi mengalir di permukaan tanah mengikuti alur darat yang di lalui yang
biasanya terbentuk secara alami kemudian berkumpul menjadi sungai.
Sungai terbentuk secara sederhana yaitu, air mengalir meresap ke
dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui
sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun
di daratan untuk mengalir kelaut atau tampungan air yang besar
seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata
air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung
untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan
kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan.
Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara
sungai.
Menurut Dinas PU, sungai sebagai salah satu sumber air
mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan
masyarakat. sedangkan PP No. 35 Tahun 1991 tentang sungai, Sungai
merupakan tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air
mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
Bantaran sungai berbeda dengan sempadan sungai. Bantaran
sungai adalah areal sempadan kiri-kanan sungai yang terkena/terbanjiri
luapan air sungai. Fungsi bantaran sungai adalah tempat mengalirnya
sebagian debit sungai pada saat banjir (high water channel) (Yodi Isnaini,
2006). Menurut UU No. 35 1991 tentang sungai, menyebutkan pengertian
Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai di
hitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Sehubungan
1
dengan itu maka pada bantaran sungai di larang membuang sampah dan
mendirikan bangunan untuk hunian. (Polantolo, 2008)
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam
sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air,
limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga
berasal dari lelehan es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen
dan polutan.
Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah
untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran
pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk
dijadikan objek wisata sungai.
Air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah
berawa yang Intensitas warna yang tinggi (berwarna merah kecoklatan),
pH yang rendah, kandungan zat organik yang tinggi, kekeruhan dan
kandungan partikel tersuspensi yang rendah, dan kandungan kation yang
rendah. (Kusnaedi, 2006)
Warna coklat kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari
tingginya kandungan zat organik (bahan humus) terlarut terutama dalam
bentuk asam humus dan turunannya. Asam humus tersebut berasal dari
dekomposisi bahan organik seperti daun, pohon atau kayu dengan
berbagai tingkat dekomposisi, namun secara umum telah mencapai
dekomposisi yang stabil (Syarfi, 2007). Dalam berbagai kasus, warna akan
semakin tinggi karena disebabkan oleh adanya logam besi yang terikat
oleh asam-asam organik yang terlarut dalam air tersebut.
2. Karakteristik
a. Karakteristik Sungai
Menurut Robbet J. Kodoatie dan Sugianto dalam bukunya
berjudul Banjir, menyebutkan bahwa sungai dapat dikelompokkan
menjadi tiga daerah yang menunjukkan sifat dan karaktersitik dari
sistem sungai yang berbeda, yaitu :
1) Pada daerah hulu (pegunungan); di daerah pegunungan sungai-
sungai memiliki kemiringan yang terjal (steep slope). Kemiringan
terjal ini dan curah hujan yang tinggi akan menimbulkan stream
power (kuat arus) besar sehingga debit aliran sungai sungai di
2
daerah ini menjadi cukup besar. Periode waktu debit aliran
umumnya berlangsung cepat. Pada bagian hulu ditandai dengan
adanya erosi di Daerah Pengairan Sungai (DPS) maupun erosi
akibat penggerusan dasar sungai dan longsoran tebing. Proses
sedimentasi tebing sungai disebut degradasi. Material dasar sungai
dapat berbentuk boulder/batu besar, krakal, krikil dan pasir. Bentuk
sungai di daerah ini adalah braider(selempit/kepang). Alur bagian
atas hulu merupakan rangkaian jeram-jeram aliran yang deras.
Penampang lintang sungai umumnya berbentuk V.
2) Pada daerah transisi batas pegunungan bagian sampai ke daerah
pantai, kemiringan dasar sungai umumnya berkurang dari 2%
karena kemiringan memanjang dasar sungai berangsur-angsur
menjadi landai (mild). Pada daerah ini seiring dengan berkurangnya
debit aliran walaupun erosi masih terjadi namun proses sedimentasi
meningkat yang menyebabkan endapan sedimen mulai timbul,
akibat pengendapan ini berpengaruh terhadap mengecilnya
kapasitas sungai (pengurangan tampang lintang sungai). Proses
degradasi (penggerusan) dan agradasi (penumpukan sedimen)
terjadi akibatnya banjir dapat terjadi dalam waktu yang relatif lama
dibandingkan dengan daerah hulu. Material dasarnya relative lebih
halus dibandingkan pada daerah pegunungan. Penampang
melintang sungai umumnya berangsur-angsur berubah dari huruf V
ke huruf U.
3) Pada daerah hilir; sungai mulai batas transisi, daerah pantai, dan
berakhir di laut (mulut sungai/ estuary). Kemiringan di daerah hilir
dari landai menjadi sangat landai bahkan ada bagian-bagian sungai,
terutama yang mendekati laut kemiringan dasar sungai hampir
mendekati 0 (nol). Umumnya bentuk sungai menunjukkan pola yang
berbentuk meander sehingga akan menghambat aliran banjir.
Proses agradasi (penumpukan sedimen) lebih dominan terjadi.
Material dasar sungai lebih halus dibandingkan di daerah transisi
atau daerah hulu. Apabila terjadi banjir, periodenya lebih lama
dibandingkan daerah transisi maupun daerah hulu.
3
b. Karakteristik air sungai gambut
Berdasarkan sumber airnya, lahan gambut dibedakan menjadi dua
yaitu (Trckova, M., 2005) :
1) Bog
Merupakan jenis lahan gambut yang sumber airnya berasal
dari air hujan dan air permukaan. Karena air hujan mempunyai pH
yang agak asam maka setelah bercampur dengan gambut akan
bersifat asam dan warnanya coklat karena terdapat kandungan
organik.
2) Fen
Merupakan lahan gambut yang sumber airnya berasal dari air
tanah yang biasanya dikontaminasi oleh mineral sehingga pH air
gambut tersebut memiliki pH netral dan basa.
Berdasarkan kelarutannya dalam alkali dan asam, asam humus
dibagi dalam tiga fraksi utama yaitu (Pansu, 2006) :
a) Asam humat
Asam humat atau humus dapat didefinisikan sebagai hasil akhir
dekomposisi bahan organik oleh organisme secara aerobik. Ciri-ciri
dari asam humus ini antara lain:
• Asam ini mempunyai berat molekul 10.000 hingga 100.000 g/mol
(Collet, 2007).
• Merupakan makromolekul aromatik komplek dengan asam amino,
gula amino, peptide, serta komponen alifatik yang posisinya berada
antara kelompok aromatik.
• Merupakan bagian dari humus yang bersifat tidak larut dalam air
pada kondisi pH < 2 tetapi larut pada pH yang lebih tinggi.
• Bisa diekstraksi dari tanah dengan bermacam reagen dan tidak larut
dalam larutan asam.
• Asam humat adalah bagian yang paling mudak diekstrak diantara
komponen humus lainnya.
• Mempunyai warna yang bervariasi mulai dari coklat pekat sampai
abu-abu pekat.
4
• Humus tanah gambut mengandung lebih banyak asam humat
(Stevenson,1982).
• Asam humus merupakan senyawa organik yang sangat kompleks,
yang secara umum memiliki ikatan aromatik yang panjang dan
nonbiodegradable yang merupakan hasil oksidasi dari senyawa lignin
(gugus fenolik).
b) Asam fulvat
Asam fulvat merupakan senyawa asam organik alami yang
berasal dari humus, larut dalam air, sering ditemukan dalam air
permukaan dengan berat molekul yang rendah yaitu antara rentang
1000 hingga 10.000 (Collet, 2007). Bersifat larut dalam air pada semua
kondisi pH dan akan berada dalam larutan setelah proses penyisihan
asam humat melalui proses asidifikasi. Warnanya bervariasi mulai dari
kuning sampai kuning kecoklatan. Struktur model asam fulvik.
c) Humin
Kompleks humin dianggap sebagai molekul paling besar dari
senyawa humus karena rentang berat molekulnya mencapai 100.000
hingga 10.000.000. Sedangkan sifat kimia dan fisika humin belum
banyak diketahui (Tan, 1982). Tan juga menyatakan bahwa
karakteristik humin adalah berwarna coklat gelap, tidak larut dalam
asam dan basa, dan sangat resisten akan serangan mikroba. Tidak
dapat diekstrak oleh asam maupun basa. Perbedaan antara asam
humat, asam fulvat dan humin bisa dijelaskan melalui variasi berat
molekul, keberadaan group fungsional seperti karboksil dan fenolik
dengan tingkat polimerisasi.
B. Identifikasi Resiko Air Sungai Gambut
Air sungai sebagai salah satu sumber air bersih, tentunya memiliki
beberapa resiko atau bahaya lingkungan yang dapat ditimbulkan, terutama air
sungai yang terdapat di daerah rawa atau biasa di sebut juga air gambut
1. Bahaya Parameter Fisik
Bau
Air yang berbau pada umumnya akibat adanya materi organik
yang membusuk. Organik yang membusuk biasanya terkumpul di bagian
5
dasar dan apabila sudah cukup banyak akan menghasilkan kondisi yang
baik bagi pertumbuhan bakteri anaerobik yang dapat menimbulkan gas-
gas berbau.Sumber bahan organik adalah sisa-sisa tanaman,bangkai
binatang,mikroorganisme dan air buangan.
Jumlah Padatan Terlarut
Nilai TDS (Total Dissolved Solid) perairan sangat dipengaruhi
oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan pengaruh antropogenik
(berupa limbah domestik dan industri). Bahan-bahan terlarut dalam
perairan alami tidak bersifat toksin, akan tetapi jika berlebihan akan
meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat
penetrasi cahaya matahari ke kolam air dan akhirnya berpengaruh pada
proses fotosintesis di perairan.
Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
organik dan anorganik. Kekeruhan juga dapat mewakili warna. Air yang
keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan
yang tersuspensi, sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur
dan kotor. bahan-bahan organik yang tersebar secara merata dan
partikel-partikel yang tersuspensi lainnya. Tingkat kekeruhan dipengaruhi
oleh pH air. Kekeruhan pada air minum umumnya telah diupayakan
sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih.
Air yang keruh merupakan suatu masalah yang perlu
dipertimbangkan dalam penyediaan air minum, mengingat bahwa
kekeruhan tersebut mengurangi estetika, karena dari segi estetika
kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran
melalui buangan dan warna air tergantung pada warna buangan yang
memasuki badan air.
Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Timbulnya rasa
yang menyimpang biasanya disebabkan adanya gas terlarut misalnya
H2S, Organisme hidup misalnya ganggang, adanya limbah padat dan
limbah cair misalnya hasil buangan dari rumah tangga, adanya organisme
pembusuk limbah, dan kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang
digunakan untuk disinfeksi misalnya Chlor yang masuk ke badan air.
6
Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling
jelas, mudah diukur dan sangat beragam. Temperatur atau suhu dari air
akan menentukan penerimaan (Acceptance) masyarakat akan air
tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam pengelolaan,
terutama apabila temperatur air sangat tinggi. Selain itu, temperatur
dalam air mempengaruhi langsung toksisitas banyak bahan kimia
pencemar pertumbuhan mikroorganisme dan virus.
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan
kenaikan aktivitas secara alamiah biasanya disebabkan oleh aktivitas
penebangan vegetasi disekitar sumber air tersebut, sehingga
menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut
mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak langsung.
Warna
Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik, dan
anorganik karena keberadaan plankton, humus, dan ion-ion logam
(misalnya besi, dan mangan), serta bahan-bahan lain. Adanya oksida
besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan
menyebakan air berwarna kecokelatan atau kehitaman. Kalsium Karbonat
yang berasal dari daerah berkapur menimbulkan warna hijau pada
perairan. Bahan organik misalnya tangin, lignin, dan hasam humus yang
berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati, sehingga
menimbulkan warna kecokelatan.
Warna dapat diamati secara visual (langsung) ataupun diukur
berdasarkan skala Platinum Kobalt (PtCo), dengan membandingkan
warna air sampel dan standar warna yang ditetapkan pemerintah.
Standar air yang memiliki kekeruhan rendah biasanya memiliki warna
tampak dan warna sesungguhnya yang sama dengan standar.
Ditetapkannya standar warna sebagai salah satu persyaratan kualitas,
diharapkan bahwa semua air minum yang akan diberikan kepada
masyarakat akan dapat langsung diterima oleh masyarakat.
2. Bahaya Parameter Kimia
Mangan ( Mn 2+)
7
Mn adalah metal kelabu kemerah-merahan. Keracunan
sering kali bersifat kronis sbg akibat inhalasi debu dan uap logam.
Gejala yang timbul berupa gejala susunan saraf : insomnia ,
kemudian lemah pada kaki dan otot muka, sehingga ekspresi muka
menjadi beku dan muka tampak seperti topeng ( mask ) bila
pemaparan berlanjut maka bicaranya lambat dan monoton dapat
terjadi hyperrefleksi, clonus pada pattela dan tumit dan berjalan
seperti penderita parkinsonism, kadar Mn yang diperbolehkan 0,1
mg/L . Dampak kesehatan dan terhadap Air; Mn menimbulkan
masalah warna, hanya warnanya ungu atau hitam.
Besi ( Fe 2+ )
Didalam air minum Fe2+ menimbulkan rasa, warna ( kuning ).
Pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan
kekeruhan besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan
hemoglobin. Banyaknya Fe didalam tubuh dikendalikan pada fase
absorpsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe, karena
mereka yang sering mendapat transfusi darah , debu Fe juga dapat
diakumulasi didalam alveoli, kadar Fe yang diperbolehkan 0,3 mg/L.
Dampak Kesehatan dan terhadap Air; Warna kulit menjadi hitam
karena akumulasi Fe dalam dosis besar dapat merusak dinding usus
dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru apabila
konsentrasi melebihi 0,3 mg/L dapat menyebabkan warna air menjadi
kemerah-merahan dan memberikan rasa yang tidak enak pada
minuman dan dapat membentuk endapan pada pipa logam dan
bahan-bahan cucian.
Nitrat ( NO3- )
Nitrat pada konsentrasi tinggi dapat menstimulasi perubahan
ganggang yang tak terbatas ( bila beberapa syarat lain seperti
konsentrasi fosfat dipenuhi ) sehingga air kekurangan DO ( Dissolved
oxygen ) yang menyebabkan kematian ikan. Kadar nitrat secara
alamiah biasanya agak rendah namun kadar nitrat dapat menjadi
tinggi sekali, dalam air tanah didaerah-daerah yang diberi pupuk yang
mengandung nitrat, kadar nitrat yang diperbolehkan adalah 10 mg/L
didalam usus manusia nitrat direduksi menjadi nitrit yang dapat
8
menyebabkan metahaemoglobine terutama pada bayi. Dampak
Kesehatan dan terhadap Air; Dalam jumlah besar dapat
menyebabkan gangguan GI diare, campur darah disusul oleh
konvulsi, koma dan bila tak ditolong akan meninggal, keracunan
kronis menyebabkan metahaemoglobine terutama pada bayi dan
menyebabkan depresi umum , sakit kepala dan gangguan mental.
Nitrit ( NO2-)
Nitrit biasanya tidak bertahan lama dan merupakan keadaan
sementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrat. Dampak
Kesehatan dan terhadap Air; Nitrit dapat membahayakan kesehatan
namun dapat bereaksi dengan haemoglobine dalam darah tinggi
hingga darah tersebut tidak dapat menyangkut oksigen lagi dan nitrit
juga menimbulkan nitrosanin ( RR’N – NO ) pada air buangan yang
tertentu nitrosamine tersebut dapat menyebabkan kanker.
clorida ( Cl- )
Cl- toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Clor
digunakan sebagai desinfectan dalam penyediaan air minum sebagai
desinfectan residu clor di dalam penyediaan air sengaja dipelihara
tetapi clor ini dapat terikat pada senyawa organic dan membentuk
halogen hidrokarbon ( Cl – HC ) banyak diantaranya dikenal sebagai
senyawa – senyawa karsinogenik oleh karena itu diberbagai Negara
maju sekarang ini clorinasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi
digunakan untuk kadar Cl yang diperbolehkan ada dalam suatu
perairan adalah 250 mg/L. Dampak Kesehatan dan terhadap Air;
Dalam jumlah banyak Cl – akan menimbulkan rasa asin, korosi pada
pipa system penyediaan air panas.
Sulfat ( SO4 2 - )
H2SO4 merupakan asam kuat yang selanjutnya akan dapat
bereaksi dengan logam-logam yang merupakan bahan dari pipa yang
dipergunakan dan terjadilah apa yang dinamakan korosi. Masalah
bau disebabkan kerna timbulnya H2S yang merupakan suatu gas
yang berbau. Kadar sulfat yang diperbolehkan adalah 400 mg/L.
Dampak Kesehatan dan terhadap Air; Jumlah MgSO4 yang tidak
terlalu besar sudah dapat menimbulkan diare sulfat pada boilers
9
menimbulkan endapan ( Hard scales ) demikian pula pada Heat
exchanges sulfat bersifat irritant bagi saluran gastro intestinal bila
bercampur dengan Mg atau Na.
Air Raksa ( Hg )
Hg merupakan racun yang sistemik dan diakumulasi di hati,
ginjal dan tulang oleh tubuh Hg diekskresikan lewat urine, feces,
keringat, saliva dan air susu. Di alam Hg dapat berubah menjadi
organic dan sebaliknya karena adanya interaksi dengan mikroba,
Genus pseudomonas dan ceurospora dapat merubah Hg anorganik
menjadi organic, staphylococcus aerus antara lain dapat mereduksi
Hg 2+ menjadi Hg elemental.untuk kadar Hg yang diperbolehkan ada
dalam perairan adalah 0,001 mg/L. Dampak Kesehatan dan terhadap
Air; Keracunan Hg akan menimbulkan gejala susunan saraf ( SSP)
selain kelainan kepribadian dan tremor, convulsi, pikun, insomnia,
kehilangan kepercayaan diri, irritasi, depresi dan rasa ketakutan.
Gejala gastero-intestinal ( G.I ) seperti stomatitis, hipersalivasi, colitis,
sakit pada waktu mengunyah, ganggivitis, garis hitam pada gusi
( leadline ) dan gigi yang mudah melepas. Kulit dapat menderita
dermatitis dan ulcer. Hg yang organic cenderung merusak SPP
( Tremor, ataxia, lapangan penglihatan menciut, perubahan
kepribadian ) sedangkan Hg anorganik biasanya merusak ginjal dan
menyebabkan cacat bawaan.
TDS ( Total Dissolved solid )
Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. TDS
akan mempengaruhi DHL “ semakin banyak ion bermuatan listrik
maka akan mempengaruhi dan mempermudah daya hantar listrik dan
selain itu TDS menyebabkan kekeruhan ( Turbidity ) dan selain itu
TDS akan mempengaruhi salinitas karena senyawa terlarut
menyebabkan air menjadi asin. Dampak Kesehatan dan terhadap Air;
Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan
tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.
Kekeruhan ( Turbidity )
Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindung
oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentunya berbahaya bagi
10
kesehatan, bila mikroba itu pathogen. Dampak Kesehatan dan
terhadap Air; apabila mikroba pathogen terlindung oleh zat
tersuspensi, maka secara tidak langsung akan mengganggu terhadap
kesehatan manusia.
Kesadahan ( Ca CO3 )
Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan
oleh adanya ion-ion ( Kation ) logam valensi dua. Ion-ion semacam
itu mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak air. Kation-
kation penyebab utama dari kesadahan Ca 2 + dan Mg 2 + Sr 2 + , Fe 2 +
dan Mn 2 +. Sedangkan anion-anion yang biasanya terdapat dalam air
adalah HCO3- SO4, Cl -, NO3
– dan SiO3 2 - . Ion-ion Al 3 + dan Fe 3 +
kadang-kadang dianggap sebagai penyebab kesadahan air. Namun
kelarutannya begitu dibatasi pada nilai pH dari air alam, sehingga
konsentrasi ion dapat diabaikan. Dampak Kesehatan dan terhadap
Air; Pengaruh langsung terhadap kesehatan akibat penyimpangan
dari standar ini tidak ada, tetapi kesadahan dapat menyebabkan
sabun pembersih menjadi tidak efektif kerjanya. Kesadahan dapat
menyebabkan pengendapan pada dinding pipa, sulitnya bersih dalam
mencuci bahan-bahan pakaian dan jika mandi dilaut sabun tidak akan
3. Bahaya Parameter Biologi
E. Coli
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam British Medical
Journal ditemukan orang yang mengonsumsi air yang tercemar E.
coli memiliki peningkatan risiko terkena tekanan darah tinggi,
masalah ginjal dan juga penyakit jantung di kemudian hari.Tim
peneliti dari Lawson Health Research Institute dan The University of
Western Ontario menilai risiko untuk tekanan darah tinggi,
gangguan ginjal dan juga penyakit kardiovaskular terjadi dalam
waktu 8 tahun sejak mengalami gastroenteritis (masalah
pencernaan) dari air minum yang tercemar bakteri coli.
Akibat dari bakteri E.coli adalah sebagai berikut:
Gangguan sistim pencernaan
Gangguan pada Ginjal
11
Serangan jantung atau stroke
Tekanan darah Tinggi
4. Bahaya Parameter Sosial
MCK
MCK atau Mandi, Cuci, Kakus disungai dapat mencemari
sungai, menggangu ekosistem sungai, menurunkan kualitas air
sungai, serta dapat menimbulkan penyakit.
12
BAB II
UPAYA MANAJEMEN
A. Planning
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia selalu memerlukan air terutama untuk minum,
masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Pada saat ini, persentase penduduk
di Indonesia yang sudah mendapatkan pelayanan air bersih dari badan atau
perusahaan air minum masih sangat kecil yaitu untuk daerah perkotaan
sekitar 45 % , sedangkan untuk daerah pedesaan baru sekitar 36 % .
Di daerah - daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih
tersebut, penduduk biasanya menggunakan air sumur galian, air sungai yang
kadang- kadang bahkan sering kali air yang digunakan kurang memenuhi
standart air minum yang sehat. Bahkan untuk daerah yang sangat buruk atau
di daerah rawa kualitas air tanah maupun air sungainya tidak memenuhi
persyaratan air bersih yang layak digunakan dan dikonsumsi. Air sungai di
lahan gambut berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat
karena air gambut yang dikonsumsi bersifat asam yang bisa membuat gigi
keropos. Selain itu, air gambut mengandung zat organik ataupun anorganik
yang bisa mengganggu metabolisme tubuh.Oleh karena itu di daerah - daerah
seperti ini, persentase penderita penyakit yang disebabkan akibat
penggunaan air minum yang kurang bersih atau kurang memenuhi syarat
kesehatan masih sangat tinggi.
Untuk itu perlu dilakukan pengolahan/ treatment terhadap air gambut
agar bisa digunakan sebagai air besih dan air minum. Ada beberapa proses
dan metode pengolahan yang dapat diterapkan untuk mengolah jenis air
berwarna alami ini adalah sebagai berikut : Proses oksidasi, Proses adsorpsi,
Proses Koagulasi – Flokulasi, dan Proses elektrokoagulasi.
1. Proses Oksidasi
Proses oksidasi untuk pengolahan air berwarna (yang
mengandung senyawa organik) yang dapat dianjurkan adalah dengan
ozon atau peroksida, karena tidak menghasilkan suatu ikatan atau
senyawa yang berbahaya (dapat menguraikannya sehingga mudah
terurai dan menguap). Ozon atau peroksida dikenal sebagai oksidator
13
yang kuat yang dapat digunakan dalam pengolahan air sehingga ikatan
polimer dan monomernya akan terputus dan akan membentuk CO2 dan
H2O apabila oksidasinya sempurna. Namun dalam aplikasinya biaya
operasi relatif mahal, dan perlu digunakan unit penghasil ozon.
2. Proses Adsorpsi
Adsorbsi merupakan fenomena fisika dimana molekul-molekul
bahan yang diadsorpsi tertarik pada permukaan bidang padat yang
bertindak sebagai adsorban. Dengan demikian jelas bahwa adsorpsi
merupakan fenomena bidang batas, yang efisiensinya makin tinggi
apabila luas bidang permukaan adsorban makin besar (Schnitzer, 1992).
Ditinjau dari segi derajat adsorpsi pada suatu jenis adsorban secara
umum mengikuti aturan sebagai berikut (Cahyana, 2009) :
• Adsorpsi berlangsung sedikit terhadap semua senyawa organik,
kecuali senyawa berhalogen (F, Br dan Cl).
• Adsorpsi berlangsung baik pada semua senyawa berhalogen dan
senyawa alifatik.
• Adsorpsi berlangsung sangat baik terhadap semua senyawa
aromatik, makin banyak kandungan inti benzennya makin baik
adsorpsinya.
Berdasarkan kriteria di atas maka, pengolahan air berwarna (air
gambut) dapat dilakukan dengan cara adsorpsi karena asam humus
mempunyai gugus senyawa aromatik. Namun secara umum proses inipun
masih mahal. Dalam pengolahan air gambut dengan proses adsorpsi
pada perinsipnya adalah menarik molekul asam-asam humus ke
permukaan suatu adsorben. Contoh adsorben yang biasa digunakan
adalah karbon aktif (charcoal), zeolit, resin, dan tanah liat dari lokasi
sumber air gambut
3. Proses Koagulasi – Flokulasi
Proses koagulasi yang diiringi dengan proses flokulasi merupakan
salah satu proses pengolahan air yang sudah lama digunakan. Proses ini
penting untuk penyisihan warna dan organik (Amirtarajah dan O’melia,
1999). Definisi koagulasi sebagai proses cukup banyak tapi dari laporan
Fearing et al, (2004) dapat disimpulkan menjadi tiga :
14
a. Proses untuk menggabungkan partikel kecil menjadi agregat yang
lebih besar.
b. Proses penambahan bahan kimia ke dalam air untuk menghasilkan
spesies kimia yang berperan dalam destabilisasi kontaminan dan
meningkatkan kemungkinan penyisihan.
c. Proses untuk menggabungkan partikel koloid dan partikel kecil
menjadi agregat yang lebih besar dan dapat mengadsorb material
organik terlarut ke permukaan agregat sehingga dapat mengendap.
Partikel koloid yang terkandung dalam air alam umumnya
mempunyai muatan negatif, sehingga koagulan yang diperlukan adalah
yang bermuatan positif. Koagulan yang umum digunakan dalam
pengolahan air adalah garam aluminium seperti alum.
Flok-flok yang terbentuk pada umumnya juga mempunyai
kemampuan adsorpsi yang cukup besar. Sehingga pada saat yang
bersamaan dengan pembentukan dan penggabungan mikroflok akan
terjadi proses adsorpsi dan pemerangkapan bahan-bahan terlarut dalam
air, dan akan ikut tersisih dalam proses pengendapan dan penyaringan.
Sedangkan pada air berwarna alami atau air gambut konsentrasi bahan
koloid atau partikel tersuspensi lainnya umumnya sangat rendah.
Sehingga ada pendapat mengatakan bahwa sesungguhnya proses
koagulasi dan flokulasi yang dilaksanakan pada air berwarna tidak lain
adalah melaksanakan proses adsorpsi dengan bantuan penambahan
bahan kimia (Notodarmojo, 1994).
4. Proses Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan air secara
elektrokimia dimana pada anoda terjadi pelepasan koagulan aktif berupa
ion logam (biasanya alumunium atau besi) ke dalam larutan, sedangkan
pada katoda terjadi reaksi elektrolisis berupa pelepasan gas Hidrogen
(Holt et al., 2004).
Menurut Mollah (2004), elektrokoagulasi adalah proses kompleks
yang melibatkan fenomena kimia dan fisika dengan menggunakan
elektroda untuk menghasilkan ion yang digunakan untuk mengolah air
limbah. Sedangkan elektrokoagulasi menurut Ni’am (2007), adalah proses
penggumpalan dan pengendapan partikel-partikel halus dalam air
15
menggunakan energi listrik. Proses elektrokoagulasi dilakukan pada
bejana elektrolisis yang didalamnya terdapat dua penghantar arus listrik
searah yang disebut elektroda, yang tercelup dalam larutan elektrolit.
Dalam rangka penyediaan air minum yang bersih dan sehat bagi
masyarakat pedesaan yang mana kualitas air tanahnya buruk serta belum
mendapatkan pelayanan air minum dari PAM, perlu memasyarakatkan
alat pengolah air Minum sederhana yang murah dan dapat dibuat oleh
masyarakat dengan mudah untuk di dapatkan.
Salah satu alat pengolah air minum sederhana tersebut adalah
alat pengolah air minum yang merupakan paket terdiri dari Tong (Tangki),
Pengaduk, Pompa aerasi dan saringan dari pasir atau disingat Model
TP2AS. Alat ini dirancang untuk keperluan rumah tangga sedemikian rupa
sehingga cara pembuatan dan cara pengoperasiannya mudah serta
biayanya murah. Cara pengolahannya dengan menggunakan bahan
kimia yaitu hanya dengan tawas dan kapur (gamping).
Alat Pengolah Air Minum model TP2AS ini sangat cocok
digunakan untuk pengolahan air minum yang air bakunya mengandung
zat besi dan mangan dan zat organik, dengan biaya yang sangat murah.
B. Organizing
Pada tahapan organizing ini, dilakukan penataan dan cara pengolahan
terhadap faktor- faktor resiko.
Tahapan proses pengolahan terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a) Netralisasi dengan pemberian kapur/gamping.
b) Aerasi dengan pemompaan udara.
c) Koagulasi dengan pemberian tawas.
d) Pengendapan.
e) Penyaringan.
Skema tahapan proses dapat dilihat pada Gambar 1.
16
Gambar 1. Diagram proses pengolahan air gambut.
a. Netralisasi
Yang dimaksud dengan netralisasi adalah mengatur keasaman
air agar menjadi netral (pH 7 - 8). Untuk air yang bersifat asam misalnya
air gambut, yang paling murah dan mudah adalah dengan pemberian
kapur/gamping. Fungsi dari pemberian kapur, disamping untuk
menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk membantu
efektifitas proses selanjutnya.
b. Aerasi
Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara
dengan air baku agar kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam
air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara memben tuk
senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan. Disamping
itu proses aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun
yang tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan, Carbon Dioksida dan
gas-gas racun lainnya. Reaksi oksidasi Besi dan Mangan oleh udara
dapat ditulis sebagai berikut:
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ====> 4 Fe(OH)3+ 8 H+
tak larut
Mn2+ + O2 + H2O ====> MnO2 + 2 H+
tak larut
Dari persamaan reaksi antara besi dengan oksigen tersebut,
maka secara teoritis dapat dihitung bahwa untuk 1 ppm oksigen dapat
mengoksidasi 6.98 ppm ion Besi. Reaksi oksidasi ini dapat dipengaruhi
antara lain : jumlah Oksigen yang bereaksi , dalam hal ini dipengaruhi
oleh jumlah udara yang dikontkkan dengan air serta luas kontak antara
17
gelembung udara dengan permukaan air . Jadi makin merata dan makin
kecil gelembung udara yang dihembuskan kedalam air bakunya , maka
oksigen yang bereaksi makin besar. Faktor lain yang sangat
mempengaruhi reaksi oksidasi besi dengan oksigen dari udara adalah
pH air. Reaksi oksidasi ini sangat efektif pada pH air lebih besar
7(tujuh). Oleh karena itu sebelum aerasi dilakukan, maka pH air baku
harus dinaikkan sampai mencapai pH 8. Hal ini dimaksudkan agar pH
air tidak menyimpang dari pH standart untuk air minum yaitu pH 6,5 - pH
8,5. Oksidasi Mangan dengan oksigen dari udara tidak seefektif untuk
besi, tetapi jika kadar Mangannya tidak terlalu tinggi maka sebagaian
mangan dapat juga teroksidasi dan terendapkan.
c. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air
agar kotoran dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat
warna organik, lumpur halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal
dan cepat mengendap. Cara yang paling mudah dan murah adalah
dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus kimianya Al2(SO4)3.18
H2O. (berupa kristal berwarna putih).
Reaksi koagulasi dengan Tawas secara sederhana dapat ditulis sebagai
berikut :
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==> 2 Al(OH)3 +3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18 H2O
alkalinity
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O
mengendap
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan
alumunium hidroksida, Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan
menarik partikel - partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-
sama, menjadi besar dan berat dan segera dapat mengendap. Cara
pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai berikut yaitu : sejumlah
tawas/ alum dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan kedalam air
baku lalu diaduk dengan cepat hingga merata selama kurang lebih 2
18
menit. Setelah itu kecepatan pengadukkan dikurangi sedemikian rupa
sehingga terbentuk gumpalan - gumpalan kotoran akibat bergabungnya
kotoran tersuspensi yang ada dalam air baku. Setelah itu dibiarkan
beberapa saat sehingga gumpalan kotoran atau disebut flok tumbuh
menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.
d. Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai
gumpalan kotoran yang terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit).
Setelah kotoran mengendap air akan tampak lebih jernih. Endapan yang
terkumpul didasar tangki dapat dibersihkan dengan membuka kran
penguras yang terdapat di bawah tangki.
e. Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran
dapat diendapkan semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran
yang besar dan berat akan mengendap, sedangkan yang berukuran
kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan
air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan
kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir
Sistem penyediaan air minum yang dapat dikelola oleh
masyarakat secara mandiri ini merupakan tujuan dari pengembangan
sistem pengelolaan air minum sederhana. Hal ini dilakukan melalui
pembangunan Instalasi Pengolahan Air Sederhana yang dapat
menggunakan sumber air baku dari mata air, air permukaan, air tanah,
ataupun dari air hujan agar masyarakat mempunyai air bersih yang
memenuhi syarat.
Masyarakat yang terlibat langsung dalam perencanaan,
pembuatan, pengoperasian, dan perawatan alat ini sebelumnya harus
diberikan penyuluhan atau pemahaman tentang sistem pengelolaan air
sederhana ini seperti telah dilakukannya persiapan dengan membuat
jadwal dan sistem pengoperasian.
Sistem pengelolaan air sederhana yang berskala kecil ini di
harapkan dapat di jalankan secara swadaya oleh masyarakat setempat
sehingga manfaatnya dapat di rasakan bersama. Terlepas dari
19
pembuatan dan penjadwalan pengoperasian, pemeliharaan alat adalah
bagian yang tidak boleh terlupakan agar sistem ini berjalan sesuai dan
sebagaimana mestinya tanpa hambatan yang berarti.
Pemeliharaan dapat di bagi menjadi 2 tahapan. Yang pertama,
tahapan pemeliharaan jangka pendek yaitu satu minggu sekali
contohnya seperti :
1) Membersihkan saringan dari kotoran dan sampah-sampah
2) Membersihkan saluran pembawa air baku dari endapan
3) Membersihkan bak penampungan dari kotoran dan sampah
4) Membersihkan batu kali resapan dari sampah
5) Membersihkan sumur pengambilan dari sampah yang mungkin
menghalangi
6) Pemeriksaan alat seperti pipa dan mesin untuk menghindari
kebocoran dan kerusakan
Tahapan pemeliharaan jangka panjang yaitu bulanan dan
tahunan contohnya seperti :
1) Pengecekan fungsi alat
2) Pembersihan alat secara menyeluruh
3) Pengerukan bak penampungan dari endapan
C. Actuating
Untuk merealisasikan rancangan yang telah dibuat, berikut ini adalah
cara pembuatan unit pengolahan air bersih sederhana yang dapat dibuat.
1. Bahan
Untuk pembuatan satu unit alat pengolah air minum sederhana ini,
diperlukan bahan-bahan antara lain seperti pada tabel di bawah ini (lihat
tabel berikut. Jika bahan tersebut tidak tersedia dipasaran setempat, dapat
disesuaikan dengan bahan yang tersedia. Jadi tidak harus seperti yang
tertera pada Tabel 1.
20
Tabel 1: Bahan-bahan yang diperlukan.
No BAHAN SATUAN JUMLAH
1 Tangki Fiber glass Vol. 500 liter buah 1
2 Tong Kran Plastik, Volume 20
atau 40 liter
buah 1
3 Stop kran ½" buah 1
4 Stop kran ¾" buah 2
5 Socket PVC drat luar ½" buah 3
6 Socket PVC drat luar ¾" buah 3
7 Fauset PVC drat dalam ½" buah 3
8 Fauset PVC drat dalam ¾" buah 2
9 Pipa PVC ½" batang 1
10 Pipa PVC ¾" batang 1
11 Slang Plastik 5/8" meter 6
12 Pompa Tekan buah 1
13 Ember Plastik buah 2
14 Spons busa, tebal 2 cm lembar 1
15 Kerikil, diameter 1-2 cm kg 5
16 Pasir silika kg 25
17 Arang kg 5
18 Ijuk ikat 1
19 Kapur Gamping - -
20 Tawas - -
21 Kaporit - -
Bahan-bahan tersebut tidak termasuk bahan untuk dudukkan alat.
Di samping itu bahan - bahan tersebut dapat juga disesuaikan dengan
keadaan setempat misalnya, jika tidak ada tong plastik dapat juga dipakai
drum bekas minyak yang dicat terlebih dahulu.
21
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari Tong, pengaduk, pompa
aerasi, dan saringan dari pasir. Kegunaan dari masing-masing peralatan
adalah sebagai berikut:
a. Tong/Tangki Penampung
Terdiri dari Drum Plastik dengan volume 220 liter. Drum tersebut
dilengkapi dengan dua buah kran yaitu untuk mengalirkan air ke bak
penyaring dan untuk saluran penguras. Pada dasar Drum sebelah
dalam diplester dengan semen sehingga berbentuk seperti kerucut
untuk memudahkan pengurasan. Selain itu dapat juga menggunakan
tangki fiber glass volume 550 liter yang dilengkapi dengan kran
pengeluaran lumpur. Tong atau tangki penampung dapat juga dibuat
dari bahan yang lain misalnya dari tong bekas minyak volume 200 liter
atau dari bahan gerabah. Fungsi dari drum adalah untuk menampung air
baku, untuk proses aerasi atau penghembusan dengan udara, untuk
proses koagulasi dan flokulasi serta untuk pengendapan.
b. Pompa Aerasi
Pompa aerasi terdiri dari pompa tekan (pompa sepeda) dengan
penampang 5 cm, tinggi tabung 50 cm. Fungsi pompa adalah untuk
menghembuskan udara kedalam air baku agar zat besi atau mangan
yang terlarut dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam
udara membentuk oksida besi atau oksida mangan yang dapat
diendapkan. Pompa tersebut dihubungkan dengan pipa aerator untuk
menyebarkan udara yang dihembuskan oleh pompa ke dalam air baku.
Pipa aerator terbuat dari selang plastik dengan penampang 0.8 cm,
yang dibentuk seperti spiral dan permukaannya dibuat berlubang-
lubang, jarak tiap lubang + 2 cm.
c. Bak Penyaring
Bak Penyaring terdiri dari bak plastik berbentuk kotak dengan
tinggi 40 cm dan luas penampang 25 X 25 cm serta dilengkapi dengan
sebuah keran disebelah bawah. Untuk media penyaring digunakan
22
pasir. kerikil, arang dan ijuk. Susunan media penyaring media penyaring
dari yang paling dasar keatas adalah sebgai berikut :
Lapisan 1: kerikilatau koral dengan diameter 1-3 cm, tebal 5 cm.
Lapisan 2: ijuk dengan ketebalan 5 cm.
Lapisan 3: arang kayu, ketebalan 5-10 cm.
Lapisan 4: kerikil kecil diameter + 5 mm, ketebalan + 5 cm.
Lapisan 5: pasirsilika, diameter + 0,5 mm, ketebalan 10-15 cm.
Lapisan 6: kerikil, diameter 3 cm, tebal 3-6 cm.
Diantara Lapisan 4 dan 5, dan Lapisan 5 dan 6, dapat diberi
spons atau kasa plastik untuk memudahkan pada waktu melakukan
pencucian saringan. Gambar penampang Tangki Penampung, Selang
Aerator dan penampang saringan adalah seperti tertera pada Gambar 2,
Gambar 3, dan Gambar 4.
Gambar 2. Penampang Saringan Pasir
d. Bahan Kimia
Bahan kimia yang diperlukan antara lain : Tawas, kapur tohor
dan kaporit bubuk.
23
Gambar 3. Pipa Aerator
3. Tahap Pembuatan
a. Masukkan air baku kedalam tangki penampung sampai hampir penuh
(550 liter).
b. Larutkan 60 - 80 gram bubuk kapur / gamping (4 - 6 sendok makan) ke
dalam ember kecil yang berisi air baku, kemudian masukkan ke dalam
tangki dan aduk sampai merata.
c. Masukkan slang aerasi ke dalam tangki sampai ke dasarnya dan
lakukan pemompaan sebanyak 50 - 100 kali. setelah itu angkat
kembali slang aerasi.
d. Larutkan 60 - 80 gram bubuk tawas (4 - 6 sendok makan) ke dalam
ember kecil, lalu masukkan ke dalam air baku yang telah diaerasi.
Aduk secara cepat dengan arah yang putaran yang sama selama 1 - 2
menit. Setelah itu pengaduk diangkat dan biarkan air dalam tangki
berputar sampai berhenti dengan sendirinya dan biarkan selama 45 -
60 menit.
24
Gambar 4. Alat pengolahan air sederhana
e. Buka kran penguras untuk mengelurakan endapan kotoran yang
terjadi, kemudian tutup kembali.
f. Buka kran pengeluaran dan alirkan ke bak penyaring. Buka kran
saringan dan usahakan air dalam saringan tidak meluap.
g. Tampung air olahan (air bersih) dan simpan ditempat yang bersih. Jika
digunakan untuk minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu.
Catatan :
Jika volume bak penampung lebih kecil maka jumlah kapur dan tawas
yang dipakai harus disesuaikan.
Jika menggunakan kaporit untuk membunuh kuman-kuman penyakit,
bubuhkan kaporit sekitar 1-2 gram untuk 500 liter air baku. Cara
pemakaiannya yaitu dimasukkan bersama-sama pada saat memasukkan
larutan kapur.
D. Controlling
Setelah dilakukan pengolahan terhadap air, kemudian dilakukan kontrol
terhadap parameter fisik, kimia dan biologi hasil dari pengolahan air. Sehingga
air bersih yang dihasilkan tetap terjaga kualitasnya.
Controlling dilakukan secara berkala dengan tujuan agar dapat diketahui
dengan cepat apabila ada atau terjadi perubahan pada peralatan maupun
hasil dari pengolahan air.
25
Pengontrolan ini dilakukan oleh masyarakat yang kemudian di awasi
oleh badan yang merencakan sistem pengelolaan air di tempat tersebut.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
26
A. KESIMPULAN
Dari hasi penelitian manajemen risiko dan analisis lingkungan di
peroleh kesimpulan sebagai berikut :
1. air gambut merupakan sumber air baku yang sangat potensial untuk
dikelola sebagai sumber daya air yang dapat diolah menjadi air bersih
maupun air minum.
2. Perlu pengolahan terlebih dahulu dalam pemanfaatan air gambut sebagai
air bersih, karena pada umumnya kualitas air gambut mempunyai
kandungan organik, warna dan derajat keasaman yang tinggi.
3. Proses pengelolaan air secara sederhana dengan menggunakan model
TP2AS dapat dipakai sebagai salah satu alternatif untuk memperbaiki
kualitas air gambut karena dapat menurunkan kandungan organik,
kekeruhan dan warna.
4. Dalam proses pengelolaan air ini sumber daya masyarakat yang antusias
dan mau bergotong royong menciptakan sesuatu yang lebih baik sangat
menunjakan kelancaran kegiataan.
B. SARAN
Penggunaan alat penyaring membutuhkan pengelolaan/perawatan
yang rutin agar dapat terus digunakan dan akan lebih baik apabila dilakukan
pengujian kualitas air secara rutin agar kualitas air hasil saringan tetap
terjaga dan terpantau kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
27
Anonim. 2011. Teknik Penyaringan Air Sederhana. Dikutip dari
http://aimyaya.com/id/lingkungan-hidup/kumpulan-teknik-
penyaringan-air-sederhana. di akses tanggal 14 juni 2013
Cipta karya. 2007. Juknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum Sederhana. Dikutip
dari
:http://ciptakarya.pu.go.id/dok/hukum/pedoman/juknis_pelaksanaan
_prasarana_air_minum_sederhana.pdf di akses tanggal 19 juni
2013
Departemen Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan RI, Nomor :
907/MENKES/SK/VII/2002, Tanggal 29 Juli 2002 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, www.depkes.go.id, diakses tanggal
14 juni 2013.
Pesona unggas. 2012. Mengolah Air Gambut Pada Daerah Rawa. Dikutip dari:
http://www.pesonaunggas.com/2012/05/mengolah-air-gambut-pada-
daerah-rawa.html di akses tanggal 18 juni 2013
Wikipedia. 2013, “Air gambut”. Dikutip dari:
(http://en.wikipedia.org.wiki/airgambut) di akses tanggal 18 juni
2013
Anne ahira. 2003. Macam- Macam Sungai. Dikutip dari:
http://www.anneahira.com/macam-macam-sungai.htm di akses
tanggal 18 juni 2013
28