Analisa Air Sungai

download Analisa Air Sungai

of 22

description

hasil praktikum air sungai tunggu dengan parameter COD, DO dan angka organik

Transcript of Analisa Air Sungai

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pencemaran di sungai disebabkan oleh perilaku manusia sebagai

    pengguna. Akibat buangan dari aktivitas rumah tangga bahkan limbah yang

    datang dari daerah industri menyebabkan terganggunya ekosistem sungai.

    Di Indonesia telah banyak dilakukan pengukuran kualitas air sungai baik

    secara fisik maupun kimia seperti pada Sungai Glugu di Kabupaten

    Grobogan Jawa Tengah pada Tahun 2011 dimana pengukuran kadar COD

    adalah 713 mg/l.1 Sungai Cipalabuhan Jawa Barat yang berdekatan dengan

    pemukiman penduduk terdapat kandungan angka organik yaitu 37,1 mg/l.2

    Provinsi Jawa Tengah khususnya Kota Semarang juga memiliki

    banyak sungai. Sungai Tunggu merupakan salah satu sungai yang berada

    di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Sungai Tunggu yang dekat

    dengan pasar serta pemukiman penduduk, umumnya dikelilingi oleh

    tumbuh-tumbuhan, air sungai berwarna keruh karena terdapat pasir, sedikit

    berlumpur, dan banyak terdapat batuan atau kerikil. Sungai Tunggu biasa

    dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk keperluan sehari-hari seperti Mandi,

    Cuci, Kakus (MCK). Aktivitas masyarakat yang cenderung menurunkan

    kualitas air sungai tersebut seperti buang air besar di sungai, membuang

    limbah domestik dan mengambil batuan/pasir yang ada di sungai akan

    mempengaruhi kualitas air dimana oksigen memegang peranan penting.

    Peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan

    anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrient yang pada akhirnya dapat

    memberikan kesuburan perairan, dan mereduksi senyawa-senyawa kimia

    menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrient dan gas.3 Oksigen yang

    terkandung dalam air diukur melalui parameter kimia yaitu oksigen

    terlarut. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk

  • 2

    pernapasan, proses metabolisme yang kemudian menghasilkan energi

    untuk pertumbuhan dan pembiakan.3 Idealnya kandungan oksigen terlarut

    tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya

    pada tingkat kejenuhan sebesar 70%. Kementerian Lingkungan Hidup

    (KLH) menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk

    kepentingan wisata bahari dan biota laut.4

    Pemeriksaan parameter Angka Organik dengan metode

    permanganometri adalah salah satu metode yang mampu secara sederhana

    mengetahui tingkat pencemaran air seperti adanya kadar khlorida dalam air

    tersebut dimana berdasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat,

    oksidasi ini berlangsung dalam suasana basa.5

    Pemeriksaan COD dapat dilihat secara fisik yaitu dengan melihat

    bahwa didalam air sungai berwarna keruh karena didapati pasir, lumpur

    dan batuan/kerikil. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa air sungai

    mengalami pencemaran. Oleh karena itu perlunya pengukuran parameter

    DO, Angka Organik dan COD pada air Sungai Tunggu Kota Semarang.

    B. Perumusan Masalah

    Berapakah kadar DO, Angka Organik dan COD pada air Sungai

    Tunggu di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2013?

    C. Tujuan Praktikum

    1. Tujuan Umum

    Menganalisa kadar DO, Angka Organik dan COD pada air

    Sungai Tunggu di Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengambil sampel air Sungai Tunggu.

    b. Mengukur kadar DO, Angka Organik dan COD air Sungai Tunggu.

    c. Menganalisa kadar DO, Angka Organik dan COD pada air Sungai

    Tunggu dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan.

  • 3

    D. Luaran yang Diharapkan

    Luaran dari kegiatan praktikum ini adalah diperolehnya data DO,

    Angka Organik dan COD pada sampel air Sungai Tunggu sehingga dapat

    diketahui bagaimana kualitas air sungai berdasarkan parameter fisik dan

    kimia.

    E. Kegunaan

    1. Bagi Masyarakat Sekitar Tembalang

    Memberikan informasi kepada masyarakat sekitar mengenai kualitas

    air sungai saat ini berdasarkan parameter fisik dan kimia.

    2. Bagi Praktikan

    a. Mengetahui cara menentukan besarnya DO, Angka Organik dan

    COD pada air Sungai Tunggu.

    b. Mengetahui indikator kualitas air dengan melihat DO, Angka

    Organik dan COD yang ada di dalam air Sungai Tunggu.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pencemaran Air

    Pencemaran air menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001

    adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi atau

    komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun

    sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai

    peruntukkannya.6 Pencemaran air bersumber dari air limbah industri maupun

    domestik. Pencemaran air terjadi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan

    untuk mengoksidasi zat organik yang ada di dalam air tersebut kurang, maka

    kualitas air tersebut buruk/tercemar begitu juga sebaliknya.

    B. Parameter Kualitas Air Sungai

    Kualitas air sungai dipengaruhi oleh beberapa parameter

    pencemaran yang berasal dari air buangan (limbah) diantaranya : suhu,

    kekeruhan, warna, bau, rasa, bahan padat total, daya hantar listrik, kandungan

    besi derajat keasaman (pH), Dissolved Oxygen (DO), Biological Oxygen

    Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), angka organik, logam

    berat, dan faecal colifora.7

    1. Parameter fisik

    a. Perubahan Warna, Bau dan Rasa Air

    Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa

    bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air.

    Apabila bahan buangan dari air limbah dapat larut dan terdegradasi

    maka bahan buangan dalam air limbah dapat menyebabkan terjadinya

    perubahan warna air. Bau timbul akibat aktivitas mikroba dalam air

    merombak bahan buangan organik terutama gugus protein, secara

    biodegradasi menjadi bahan mudah menguap dan berbau.7

  • 5

    b. Perubahan Suhu Air.

    Air Sungai suhunya naik mengganggu kehidupan hewan air dan

    organisme lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan

    turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan

    memerlukan oksigen untuk bernafas, oksigen yang terlarut dalam air

    berasal dari udara yang secara lambat terdifusi ke dalam air, semakin

    tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut di

    dalamnya.7

    c. Timbulnya Endapan, Koloidal dan bahan terlarut

    Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat

    larut sempurna akan mengendap didasar sungai dan dapat larut sebagian

    menjadi koloidal, endapan dan koloidal yang melayang di dalam air

    akan menghalangi masuknya sinar matahari sedangkan sinar matahari

    sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan proses

    fotosintesis.7

    2. Parameter kimia

    a. Perubahan pH

    Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat

    asam, sedangkan air yang mempunyai pH yang lebih besar akan bersifat

    basa, air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang

    ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat

    mengganggu kehidupan organisme di dalam air.8

    b. Pengukuran kadar DO

    Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang

    terdapat dalam satu liter air (ppm). Oksigen terlarut umumnya berasal

    dari difusi udara melalui permukaan air, aerasi, dan hasil dari proses

    fotosintesis biota air. Oksigen terlarut merupakan parameter penting

    karena merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan

    biologi.3 Nilai DO berdasarkan baku mutu standar air golongan B

    Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 yang berkisar di antara 6 7

  • 6

    mg/l oksigen terlarut cukup bagi proses kehidupan biota perairan.9

    Kadar oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada temperatur,

    salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Temperatur sangat

    mempengaruhi tingkat kelarutan oksigen dalam air. Pada temperatur

    tinggi, oksigen yang larut sangat rendah karena molekul-molekul air

    mengembang. Kondisi ini tidak memberikan tempat bagi oksigen. Pada

    temperatur rendah, kandungan oksigen lebih tinggi karena molekul-

    molekul air mengerut. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara

    harian dan musiman, tergantung pada pencampuran dan pergerakan

    massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang

    masuk ke badan air.3

    c. Pengukuran Angka Organik

    Nilai permanganat adalah jumlah miligram kalium

    permanganat (KMnO4) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat

    organik dalam 1 liter air pada kondisi 10 menit mendidih. Zat organik

    sering disebut angka permanganat, metode tersebut berasal dari

    Belanda. Metode ini lebih cepat pengerjaannya, tetapi terdapat banyak

    senyawa pengganggu seperti klorida, karena klorida dapat teroksidasi

    oleh KMnO4, demikian pula dengan senyawa organik lainnya yang

    bersifat reduktor. Jika kandungan klorida lebih besar dari 500 mg/liter,

    metode analisa tidak dalam suasana asam tetapi dalam suasana basa,

    yaitu pada saat oksidasi zat organik oleh KMnO4.5

    Zat organik yang terdapat di dalam air berasal dari:

    1. Alam: minyak tumbuh-tumbuhan, serat-serat, minyak dan lemak

    hewan, alkohol, sellulosa, gula, pati dan sebagainya.

    2. Sintesa: berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan

    dari proses-proses dalam pabrik.

  • 7

    3. Fermentasi: alkohol, glyserol, antibiotik, asam-asam dan

    sejenisnya yang berasal dari kegiatan mikroorganisme terhadap

    buah-buahan organik.10

    Proses asal terjadinya bahan-bahan organik tersebut dapat

    diketahui bahwa sumber utama dari bahan-bahan tersebut adalah

    kegiatan-kegiatan rumah tangga dan proses-proses industri, tanpa

    mengesampingkan adanya bahan-bahan organik yang berasal dari

    kegiatan-kegiatan dalam bidang pertanian, peternakan dan

    pertambangan. Adanya bahan-bahan organik dalam air erat

    hubungannya dengan terjadinya perubahan sifat-sifat dari air,

    sebagaimana telah diutarakan terutama dengan timbulnya warna, bau,

    rasa dan kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dalam

    air dapat diketahui dengan menentukan angka permanganatnya.10

    d. Pengukuran kadar COD

    Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen

    (mgO2/l) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada

    dalam 1 liter sampel air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan

    sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).5 Pengukuran COD

    menghasilkan suatu nilai atau angka COD yang merupakan ukuran bagi

    pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat

    dioksidasi melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan

    berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.11 Adapun peraturan seperti

    pada PP. No 82 tahun 2001 mengelompokan kualitas air menjadi

    beberapa golongan menurut peruntukanya. Golongan air menurut

    peruntukannya dibagi dari 4 kelas yaitu :

    Kelas

    I

    : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air

    minum, dan atau peruntukan lain yang

    mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

    kegunaan tersebut.

  • 8

    Kelas

    II

    : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

    prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air

    tawar, peternakan ,air untuk mengairi pertanaman, dan

    atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air

    yang sama dengan kegunaan tersebut

    Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

    pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk

    imengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang

    mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan

    tersebut

    Kelas IV : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

    mengairi,pertanaman dan atau peruntukan lain yang

    mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

    tersebut.6

    3. Parameter Biologi yaitu :

    Pemeriksaan biologi digunakan untuk mengetahui kadar

    mikroorganisme yang terkandung dalam air tersebut, seperti E.Coli. Bahan

    buangan industri yang dibuang ke lingkungan perairan akan didegradasi

    oleh mikroorganisme, berarti mikroorganisme akan berkembang biak tidak

    menutup kemungkinan mikroorganisme pathogen juga ikut berkembang

    biak. Mikroorganisme patogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam

    penyakit.12

    C. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Air

    1. Pergerakan permukaan air yaitu berupa riak air maupun gelombang akan

    mempercepat difusi udara ke dalam air.

    2. Suhu berpengaruh pada kejenuhan (kapasitas air menyerap oksigen).

    Makin tinggi Suhu maka makin sedikit oksigen dapat larut.

  • 9

    3. Tekanan udara berhubungan dengan ketinggian suatu daerah dari

    permukaan air. Makin tinggi suatu daerah maka makin rendah tekanan

    udaranya sehingga makin rendah pula kadar oksigen terlarut.

    4. Salinitas yaitu semakin tinggi salinitas maka semakin sedikit oksigen yang

    dapat larut.

    5. Tanaman air terutama ganggang, tentunya berhubungan dengan proses

    fotosintesis yang memerlukan sinar matahari. Bila sinar matahari sedikit

    maka proses fotosintesis terhambat sehingga oksigen terlarut pun sedikit.3

    6. Aktivitas warga yang tinggal disekitar sungai seperti mencuci, mengambil

    batu-batu yang ada di dalam sungai, buang air besar di sungai, membuang

    limbah domestik/sampah di sungai dan sarana transportasi yang melintasi

    sungai.

    D. Dampak Pencemaran Air Di Lingkungan Sekitar

    Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi atas 4 kelompok, yaitu :

    1. Dampak terhadap kehidupan biota air

    Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan

    menurunnya kadar COD dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan

    kehidupan dalam air membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi

    perkembangannya. Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses

    penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga

    terhambat. Air limbah yang sulit terurai, panas dari industri juga akan

    membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak

    didinginkan terlebih dahulu.

    2. Dampak terhadap kualitas air tanah

    Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform

    telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survei

    sumur dangkal di Jakarta. Banyak Praktikum yang mengindikasikan

    terjadinya pencemaran tersebut.

    3. Dampak terhadap kesehatan

    Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain

  • 10

    : Air sebagai media untuk hidup mikroba patogen, air sebagai sarang insekta

    penyebar penyakit, jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia

    bersangkutan tak dapat membersihkan diri, air sebagai media untuk hidup

    vektor penyakit.

    4. Dampak terhadap estetika lingkungan

    Semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka

    perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau

    yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika

    lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi

    estetika lingkungan. 7

    E. Upaya Penanggulangan Pencemaran Air

    1. Tidak membuang sampah ke sungai, danau ataupun ke dalam selokan.

    2. Mengurangi intensitas limbah rumah tangga yang dibuang ke aliran air.

    3. Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang nantinya

    bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak ekosistem.

    4. Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih.

    5. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan

    makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok COD yang dapat

    menyebabkan terjadinya pencemaran air.

    6. Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintetis yang tidak

    dapat diuraikan oleh mikroorganisme dipisahkan, kemudian diolah menjadi

    bahan lain yang berguna, misalnya dapat diolah menjadi keset. Sampah

    organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dikubur dalam lubang

    tanah, kemudian kalau sudah membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.12

  • 11

    BAB III

    METODE PELAKSANAAN

    A. Variabel Praktikum

    Variabel Praktikum ini adalah DO, Angka Organik, dan COD.

    B. Model Praktikum

    C. Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data

    Teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu primer dan

    sekunder. Data primer diperoleh saat pengambilan sampel air Sungai Tunggu

    dan hasil pengukuran sampel air saat praktikum di laboratorium. Pengambilan

    air sampel dilakukan dengan metode duplikasi grab sampling yaitu dalam satu

    waktu (setiap hari selasa pukul 06.00 WIB) titik sampling di samping bawah

    jembatan yang melintasi sungai kemudian ulangi kembali pada minggu

    berikutnya dengan waktu dan tempat yang sama.

    Studi Literatur/Kajian Pustaka

    Pengukuran DO, Angka

    Organik dan COD

    Baku Mutu

    Tidak Sesuai Sesuai

    Pengambilan Air Sampel

  • 12

    Pengukuran air sampel melalui parameter fisik dan kimia dilakukan

    seminggu sekali/bergantian seperti minggu pertama pengukuran DO, minggu

    kedua pengukuran angka organik dan pengukuran COD pada minggu ketiga.

    Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur pendukung seperti jurnal

    penelitian dan buku panduan praktikum.

    Analisa data dilakukan melalui analisa deskriptif. Cara Penafsiran dan

    Penyimpulan Hasil Praktikum adalah dengan membandingkan hasil

    perhitungan DO dengan Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990, Angka

    Organik dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah

    No.660.1/26/1990 dan COD dengan Peraturan Daerah Jawa Tengah No.5

    Tahun 2012 Golongan II.

  • 13

    BAB IV

    PELAKSANAAN PRAKTIKUM

    A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Parameter Waktu Tempat

    DO 9 April 2013 (07.30-09.30 WIB) Laboratorium

    Fakultas

    Kesehatan

    Universitas Dian

    Nuswantoro

    Semarang

    Angka Organik 16 April 2013 (07.30-09.30

    WIB)

    COD 23 Mei 2013 (08.30-9.45 WIB)

    B. Tahapan Pelaksanaan

    1. Pengambilan Sampel

    a. Teknik pengambilan sampel air sungai adalah Grap Sampling. Hindari

    air sungai yang banyak berisi sampah-sampah.

    b. Pengambilan sampel air sungai berlawanan arah dengan arus air.

    c. Celupkan botol hingga botol terisi 500 ml kemudian tutup botol

    segera hingga tidak ada oksigen yang masuk.

    d. Mengukur debit air sungai dengan cara menaruh ranting kayu/media

    lain yang bisa mengapung diatas air sungai, kemudian lepaskan ranting

    kayu dan biarkan melaju hingga sampai jarak 6 meter. Bersamaan

    dengan dilepasnya ranting kayu petugas mengamati dimana berapa

    waktu yang ditempuh oleh media (perahu kertas atau kayu ringan) dapat

    sampai ke jarak 6 meter tersebut.

    e. Mengukur lebarnya sungai dengan cara dikira-kira atau jika terdapat

    jembatan layang di sungai dapat diukur dari jembatan yang melintasi

    sungai.

    f. Menentukan panjangnya sungai yang ingin diukur (panjang 6 meter).

  • 14

    g. Mengukur kedalaman sungai dengan cara mencelupkan tongkat kayu

    ke dalam air sungai, kemudian diukur dengan meteran berapa meter

    bagian kayu yang basah tercelup air.

    2. Pengukuran DO

    a. Amati warna sampel air yang telah diambil di Sungai Tunggu

    b. Ukur pH dan temperatur sampel air Sungai Tunggu

    c. Tuangkan sampel ke dalam botol winkler tambahkan dengan pipet 2 ml

    larutan mangan sulfat di bawah permukaan cairan.

    d. Kemudian tambahkan 2 ml larutan alkali-iodida-azida dengan pipet

    yang lain. Botol ditutup kembali dengan hati-hati untuk mencegah

    terperangkapnya udara dari luar, kemudian kocok dengan membalik-

    balikkan botol beberapa kali.

    e. Biarkan gumpalan mengendap selama 10 menit. Bila proses

    pengendapan sudah sempurna, maka bagian larutan yang jernih

    dikeluarkan dari botol dengan menggunakan pipet sebanyak + 100 ml

    dipindahkan ke dalam erlenmeyer 500 ml.

    f. Tambahkan 2 ml H2SO4 pekat, pada sisa larutan yang mengendap

    dalam botol winkler yang dialirkan melalui dinding bagian dalam dari

    leher botol kemudian botol segera ditutup kembali.

    g. Botol digoyangkan dengan hati-hati sehingga semua endapan melarut.

    Seluruh isi botol dituangkan secara kuantitatif ke dalam erlenmeyer 500

    ml tadi di point C.

    h. Iodin yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, kemudian dititrasi dengan

    larutan thiosulfat 0,025 N sehingga terjadi warna coklat muda.

    i. Tambahkan indikator pati 1-2 ml (akan timbul warna biru). Titrasi

    dengan thiosulfat dilanjutkan, sehingga warna biru hilang pertama kali

    (setelah beberapa menit akan timbul kembali).

    j. Untuk menaikkan ketelitian analisa, diharap membuat duplikat setiap

    analisa.

    k. Hitung oksigen terlarutnya dalam rumus sebagai berikut :

  • 15

    OT = 4

    8000

    V

    xNxa

    Keterangan :

    OT = oksigen terlarut (mg/l)

    a = volume titran thiosulfat (ml)

    N = normalitas larutan thiosulfat (ek/l)

    V = volume botol winkler (ml).

    3. Pengukuran Angka organik

    a. Pemeriksaan sifat fisik pada sampel air Sungai Tunggu :

    1) Amati warna sampel air yang telah diambil di Sungai Tunggu

    2) Ukur pH dan temperatur sampel air Sungai Tunggu

    b. Pembebasan Labu Erlenmeyer dari Angka Organik

    1) 100 ml aquades dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan

    beberapa buah batu didih.

    2) Tambahkan 5 ml H2SO4 dan tetes demi tetes larutan KMnO4 0,01

    N sampai cairan berwarna merah muda.

    3) Panaskan diatas hot plate dan biarkan mendidih selama 10 menit.

    Jika selama pendidihan warna merah muda hilang ditambah lagi

    larutan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda tidak hilang.

    4) Cairan dari erlenmeyer yang dibuang sedangkan batu didih

    disisihkan dalam erlemeyer.

    c. Pemeriksaan Angka Organik

    1) 100 ml contoh air dimasukkan dalam labu erlenmeyer bebas zat

    organik.

    2) Tambahkan 5 ml H2SO4 dan tetes demi tetes larutan KMnO4 0,01

    N sampai cairan berwarna merah muda.

    3) Panaskan diatas hot plate sampai hampir mendidih.

    4) Tambah 10 ml larutan KMnO4 0,01 N, pemanasan diteruskan

    selama 10 menit tepat. Jika selama pemanasan warna KMnO4

  • 16

    hilang, penambahan KMnO4 0,01 N diteruskan sampai cairan tetap

    berwarna ungu.

    5) Setelah pemanasan selesai, tambahkan 10 ml larutan asam oksalat

    0,1 N (warna KMnO4 akan hilang).

    6) Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai cairan berwarna merah

    muda.

    7) Catat banyaknya larutan KMnO4 0,01 N yang digunakan.

    d. Mencari Faktor Ketelitian KMnO4 0,01 N

    1) Terhadap labu erlenmeyer tersebut diatas ditambahkan 10 ml

    larutan asam oksalat 0,01 N.

    2) Titrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai cairan berwarna

    merah muda.

    3) Catat banyaknya larutan KMnO4 0,01 N yang digunakan.

    Faktor ketelitian = 4

    10

    KMnOml

    4) Hitung angka organik dengan rumus sebagai berikut :

    4/.........6,3101,0]10})10[{(100

    1000KMnOlmgxxFxax

    Keterangan :

    a : ml KMnO4 pada waktu titrasi

    F : faktor ketelitian KMnO4

    31,6 : berat equivalen KMnO4

    4. Pengukuran COD

    a. Amati warna sampel air yang telah diambil di Sungai Tunggu

    b. Ukur pH dan temperatur sampel air Sungai Tunggu

    c. Ambil 10 ml larutan H2C2O4 0,01 N dan 5 ml H2SO4 4 N, masukkan

    dalam erlenmeyer.

  • 17

    d. Campuran dipanaskan sampai mencapai suhu 70 - 80C

    e. Campuran dititrasi dengan larutan KMn04 sedikit demi sedikit sampai

    warna merah anggur tidak mengalami perubahan bila digojog

    f. Catat kebutuhan titran ( a ml ) N dengan rumus diberikut ini :

    (N x V) H2C2O4

    KMn04 = a ml titran

    g. Ambil air limbah yang sudah digojog sebanyak 1 ml, encerkan

    menjadi 10 ml. Kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml.

    h. Tambahkan 5 ml H2SO4 4 N kedalam erlenmeyer dan larutan KMn04

    hasil standarisasi sebanyak a ml, panaskan hingga mendidih selama

    10 menit.

    i. Tambahkan 10 ml H2C206 0,01 N pertahankan sampai suhu 70-80 C

    j. Titrasi dengan larutan KMn04 standar sampai tercapai TAT (b ml).

    k. Hitung menggunakan rumus sebagai berikut :

    COD (mg/lt) = (((a + b) x N) KMnO4 - (V x N) H2C204) x 8000.

    C. Instrumen Pelaksanaan

    1. Pengambilan Sampel

    a. Meteran d. ranting kayu f. Botol aqua/jerigen

    b. Tongkat Kayu e. stop watch g. Termometer

    c. pH meter

    2. Pengukuran DO

    a. Botol winkler

    b. Buret 50 ml

    c. Pipet

    d. Erlenmeyer 500 ml

    e. Corong

    f. Larutan mangan sulfat

    (MnSO4)

    g. Larutan alkali-iodida-

    azida

    h. Indikator pati 0,5 %

  • 18

    i. Larutan thiosulfat 0,025 N

    3. Pengukuran Angka Organik

    a. Hot plate

    b. Jam tangan

    c. Buret

    d. Erlemeyer

    e. Gelas ukur

    f. Pipet volume

    g. Larutan KMnO4 0,01 N

    h. Larutan Asam oksalat 0,1 N

    i. Larutan H2SO4 4 N bebas zat

    organik

    j. Aquades

    k. Batu didih

    l. Sampel air Sungai Tunggu

    4. Pengukuran COD

    a. Hot plate

    b. Jam tangan

    c. Buret

    d. Erlenmeyer

    e. Pipet volume

    f. Larutan KMnO4 0,01 N

    g. Larutan H2C2O4 0,01 N

    h. Larutan H2SO4 4 N

    i. Aquades

    j. Sampel air Sungai Tunggu

  • 19

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai Tunggu

    No. Parameter Hasil

    Praktikum Baku Mutu Keterangan

    I. Fisik

    1. Suhu 280C 300C Sesuai standar baku mutu menurut

    Permenkes

    No.416/Menkes/Per/XI/1990

    II. Parameter Kimia

    1. DO 9,95 mg/l 6 mg/l Sesuai dengan baku mutu menurut

    Peraturan Pemerintah No. 20

    Tahun 1990 tentang Pengendalian

    Pencemaran Air.

    2. Angka

    Organik

    31,63 mg/l 10 mg/l Tidak sesuai/melebihi standar

    baku mutu menurut Keputusan

    Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

    Jawa Tengah No.660.1/26/1990

    3. COD 396 mg/l 250 mg/l Tidak sesuai/melebihi baku mutu

    Golongan II menurut Perda Jateng

    No.5 Tahun 2012 tentang Baku

    Mutu Air Limbah.

    4. pH 7 6-9 Sesuai baku mutu Perda Jateng

    No.5 Tahun 2012 tentang Baku

    Mutu Air Limbah.

    Sumber : Data primer pengukuran kualitas air Sungai Tunggu di Lab.F.Kes Udinus 2013.

  • 20

    Sampel air Sungai Tunggu yang telah diperiksa secara fisik antara lain

    warna air sungai yang sedikit keruh disebabkan adanya partikel kecil atau kotoran

    seperti pasir, butiran tanah pada air tersebut. Air sungai tidak berbau disebabkan

    tidak ada sampah yang terapung di sungai melainkan sampah telah tersangkut di

    pinggir sungai, suhu air sungai yang berada pada 280C termasuk kategori normal

    karena pada saat pengambilan sampel air terdapat banyak pohon bambu sehingga

    udara cukup sejuk sehingga suhu tersebut masih dibawah standar baku mutu

    Permenkes No.416/Menkes/Per/XI/1990. Banyaknya kendaraan yang melintasi

    sungai juga mampu mempengaruhi kualitas air sungai karena polutan yang berasal

    dari kendaraan bermotor dapat terurai diudara sehingga partikel gas tersebut dapat

    masuk dalam air sungai.

    Pemeriksaan kimia yang dilakukan pertama adalah mengukur derajat

    keasaman air sungai dimana pH pada air sampel sebelum dilakukan pencampuran

    terhadap bahan kimia atau indikator adalah netral (pH=7), hal ini mengindikasikan

    bahwa air tersebut tidak berasa asam ataupun basa. pH pada air sampel tersebut

    netral karena adanya penyangga dari keseimbangan karbon dioksida, asam

    karbonat, karbonat dan bikarbonat.8

    Pengukuran parameter DO, Angka Organik, dan COD memiliki hasil

    yang berbeda-beda. Kadar COD yang paling tinggi dibandingkan kadar DO dan

    Angka Organik mempunyai nilai yang signifikan dimana parameter COD

    mengindikasikan bahwa adanya cemaran air buangan atau limbah yang dibuang ke

    sungai, sehingga jumlah kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh biota dalam air

    sungai tersebut berkurang. Hal ini dapat dilihat melalui perbandingan nilai oksigen

    terlarut (DO= 9,95 mg/l) dengan COD = 396 mg/l. Kandungan COD yang tinggi

    dibanding oksigen terlarut, dalam keadaan ini kurang menguntungkan bagi

    kehidupan biota air. Keberadaan oksigen terlarut yang rendah membuat kehidupan

    perkembangan dan pertumbuhan biota dalam air menjadi terhambat hingga pada

    akhirnya banyak biota air yang mati.

    Parameter pencemar yang telah melebihi baku mutu yaitu COD dan Angka

    Organik. Hasil COD=396 mg/l memiliki arti bahwa jumlah kebutuhan oksigen

    kimia yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 ml

  • 21

    sampel air sungai secara kimia adalah sebesar 396 mg/l, sedangkan hasil Angka

    Organik adalah nilai permanganat dimana jumlah kalium permanganat (KMnO4)

    yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam 100 ml air pada kondisi 10

    menit mendidih yaitu sebesar 31,63 mg/l, dari hasil tersebut dapat diketahui tingkat

    pencemaran air seperti adanya kadar khlorida pada reaksi oksidasi ion permanganat,

    oksidasi ini berlangsung dalam suasana basa.5

    Jika dibandingkan dengan baku mutu peraturan yang telah ditetapkan maka

    kualitas air sungai Tunggu menurut parameter COD dan Angka Organik termasuk

    dalam kategori tercemar. Penurunan kualitas air dapat dilihat dari hasil pengukuran

    parameter kimia yaitu COD dan Angka Organik, dimana kedua parameter tersebut

    telah melebihi baku mutu peraturan yang ditetapkan. Kondisi ini penting untuk

    diperhatikan karena buruknya kualitas air Sungai Tunggu disebabkan oleh

    kebiasaan warga yang MCK di sungai sehingga deterjen/sabun yang digunakan

    dapat mencemari sungai, kebiasaan membuang sampah/limbah domestik dan buang

    air besar di sungai, adanya kegiatan pembangunan proyek di Daerah Aliran Sungai

    Babon. Pengelolaan tanah yang ada di pinggir sungai tidak dibeton sehingga jika

    musim penghujan tanah akan luruh dengan air dan akhirnya masuk ke sungai, hal

    ini dapat menyebabkan penurunan kualitas air sungai. Selain faktor-faktor tersebut,

    faktor teknis saat dilakukannya pengukuran parameter kualitas air juga menjadi

    salah satu yang perlu diperhatikan karena bila pengukuran DO botol

    winkler/erlenmeyer tidak ditutup maka oksigen akan kontak dengan udara bebas,

    begitu juga dengan Angka Organik saat pengambilan sampel air sungai

    menggunakan botol tidak berwarna gelap sehingga zat organik dalam air sampel

    Sungai Tunggu dapat kontak dengan sinar matahari secara langsung. Hal ini dapat

    mempengaruhi hasil pengukuran kualitas air.

    Dampak buruk bagi kesehatan juga akan terjadi jika air tersebut

    dimanfaatkan warga untuk minum, masak-memasak dan MCK. Pemanfaatan air

    yang telah terakumulasi dalam tubuh akan menjadi suatu penyakit yang timbul

    dikemudian hari seperti penyakit kulit, gangguan pencernaan, dan sebagainya.

  • 22

    BAB VI

    SIMPULAN DAN SARAN

    SIMPULAN

    1. Kualitas air (DO = 9,95 mg/l) pada air Sungai Tunggu baik karena sesuai

    dengan baku mutu PP No.20 Tahun 1990.

    2. Kualitas air (angka organik = 31,63 mg/l) pada air Sungai Tunggu

    dinyatakan tercemar karena tidak sesuai dengan baku mutu Keputusan

    Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No.660.1/26/1990.

    3. Kualitas air (COD = 396 mg/l) pada air Sungai Tunggu tercemar karena

    tidak sesuai baku mutu Golongan II Perda Jateng No.5 Tahun 2012 .

    SARAN

    1. Selama penentuan oksigen terlarut, diusahakan seminimal mungkin

    larutan sampai yang akan diperiksa tidak berkontak dengan udara bebas

    atau botol harus segera ditutup.

    2. Jangan manfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari jika air sudah

    terlihat keruh, berbau, dan berasa.

    3. Air sungai yang tercemar diperlukan :

    a. Pembersihan sungai dari sampah-sampah yang ada di badan sungai

    maupun sekitar sungai atau lakukan normalisasi sungai.

    b. Kurangi intensitas limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke

    sungai.

    c. Lakukan pembetonan terhadap tanah yang ada di pinggir sungai.

    d. Buat papan larangan kepada warga sekitar agar tidak membuang

    sampah di sungai maupun buang air besar ke sungai karena amonia

    yang terkandung di dalam urin akan menurunkan kualitas air sungai.

    4. Selama penentuan angka organik, diusahakan seminimal mungkin

    pengambilan sampel yang akan diperiksa tidak kontak dengan sinar

    matahari secara langsung, maka gunakan botol kaca berwarna gelap.