Laporan Kualitas AIr Sungai

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi, terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Limnologi merupakan cabang ilmu dari ekologi yang khusus mempelajari tentang sistem perairan yang terdapat dipermukaan bumi khususnya mempelajari tentang sifat dan struktur dari perairan daratan yang meliputi mata air, sungai, danau, kolam, dan rawa-rawa baik yang berupa air tawar maupun air payau (Fizar, 2010). Sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir (lotik) yang mendapat masukan dari semua buangan dari berbagai kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian, dan industri di daerah sekitarnya. Masukan buangan ke dalam sungai akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia 1

description

Limnologi

Transcript of Laporan Kualitas AIr Sungai

Page 1: Laporan Kualitas AIr Sungai

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk

kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air

menutupi hampir 71% permukaan bumi, terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³)

tersedia di bumi.

Limnologi merupakan cabang ilmu dari ekologi yang khusus mempelajari

tentang sistem perairan yang terdapat dipermukaan bumi khususnya mempelajari

tentang sifat dan struktur dari perairan daratan yang meliputi mata air, sungai, danau,

kolam, dan rawa-rawa baik yang berupa air tawar maupun air payau (Fizar, 2010).

Sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir (lotik) yang mendapat masukan

dari semua buangan dari berbagai kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian,

dan industri di daerah sekitarnya. Masukan buangan ke dalam sungai akan

mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia dan biologi di dalam

perairan. Perubahan ini dapat menghasilkan bahan-bahan yang esensial dalam

perairan sehingga dapat mengganggu lingkungan perairan (Nontji, 1986 dalam

Handayani dkk., 2005).

Melihat perlu-nya dilakukan pengukuran kualitas air untuk mengetahui

kelayakan dari air tersebut, oleh karena itu kami melakukan pengukuran kualitas air

di Sungai Bolango, Desa Bendungan, Kecamatan Tapa dengan menggunakan analisis

sampel yang dilakukan langsung dilokasi pengamatan.

1

Page 2: Laporan Kualitas AIr Sungai

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari pengukuran kualitas air di Sungai Bolango sebagai

berikut :

1. Bagaimana kualitas air di Perairan Sungai Bolango, Desa Bendungan, Kecamatan

Tapa berdasarkan pengukuran parameter fisika dan kimia air ?

2. Organisme apa saja yang terdapat di Perairan Sungai Bolango ?

3. Bagaimana tipe tekstur dasar perairan di Sungai Bolango ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari Perairan Sungai Bolango sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kualitas air di Perairan Sungai Bolango, Desa Bendungan,

Kecamatan Tapa berdasarkan pengukuran parameter fisika dan kimia air.

2. Untuk mengetahui organisme apa saja yang terdapat di Perairan Sungai Bolango.

3. Untuk mengetahui tipe tekstur dasar perairan di Sungai Bolango.

2

Page 3: Laporan Kualitas AIr Sungai

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Sungai

Sungai merupakan salah satu ekosistem perairan umum di darat yang berperan

bagi kehidupan biota dan juga dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia untuk

berbagai macam kegiatan seperti perikanan, pertanian, keperluan rumah tangga,

penambangan, dan transportasi (Badjeber, 2015). Sebagian besar air hujan yang turun

kepermukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah

mengalami bermcam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke

danau dan ke laut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat

mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai, (Sosrodarsono &

Maseteru, 1994 dalam Badjeber, 2015). Sungai biasanya berasal dari area pusat air di

pegunungan. Volume dan lebar sungai bertambah apabila mengalir ke bawah,

bergabung bersama dengan sungai lain untuk membentuk induk sungai, dan

menghasilkan sebuah cekungan atau wilayah yang areanya dapat mencapai ribuan

hektar (Whitten, et al., 1988 dalam Badjeber, 2015).

Aliran air sebuah sungai pada dasarnya bergantung pada morfologi badan air.

Kondisi ini berubah sepanjang sungai sehingga secara beruntun akan dibentuk urutan

sungai. Dalam suatu daerah aliran sungai dikenal dengan ekosistem DAS biasanya

daerah alirannya dibagi menjadi beberapa daerah yang berurutan yaitu hulu, tengah

dan hilir. (Friedhelm, et al., 2012 dalam Badjeber, 2015).

3

Page 4: Laporan Kualitas AIr Sungai

Asdak (2007) dalam Badjeber (2015), menyatakan bahwa secara biogeofisik

ciri-ciri DAS hulu yaitu merupakan daerah konservasi dengan kerapatan drainase

lebih tinggi serta merupakan darah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari

15%). Sementara ciri-ciri daerah hilir DAS yaitu merupakan daerah pemanfaatan,

kecepatan drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih

kecil (kurang dari 8%). Daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi

dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut diatas.

Di daerah sungai memiliki sifat fisik dan kimia yang tidak ekstrim, kumpulan

spesies tertentu dapat terbentuk menjadi ciri khas daerah tersebut. Rompas (1998)

dalam Badjeber (2015), menyatakan bahwa aliran air dari sungai menuju ke laut

membawa sejumlah partikel yang mengandung mineral, sehingga terjadi

pencampuran berlimpah di laut. Bahkan kegiatan manusia atau efek dari antropogenik

menimbulkan reaksi kimia di laut makn kompleks, yang pada akhirnya menghasilkan

pencemaran lingkungan.

Menurut Novianto (2014) dalam Badjeber (2015), jenis-jenis sungai

berdasarkan debit airnya diklasifikasikan menjadi 4 macam yaitu Sungai Permanen,

Sungai Periodik, Sungai Episodik, dan Sungai Ephemeral.

1. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap.

Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakan di

Kalimantan Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.

2. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada wakt musim hujan airnya banyak,

sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat

4

Page 5: Laporan Kualitas AIr Sungai

di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah dan

sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.

3. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kmarau airnya kering dan pada

musim hujan airnya banyak. Contoh sungai ini adalah sungai Kalad di pulau Sumba.

4. Sungai Ephermal, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada

hakekatnya sungai junis ini airnya belu tentu banyak.

Menurut Ondum (1988) dalam Badjeber (2015), ada dua zona pada aliran air

sungai yaitu:

1. Zona Air deras yaitu di daerah dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk

menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga

dasarnya padat. Zona ini dihuni oleh bentos yang beradaptasi khusus atau organisme

ferifitik yang dapat melekat atau berpegang dengan kuat pada dasar yang padat, dan

oleh ikan yang kuat berenang. Zona ini umumnya terdapat pada hulu sungai di daerah

pegunungan.

2. Zona air tenang yaitu bagian sungai yang dalam dimana kecpatan arus sudah

berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga

dasarnya lunak, tidak sesuai untuk bentos permukaan tetapi cocok untuk penggali

nekton, dan plankton. Zona ini banyak dijumpai pada daerah yang landai, misalnya di

pantai timur Sumatera dan Kalimantan.

5

Page 6: Laporan Kualitas AIr Sungai

2.2 Parameter Fisika

1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan organisme

sungai. Pengukuan suhu sangat berguna untuk melihat kecenderungan aktifitas-

aktifitas kimiawi dan biologis. Air sering digunakan sebagai medium pendingin

dalam berbagai proses industri. Air buangan dari industri mungkin mempunyai suhu

relati tinggi dari pada air asalnya. Ikan yang hidup dalam air mempunyai suhu relatif

tinggi akan mengalami kenaikan kecepatan respirasi. Disamping itu suhu yang tinggi

juga akan menurunkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Suhu air kali atau

limbah yang relatif tinggi ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air di

prmukaan (Badjeber, 2015).

Menurut Effendi (2003) dalam Doe (2015), perubahan suhu berpengaruh

terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air, selain itu peningkatan suhu dapat

menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi biota air.

Hutaggalung (1984) dalam Doe (2015), menyatakan bahwa kenaikan suhu tidak

hanya meningkatkan metabolisme biota perairan, namun juga dapat meningkatkan

toksisitas logam berat di perairan.

2. Kecerahan

Cahaya yang sampai ke permukaan badan-badan perairan mempunyai peranan

penting dalam dinamika ekosistem akuatik, dan juga mempengaruhi kelimpahan dan

distribusi hewan maupun tumbuh-tumbuhan air, merupakan sumber tenaga utama

dalam metabolisme akuatik. Tenaga matahari diperlukan oleh organism fototrof

6

Page 7: Laporan Kualitas AIr Sungai

untuk proses fotosintesa, oleh karena itu dapat dikatakan cahaya matahari merupakan

sumber bagi semua kehidupan organism di perairan (Femy, dkk., 2006).

3. Arus

Arus akan mempengaruhi kehidupan organisme yang hidup di dalamnya.

Kecepatan aliran ditentukan oleh kecuraman gradien permukaan, halus kasarnya

dasar sungai, serta kedalaman dan lebar dasar sungai. Disungai organisme-organisme

yang hidup di dalamnya dilengkapi dengan alat-alat istimewa untuk menyesuaikan

diri dengan aliran yang ada (Femy, dkk., 2006).

Kecepatan arus dapat berpengaruh pada beberapa hal, antara lain oksigen

terlarut (DO), pH, dan juga kadar bahan yang terlarut pada air. Kecepatan arus dapat

bervariasi sangat besar ditempat yang berbeda dari suatu aliran air yang sama

(membujur ataupun melintang dari poros arah aliran) dan dari waktu ke waktu. Dalam

aliran yang besar atau sungai, arus dapat berkurang sedemikian rupa sehingga

menyerupai kondisi air yang tergenang (Odum, 1993 dalam Kanza, 2014).

4. Lebar dan Kedalaman Sungai

Lebar dan kedalaman sungai berpengaruh terhadap karakteristik fisik, kimia

dan biologi sungai. Sungai yang lebar dan dangkal akan mendapatkan cahaya

matahari lebih banyak sehingga suhu air sungai meningkat. Kecepatan aliran sungai

juga dipengaruhi oleh lebar dan kedalamannya. Sungai yang dalam dan lebar

memiliki kecepatan aliran yang lebih besar (Subekti et al., 2009).

7

DELLA, 06/09/15,
salah
DELLA, 06/09/15,
salah
Page 8: Laporan Kualitas AIr Sungai

5. Tekstur Dasar Sungai

Tipe-tipe tekstur perairan terdiri dari 3, yakni :

1. Refels (kerikil pada perairan dan terdapat sedikit lumut)

2. Pols (dasar berpasir/lumpur pada perairan)

3. Cascash (batuan-batuan besar pada perairan)

Tipe dasar yang dapat berupa kerikil, tanah liat, batuan utama atau pecahan

batu menentukan sifat komunitas serta kerapatan populasi dari komunitas dominan&

dasar yang keras terutama bila terdiri dari batu, dapat menyediakan tempat yang

cocok untuk organisme (binatang atau tumbuh-tumbuhan untuk menempel atau

melekat. dasar di air tenang yang lunak dan terus menerus berubah umumnya

membatasi organisme bentik yang lebih kecil sampai bentuk penggali, tetapi bila

kedalaman lebih besar lagi, yang gerakan airnya lebih lambat,lebih sesuai untuk

nekton, neuston dan plankton& Pasir atau lumpur halus biasanyamerupakan tipe

dasar yang paling tidak sesuai dan mendukung jenis dan individu tanaman dan

binatang bentik. Dasar tanah liat umumnya lebih sesuai daripada pasir. Bidang batu

yang datar atau pecahan batu bisanya menghasilkan variasi organisme dasar yang

paling besar dan paling padat (Odum, 1993 dalam Kanza, 2014)

6. Tumbuhan/Organisme Perairan

2.3 Parameter Kimia

1. pH

pH merupakan tolak ukur mutu air yang banyak mempengaruhi nilai

pemanfaatan air. Perubahan pH dari nilai normal dapat menurunkan mutu

8

DELLA, 06/10/15,
jelaskan
Page 9: Laporan Kualitas AIr Sungai

lingkungan. Nilai pH air yang normal sekitar netral, yaitu antara 6 sampai 8,

sedangkan pH yang tercemar misalnya air limbah (buangan) berbeda-beda tergantung

pada jenis limbahnya. Air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai

pH lebih tinggi. pH air semakin lama akan menurun menuju kondisi asam. Hal ini

terjadi dengan bertambahnya bahan-bahan organik yang membebaskan CO2 jika

mengalami proses penguraian. Air limbah industri mengandung bahan anorganik

yang pada umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi, penurunan pH

biasanya disebabkan oleh limbah biasanya tergantung pada jenis limbahnya. Derajat

keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan pencemarn dan

kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat di dalam air (Badjeber, 2015).

9

Page 10: Laporan Kualitas AIr Sungai

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pengukuran kualitas fisika dan kimia air di Sungai Bolango

dilakukan pada hari kamis tanggal 4 juni 2015 pukul 15:00 bertempat di Sungai

Bolango, Desa Bendungan, Kecamatan Tapa.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran kualitas fisika dan

kimia air di Sungai Bolango dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan

No. Alat dan Bahan Fungsi

1 pH meterMengukur derajat keasaman perairan

2 Sechi DiskMengukur tingkat kecerahan perairan

3 Termometer Mengukur suhu air

4 Tali RafiaMengukur lebar dan kedalaman sungai

5 Botol AquaMengukur kecepatan arus perairan

6 Meter Rol 50m

Mengukur panjang tali rafia dari pengukuran lebar sungai

3.3 Prosedur Pelaksanaan

1. Pengukuran arus dilakukan dengan cara mengukur tali raffia sepanjang 10 meter, lalu

siapkan botol aqua dan diikatkan tali sepanjang 10 meter. Ujung tali rafia diikatkan di

10

Page 11: Laporan Kualitas AIr Sungai

patok atau dipegang dan botol aqua dibiarkan hanyut hingga tali renggang, kemudian

dicatat berapa waktu yang dibutuhkan sepanjang 10 meter

2. Pengukuran kedalaman dilakukan dengan cara menyiapkan tali rafia kemudian

diberikan pemberat (dapat berupa kerikil), kedalaman diukur dengan tali rafia yang

telah disiapkan dengan cara menjatuhkan pemberat ke dasar perairan dan menandai

batas air pada tali, hasil pengukuran yang telah diukur dengan rol meter kemudian

dicatat.

3. Kecerahan diukur dengan cara menyiapkan sechi disk kemudian dibantu dengan

patok atau tali dengan pemberat, lalu turunkan sechi disk ke dalam sungai sampai

kelihatan sechi disk tersebut remang-remang lalu diberi tanda pada tali sechi disk,

setelah panjang tali-nya diukur dengan rol meter kemudian dicatat hasilnya.

4. pH diukur menggunakan kertas lakmus, pengukuran dilakukan dengan cara;

menyiapkan kertas lakmus dan indicator pH, kertas lakmus dicelup di dalam air

sungai, lalu kertas lakmus diangkat dan dicocokkan dengan indicator pH, dicatat

berapa nilai pH sungai tersebut.

5. Suhu diukur dengan cara menyiapkan thermometer batang, thermometer batang

dicelupkan ke dalam air kemudian hasilnya dicatat berapa suhu perairan tersebut

6. Penggunaan lahan dilakukan dengan cara mengamati penggunaan lahan disekitar

sungai dan dilakukan pengambilan gambar.

7. Lebar sungai diukur dengan cara menyiapkan tali rafia, ukur lebar sungai yang ada

dengan tali rafia, panjang tali rafia kemudian diukur dengan rol meter dan dicatat

hasil akhirnya.

11

Page 12: Laporan Kualitas AIr Sungai

8. Tumbuhan/Organisme

Dilakukan pengamatan pada organisme/ tumbuhan yang hidup disekitas area sungai,

kemudian dicatat dan dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi.

9. Tekstur dasar sungai

Dilakukan pengamatan tekstur sungai dengan cara mengamati tekstur dasar sungai

kemudian dicocokkan berdasarkan 3 golongan, terdiri dari tipe Raifels, Pols,

Cascade.

12

Page 13: Laporan Kualitas AIr Sungai

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Hasil pengukuran kualitas fisika dan kimia air di Sungai Bolango dapat dilihat

pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil PengukuranNo. Parameter Hasil Pengukuran1 Suhu 330C2 pH 83 Kecerahan 100 %4 Tekstur Batu berpasir5 Kecepatan Arus6 Lebar Sungai 19 m7 Kedalaman 55 cm

8 Penggunaan LahanSebagai lahan pertanian

4.2 Pembahasan

a. Arus

Teknik pengukuran arus pada Perairan Sungai Bolango menggunakan metode

langrangian yang dilaksanakan dengan cara mengikuti dan mengawasi pergerakan

benda apung. Arus sungai terpusat dan tidak melebar saat tinggi muka air naik. Hasil

pengukuran arus di Sungai Bolango diperoleh memiliki kecepatan, kecepatan arus

tergolong sangat lambat, hal ini dipengaruhi oleh kecepatan aliran angin atau tiupan

angin saat pengukuran dan kedalaman perairan yang cukup dalam dibandingkan

statiun-statiun yang digunakan sebagai tempat pengukuran lainnya sehingga

mengakibatkan kecepatan-nya lebih lambat dibandingkan pengukuran di statiun lain,

13

Page 14: Laporan Kualitas AIr Sungai

hal ini didukung berdasarkan pernyataan Odum (1979) dalam Nadha (2013), perairan

yang dangkal kecepatan arusnya relatif lebih besar dibaningkan daerah yang lebih

dalam. Menurut Kurniawan, (2006), arus terjadi disebabkan oleh beberapa hal

diantanya seperti tiupan angin serta perbedaan densitas .

Kecepatan arus dapat berpengaruh pada oksigen terlarut (DO), jumlah

makanan atau nutrien yang terbawa akibat pergerakan arus, pH air juga dapat berubah

karena adanya limbah yang mengalir dalam perairan seperti limbah rumah tangga

yang kaya akan bahan anorganik, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya nilai

pH, hal ini didukung oleh pernyataan Odum, (1993) dalam Kanza (2014), kecepatan

arus dapat berpengaruh pada oksigen terlarut, pH, dan juga kadar bahan yang terlarut

pada air.

b. Suhu

Pengukuran suhu menggunakan thermometer yang dicelupkan ke dalam

perairan, hasil pengukuran suhu di Sungai Bolango memiliki temperatur 330C. Nilai

suhu yang tergolong tinggi diakibatkan oleh kondisi matahari yang sangat terik saat

melakukan pengukuran, sehingga intensitas cahaya matahari mampu menembus

hingga dasar perairan, selain itu suhu panas udara di atas permukaan perairan

mengakibatkan suhu perairan naik, serta ukuran lebar sungai, sungai yang lebar dan

dangkal mendapatkan cahaya matahari yang banyak hal tersebut mengakibatkan

peningkatan suhu perairan. Menurut Femy, dkk., (2006) cahaya yang diabsorbsikan

menghasilkan panas, suhu merupakan faktor intensitas dari energi panas. Menurut

Subekti (2009) menyatakan bahan-bahan terlarut dalam air juga menyerap panas yang

14

DELLA, 06/10/15,
sumber
DELLA, 06/10/15,
sumber
DELLA, 06/10/15,
sumber
DELLA, 06/10/15,
sumber
Page 15: Laporan Kualitas AIr Sungai

mengakibatkan suhu air meningkat. Sedangkan menurut Nyoman & Lenny, 1997)

Intensitas cahaya matahari mempengaruhi naik turun-nya suhu perairan.

Peningkatan suhu merupakan salah satu penyebab menurunnya oksigen

perairan. Peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan laju metabolisme dan

respirasi organisme air, sehingga akan meningkatkan konsumsi oksigen terlarut.

Berdasarkan laporan Teknisi SPM (2012), peningkatan suhu akan menyebabkan

turunnya kelarutan oksigen sehingga perairan tersebut akan kekurangan oksigen dan

sering menyebabkan kematian organisma air.

c. pH

Pengukuran pH menggunakan kertas lakmus yang dicelupkan ke dalam perairan

di Sungai Bolango, dari hasil pengukuran diperoleh nilai pH 8 yang tergolong cukup

baik untuk pertumbuhan organisme perairan. Nilai pH yang tergolong stabil

diakibatkan arus perairan yang sangat lambat sehingga tidak membawa limbah

anorganik yang mengandung senyawa-senyawa kimia dalam jumlah banyak,

peningkatan limbah anorganik di perairan biasanya berasal dari limbah rumah tangga

atau limbah indutri dapat menyebabkan penurunan nilai pH.

pH yang sanga rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin

besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat

meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi

organisme air (Tatangindatu, et al., 2013 dalam Badjeber, 2015)

15

DELLA, 06/10/15,
cek
DELLA, 06/10/15,
SUMBER
DELLA, 06/10/15,
SUMBER
Page 16: Laporan Kualitas AIr Sungai

d. Kecerahan

Pengukuran kecerahan di Sungai Bolango dilakukan menggunakan alat sechi

disk, diperoleh hasil pengukuran memiliki tingkat kecerahan 100 %, tingkat

kecerahan yang tinggi diakibatkan oleh intensitas sinar matahari yang saat itu sangat

terik sehingga mampu menembus hingga ke dasar sungai, selain itu diakibatkan oleh

kedalaman sungai yang hanya memiliki ketinggian 55 cm serta kondisi air yang tidak

terlalu keruh, hal ini didukung oleh pernyataan Effendi (2003) dalam Badjeber

(2015), menyatakan nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu

pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi.

e. Kedalaman dan Lebar Sungai

Pengukuran lebar dan kedalaman sungai diukur menggunakan tali rafia yang

diberi pemberat dan rol meter. Berdasarkan hasil pengukuran, Sungai Bolango

memiliki lebar 19 m dan kedalaman 55 cm. Kedalaman dan lebar sungai biasanya

dipengaruhi oleh keadaan pasang surut suatu perairan, ketika kondisi pasang maka

kedalaman dan lebar sungai akan bertambah, hal ini diakibatkan volume air yang

meningkat dibandingkan ketika surut, berdasarkan pengukuran dapat dikatakan

bahwa lebar dan kedalaman sungai berpengaruh terhadap karakteristik fisika sungai.

Sungai yang lebar dan dangkal mendapatkan cahaya matahari lebih banyak sehingga

suhu air sungai meningkat. Selain itu lebar dan kedalaman sungai juga mempengaruhi

kecepatan arus sungai. Menurut Subekti (2009), sungai yang dalam dan lebar

memiliki kecepatan aliran yang lebih besar.

16

Page 17: Laporan Kualitas AIr Sungai

f. Substrat

Tipe tekstur pada perairan Sungai Bolango bertipe pols, dimana dasar perairan

sungai terdiri dari pasir dan batuan-batuan berukuran sedang, ukuran batu dapat

mempengaruhi aliran air, adanya batuan-batuan dalam perairan akan memperlambat aliran

sungai selain itu juga dapat meningkatkan kandungan oksigen di dalam air serta

mempengaruhi jenis-jenis organisme yang hidup di dalamnya yang biasanya digunakan oleh

sebagai tempat berlindung dari mangsa, dan tempat melekat organisme perairan. Menurut

Subekti, dkk. (2009), dasar sungai yang terdiri dari campuran batu-batu berukuran

besar dan kecil cenderung meningkat turbulensi aliran airnya sehingga meningkatkan

kandungan oksigen di dalam air.

g. Penggunaan Lahan & Organisme Perairan

Lahan di sekitar wilayah tempat dilaksanakannya pengukuran kualitas air

digunakan sebagai lahan pertanian jagung. Di sekitar sungai juga ditumbuhi beberapa

jenis tumbuhan seperti pohon jati putih, pohon sirih, rumput gajah, papaya, dan

lamtoro. Penggunaan lahan disekitar perairan dapat dimanfaatkan untuk melancarkan

siklus rantai makanan, dimana daun-daun mati dari pohon tersebut jatuh ke perairan

yang kemudian akan manjadi detritus lalu di rombak oleh bakteri untuk proses

dekomposisi, selain itu juga dapat melindungi perairan ketika matahari sangat terik,

intensitas matahari yang sangat tinggi akan mengurangi kadar oksigen dalam air.

Pada perairan juga terdapat biota-biota seperti seperti kepiting dan ikan-ikan kecil.

17

Page 18: Laporan Kualitas AIr Sungai

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perairan sungai bolango dapat dikategorikan memiliki kualitas air yang cukup

baik, hal ini didukung berdasarkan pengukuran fisika air seperti kecerahan yang

memiliki nilai 100 % dengan lebar sungai 19 m dan kedalaman 55 cm, substrat yang

terdiri dari batuan berpasir dapat meningkatkan turbulensi aliran air sehingga

kandungan oksigen meningkat, serta suhu 330C melebihi kisaran optimal untuk

kehidupan biota, hal ini dikarenakan waktu pengukuran dilaksanakan saat matahari

sedang terik. Sedangkan pada pengukuran kimia air, pH memiliki nilai 8 yang masih

tergolong optimal untuk pertumbuhan biota air.

5.2 Saran

Untuk praktikum selanjutnya diharapkan agar setiap kelompok melengkapi

alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum, agar tidak memperlambat

pelaksaan praktikum karena menunggu pergantian penggunaan alat.

18