Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

24
MAKALAH FILSAFAT BAHASA dan PENDIDIKAN Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Dosen Pengampu : LUTFI SYAUKI FAZNUR M.pd Oleh : ELDA OKTAVIANI (11150910000072) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA 1

description

Tugas meresume buku Filsafat bahasa dan pendidikan yang dijadikan makalah.

Transcript of Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

Page 1: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

MAKALAH FILSAFAT BAHASA dan PENDIDIKAN

Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu :

LUTFI SYAUKI FAZNUR M.pd

Oleh :

ELDA OKTAVIANI (11150910000072)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

1

Page 2: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, saya telah menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang saya susun berjudul “Filsafat Bahasa dan Pendidikan” dengan berbagai unsur-

unsur lainnya.

Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Semoga bantuan

yang diberikan kepada saya dalam menyelesaikan makalah ini secara langsung maupun tidak

langsung, mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa dalam

menyusun makalah ini, masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan yang

saya miliki.

Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi penyajian maupun

dari segi materi. Oleh karena itu, demi penyempurnaan makalah ini, kritik dan saran para

pembaca sangat saya harapkan.

Akhirnya, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2015

Penyusun

2

Page 3: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1 Mengapa Filsafat? 2

2.2 FIlsafat Analitik Bahasa 4

2.3 Misteri Bahasa : Dari Makna ke Teori 5

2.4 Bahasa dan Representasi Makna 8

2.5 Bahasa Pendidikan dan Relativitas Bahasa 10

BAB III PENUTUP 13

3.1 Kesimpulan 13

3.2 Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orang awam biasanya mencitrakan filsafat sebagai ilmu yang sulit dan menakutkan.

Membaca buku filsafat sering harus mengerutkan dahi, mengerahkan segala kemampuan

untuk mencerna segala kemapuan untuk mencerna gagasan yang diuraikan.

3

Page 4: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

Ihwal filsafat dan pendidikan bahasa adalah hal penting bagi mahasiswa sebagai alat

untuk perluas wawasan, dan teristimewa untuk menajamkan kemampuan bernalar.

Perkuliahan filsafat penting untuk mahasiswa, namun tampaknya mahasiswa S1 belum siap

untuk belajar filsafat. Bagi mereka jauh lebih penting mengembangkan kemampuan bernalar

lewat keterampilan menulis dan berdebat dalam diskusi kelas.

Yang terpenting dari belajar filsafat adalah agar mahasiswa mampu berlogika.

Sesungguhnya pendidikan bahasa dapat didesain untuk meningkatkan keterampilan berpikir

kritis.

Oleh karena itu Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah mengeluarkan buku ini, sebagai bekal

agar mampu membuktikan bahwa filsafat adalah interprestasi makna, spekulatif, teoritis,

namun komprehensif yang betul – betul sejalan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu filsafat?

1.2.2 Apa pengertian filsafat bahasa?

1.2.3 Apa filsafat pendidikan?

1.2.4 Apa filsafat pendidikan bahasa?

1.2.5 Apa filsafat analitik?

1.3 Tujuan

1.3.1 Memahami pengertian filsafat bahasa.

1.3.2 Memahami pengertian filsafat pendidikan.

1.3.3 Memahami pengertian filsafat pendidikan bahasa.

1.3.4 Memahami filsafat analitik.

1.3.5 Memahami dasar – dasar teori bahasa.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mengapa Filsafat?

Definisi filsafat dari Kamus besar bahasa indonesia(KBBI) sebagai berikut :

4

Page 5: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

1. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal,, dan hukumnya.

2. Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan3. Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi4. Falsafah (KBBI 1995 : 277)

Berfilsafat adalah berpikir secara radika ( sampai ke akar – akarnya) dengan memberikan argumen yang bernalar.

Etimologi Dan Definisi

Kata filosofi berasal dari perkataan Yunani: philo (suka, cinta) dan sophia(kebijaksanaan). Jadim kata itu berarti cinta terhadap kebijaksanaan (wisdom). Sikap bijaksana dalam pengambilan keputusan dalam upaya melakoni kehidupan, dari dahulu hingga sekarang tetap diperlukan.

Selain definisi KBBI tadi, berikut ini diturunkan lima definisi filsafat bagaiman dihimpun oleh Titus, dkk., (1979). Kelima definisi ini menunjukan ragam pemahaman manusi dan penggunaan terhadap (kata) filsafat.

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanaya diterima secara tidak kritis.

2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.

3. Filsata adalah usaha untuk mendapatkan gambaran tinggi keseluruhan.4. Filsafat adalah sebagian analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata

dan konsep.5. Filsafat adalah sekumpulan problema – problema yang langsung mendapat perhatian

dari manusi dan yang di carikan jawabnnya oleh ahli filsafat.

Dialog Dialaetik Tiada Henti

Metode atau cara kerja filsafat adalah dialektika (dialetic), yaitu suatu kaji telik konseptual dengan mengajukan berondongan pertanyaan, sejumlah jawaban dan membangun berbagai implikasi dari jawaban – jawaban itu secara berkelanjutan dalam lingkarang tanpa kritik akhir. Metode ini sering disebut sebagai dialetik Socrates.

Analisis, Evaluasi, dan Sintesis

Dalam upaya menginterpretasi masalah dikenal tiga cara lazim yang ditempuh, yakni analisis, evaluasi, dan sintesis. Ketika makna tansa atau ambigu sulit dicerna, maka analisis berperan menjelaskan ketaksaan itu. Ketika ekspresi sebuah makna membingungkan, maka analisis menjelaskan penyebab kebingungan ini dan membandingkannnya dengan mentranformasi ekspresi itu kebentuk lain. Analisis tidak berarti membagi sebuah kesatuan menjadi bagian – bagiannya, tetapi lebih melakukan pembedaan atas berbagai makna. Terkait dengan analisis adlah evaluasi, yakni menilai sejauh man sebuah interprestasi sah. Disini ada proses validasi sebagai alat untuk mengetahui makna sebuah ekspresi. Prosedur metode analisis kurang lebih sebagai beikut :

Berangkat dari keragu-raguan metodis, makna diyakini tidak ada yang diyakini benar.

5

Page 6: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

Urailah materi yang ditelaah itu menjadi beberapa bagian untuk membantu memecahkan masalah.

Berpikirlah dengan memahami sesuatu atau bagian yang mudah dan sederhan, terus bergerak memahami sesuatu yang lebih kompleks dan relatif.

Cabang - Cabang Filsafat

Filsafat sebagai kajian atau disiplin ilmu lazimnya diurai menjadi logika, metafisika, epistemologi, dan etika. Seperti disebut diatas berfilsafat adalah berargumentasi dialetik. Argumentasi adalah sebab- sebab (premis, mukaddimah) untuk menguatkan atau menolak sebuah posisi(cocusion, natijah). Logika atau mantiq adalah bagian dari filsafat yang secara sistematis mambahas aturan – aturan berargumentasi secara bernalar.

Metafisik oleh aristoteles disebut first philosophy, yakni prinspi – prinspi yang paling universal yang kemudian diartikan sebagai sesuatu diluar kebiasaan (beyind nature) atau dibelakan pengalaman langsung manusi(immediacte experiance)

Epistemologi (sepisteme = pengetahuan) adalah cabang filsafat yang mengkaji sumber – sumber, watak, dan kebenaran pengetahuan. Etika adalah perbincangan moralitas, yakni apa yang benar dan salah sebagaimana sipersepsi manusia. Pesoalan seperti keadilan, kejujuran, kecurangan, kekejaman, kedermawanan, dan sebagainya adalah isu – isu moral yang mengenai kualitas hubungan antara sesama manusia.

Filsafat Pendikan

Apa sesungguhnya tujuan pendidikan itu? Agar jawabnnya memuaskan, sang filsuf harus mengkaji isu – isu mendasar yang bersifat metafisik, sepitemologi, moral dan politik.

Apa hakikat manusia?bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan? Apa standar moral yang harus dipegang manusia? Bagaimana semestinya masyarakat diorganisir? Tidaklah cukup sekadar mengkalimatkan tujuan pendidikan. Tujuan itu seyogianya dirinci sedemikian rupa sehingga metode untuk menggapai tujuan it jelas. Bagaimana metode mengajarnya agar mereka menjadi cerdas? Berfilsafat pendidikan adalah suatu upaya yang sangat kompleks, namun sangat penting. Segala keputusan dalam bidang pendidikan akan sangat bergantung padanya. Jadi, filsafat pendidikan dapat didefinisikan sebagai teori yang mendasari alam pikiran ihwal pendidikan atau suatu kegiatan pendidikan.

Filsafat Pendidikan Bahasa

Dalam hemat, saya filsafat pendidikan bahasa adalah sinergi antara filsafat pendidikan dan filsafat bahasa sebagaimana yang diuraikan diatas. Pada pemikir pendidikan bahasa memepelajari filsafat bahasa secara historis, sistematis, analisis, dan intuitif. Dengan demikian, filsafat pendidikan bahasa adalah teori yang mendasari alam pikiran manusia ihwal pendidikan bahasa atau suatu kegiatan pendidikan bahasa. Setiap kebijakan instruktuksional guru dalam kelas dapat ditelusuri ke hulu pemikirannya, yakni filsafat pendidikan bahasa ynga jadi kepercayaannya. Keistimewaan penguasa pendidikan bahasa dalam pendidikan adalah bahwa sukses dalam penguasaan segala bidang studi sangat bergantung pada penguasaan bahasa lisan dan tulis atau literasi, karena pembelajaran segala bidang studi mesto mengeluarkan medium bahasa. Dengan demikian, pendidikan bahasa(ibu, nasional, dan asing)mesti ditangani secara profesional demi suksenya pendidikan nasional.

2.2 Filsafat Analitik Bahasa

6

Page 7: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

Bahasa dan Filsafat

Kata adalah symbol lisan atau tulisan bagi benda atau konsep yang disebut referent sebagai objek kata. Karena berkomunikasi menggunakan bahasa untuk merujuk pada referent (rujukan), maka symbol symbol itu harus permanen.

Dalam literature linnguistik kita mengenal berbagai fungsi bahasa dengan istilah yang kadang berbeda. Namun, intinya sama bahwa bahasa mendokumentasikan perbedaan diantaranya: Fungsi kognetif; Fungsi emotif; Fungsi imperative dan Fungsi seremonial

Atomisme Logis

Inti aliran idealism adalah bahwa realitas itu terdri atas ide-ide, pikiran-pikran, jiwa atau minda (mind) dan bukannya benda material. Ini kebalikan dari paham materialisme bahwa materi itu adalah real dan minda sebagai fenomena penyerta saja. In bertentangan dengan metode emperisme yang mengandalkan ide-ide bukannya putusan atau judgments atau keterangan-keterangan sebagaimana dinyatakan dalam proposisi-proposisi, yakni pernyataan-pernyataan tentang dunia ini. Pandangan Brandley ini mempengaruhi Russell dengan formulasi logika atomisme, bahwasanya realitas terwujud dalam ungkapan bahasa yang merupakan proposisi-proposisi, bukan atas ide-ide atau isi pikiran kita. Nama-nama besar dalam aliran ini antara lain G.E. Moore (1973-1958) sebagai perintis, Bertrand Russell (1872-1970) sebagai tokoh utama dan Ludwing Wittgenstein (1889-1951). Berikut ini adalah beberapa pemikiran inti dari aliran ini: Logika adalah hal yang paling mendasar dalam filsafat. Logikalah yang harus mewarnai setiap mashab filsafat, bukan metafisik.; Formulasi logika bahasa tidak sama dengan formulasi struktur bahasa.; Hakikat realitas dunia seyogianya dianalisis melalui analisis logis. Agar ilmiah, filsafat mesti mengandalkan analisis logis.; Dunia ini terdiri atas fakta-fakta yang terlukiskan lewat proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi ini merupakan simbol dan bukan merupakan dunia.

Positivisme Logis

Positivisme logis menggunakan teknis analisis untuk mencapai tujuan, yaitu : (1) menghilankan atau menolak metafisika, dan (2) demi penjelasan bahasa ilmiah dan bukan untuk menganalisis pernyataan-pernyataan fakta ilmiah dan bukan menganlisis pernyataan fakta ilmiah. Tokoh utama positivisme logis adalah Allfred Jules Ayer dengan karyanya paling terkenal Language, Truth and Logic (1939).

Berikut ini adalah beberapa prinsif verifikasi sebagai elaborasi dari kutipan Malmkjaer, ed. 1991:336: (1) Suatu proposisi dianggap bermakna manakala secara prinsip dapat diverifikasi; (2) Yang mesti dilakukan itu adalah verifikasi bukan menghasilkan suatu pernyataan yang mesti benar.; (3) Setiap penyataan yang secara prinsif tidak dapat diverifikasi pada hakekatnya pernyatan itu tidak bermakna.

Anyer membedakan dua jenis verifikasi, yakni verifikasi keras dan lunak.

Filsafat Bahasa Biasa

Ada tiga kritik tajam dari Wittgenstein terhadap filsafat sebagai berikut:

a.         Kekacauan bahasa filsafat timbul karena penggunaan istilah atau ungkapan dalam bahasa filsafat yang tidak sesuai dengan aturan permainan bahasa.

7

Page 8: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

b.        Adanya kecenderungan untuk mencari pengertian yang bersifat umum dengan merangkum pelbagai gejala yang diperkirakan mencerminan sifat keumumannya. Kelemahan ini disebut dengan istilah craving for generality.

c.         Penyamaran atau pengertian terselubung melalui pengajuan istilah yang tidak dapat dipahami misalnya”keberadaan”, “ketidakadaan”, dan lain sebagainya. Intinya dalam berwacana filsafat dan sesungguhnya dalam bahasa sehari-hari pun kita harus menghindari ambiguitas dan penyamaran.

Berdsarkan atas ketiga hal di atas, ia menyatakan dua tugas filsafat, yaitu (1) secara penyebuhan atau therapheutics dengan cara menghilangkan kekacauan yang terjadi dalam bahasa filsafat; (2) secara metodis, yaitu berfilsafat dengan menempuh jalan berikut ini: Meletakkan landasan filsafat pada penggunaan bahasa sehari-hari dengan mengikuti aturan permainan bahasa; Untuk mnegatasi kekacauan itu, kita harus menyusun kembali apa yang telah kita ketahui bukannya dengan melalui keterangan baru; Meletakkan metode analisis bahasa dalam posisi yang netral.

Beberapa Tema Filsafat Bahasa

Tema berikut ini tidak saja diajukan oleh Wittgenstein juga dari para filosuf lain yang mengajaukan teorinya sekaitan dengan bahasa: Permainan bahasa (language games); Teori gambaran (picture thory); Preposisi dalam struktur logika bahasa; Kekeliruan kategori (category mistakes)

2.3 Misteri Bahasa : dari Makna Ke Teori

Meraba Pemikiran Filsafat

Beberapa ungkapan dari para filsuf terkenal, para pentolan eksistensialisme berikut ini :

1.        Jean-Paul Sartre (1905-1980)

“Man is nothing else but his plan; he exists only to the extent that he fulfills himself; he is therefore nothing else that the ensemble of his acts, nothing else than his life” (Manusia tiada lain adalah rencananya sendiri; ia mengada hanya sejauh iamemenuhi dirinya sendiri; oleh karenanya, ia tiada lain adalah kumpulan tindakannya, tiada lain ialah hidupnya sendiri.)

2.        Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855)

“I felt the stillness of death grew around , when I saw in my father, an unhappy man who was to outlive us all, a cross on the tomb of all his hope. There must be a guilt upon the whole family, the punishment of God must be on it; it was to disappear, wiped out by the powerful hand of God…” (Aku merasakan kesepian maut tumbuh di sekitar diriku bilamana aku menyaksikan ayahku, seorang yang tak berbahagia dan akan hidup lebih lama dari kami semua, ibarat salib di atas nisan segala harapannya. Niscaya suatu kesaahan telah terjadi tanggungan seluruh keluarga, hukuman Tuhan pasti telah menjadi tanggungan seluruh keluarga, hukuman Tuhan pasti telah dijatuhkan kepadanya; rupanya keluarga kami harus musnah, dihapus dari muka bumi oleh tangan yang perkasa.)

3.        Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900)

8

Page 9: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

“A high civilization is a pyramid; it can stand only upon a broad base; its prerequisite is a strongly and soundly consolidated medio-crity” (Peradaban yang tinggi adalah ibarat piramida; ia hanya bisa bertahan atas suatu landasan yang luas; prasyaratnya ialah hal-hal tanggung yang dikonsolidasikan secara tangguh dan ampuh.)

4.        Nicholas Alexandrovitch Berdyaev (1874-1948)

“There is a spiritual man, and there is a natural man, and yet the same individual is both spiritual and natural.” (Di satu pihak manusia adalah spiritual, sedangkan di lain pihak ia adalah alamiah, maka dari itu individu itu sekaligus bersifat spiritual dan alamiah.)

5.        Karl Jaspers (1910-1969)

“What is essential in the concrete decision of personal fate remains hidden.” (Apa yang essential dalam keputusan kongkret yang menyangkut nasib pribadi tetap akan tersembunyi.)

Menguasai Bahasa

Dalam pemakaian sehari-hari, menguasai sering diartikan sebagai mampu berbicara dalam bahasa itu. Secara lebih seriusdi sini diartikan sebagai kemampuan menggunakan symbol secara bermakna untuk berkomunikasi. Jadi dalam konteks ini penguasaan bahasa bergantung pada empat kata kunci: penggunaan, symbol, makna, dan komunikasi (Phenix; 1964). Berikut adalah rincian keempat unsur itu. (1). Indikator penguasaan bahasa adalah penggunaan dalam berbicara dan menulis. (2). Nurani terdalam yang ada pada manusia adalah keinginan dirinya diakui dan dimegerti oleh anggota masyarakat lain lewat komunikasi dengan bahasa masyarakat itu. (3). Perilaku berbahasa (language behavior) dan masyarakat ujar (speech community) adalah kulit terluar dari bahasa. (4). Makna-isi bahasa itu ditampilkan atau direpresentasi oleh simbol-ekspresi yang juga kulit luar dari bahasa.

Teori Bahasa

Teori tentang bahasa adalah abstraksi para ahli bahasa sebagai hasil pengamatan terhadap gejala bahasa. Dengan jalan pemikiran ini, ilmu berbahasa tunduk kepada sejumlah asumsi tentang objek emperis (bahasa) sebagai berikut:

1.    Keragaman

Beberapa fenomena memiliki keragaman dalam sifat, struktur, bentuk ddan sebagainya. Keragaman ini menghasilkan klasifikasi yang sangat mendasar bagi ilmu pengetahuan untuk melahirkan taksonomi. Beriikut adalah beberapa contoh universal bahasa:

a.       Urutan Kata S, V, O: dalam kalimat dekralatif dengan subjek objek nomina, urutan yang dominan adalah hampir selalu pola S mendahului O.

b.      Sistaksis: dalam kalimat-kalimat kondisional, klausa kondisional mendahului konklusi sebagai urutan normal dalam hampir segala bahasa.

c.       Morfologi: bila bahasa memiliki infleksi, bahasa itu selalu memiliki derivasi.

9

Page 10: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

2.    Kelestarian Relatif

Struktur bahasa relative lestari sehingga kita dapat mempelajarinya. Sintastiks lebih lestari daripada kosa kata. Struktur lebih dapat diprediksi daripada makna. Karena itu sintaksis lebih objektif dari pada semantik.

3.    Sebab Akibat

Dalam al-qur’an difirmankan, “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) sesuatu kaum (masyarakat), sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri (sikap mental) mereka. (QS. Al-Raad:11). Diterminisme mengatakan bahwa sebuah phenomena bukanah kejadian asal jadi dengan sendirinya.

Teori Bahasa dan Metode Ilmiah

Erikson seperti dikutip Hoover (1980) membedakan tiga jenis konsep: factuality, reality dan actuality.

Peran teori

Yang dimaksud dengan metode seintifik lazinya merujuk pada langkah-langkah sistematik sebagai berikut:

a.    Identifikasi variable yang diteliti.

b.    Pengajuan hipotesis yang menghubungkan suatu variable dengan variable lain.

c.    Mengetes realitas, yakni dengan mengukur hubungan hipotesis dengan hasill yang diperoleh.

d.   Melakukan evaluasi dimana hubungan yang telah terukur itu dibandingkan denhan hipotesis awall, lalu dimuncullkanlah sebuah generalisasi.

e.    Mengajukan saran ihwal makna (signifikansi) teoritis dari temuan, faktor-faktor yang terlibat dengan pengetesan yang mungkin menyebabkan distorasi temuan, dan sejmlah hipotesis lain yang berkembang.

Teori Bahasa

Teori bahasa layaknya teori ihwal alam juga. Presepsi kita terhadap teori bahwa bumi memliki daya gravitasi seyogianya sama dengan persepsi kita terhadap teori bahwa kaimat memiliki banyak daya simbolik.

Teori Chomsky

Berikut ini beberapa ayat teori grammar yang diajukan oleh Chomsky:

1.    Gramatika adalah sebuah metode (deskripsi sistematik) dari segala kemampuan linguistic seorang penutur sejati sebuah bahasa yang memungkinkan dirinya berbicara dan memhami bahasa dengan fasih.

2.    Gramatika bahasa adalah sebuah model dari kompetensi linguistic dari seorang penutur sejati yang fasih.

10

Page 11: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

3.    Linguistik bagi Chomsky adalah terutama berkaitan dengan kompetensi yang terdiri atas dua jenis yaitu Kompetensii pragmatic dan kompetensi gramattikal.

4.    Kompetensi gramatikal memayungi tiga kompetensi yaitu kompetensi sintaktik, semantik dan fonologis.

5.    Dengan intuisi yang dimilikinya, seorang penutur sejati dapat memberikan penilaian (judgment) apakah sebuah ujaran itu gramatikal dalam bahasanya.

6.    Teori linguistic terutama berurusan dengan bahasa penutur-pendengar yang ideal dalam sebuah masyarakat ujuran yang betul-betul homogen.

7.    Kreativitas berbahasa menunjukkan bahwa bahasa tidak sekedar pembelajaran kalimat yang dihasilkan penutur sejati dan mengulanginya seperti burung beo.

8.    Ada tiga aturan atau tungkat kehebatan teori bahasa, yaitu yang memenuhi observational adequacy, descriptive adequacy dan explanatory adequacy.

2.4 Bahasa Dan Representasi Makna

Sistem Tanda

Sistem tanda yang lazim dipakai dalam komunikasi, antara lain sebagai berikut: (1) Isyarat (gestures) seperti menunjuk sesuatu untuk menarik perhatian; (2) Kode khusus seperti semaphore, morse dan sebagainya; (3) Tanda tertulis seperti ‘dilarang Parkir’; (4) Warna seperti tiga warna lampu setopan; (5) Suara seperti bunyi sirine tanpa pertandingan golf (tee off) dimulai.

Teori Ideasional Ihwal Makna

The ideational theory of meaning disebut teori terdahulu ihwal makna dan semula dikembangkan oleh John Locke (1633-1704). Berikut ini adalah beberapa konsep dasar dari teori ini.

a.         Makna itu ditempelkan saja pada kepada kita (terpisah ari kata).

b.        Yang mendasari teori ini adalah asumsi bahwa bahasa adalah instrumen untuk melaporkan pikiran yang terdiri atas antrian gagasan yang disadari.

c.         Teori ini tidak dapat menjelaskan bagaimana menemukan gagasan yang “sesuai”

d.        Teori ini berasumsi bahwa makna Dalam bentuk pikiran dalam minda hadir mendahului ekspresi linguistiknya.

e.         Gagasan Wittgenstein dalam Philosophical Investigation (1953). Baginya kata adalah sensible signs, yakni tanda-tanda yang membawa makna.

f.         Bahasa yang bersifat personal itu memiliki makna setelah dihubungkan dengan sensasi personal makna dari itu disebut privat language.

Makna dan Rujukan

11

Page 12: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

Berikut ini beberapa perbincangan tentang teori Primitive refrence:

a.         Kata memiliki makna karena mereka sebagai symbol bagi sesuatu di luar dirinya.

b.        Nama dan deskripsinya akan berwujud objek, sementara verb, ajektiv, adverbial dan preposisi menunjukkan sifat-sifat (properties) dari hubungan objek itu.

c.         Kritik: teori primitive tidak dapat menjelaskan penomena extension atau perluasan dari term umum seperti house misalnya yang dapat merujuk kepada satu kelas objek secara umum (any house). Bukan itu saja rumah tertentu saja, seperti dalam frase the house I live.

d.        Untuk menjelaskan kesulitan di atas para ahli semantik mencoba membedakan kata to refer dari to denote yakni merujuk pada dan bermakna.

e.         Sebuah nama (kata, tamda, kombinasi tanda, dan ekspresi) menyatakan sense tersendiri dan merujuk pada rujukannnya (referent).

f.         Untuk menjeaskan konsep-konsep di atas kita perlu merujuk pada ontology, yakni bagian dari filsafat yang mempelajari hakikat realita.

Fenomenologi Bahasa

Untuk kepentingan kajian filsafat bahasa, Searle (1969) memakai tiga istilah sebagai alat dekskripsinya, yaitu linguistic, characterization, linguistic explanation dan verification of linguistic characterization.

Verifikasi adalah mencari tahu apakh sesuatu itu benar atau salah. Verifikasi diperlukan sebagai panduan untuk mencari makna dan kebenaran. Langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam veivikasi adalah sebagai berikut: (1) Temukan makna pernyataan; (2) Cari bukti-bukti apakah pernyataan itu berdasarkan bukti-bukti yang di terima; (3) Pertimbangkan kembali bukti-bukti itu, lalu buatlah keputusan.

Selanjutnya dalam bagian ini akan dibahas sekilas tiga rana semantic, yaitu makna sense, refrence, dan truth.

1.              Makna (sense), makna terbagi ke dalam dua kelompok besar: Speakaer-sense dan linguistic-sense

2.              Rujukan (reference), paralel dengan bahasan sense di atas, refrence pun terbagi dua : speaker-reference dan linguistic reference.

3.        Kebenaran (Truth), Kajian kebenaran atau kondisi kebenaran (truth condition) dalam semantic terbagi atas dua kategori yaitu: (1) studi kebenaran yang terkandung di dalam sebuah kalimat, yakni analytic, contradictory, dan synthetic, dan (2) studi jenis-jenis kebenaran dalam kaitannya dengan sebuah kalimat, yakni entailment dan presupposition (to presuppose= Imengasumsikan dulu sesuatu benar menjadikan , menjadikan sesuatu sebagai syarat).

Pertuturan (speech acts)

Bagi Austin, kita tidak sekedar menggunakan bahasa untuk mengatakan e statement), tetapi untuk melakukan sesuatu (to perform action). Keyakinan inilah yang kemudian berujung pada teorinya yang dikenal illocutionary acts.

12

Page 13: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

Kekuatan itu sendiri dapat berupa perjanjian, saran, dugaan, vonis, perintah, ancama, penyataan, pujian (memberi kompleman), cacian, dan lain sebagaianya yang diniati si penutur. Niat itu ada dalam hati, namun lewat ungkapan lokusi dan suasana sekeliling, penanggap tutur dapat menerkah kekuatan ilokusi, yakni tindakan bahasa dalam mengatakan sesuatu (in saying). Kenudian ujuran itu berujung pada efek perlokusi (perlocutionary effect). Efek perlokusi tidak harus tanpak seperti berwujud tangisan atau jatuh pinsang, tapi bisa juga berupa efek phisologis pada penutur, misalnya setuju, makin setuju, menolak, menagis, kepastian, keimanan yang semakin kuat, atau mungking meledakkan bom bunuh diri. Austin menyebutkan tindak perlokusi anatara lain sebagai berikut: meyakinkan, menipu, manakuti, membujuk, merayu, mengarahkan, dan ungkapan sejenisnya.

Maksim Percakapan (conversational maxims)

Agar percakapan kita baik, ada empat maksim yang terkena dengan grice’s maksim, yaitu dalam bahasa saya di ringkas menjadi QUQUREMA, singkatan dari Quantity, Qualiti, relevance, dan manner.

2.5 Bahasa Pendidikan dan Relativitas Bahasa

Proposisi (Propositions)

Proposisi berasal dari kata pro + posisi, Yakni pro atau setuju pada posisi tertentu. Berikut ini ada beberapa definisi proposisi :

1.      A preposition is something put up for consideration-proposed as being the case-whether in speech, in thought, by implication, or as part of a body of theory (Beck 1974: 216)

2.      …. An expression is language or sign of something that can be belived, doubted, or denied or is either true or false (Webster’s new Collegiate Dic. 1981: 917).

Berdasarkan difinisi di atas, dapatlah dikatan sebagai berikut:

1.    Tidak semua proposisi adalah perturan atau speech act, beberapa preposisi adalah thought act.

2.    Baik proposisi maupun pernyataan (statement) sama-sama berurusan dengan kasus, eksistensi atau non-eksistensi sesuatu hal atau urusan-urusan factual.

3.    Proposisi itu merujuk pada suatu keadaan, duduk perkara atau state of affairs yang diajukan atau proposed, diajukan (advised), disarankan, dipostulatkan, untuk kepentingan inkuiri atau argumentasi.

Pernyataan (Statements)

Karakteristik sebuah pernyataan (statement)I, yaitu: (1). Merujuk pada sebuah uajaran atau speech acts, bukannya thought acts, (2). Berkaitan dengan urusan factual, (3). Ada klaim ihwal sesuatu-tidak lagi diajukan atau proposed- Yang meman demikian adanya. Pernyataan bukanlah sembarang dorongan kata, tetapi ada aturan yang lazim diikuti, yaitu terdiri atas tiga jenis kata, yaitu kata yang merujuk pada suatu entitas, kata yang merujuk pada fitur-fitur entitas itu dan kata yang menunjukkan bagaimana kata-kata dalam kalimat berkaitan dengan kalimat lainnya.

13

Page 14: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

Valuae judgment adalah juga speech acts, yang dideskripsi (said, stated, uttered). Sementara penilaian tidak memerlukan kata-kata, statement memerlukan pikiran, agar pernyataan tidak sekedar verbalisasi.

Resep (Prescriptions)

Pernyataan dan proposisi menawarkan konteks yang lebih luas, sedangkan resep memberikan arah tindakan. Pernyataan lebih berdasarkan pengetahuan ihwal fakta-fakta, sedangkan resep lebih berdasarkan pengetahuan praktis yang diperoleh lewat pengalaman yang telah teruji emperis.

Prinsip dan Aturan (Principles and Rules)

Prinsip merujuk pada proposisi atau pernyataan yang umum. Perbedaan antara prinsip dan aturan tidak hitam-putih, namun pada umumnya prinsip lebih umum daripada aturan, dan aturan seringkali diberlakukan secara external (dari luar). Misalnya begitu masuk pegawai negeri, kita diwajibkan menaati berbagai aturan. Dan aturan-aturan itu dipersiapkan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.

Slogan (Slogans)

Slogan memberikan dampak psikologis bagi para pemangku peran (stokeholder) pendidikan, teristimewa lagi dalam bidang politik (pendidikan). Slogan mempengaruhi emosi, aksi, pikiran dan semuanya. Slogan dapat bersifat indikatif seperti “Mendidik masyarakat dan memasyarakatkan pendidikan”, atau bersifat impiratif seperti “pokoknya ajari mereka menulis”.

Difinisi (Definitions)

Definisi bisa berfokus pada aspek linguistic, aspek substansi, atau keduanya. Dalam dua pendidikan, jarang sekali para ahli memberi definisi dengan focus pada aspek linguistic.

Realtivitas Bahasa

Bahasa itu memiliki kuasa! Bahwasanya cara pandang dan cara pikir manuasia ihwal sesuatu sejauh tertentu dibentuk oleh bahasa. Pokoknya berfikir adalah bahasa. Dalam wacana relativitas bahasa isu yang sering dilontarkan seringkali kental dengan frase-frase seperti: dipengaruhi oleh bahasa, bahasa memaksanya untuk, terkendala oleh bahasa, tidak salig memahami dan sebagainya. Pertanyaannya adalah apakah ketimpangan ini akibat dari kosa kata yang tidak seimbang antara dua bahasa? atau karena persoalan di luar kosa kata, misalnya sintaksis? ada kesan bahwa relativitas bahasa ini lebih terkait dengan sintaksis daripada kosa kata.

Kuasa Kosa Kata

Konsep (kosa kata) yang ada membantu kita saat memikirkan sesuatu, tetapi tidak dapat membantu bagaimana konsep tadi dielaborasi. Orang eskimo memiliki yang kehidupannya banyak terkait dengan salju sehingga memiliki banyak kosa kata tentang itu, sementara Bahasa Inggris hanya memiliki konsep ice dan snow. Perlu juga dipertimbangkan lingkungan budaya dari orang eskimo, Orang eskimo bisa lebih lincah dan detil saat membicarakan lingkungan hidupnya yang terkait dengan salju.

14

Page 15: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

Sosiologistik sebagai Teori Menerjemahkan

Teori terjemahan mempunyai beberapa peran, antara lain: (1) menentukan metode penerjemah yang cocok untuk mengayomi berbagai kategori teks untuk diterjemahkan, (2) menyajikan kerangka dalil-dalil, aturan-aturan, dan petunjuk-petunjuk praktis untuk menerjemahkan berbagai teks dan untuk membuat kritik terjemahan, (3) menawarkan sejumlah pilihan dan keputusan untuk diambil sewaktu menerjemahkan, dan (4) ….. berupaya menjelaskan hubungan antara pikiran, makna dan bahasa; aspek-aspek bahasa dan tingkah laku yang universal, kultur dan individual, pemahaman budaya ; interpretasi teks yang mungkin terjelaskan dan bahkan terlengkapi melalui terjemahan.

15

Page 16: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Definisi filsafat dari Kamus besar bahasa indonesia(KBBI) sebagai berikut :

1. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal,, dan hukumnya.

2. Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan3. Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi4. Falsafah (KBBI 1995 : 277)

Berfilsafat adalah berpikir secara radika ( sampai ke akar – akarnya) dengan memberikan argumen yang bernalar. Dalam literature linnguistik kita mengenal berbagai fungsi bahasa dengan istilah yang kadang berbeda. Namun, intinya sama bahwa bahasa mendokumentasikan perbedaan diantaranya: Fungsi kognetif; Fungsi emotif; Fungsi imperative dan Fungsi seremonial.

Penguasaan bahasa bergantung pada empat kata kunci: penggunaan, symbol, makna, dan komunikasi (Phenix; 1964). Berikut adalah rincian keempat unsur itu. (1). Indikator penguasaan bahasa adalah penggunaan dalam berbicara dan menulis. (2). Nurani terdalam yang ada pada manusia adalah keinginan dirinya diakui dan dimegerti oleh anggota masyarakat lain lewat komunikasi dengan bahasa masyarakat itu. (3). Perilaku berbahasa (language behavior) dan masyarakat ujar (speech community) adalah kulit terluar dari bahasa. (4). Makna-isi bahasa itu ditampilkan atau direpresentasi oleh simbol-ekspresi yang juga kulit luar dari bahasa.

3. 2 Saran

Melihat pentingnya ihwal filsafat dan pendidikan bahasa ditingkat mahasiswa, sebaiknya mahasiswa mulai memperlajari apa itu filsafat secara mendasar, kemudian belajar bagaimana berbahasa yang baik dan benar.

16

Page 17: Makalah Filsafat Bahasa Dan Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 2008. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Rosda.

17