Makalah MID Filsafat Bahasa

36
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian filsafat secara etimologi dan terminologi Berdasarkan etimologinya, kata “filsafat” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari dua kata, yaitu philein (mencintai) atau philia (cinta) atau philos (sahabat, kekasih) dan sophia (kebijaksanaan, kearifan). Jadi, filsafat dapat diartikan sebagai “cinta kebijaksanaan”. Orang yang mempelajari serta mendalami filsafat disebut “filsuf”. Selain dalam bahasa Indonesia, philosophia juga diserap ke dalam berbagai bahasa sehingga akhirnya melahirkan beragam kata, diantaranya: falsafah dalam bahasa Arab, filosofi dalam bahasa Belanda, dan philosophy dalam bahasa Inggris. Secara terminologis, pengertian filsafat (philosophy) menurut Concise Oxford English Dictionary (Tenth Edition) adalah: studi tentang hakikat dasar dari pengetahuan, kenyataan, dan keberadaan (eksistensi) 1

description

tugas rangkuman filsafat bahasa

Transcript of Makalah MID Filsafat Bahasa

Page 1: Makalah MID Filsafat Bahasa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian filsafat secara etimologi dan terminologi

Berdasarkan etimologinya, kata “filsafat” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa

Yunani philosophia yang terdiri dari dua kata, yaitu philein (mencintai) atau philia (cinta)

atau philos (sahabat, kekasih) dan sophia (kebijaksanaan, kearifan). Jadi, filsafat dapat diartikan

sebagai “cinta kebijaksanaan”. Orang yang mempelajari serta mendalami filsafat disebut “filsuf”.

Selain dalam bahasa Indonesia, philosophia juga diserap ke dalam berbagai bahasa sehingga

akhirnya melahirkan beragam kata, diantaranya: falsafah dalam bahasa Arab, filosofi dalam

bahasa Belanda, dan philosophy dalam bahasa Inggris.

Secara terminologis, pengertian filsafat (philosophy) menurut Concise Oxford English

Dictionary (Tenth Edition) adalah:

studi tentang hakikat dasar dari pengetahuan, kenyataan, dan keberadaan (eksistensi)

studi tentang dasar-dasar teoritis dari suatu cabang pengetahuan atau pengalaman

suatu teori atau sikap yang memandu perilaku seseorang

B. Manfaat memelajari Filsafat

Manfaat berfilsafat adalah  berusaha menemukan kebenaran (realitas yang

sesungguhnya) tentang segala sesuatu dengan berpikir serius.  Kecakapan berpikir serius

sangat diperlukan oleh setiap orang.  Banyak persoalan yang tidak dapat di selesaikan

1

Page 2: Makalah MID Filsafat Bahasa

sampai saat ini.  Hal ini dikarenakan karena persoalan tidak ditangani secara serius,

hanya diwacanakan saja. 

Mempelajari filsafat (termasuk filsafat bahasa) adalah berlatih secara serius untuk

mampu menyelesaikan suatu persoalan yang sedang dihadapi dengan cara menghadapi

persoalan dengan tuntas dan logis.  Seseorang tidak akan memiliki kemampuan seperti ini

jika ia tidak melatihnya.  Masih banyak manfaat yang dapat kita peroleh dengan

mempelajari bahasa, diantaranya adalah :

1.      Menambah pengetahuan baru

2.      Bisa berpikir logis

3.      Biasa berpikir analitik dan kritis

4.      Terlatih untuk menyelesaikan masalah secara kritis, analitik dan logis

5.      Melatih berpikir jernih dan cerdas

6.      Melatih berpikir obyektif

C. Wilayah kajian filsafat (Natural Science, Sosial Science, Humanistis)

Natural science/Ilmu Alam

Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari objek-objek empiris di alam

semesta ini. Ilmu alam mempelajari berbagai gejala dan peristiwa yang

mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan objek telaahnya maka ilmu

dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris. Ilmu membatasi diri hanya pada

kejadian yang bersifat empiris. Objek-objek yang berada di luar jangkauan pengalaman

manusia tidak termasuk bidang penelaahan ilmu (Yuyun S, 1981: 6).

Ilmu alam mempunyai asumsi mengenai objek, antara lain:

1. Menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, yaitu

2

Page 3: Makalah MID Filsafat Bahasa

dalam hal bentuk struktur dan sifat, sehingga ilmu tidak bicara mengenai kasus

individual melainkan suatu kelas tertentu.

2. Menanggap bahwa suatu benda tidak mungkin mengalami perubahan dalam

jangka waktu tertentu. Kelestarian relatif dalam jangka waktu tertentu ini

memungkinkan dilakukan pendekatan keilmuan terhadap objek yang sedang

diselidiki.

3. Menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat

kebetulan, tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dan

urut-urutan kejadian yang sama (Yuyun S, 1981: 7).

Dalam pandangan empirisme ilmu tidak menuntut adanya hubungan kausalitas yang

mutlak, sehingga suatu kejadian tertentu harus diikuti oleh kejadian yang lain,

melainkan bahwa suatu kejadian mempunyai kemungkinan besar untuk mengakibatkan

terjadinya kejadian lain. Ilmu tentang objek empiris pada dasarnya merupakan abstraksi

yang disederhanakan, hal ini perlu sebab kejadian alam sangat kompleks. Kegiatan yang

dilakukan dalam ilmu alam tidak merupakan objek penelitian ilmu alam, sebab praktek

ilmu alam merupakan suatu aktivitas manusia yang khas. Manusia memang dapat terlibat

sebagai subjek dan sebagai objek, dengan kata lain manusia adalah mempraktekkan dan

diprakteki (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 49).

Social Sciences/ilmu sosial

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam segala aspek

hidupnya, ciri khasnya, tingkah lakunya, baik perseorangan maupun bersama,

dalam lingkup kecil maupun besar. Objek material ilmu sosial lain sama sekali

dengan objek material dalam ilmu alam. Objek material dalam ilmu sosial adalah

3

Page 4: Makalah MID Filsafat Bahasa

berupa tingkah laku dalam tindakan yang khas manusia, bebas dan tidak

deterministik (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 49).

Kajian yang berbeda-beda terhadap ilmu merupakan konsekuensi dari

perbedaan objek formal. Objek ilmu sosial yaitu manusia sebagai keseluruhan.

Penelitian dalam ilmu sosial juga menimbulkan perbedaan pendekatan. Dalam

ilmu manusia praktek ilmiah sebagai aktivitas manusiawi merupakan ju ga objek

penelitian ilmu manusia, misalnya psikologi, psikis, sosiologis, dan sejarah.

Spesifikasi ilmu sejarah adalah data peninggalan masa lampau baik berupa

kesaksian, alat-alat, makam, rumah, tulisan dan karya seni, namun objek ilmu

sejarah tidak dapat dikenai eksperiment karena menyangkut masa lampau.

Kondisi tersebut yang mempengaruhi kemurnian objek manusiawi berkaitan dengan

sikap menilai dari subjek penelitian, maka objektivitas ilmu sejarah sebagai

ilmu kemanusiaan (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 51).

Klaim terhadap ilmu-ilmu sosial kadang dinilai gagal dalam menangkap

kekomplekan gejala, didasarkan pada kegagalan dalam membedakan antara

pernyataan beserta sistematika yang dipakai dengan gejala sosial yang dinyatakan

oleh pernyataan tersebut. Tidak semua argumentasi tentang kerumitan gejala

sosial yang menyebabkan ketidakmungkinan ilmu-ilmu sosial. Rangkaian

argumentasi yang lain didasarkan pada tuduhan bahwa metode keilmuan tidak

mampu untuk menangkap “keunikan” gejala sosial dan manusiawi. Penelaa han

sosial tertarik kepada keungikan tiap-tiap kejadian sosial, padahal metode

keimuan hanya mampu mensistematikakan berdasarkan generaslisasi, maka keadaan

4

Page 5: Makalah MID Filsafat Bahasa

ini menyebabkan harus ditetapkannya metode yang lain dalam ilmu-ilmu sosial

(Jujun S. Suriasumantri, 2006: 143).

Humanities

Munculnya teori belajar humanistik tidak dapat dilepaskan dari gerakan

pendidikan humanistik yang memfokuskan diri pada hasil afektif,belajar tentang

bagaimana belajar dan belajar untuk meningkatkan kreativitas dan potensi

manusia.

Pendekatan humanistik ini sendiri muncul sebagai bentuk ketidaksetujuan

pada dua pandangan sebelumnya, yaitu pandangan psikoanalisis dan behavioristik

dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Ketidaksetujuan ini berdasarkan

anggapan bahwa pandangan psikoanalisis terlalu menunjukkan pesimisme suram

serta keputusasaan sedangkan pandangan behavioristik dianggap terlalu kaku

(mekanistik), pasif, statis dan penurut dalam menggambarkan manusia.

Menurut teori humanistik belajar harus dimulai dan ditujukan untuk

kepentingan memanusiakan manusia. Teori belajar humanistik sifatnya abstrak

dan lebih mendekaji kajian filsafat. Teori ini lebih banyak berbicara tentang

konsep-konsep. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses

yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia.

Memanusiakan manusia, yakni untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri,

serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Dal hal ini, maka teori

5

Page 6: Makalah MID Filsafat Bahasa

humanistik ini bersifat eklektik (memanfaatkan / merangkum semua teori apapun

dengan tujuan untuk memanusiakan manusia).

Salah satu ide penting dalam teori belajar humanistik adalah siswa harus

mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar

(self regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana,

kapan dan bagaimana mereka akan belajar. Siswa belajar mengarahkan sekaligus

memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif

dalam proses belajar. Siswa juga belajar menilai kegunaan belajar itu bagi dirinya

sendiri.

Aliran humanistik memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi

dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada yang

meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan

humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka,

dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran

humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa.

Guru, oleh karenanya, disarankan untuk menekankan nilai-nilai kerjasama, saling

membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan

dalam proses pembelajaran.

D. Kajian Filsafat secara Epistemology, Antology, dan Aksiologi

Ada tiga aspek yang membedakan satu pengetahuan dengan pengetahuan lainnya, yakni

antologi, epistemologi, dan aksiologi.

6

Page 7: Makalah MID Filsafat Bahasa

Antologi

Ontologi adalah pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi membahas

pertanyaan-pertanyaan semacam ini: Objek apa yang ditelaah pengetahuan? Adakah

objek tersebut? Bagaimana wujud hakikinya? Dapatkah objek tersebut diketahui oleh

manusia, dan bagaimana caranya?

Sains (dalam bahasa Indonesia disebut juga ilmu, ilmu pengetahuan, atau pengetahuan

ilmiah) adalah pengetahuan yang tertata (any organized knowledge) secara sistematis dan

diperoleh melalui metode ilmiah (scientific method). Sains memelajari segala sesuatu

sepanjang masih berada dalam lingkup pengalaman empiris manusia.

Objek sains terbagi dua, objek material dan objek formal. Objek material terbatas

jumlahnya dan satu atau lebih sains bisa memiliki objek material yang sama. Sains

dibedakan satu sama lain berdasarkan objek formalnya. Sosiologi dan antropologi

memiliki objek material yang sama, yakni masyarakat. Namun objek formalnya beda.

Sosiologi memelajari struktur dan dinamika masyarakat, antropologi memelajari

masyarakat dalam budaya tertentu.

Sains atau ilmu dibedakan secara garis besar menjadi dua kelompok, yaitu ilmu-ilmu

alam (natural sciences) dan ilmu-ilmu sosial (social sciences). Ilmu-ilmu alam

memelajari benda-benda fisik, dan secara garis besar dibedakan lagi menjadi dua, yaitu

ilmu alam (fisika, kimia, astronomi, geologi, dll) dan ilmu hayat (biologi, anatomi,

botani, zoologi, dll). Tiap-tiap cabang ilmu itu bercabang-cabang lagi menjadi banyak

sekali. Ilmu kimia saja, menurut Jujun Suriasumantri, memiliki 150 disiplin.

7

Page 8: Makalah MID Filsafat Bahasa

Ilmu-ilmu sosial memelajari manusia dan masyarakat. Perkembangan ilmu sosial tidak

sepesat ilmu alam, dikarenakan manusia tidak seempiris benda-benda alam, juga karena

benturan antara metodologi dengan norma-norma moral. Namun saat ini pun ilmu-ilmu

sosial sudah sangat beragam dan canggih. Yang paling utama adalah sosiologi,

antropologi, psikologi, ekonomi, dan politik.

Epistemologi

Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan

pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana proses

yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal

apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar

itu sendiri apa? Kriterianya apa saja?

Sains diperoleh melalui metode sains (scientific method) atau biasa diterjemahkan

menjadi metode ilmiah. Metode ini menggabungkan keunggulan rasionalisme dan

empirisisme, kekuatan logika deduksi dan induksi, serta mencakup teori kebenaran

korespondensi, koherensi, dan pragmatik. Karena penggabungan ini, sains memenuhi

sifat rasional sekaligus empiris. Sains juga bersifat sistematis karena disusun dan

diperoleh lewat suatu metode yang jelas. Bagi kaum positivis, sains juga bersifat objektif,

artinya berlaku di semua tempat dan bagi setiap pengamat. Namun sejak munculnya teori

relativitas Einstein, apalagi pada masa postmodern ini, klaim objektivitas sains tidak bisa

lagi dipertahankan.

Secara ringkas, metode ilmiah disusun menurut surutan sebagai berikut:

8

Page 9: Makalah MID Filsafat Bahasa

Menemukan dan merumuskan masalah

Menyusun kerangka teoritis

Membuat hipotesis

Menguji hipotesis dengan percobaan (observasi, eksperimen, dll).

Menarik kesimpulan.

Kesimpulan yang diperoleh itu disebut teori. Untuk benar-benar dianggap sahih

dan bisa bertahan, sebuah teori harus diuji lagi berkali-kali dalam serangkaian percobaan,

baik oleh penemunya maupun oleh ilmuwan lain. Pengujian ini

disebut verifikasi (pembuktian benar). Sebuah teori bisa juga diuji dengan cara

sebaliknya, yaitu sebagaimana diusulkan Karl Popper, falsifikasi (pembuktian salah).

Dengan falsifikasi, jika untuk sebuah teori dilakukan 1000 percobaan, 1 saja dari 1000

percobaan itu menunjukkan adanya kesalahan, maka teori itu tidak perlu dipertahankan

lagi. Contoh, jika dinyatakan kepada kita bahwa semua burung gagak hitam, dan di suatu

tempat kita menemukan satu burung gagak yang tidak hitam, berarti pernyataan itu salah.

Namun dalam sebuah teori, sebetulnya yang lebih penting bukanlah ketiadaan

salah sama sekali, karena itu sangat berat bahkan tidak mungkin untuk teori ilmu sosial,

namun seberapa besar kemungkinan teori itu benar (probabilitas). Probabilitas benar 95

persen dianggap sudah cukup untuk men-sahihkan sebuah teori dan memakainya untuk

memecahkan masalah.

Aksiologi

Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral pengetahuan. Aksiologi menjawab

pertanyaan-pertanyaan model begini: untuk apa pengetahuan itu digunakan? Bagaimana

kaitan antara cara penggunaan pengetahuan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?

9

Page 10: Makalah MID Filsafat Bahasa

Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana

kaitan antara metode pengetahuan dengan norma-norma moral/profesional?

Perbedaan suatu pengetahuan dengan pengetahuan lain tidak mesti dicirikan oleh

perbedaan dalam ketiga aspek itu sekaligus. Bisa jadi objek dari dua pengetahuan sama,

tetapi metode dan penggunaannya berbeda. Filsafat dan agama kerap bersinggungan

dalam hal objek (sama-sama membahas hakekat alam, baik-buruk, benar-salah, dsb),

tetapi metode keduanya jelas beda. Sementara perbedaan antar sains terutama terletak

pada objeknya, sedangkan metodenya sama.

Pengetahuan yang diperoleh lewat metode sains bukanlah terutama untuk

pengetahuan itu sendiri, melainkan sebagai alat untuk membantu manusia dalam

memecahkan masalah sehari-hari. Kegunaan ini diperoleh dengan tiga

cara, description (menjelaskan),prediction (meramal, memerkirakan),

dan controling (mengontrol). Penjelasan diperoleh dari teori. Dihadapkan pada masalah

praktis, teori akan memerkirakan apa yang akan terjadi. Dari perkiraan itu, kita

memersiapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengontrol segala hal yang

mungkin timbul, entah itu merugikan atau menguntungkan.

Satu sisi yang sering diperdebatkan adalah menyangkut netralitas sains, kaitannya

dengan agama atau ideologi tertentu. Pada dasarnya sains itu netral, atau setidaknya

bermaksud untuk netral, dalam arti ia hanya bermaksud menjelaskan sesuatu secara apa

adanya. Tetapi sains dapat mengilhami suatu pandangan dunia tertentu, dan ini tidak

netral. Misalnya teori evolusi Darwin dapat menjadi pandangan dunia yang mekanistik

dan ateistik. Dan hal ini sangat mencemaskan bagi kaum agamawan.

10

Page 11: Makalah MID Filsafat Bahasa

Lahirnya suatu teori juga ternyata tidak bisa dilepaskan dari konteks tempat teori

itu dilahirkan. Konteks meliputi pandangan dunia yang dianut ilmuwan, latar belakang

budaya, bahasa, dll. Pengaruh konteks ini terutama sangat terasa pada sains sosial

sehingga suatu sains bisa menghasilkan beragam aliran dan perspektif.

Gambar : Bagan Kajian Filsafat Ilmu

11

Page 12: Makalah MID Filsafat Bahasa

BAB II

FILSAFAT BAHASA

A. Pengertian Filsafat Bahasa

Filsafat Bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini menyelidiki

kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan

teoretis linguistik. Filsafat bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa ideal dan filsafat bahasa

sehari-hari.

Filsafat bahasa ialah teori tentang bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para filsuf,

sementara mereka itu dalam perjalanan memahami pengetahuan konseptual. Filsafat

bahasa ialah usaha para filsuf memahami conceptual knowledge melalui pemahaman

terhadap bahasa.

Dalam rangka mencari pemahaman ini, para filsuf telah juga mencoba mendalami hal-hal

lain, misalnya fisika, matematika, seni, sejarah, dan lain-lain. Cara bagaimana

pengetahuan itu diekspresikan dan dikomunikasikan di dalam bahasa, di dalam fisika,

matematika dan lain-lain itu diyakini oleh para filsuf berhubungan erat dengan hakikat

pengetahuan atau dengan pengetahuan konseptual itu sendiri. Jadi, dengan meneliti

berbagai cabang ilmu itu, termasuk bahasa, para filsuf berharap dapat membuat filsafat

tentang pengetahuan manusia pada umumnya.

Letak perbedaan antara filsafat bahasa dengan linguistik adalah linguistik bertujuan

mendapatkan kejelasan tentang bahasa. Linguistik mencari hakikat bahasa. Jadi, para

sarjana bahasa menganggap bahwa kejelasan tentang hakikat bahasa itulah tujuan akhir

kegiatannya, sedangkan filsafat bahasa mencari hakikat ilmu pengetahuan atau hakikat

pengetahuan konseptual. Dalam usahanya mencari hakikat pengetahuan konseptual itu,

para filsuf mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai objek

12

Page 13: Makalah MID Filsafat Bahasa

sementara agar pada akhirnya dapat diperoleh kejelasan tentang hakikat pengetahuan

konseptual itu.

B. Hubungan Bahasa dan Filsafat

Alat Untuk Komunikasi

Definisi lain dari bahasa adalah sebagai sebuah sistem komunikasi yang membuat

manusia dapat bekerja sama. Definisi ini menekankan fungsi sosial dari bahasa dan

fakta bahwa manusia menggunakannya untuk mengekspresikan dirinya sendiri dan

untuk memanipulasi objek dalam lingkungannya. Teori fungsional dari tata bahasa

menjelaskan struktur tata-bahasa lewat fungsi komunikatifnya, dan memahami

struktur tata-bahasa dari bahasa sebagai hasil dari proses adaptif dimana tata-bahasa

telah "disesuaikan" untuk melayani kebutuhan komunikatif penggunanya.

Pandangan bahasa ini berhubungan dengan kajian bahasa dalam kerangka

pragmatis, kognitif, dan kerangka interaksional, serta dalam sosial-linguistik dan

antropologi linguistik. Para teori fungsionalis condong mempelajari tata-bahasa

sebagai sebuah fenomena dinamis, sebagai suatu struktur yang selalu dalam proses

perubahan saat mereka digunakan oleh para pembicaranya. Pandangan ini

menyebabkan kajian tipologi linguistik menjadi penting, karena ia dapat

memperlihatkan bahwa proses-proses dari gramatikalisasi condong mengikuti

lintasan yang secara terpisah bergantung pada tipologi. Dalam filsafat bahasa

pandangan ini sering dikaitkan dengan karya terakhir Wittgenstein dan dengan

filsuf bahasa umum seperti G. E. Moore, Paul Grice, John Searle dan J. L. Austin.

Alat Utama Berfilsafat

13

Page 14: Makalah MID Filsafat Bahasa

Bahasa merupakan alat utama bagi filosof serta sebagai media untuk analisis dan

refleksi. Atas kesensitifan terhadap kekaburan dan kelemahan bahasa, parta filosof

menaruh perhatian untuk menyempurnakannya. Aliran analitika bahasa memandang

bahwa problema filosofis akan terjelaskan manakala menmggunakan analisis

terminologi gramatika. Tugas utama filsafat adalah analisis konsep-konsep sebagai

permulaan usaha pokok filsafat untuk mendapatkan kebenaran hakiki sesuatu,

termasuk manusia.

Dewasa ini kegiatan itu dianggap tidak mencukupi karena tidak didukung oleh

pengamatan dan pembuktian yang memadai untuk mendapatkan kesimpulan yang

adekuat. Maka diperlukanlah argumentasi yang didukung analisis bahasa yang

memenuhi syarat logis. Dalam hal ini terdapat tiga cara: masalah sebab-akibat,

kebenaran, pengetahuan atau  kewajiban moral, misalnya tentang hakikat

pengetahuan: 1) menyelidiki pengetahuan; 2) menganalisis konsep; dan 3) membuat

eksplisit kebenaran pengetahuan.

Kemungkinan alternatif ketiga banyak dilakukan oleh filsafat, bahwa tugas utama

filsafat adalah analisis konsep-konsep melalui bahasa (Poerwowidagdo dikutip

Kaelan, 2009: 71). Analisis konsep tentu berhubungan dengan makna dalam suatu

bahasa.

Konsep-konsep  filsafat sering diartikan  secara verbal, maka dibutuhkan bahasa

yang memiliki peran netral. Bahasa merupakan laboratoium filsafat guna menguji

dan menjelaskan konsep dan problema filosofis, bahkan menentukan pemikirannya

(Alston, 1964: 5 dikutip Kaelan, 2009: 71). Bahasa mengungkapkan secara verbal

14

Page 15: Makalah MID Filsafat Bahasa

pandangan dan pemikiran filosofis. Hal ini sering berhadapan dengan keterbatasan

bahasa sehari-hari yang kadang tak mampu mengunkapkan konsep filosofis.

Ada dua kelomopok berbeda menanggapi hal tersebut: 1) bahasa biasa (ordinary

language) telah cukup mewadahi konsep filsafat. Kelemahan dan kekurangan

bahasa diatasi dengan memberikan pengertian yang khusus atau penjelasan terhadap

penyimpangan. Namun, menurut penganut Wittgenstein II, masalah justru bermula

dari penyimpangan filosof itu sendiri yang menimbulkan kekacauan dan tanpa

penjelasan agar dimengerti (Poerwowidagdo dikutip Kaelan, 2009: 71). Maka tugas

filosof adalah penyembuhan terapi dalam  kelemahan penggunaan bahasa.filsafat;

2) bahasa sehari-hari tidak cukup untuk mengungkapkan masalah dan konsep-

konsep filsafat. Masalah filsafati timbul sebab bahasa keseharian tidak cukup

mewadahi konsep dan masalah filsafat, apalagi untuk tujuan analisis karena

kelemahannya. Diperlukan pembaruan bahasa menjadi bahasa yang sarat dengan

logika sehingga ungkapam bahasa dalam filsafat dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Tokoh kelompok ini adalah Leibniz, Ryle, Rudolf Carnap, Bertrand

Russell. Menurut mereka tugas fuilsafat adalah membangun dan mengembangkan

bahasa yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam bahasa

sehari-hari.

C. Peran Filsafat Bahasa terhadap Ilmu Bahasa

Filsafat telah memberikan kesempatan pada bahasa untuk dimunculkan sebagai

salah satu cabangnya. Seperti dipahami, filsafat cenderung untuk mencari kebenaran

akan sesuatu, sehingga untuk mendapatkan kebenaran itu sebuah objek harus dilihat

secara mendalam, yaitu meneliti secara lebih detail apa sebenarnya yang terkandung di

15

Page 16: Makalah MID Filsafat Bahasa

dalamnya. Identik dengan hal itu, pernyataan- pernyataan filsafati akan dapat dipahami

berdasarkan bentuk bahasa yang dipergunakan untuk mencapaikan isi atau makna. Oleh

karena itu, makna terealisasi oleh bentuk bahasa

Berdasarkan kesimpulan ini, filsafat telah melahirkan bahasan tentang bentuk

bahasa (ekspresi) dan makna. Bentuk bahasa secara umum direpresentasikan oleh tata

bahasa sedangkan makna dibahas secara mendalam dalam kajian Semantik. Tentang

tata bahasa, pada jaman Yunani beberapa filsuf saat itu memberikan gambaran-

gambaran yang sangat jelas, sebagai contoh Plato memperkenalkan onoma dan rhemata

seperti telah disebutkan sebelumnya, dimana onoma berfungsi sebagai subjek dan

rhemata berfungsi sebagai predikat. Ini memberikan dasar lebih lanjut pada

perkembangan teori tata bahasa secara umum, meskipun pada abad-abad selanjutnya

terjadi perbedaan yang cukup mendasar, yang bisa saja disebabkan oleh perbedaan

interpretasi dan perkembangan pemikiran manusia.

Pada ujung kontinuum lainnya terdapat makna. Proses pencarian makna ini tentu

tidak hanya dikaitkan pada struktur atau tata bahasa saja, namun juga dipengaruhi oleh

konteks yang dalam filsafat berkaitan dengan kebenaran pragmatis. Makna secara

umum menjadi fokus utama kajian Semantik, di mana di dalamnya beragam unsur

filsafat ditemukan. Konsep-konsep sinonim, antonim, hiponim, meronim, dsb.

diperkenalkan sedemikian rupa untuk dapat menghasilkan pemaknaan yang tepat akan

sebuah pernyataan. Di dalam Semantik ini sebenarnya bernaung sebuah kajian yang

saat ini disebut dengan Pragmatik. Pragmatik sendiri pada dasarnya merupakan kajian

16

Page 17: Makalah MID Filsafat Bahasa

tentang bagaimana bahasa dipergunakan. Pernyataan tertentu akan beragam maknanya

menyesuaikan dengan konteksnya, di mana dalam teori kebenaran pragmatis, sebuah

pernyataan akan dianggap benar apabila dapat memberikan manfaat praktis bagi

manusia.

D. Metode Mempelajari Filsafat Bahasa

1. Metode Historis

Penelitian sejarah yang pada dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber

sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam

metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahapan

kegiatan yang disebut terakhir sebenarnya bukan kegiatan penelitian, melainkan

kegiatan penulisan sejarah (penulisan hasil penelitian).

Heuristik

Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan.

Berhasil-tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawasan

peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis penelusuran

sumber. Berdasarkan bentuk penyajiannya, sumber-sumber sejarah terdiri atas

arsip, dokumen, buku, majalah/jurnal, surat kabar, dan lain-lain. Berdasarkan

sifatnya, sumber sejarah terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Sumber

primer adalah sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh dari waktu peristiwa

terjadi. Sumber sekunder adalah sumber yang waktu pembuatannya jauh dari

waktu terjadinya peristiwa. Peneliti harus mengetahui benar, mana sumber primer

dan mana sumber sekunder. Dalam pencarian sumber sejarah, sumber primer

harus ditemukan, karena penulisan sejarah ilmiah tidak ukup hanya menggunakan

17

Page 18: Makalah MID Filsafat Bahasa

sumber sekunder. Agar pencarian sumber berlangsung secara efektif, dua unsur

penunjang heuristik harus diperhatikan.

a) Pencarian sumber harus berpedoman pada bibliografi kerja dan kerangka

tulisan. Dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang tersirat

dalam kerangka tulisan (bab dan subbab), peneliti akan mengetahui

sumbersumber yang belum ditemukan.

b) Dalam mencari sumber di perpustakaan, peneliti wajib memahami sistem

katalog perpustakaan yang bersangkutan.

Interpretasi

Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup

memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan

hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi

oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subyektif, harus

subyektif rasional, jangan subyektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah

harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.

Historiografi

Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan

fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi

tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak,

karena kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus

ciri sejarah sebagai ilmu.

18

Page 19: Makalah MID Filsafat Bahasa

Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat

ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah

umumnya.

a) Bahasa yang digunakan harus bahasa yang baik dan benar menurut kaidah

bahasa yang bersangkutan. Kaya ilmiah dituntut untuk menggunakan

kalimat efektif.

b) Merperhatikan konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda baca,

penggunaan istilah, dan penujukan sumber.

c) Istilah dan kata-kata tertentu harus digunakan sesuai dengan konteks

permasalahannya.

d) Format penulisan harus sesuai dengan kaidah atau pedoman yang berlaku,

termasuk format penulisan bibliografi/daftar pustaka/daftar sumber.

Kaidah-kaidah tersebut harus benar-benar dipahami dan diterapkan, karena

kualitas karya ilmiah bukan hanya terletak pada masalah yang dibahas, tetapi

ditunjukkan pula oleh format penyajiannya.

Metode Sistematis 

Metode Sistematis Metode ini bertujuan agar perhatian pelajar/ mahasiswa

terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh atau pada metode. Misalnya, mula-

mula pelajar atau mahasiswa menghadapi teori pengetahuan yang berdiri atas

beberapa cabang filsafat. Setelah itu mempelajari teori hakikat, teori nilai atau

filsafat nilai. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat

untuk membahas setiap cabang atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas.

Metode Kritis

19

Page 20: Makalah MID Filsafat Bahasa

Metode Kritis Metode ini digunakan oleh orang-orang yang mempelajari filsafat

tingkat intensif. Sebaiknya metode ini digunakan pada tingkat sarjana. Disini

pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis ataupun histories.

Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba

mengajukan kritikannya, kritik itu mungkin dalam bentuk menentang. Dapat juga

berupa dukungan. Ia mungkin mengkritik mendapatkan pendapatnya sendiri

ataupun menggunakan pendapat filusuf lain.  Jadi, jelas takkala memulai

pelajaran amat diperlukan dalam belajar filsafat dengan metode ini.

20

Page 21: Makalah MID Filsafat Bahasa

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat bahasa ialah teori tentang bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para filsuf,

sementara mereka itu dalam perjalanan memahami pengetahuan konseptual. Filsafat bahasa

ialah usaha para filsuf memahami conceptual knowledge melalui pemahaman terhadap

bahasa. Filsafat bahasa memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan

sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu baik pada tataran antologis,

epistemologis maupun aksiologi. Antologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang

ada, yang merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani/kongkret maupun

rohani/abstrak. Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat

ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan

prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu. Aksiologi berkaitan dengan

kegunaan dari suatu ilmu, hakekat ilmu sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang didapat

dan berguna untuk kita dalam menjelaskan, meramalkan dan menganalisa gejala-gejala

alam. Setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa

(ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut

21

Page 22: Makalah MID Filsafat Bahasa

disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait dengan epistemologi

ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Pembahasan

mengenai epistemologi  harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi. Adapun hubungan

filsafat dengan bahasa yaitu bahasa sebagai alat berkomunikasi untuk mengutarakan maksud

yang ingin disampaikan sekaligus mengespresikan diri melalui kata dan merupakan alat

utama bagi filosof serta sebagai media untuk analisis dan refleksi berbagai ilmu salah

satunnya yaitu bahasa. Dan metode yang digunakan untuk mempelajari filsafat yaitu metode

historis, metode sistemstis, metode kritis.

22

Page 23: Makalah MID Filsafat Bahasa

DAFTAR PUSTAKA

http://asepsopyan.com/2008/12/04/epistemologi-filsafat-pengetahuan/. Diakses 11 Desember 2015

https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_bahasa. Diakses 11 Desember 2015

https://www.academia.edu/10361198/Tanya_Jawab_Seputar_Filsafat_Ilmu. Diakses 13 Desember 2015

https://ariefian84.wordpress.com/2010/07/21/teori-belajar-humanistik/. Diakses 13 Desember 2015

http://kasdiharyanta-kasdih.blogspot.co.id/2015/01/filsafat-bahasa-filsafat-analitik.html. Diakses 13 Desember 2015

http://www.rastika.com/2013/10/bahasa-sebagai-komunikasi.html. Diakses 13 Desember 2015

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23535-Zainuddin.pdf. Diakses 13 Desember 2015http://elmasterquin.blogspot.co.id/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses 13 Desember 2015

23