MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

28

Click here to load reader

description

filsafat pendidikan rekonstruksionisme

Transcript of MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

Page 1: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada mulanya filsafat adalah induk dari segala cabang ilmu pengetahuan yang ada,

namun karena banyak permasalahan yang tidak dapat dijawab lagi oleh filsafat sendiri, maka

lahirlah cabang ilmu yang lain untuk menjawab segala macam permasalahan yang timbul.

Diantara permasalahan-permasalahan yang timbul dan tidak dapat dijawab lagi oleh filsafat

sendiri, yaitu permasalahan yang timbul/terjadi di lingkungan pendidikan. Oleh karena itu

lahirlah filsafat pendidikan yang merupakan cabang filsafat sebagai pembantu dalam

memecahkan masalah-masalah yang tidak dapat terpecahkan sendiri oleh filsafat, khususnya

dalam lapangan pendidikan.

Pendidikan adalah sebuah proses yang tidak pernah berujung, artinya tidak ada akhir

dan tidak akan selesai. Praktek-praktek pendidikan pun terus berkembang seiring berjalannya

zaman seperti yang terjadi pada masa-masa dewasa ini. Filsafat dianggap sebagai father of

science dan hampir seluruh umat manusia di dunia ini setuju dengannya. Karena filsafat pula

banyak aliran-aliran filsafat pendidikan hadir di antara kita untuk dijadikan acuan atau bahan

sebagai cerminan dalam proses belajar-mengajar. Namun, dalam proses tersebut kadang kala

ditemukannya kekurangan-kekurangan yang membutuhkan revisi pada bagian-bagian

tertentu, maka di sana pula hadir aliran rekonstruksionisme yang melakukan perubahan-

perubahan yang menurutnya kurang efisien untuk kebutuhan manusia saat ini.

Pendidikan memerlukan filsafat , karena masalah-massalah pendidikan tidak hanya

menyangkut masalah pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman saja,

melainkan masalah-masalah baru yang lebih luas, dalam dan lebih kompleks. Dalam kata

lain, filsafat mempengaruhi ilmu pengetahuan, yang tersimpul dalam filsafat ilmu

pengetahuan tertentu seperti filsafat hukum, filsafat ekonomi, filsafat pendidikan dan

sebagainya. Filsafat telah mewarisi faham filsafat baik sadar maupun tidak, langsung ataupun

tidak langsung. Perbedaan pemikiran para ahli mengenai filsafat pendidikan telah melahirkan

konsep aliran- aliran dalam dunia pendidikan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang melatarbelakangi munculnya

filsafat pendidikan adalah banyaknya perubahan-perubahan dan permasalahan-permasalahan

yang timbul di lapangan pendidikan yang tidak mampu dijawab sendiri oleh filsafat. Selain

itu, yang melatarbelakangi munculnya filsafat pendidikan adalah banyaknya ide-ide baru

Page 2: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

dalam dunia pendidikan. Adapun datangnya ide-ide tersebut diantaranya berasal dari tokoh-

tokoh filsafat Yunani. Filsafat sebagai hasil pemikiran para ahli filsafat telah melahirkan

berbagai macam pandangan/ide yang salah satunya ialah lahirnya pandangan tentang filsafat

pendidikan. Begitu pula halnya dengan filsafat pendidikan bahwa dalam sejarahnya telah

melahirkan berbagai pandangan atau aliran.

Ada banyak  aliran filsafat pendidikan, dan salah satunya adalah aliran

rekonstruksionisme. Aliran rekontrusionisme di zaman modern ini banyak menimbulkan

krisis di berbagai bidang kehidupan manusia terutama dalam bidang pendidikan dimana

keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh

kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.

Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstrusionisme

menempuhnya dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan mengenai

tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.

Oleh karena itu pada aliran rekonstruksionisme ini, peradaban manusia masa depan sangat di

tekankan. di samping itu aliran rekonstruksionisme lebih jauh menekankan tentang

pemecahan masalah, berfikir kritis dan sebagainya

Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perennialisme,

yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Walaupun demikian, prinsip yang

dimiliki aliran rekonstruksionisme tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang

perennialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang

akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran

perennialisme memilih cara sendiri, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama atau

dikenal dengan “regressive road to culture” yang mereka anggap paling ideal. Sementara itu

aliran rekonstruksionisme menempuh dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang

paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan

antar sesama manusia atau orang, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam

suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam

pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata

susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan

kerjasama antar ummat manusia.

Page 3: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan rekonstruksionisme?

2. Apa tujuan dari filsafat pendidikan rekonstruksionisme?

3. Bagaimana pandangan aliran rekonstruksionisme terhadap pendidikan?

4. Bagaimana kurikulum pendidikan yang sesuai dan mata pelajaran apa yang diberikan?

5. Bagaimana metode pelaksanaan pendidikan/pengajaran?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat pendidikan rekonstruksionisme

2. Untuk megetahui tujuan dari filsafat pendidikan rekonstruksionisme

3. Untuk menjelaskan pandangan aliran rekonstruksionisme terhadap pendidikan

4. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan yang sesuai dan mata pelajaran apa yang

diberikan

5. Untuk mejelaskan metode pelaksanaan pendidikan/pengajaran

Page 4: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian filsafat pendidikan rekonstruksionisme

Kata rekonstruksionisme dalam bahasa ingris reconstruct yang berarti menyusun

kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekontruksionisme adalah suatu aliran yang

berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang

bercorak modern. Yaitu melakukan perombakan dan menyusun kembali pola-pola lama

menjadi pola-pola baru yang lebih meodern.

Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perennialisme,

yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Walaupun demikian, prinsip yang

dimiliki aliran rekonstruksionisme tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang

perennialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang

akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran

perennialisme memilih cara sendiri, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama atau

dikenal dengan “regressive road to culture” yang mereka anggap paling ideal. Sementara itu

aliran rekonstruksionisme menempuh dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang

paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.

Untuk mencapai tujuan itu, rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan semua

orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu

tatanan baru pada seluruh lingkungannya. Maka melalui lembaga dan proses pendidikan,

rekonsruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup

kebudayaan yang sama sekali baru.

Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan

tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual dan

spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai

dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan yang akan datang, sehingga terbentuk

dunia baru dalam pengawasan umat manusia.

Kemudian aliran ini memiliki potensi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan

suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang

dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sungguh bukan hanya sekedar teori

tetapi harus menjadi kenyataan, sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-

Page 5: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran

serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme dan

agama (kepercayaan).

2.2 Teori Pendidikan Rekonstruksionisme

a. Tujuan Pendidikan

1. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk

melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat

2. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-

insinyur” sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal

wajah masyarakat masa kini.

3. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta

didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala

global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk

mengatasi masalah tersebut.

b. Metode pendidikan

Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-

kebutuhan programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode

pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan

masyarakat.

c. Kurikulum

Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan

masyarakat masa depan.

Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi

umat manusia, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta

didik sendiri; dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk

aksi kolektif.

Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-

proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.

Page 6: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

Kurikulum Aliran rekonstruksionisme mengisi kurikulum dengan mata-mata

pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan.

Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan  politik yang dihadapi

umat manusia, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta

didik sendiri; dan program- program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk

aksi kolektif. Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial

dan proses-proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah

d. Pelajar

Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia

pembangun masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-

insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.

e. Pengajar

Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang

dihadapi umat manusia, mambatu mereka merasa mengenali masalah-masalah

tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk memecahkannya.

Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi

dan perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara

untuk menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan

keberhasilannya.

2.3 Pandangan Filosofis Filsafat Pendidikan Aliran Rekonstruksionisme

a. Pandangan Ontologi

Dengan ontologi, dapat diterangkan tentang bagaimana hakikat dari segala sesuatu.

Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal, yang mana realita

itu ada di mana dan sama di setiap tempat (Noor Syam, 1983: 306). Untuk mengerti suatu

realita beranjak dari suatu yang konkrit dan menuju ke arah yang khusus menampakkan diri

dalam perwujudan sebagaimana yang kita lihat di hadapan kita dan ditangkap oleh panca

indera manusia seperti hewan dan tumbuhan atau benda lain disekeliling kita, dan realita

Page 7: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

yang kita ketahui dan kita hadapi tidak terlepas dari suatu sistem, selain substansi yang

dipunyai dan tiap-tuap benda tersebut, dan dapat dipilih melalui akal pikiran. Kemudian, tiap

realita sebagai substansi selalu cenderung bergerak dan berkembang dari potensialitas menuju

aktualitas (teknologi). Dengan demikian gerakan tersebut mencakup tujuan dan terarah guna

mencapai tujuan masing-masing dengan caranya sendiri dan diakui bahwa tiap realita

memiliki perspektif sendiri.

b. Pandangan Epistemologi

Kajian epistemologi aliran ini lebih merujuk pada pendapat aliran pragmatisme

(progressive) dan perennialisme. Berpijak dari pola pemikiran bahwa untuk memahami

realita alam nyata memerlukan suatu azas tahu dalam arti bahwa tidak mungkin memahami

realita ini tanpa melalui proses pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih dahulu

melalui penemuan suatu pintu gerbang ilmu pengetahuan. Karenanya, baik indera maupun

rasio sama-sama berfungsi membentuk pengetahuan, dan akal dibawa oleh panca indera

menjadi pengetahuan dalam yang sesungguhnya. Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar

dari suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan self evidence, yakni bukti yang ada pada diri

sendiri, realita dan eksistensinya. Pemahamannya bahwa pengetahuan yang benar buktinya

ada di dalam pengetahuan ilmu itu sendiri. Sebagai ilustrasi, adanya Tuhan tidak perlu

dibuktikan dengan bukti-bukti lain atas eksistensi Tuhan (self evidence). Kajian tentang

kebenaran itu diperlukan suatu pemikiran, metode yang diperlukan guna menuntun agar

sampai kepada pemikiran yang hakiki. Penalaran-penalaran memiliki hukum-huku tersendiri

agar dijadikan pegangan ke arah penemuan definisi atau pengertiam yang logis. Ajaran yang

dijadikan pedoman berasal dari Aristoteles yang membicarakan dua hal pokok, yakni pikiran

(ratio) dan bukti (evidence), dengan jalan pemikirannya adalah silogisme. Silogisme

menunjukkan hubungan logis antara pemis mayor, premis minor dan kesimpulan

(conclusion), dengan memakai cara pengambilan kesimpulan deduktif dan induktif.

c. Pandangan Aksiologi

Dalam proses interaksi sesama manusia, diperlukan nilai-nilai. Begitu juga halnya

dalam hubungan manusia dengan sesamanya dan alam semesta tidak mungkin melakukan

sikap netral, akan tetapi manusia sadar ataupun tidak sadar telah melakukan proses penilaian

yang merupakan kecenderungan manusia. Tetapi, secara umum ruang lingkup (scope) tentang

pengertian “nilai” tidak terbatas. Barnadib (1992: 69) mengungkapkan bahwa aliran

rekonstruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas supernatural yakni

menerima nilai natural yang universal, yang abadi berdasarkan prinsip nilai teologis. Hakikat

Page 8: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

manusia adalah emanasi (pancaran) yang potensial yang berasal dari dan dipimpin oleh

Tuhan dan atas dasar inilah tinjauan tentang kebenaran dan keburukan dapat diketahuinya.

Kemudian, manusia sebagai subjek telah memiliki potensi-potensi kebaikan dan keburukan

sesuai dengan kodratnya. Kebaikan itu akan tetap tinggi nilainya bila tidak dikuasai oleh

hawa nafsu belaka, karena itu akal mempunyai peran untuk memberi penentuan.

2.4 Pandangan Rekonstruksionisme Mengenai Pendidikan

Filsafat pendidikan Rekonstruksionisme merupakan variasi dari Progresivisme, yang

menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki. Mereka bercita-cita

mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total. Semua bidang kehidupan harus

diubah dan dibuat baru aliran yang ekstrim ini berupaya merombak tata susunan masyarakat

lama dan membangun tata susunan hidup yang baru sama sekali, melalui lembaga dan proses

pendidikan. Proses belajar dan segala sesuatu bertalian dengan pendidikan tidak banyak

berbeda dengan aliran progresivisme.

Aliran Rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas

semua umat manusia atau bangsa. Karena pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual

yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas atas nilai dan

norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Sehingga

terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.

Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu

dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai

oleh golongan tertentu. Pada prinsipnya, aliran rekonstruksionisme memandang alam

metafisika merujuk dualisme.

2.5 Pandangan Rekonstruksionisme Mengenai Kurikulum

Menurut aliran rekonstruksionisme, kurikulum tidak hanya berfungsi untuk

melestarikan budaya atau apa yang ada pada saat sekarang tetapi juga membentuk apa yang

akan dikembangkan di masa depan. Menurut penggagas aliran Rekonstruksionisme yaitu

George S.count, aliran ini muncul sebagai akibat dari penerapan ide-ide demokrasi dan tata

ekonomi kapitalisme yang menjurus pada individualisme dan laises faire. Dan masyarakat

yang demikian perlu diperbaiki kembali dengan penerapannya yang menjamin adanya

kesamaan.

Page 9: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

Menurut aliran ini, fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta

didik sehingga menjadi cakap dan kreatif sekaligus mampu bertanggungjawab dalam

berinteraksi, membangun serta mengembangkan masyarakatnya. Lebih jauh lagi, agar

pendidikan dapat menyadari antara keterikatan perubahan dan perkembangan teknologi dan

industrialisasi dengan perubahan masyarakat. Disini, pengetahuan atau kemampuan

professional. Misalnya hendaknya disumbangkan bagi terbentuknya masyarakat baru dan

peran disekolah adalah dengan menjadi perantara utama bagi perubahan social, politik, dan

ekonomi dalam masyarakat dengan membuat peserta didik sadar akan persoalan-persoalan

yang dihadapi umat manusia, memiliki kesadaran untuk memecahkan problem tersebut dan

akhirnya membangun tantanan masyarakat yang baru.

Dalam proses belajar mengajar seharusnya guru menemukan minat siswa dalam

menyelesaikan masalah sosial, dengan mengajarka metode bagaimana cara memecahkan

masalah sosial yang dimulai dari pribadinya sendiri hingga akirnya ke masalah sosial secara

global. Maka kurikulum haruslah berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada

kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah

sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia yang termasuk di dalamnya

masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri dan program-program perbaikannya.

Kurikulum tersebut ialah berisi tentang ilmu sosial yang berguna sebagai alat melakukan

rekonstruksi masyarakat.

• Contoh saat seorang guru menjelaskan mata pelajaran yang berhubunga tentang sosial maka

saat menjelaskan dia harus mengaitkan penjelasannya itu dengan masalah yang telah terjadi

atau yang terjadi sekarang ini. Misalnya tentang politik dapat dikaitkan dengan masalah

pemilu atau korupsi.

• Penyuluhan sosial seorang guru harus lebih banyak mengetahui masalah-masalah sosial

yang terjadi mungkin dengan menghadiri seminar, baca koran, menonton tv masalah sosial

yang menyangkut pendidikan, atau yang lainnya.

Komponen –komponnen kurikulum rekonstruksi

1. Tujuan dan isi kurikulum

Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah.[6] Misalnya dalam

pendidikan ekonomi –politik, pada tahun pertama tujuannya membangun

kembali dunia ekonomi politik. Maka kegiatan yang dilakukan adalah;

a. Mengadakan survai secara kritis terhadap masyarakat

Page 10: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

b. Mengadakan study tentang hubungan antara keadaan ekonomi

lokal,nasional serta dunia

c. Mengadakan study tentang latar belakang historis dan kecenderungan –

kecenderungan perkembangan ekonomi,hubungannya dengan ekonomi

lokal

d. Mengkaji praktek politik dalam hubungannya dengan faktor ekonomi

e. Memantapkan rencana perubahan praktek politik

f. Mengevaluasi semua rencana dengan kriteria apakah telah

memenuhikepentingan sebagian besar orang.

2. metode

guru berusaha membantu siswa dalam menemukan minat dan kebutuhannya.

Sesuai dengan minat masing-masing siswa, baik dalam kegiatan pleno atau

kelompok berusaha memecahkan masaalah sosial yang dihadapi dengan kerja

sama

3. evaluasi

Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga dilibatakan, keterlibatan mereka

terutama dalm memilih, menyusun dan menilai bahan yang akan diujikan.soal

yang akan diujikan dinilai terlebih dahulu baik ketepatan maupun keluasan

isinya, juga keampuhan menialai pencapaian tujuan –tujuan pembangunan

masyarakat yang sifatnya kualitatif. Evaluasi tidak hanya menilai apa yang

dikuasi siswa, tetapi juga menilai pengaruh keggiatan sekolah terhadap

masyarakat.pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan

masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.

2.6 Metode Pelaksanaan pendidikan

Banyaknya permasalahan dalam pendidikan menuntut keberanian untuk dapat

mengkritisi tentang kegagalan-kegagalan pendidikan modern. Peserta didik diharapkan dapat

memberikan sebuah penilaian tentang sistem pendidikan modern, kemudian dapat melakukan

Page 11: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

sebuah refleksi sebagai usaha pembaharuan sistem pendidikan modern yang cenderung

pragmatis.

Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan

programatis sangat dibutuhkan sebagai sebuah usaha untuk perbaikan sistem pendidikan

masa kini. Dengan demikian, metode-metode pendidikan yang dapat digunakan menurut para

rekonstruksionis dalam proses pembelajaran dan pendidikan dapat menggunakan metode-

metode yang menuntut keaktifan peserta didik dan keterampilan serta kecakapan peserta

didik dalam memecahkan masalah, menganalisis kebutuhan hidup, dan penyusunan program

aksi perbaikan masyarakat, karena pada hakekatnya pendidikan dituntut untuk dapat

mewujudkan generasi yang mampu mengatasi setiap permasalahan kehidupan secara

menyeluruh, bukan hanya sekedar pendidikan yang bertujuan secara pragmatis.

Page 12: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Aliran Rekonstruksionisme

Filsafat sebagai hasil pemikiran para ahli telah melahirkan berbagai macam

pandangan/ide yang salah satunya ialah lahirnya pandangan tentang filsafat pendidikan.

Begitu pula halnya dengan filsafat pendidikan bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan

berbagai pandangan atau aliran. Salah satunya adalah aliran rekonstruksionisme.

Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini

lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan

melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Selain itu mazhab

ini juga berpandangan bahwa pendidikan hendaknya memelopori melakukan pembaharuan

kembali atau merekonstruksi kembali masyarakat agar menjadi lebih baik.

Karena itu pendidikan harus mengembangkan ideology kemasyarakatan yang

demokratis. Alasan mengapa rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan

prograsif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang

ada pada saat sekarang ini.

Dalam aliran rekonstruksionisme berusaha menciptakan kurikulum baru dengan

memperbaharui kurikulum lama. Prograsive pendidikan didasarkan pada keyakinan bahwa

pendidikan harus terpusat pada anaknya bukan memfokuskan pada guru atau bidang studi. Ini

berkelanjutan pada pendidikan rekonstruksinisme yaitu guru harus menyadarkan si pendidik

terhadap masalah-masalah yang dihadapi manusia untuk diselesaikan, sehingga anak didik

memiliki kemampuan memecahkan masalah tersebut.

Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping

menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme

lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini

akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan

sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

Tokoh-tokoh Rekonstruksionisme. Rekonstruksionisme dipelopori oleh: George Count

dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang

pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini yaitu Caroline Pratt, George Count, Harold

Rugg.

Page 13: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

3.2 Konsep pendidikan menurut teori Rekonsruksionisme

Aharianto menjelaskan pokok-pokok konsep rekonstruksionisme sebagai berikut:

1.      Pendidikan harus menciptakan tatanan social yang baru sesuai dengan nilai-nilai dan

kondisi social yang baru.

2.      Masyarakat baru

3.      Anak, sekolah, dan endidikan dipengaruhi oleh kekuatan social budaya.

4.      Guru meyakinkan murid tentang kebenaran dan memecahkan masalah melalui rekonstruksi

social secara demokratis.

5.      Memperbaharui tujuan dan cara-cara yang dipakai pendidikan

Menurut Brameld (kneller,1971) konsep pendidikan rekonstruksionisme ada enam yaitu:

1.    Pendidikan harus dilaksanakan disini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial

baru yang akan mengisi nilai- nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang mendasari

kekuatan–kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern. sekarang peradaban menghadapi

kemungkinan penghancuran diri. Pendidikan harus meseponsori perubahan yang benar dalam

nurani manusia.oleh karena itu, kekuatan tehnologi yang sangat kuat harus dimamfaatkan

untuk membangun ummat manusia ,bukan untuk menghancurkannya. Masyarakat harus

diubah bukan melalui tidakan politik, melainkan dengan cara yang sangat mendasar, yaitu

melalui pendidikan bagi warganya, menuju suatu pandangan baru tentang hidup dan

kehidupan mereka bersama.

2.    Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati, dimana sumber dan

lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.semua yang

mempengaruhi harapan dan hajat masyarakat seperti, sandang, pangan, papan, kesehatan,

industri dan sebagainya, semuanya akan menjadi tanggung jawab rakyat, melalui wakil-wakil

yang dipilih. Masyarakat ideal adalah masyarakat yang demokrasi. struktur, tujuan, dan

kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan tata aturan baru harus diakui merupakan bagian

dari pendapat masyarakat.

3.      Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan

sosial. Menurut rekonstruksionisme, hidup beradap adalah hidup berkelompok, sehingga

kelompok akan memainkan peran yang penting disekolah. Pendidikan merupakan realisasi

dari sosial (social self realization). Melalui pendidikan indifidu tidak hanya mengembangkan

aspek-aspek sifat sosialnya melaikan juga belajar bagaimana keterlibatannya dalam

perencanaan sosial. Sehingga dari sini kita bisa lihat bahwa rekontruksi tidak mengabaikan

masyarakat yang sangat berperan dalam membentuk individu.

Page 14: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

4.      Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan cara bijaksana yaitu

dengan memperhatikan prosedur yang demokratis.guru harus mengadakan pengujian secara

terbuka terhadap fakta- fakta, walaupun bertentangan dengan pandangannya. Guru

mendatangkan beberapa pemecahan alternative dengan jelas, dan ia memperkenankan siswa-

siswanya untuk memprtahankan pandangan-pandangan mereka sendiri.

5.   Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk

menemukan kebutuhan –kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan

untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial. Yang penting dari sains sosial adalah

mendorong kita untuk menemukan nilai- nilai, dimana manusia peercaya atau tidak bahwa

nilai- nilai itu bersifat universal.

6.      Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isis pelajaran, metode yang

dipakai,struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.semua itu harus dibangun

kembali bersesuaian dengan teori kebutuhan tentang sifat dasar manusia secara rasional dan

ilmiah. Kita harus menyusun kurikulum dimana pokok- pokok dan bagiannya dihubungkan

secara integral, tidak disajikan sebagai suatu sekuensi komponen pengetahuan

3.3 Ide Sentral rekonstruksionisme tentang Pendidikan

Aliran ini yakin bahwa pendidikan tidak lain adalah tanggung jawab sosial, karena

memang eksistensinya untuk pengembangan masyarakat. Rekonstruksionisme tidak saja

berkonsentrasi tentang hal-hal yang berkenan dengan manusia, tetapi juga terhadap teori

belajar yang dikaitkan dengan pembentukan kepribadian subjek didik yang berorientasi pada

masa depan. Oleh karena itu pula, maka idealitasnya terletak pada filsafat pendidikannya.

Aliran Rekonstruksionisme berkeyakinan juga bahwa tugas penyelamatan dunia

merupakan tugas semua umat manusia dan bangsa, karena pembinaan kembali daya

intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang

tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan

datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.[7]

Rekonstruksionisme percaya bahwa manusia memiliki potensi fleksibel dan kukuh baik

dalam sikap maupun dalam tindakan. Suatu hal yang paling berharga dalam kehidupan

manusia itu, jika ia memiliki kesempatan yang cukup untuk mengembangkan potensi

naturalnya secara sempurna. Pendidikan dalam hal ini adalah jawaban atas keinginan

potensial  manusia itu.

Page 15: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

Rekonstruksionisme percaya juga bahwa pendidikan sebagai suatu lembaga masyarakat

tentulah di arahkan pada upaya rekayasa sosial, sehingga segala aktivitasnya pun senantiasa

merupakan solusi bagi berbagai problem kehidupan dalam masyarakat. Dalam bidang

pendidikan, bukan berarti semua subjek didik dianggap mempunyai kapasitas yang sama

dalam intelektual dan kreativitas, sehingga sekolah tidak mesti harus diorganisasikan secara

politis seperti pada masyarakat demokrasi, sebab kendatipun kodrat manusia bebas belajar

dan mengembangkan diri, bukan berarti ia boleh berbuat apa saja tanpa dapat dibatasi dan

diarahkan.

M. Iqbal dalam hal ini mengungkapkan bahwa pendidikan terbaik yang sesuai dengan

watak manusia adalah pendidikan yang mengaksentuasikan aktivitasnya pada pemberian

pengetahuan kepada subjek didik melalui metode problem solving, yakni suatu cara yang

efektif untuk melatih berfikir kreatif, kritis, dan inovatif. [8]

Guru menurut aliran ini bertugas menggantikan subjek didiknya tentang urgensi

rekonstruksi dalam memajukan kehidupan sosial kemasyarakatan dan membiasakan mereka

untuk sensitif terhadap berbagai problem yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

serta mencarikan solusi yang diperlukan menuju perbaikan dan perubahan-perubahan. Untuk

itu, seorang guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam membantu dan menyediakan

kondisi kepada subjek didik agar subjek didiknya mampu dan terampil dalam memberikan

solusi terhadap berbagai masalah sosial, ekonomi, dan politik yang tumbuh dalam

masyarakat. Seorang guru mesti berani berbeda pandangan sebagai lambang dari suatu

kreativitas dalam memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan yang dipikirkan.

Rekonstruksionisme percaya, bahwa pengembangan watak manusia mesti selalu

berinteraksi dengan kondisi-kondisi yang mengelilinginya. Suatu kebudayaan lahir

berdasarkan pada pola adaptasi yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan

lingkungan masyarakatnya. Mengingat manusia adalah bagian terpenting dalam sebuah

masyarakat, maka apapun yang ia lakukan selalu berkenaan dengan pembentukan

kebudayaannya. Pembentukan kebudayaan ini sangat tergantung pada aspek kebebasan yang

memang merupakan hak esensial manusia. Untuk itu demokrasi mestilah menjadi asas

penting dalam kehidupan sosial dalam skala apapun.

Mengingat manusia adalah bagian masyarakat, maka pendidikan secara efisiensi mesti

mengacu kepada kepentingan rekonstruksi masyarakat. Pendidikan bagi rekonstruksionime

mesti diarahkan untuk memampukan subjek-subjek didik membangun dunia bagi masyarakat

melalui pendayagunaan kemampuan akal, indera, dan intuisi, sehingga pendidikan harus

menjadikan subjek didiknya mampu menggunakan ilmu pengetahuan yang diperolehnya

Page 16: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

sebagai wahana bagi perealisasian nilai-nilai spiritual. Untuk itu perlu adanya upaya integrasi

intelektual dan cinta, sebab hidup bukanlah rutinitas, tetapi seni yang kreatif, konstruktif, dan

inovatif.

Rekonstruksionisme percaya bahwa pendidikan sebagai suatu lembaga masyarakat

tentulah diarahkan pada upaya rekayasa sosial, sehingga segala aktivitasnya pun senantiasa

merupakan solusi bagi berbagai problem kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan dalam hal

ini mesti diarahkan pada perubahan pola pikir masyarakat, sehingga teknologi-teknologi yang

begitu besar lebih dijadikan sebagai sumber kreativitas daripada untuk menghancurkan nilai-

nilai dalam suatu masyarakat

3.4 Pandangan dan penerapan Rekonstruskionisme dalam bidang Pendidikan

Pandangan aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme terhadap pendidikan yaitu pertama

kita harus mengetahui pengertian dari filsafat.Yangmana filsafat merupakan induk dari segala

ilmu yang mencakup ilmu-ilmu khusus.Menurut pendapat Runes (1971:235), bahwa filsafat

adalah keterangan rasional tentang sesuatu yang merupakan prinsip umum yang

kenyataannya dapat dijelaskan dengan membedakan pengetahuan rasional dan pengetahuan

empiris (sains).

Filsafat bagi pendidikan adalah teori umum sehingga dapat menjadi pilar bagi bangunan

dunia pendidikan yang berusaha memberdayakan setiap pribadi warga negara untuk mengisi

format kebudayaan bangsa yang didinginkan dan diwariskan.Aliran rekonstruksionisme

adalah sepaham dengan aliran perenialisme dalam tindakan mengatasi krisis kehidupan

modern. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia

merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya

intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang

tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan

datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia. [10]

Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu

dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai

oleh golongan tertentu. Sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori tetapi mesti

menjadi kenyataan, sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi,

mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan

masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan)

dan masyarakat bersangkutan.

Page 17: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

Pada prinsipnya, aliran rekonstruksionisme memandang alam metafisika merujuk dualisme,

aliran ini berpendirian bahwa alam nyata ini mengandung dua macam hakikat sebagai asal

sumber yakni hakikat materi dan hakikat rohani. Kedua macam hakikat itu memiliki ciri yang

bebas dan berdiri sendiri, sarna dengan azali dan abadi, dan hubungan keduanya menciptakan

suatu kehidupan dalam alam. Descartes, seorang tokohnya pernah menyatakan bahwa

umumnya manusia tidak sulit menerima atas prinsip dualisme ini, yang menunjukkan bahwa

kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indera manusia, sementara itu kenyataan

batin segera diakui dengan adanya akal dan perasaan hidup. Di balik gerak realita

sesungguhnya terdapatlah kausalitas sebagai pendorongnya dan merupakan penyebab utama

atas kausa prima. Kausa prima, dalam konteks ini, ialah Tuhan sebagai penggerak sesuatu

tanpa gerak, Tuhan adalah aktualitas murni yang sama sekali sunyi dan subtansi.

Alam pikiran yang demikian bertolak hukum-hukum dalam filsafat itu sendiri tanpa

bergantung pada ilmu pengetahuan.Namun demikian, meskipun filsafat dan ilmu berkembang

ke arah yang lebih sempurna, tetap disetujui bahwa kedudukan filsafat lebih tinggi

dibandingkan ilmu pendidikan. Yang mana pendidikan sebagai alat untuk memproses dan

merekonstruksi kebudayaan baru haruslah dapat menciptakan situasi yang edukatif yang pada

akhirnya akan dapat memberikan warna dan corak dari output/anak didik yang dihasilkan.

Page 18: MAKALAH FILSAFAT PNDIDIKAN

BAB IV

PENUTUP

4.1 Keseimpulan

Filsafat pendidikan aliran rekontruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha

merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak

modern. Adapun tujuan pendidikan dari aliran rekonstruksionisme salah satunya yaitu untuk

membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik

yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka

keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Melalui

lembaga dan proses pendidikan berupaya merombak tata susunan masyarakat lama dan

membangun tata susunan hidup yang baru sama sekali. Kurikulum pendidikan haruslah berisi

tentang ilmu sosial yang berguna sebagai alat melakukan rekonstruksi masyarakat. Untuk

melaksanakan hal tersebut dibutuhkan metode-metode yang menuntut keaktifan peserta didik

dan keterampilan serta kecakapan peserta didik dalam memecahkan masalah, menganalisis

kebutuhan hidup, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat. Dalam penerapannya,

pendidikan sebagai alat untuk memproses dan merekonstruksi kebudayaan baru haruslah

dapat menciptakan situasi yang edukatif yang pada akhirnya akan dapat memberikan warna

dan corak dari output/anak didik yang dihasilkan.