Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

26
MAKALAH FARMAKOGNOSI OLEH: KELOMPOK III NOVA RISTI AMALIA PUTRI REZKYA ARDIYANTI ISMAYANI RISKA WILDA YANTI IRA INDRIASARI RUSLAN FAISAL ABDA ANGGUN DWI YANTI AGIL PERDANA SRI MULIATI SAKTI LM IRFAN ISLAMI JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO

Transcript of Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

Page 1: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

MAKALAH

FARMAKOGNOSI

OLEH:

KELOMPOK III

NOVA RISTI AMALIA PUTRI REZKYA ARDIYANTI ISMAYANI RISKA WILDA YANTI IRA INDRIASARI RUSLAN FAISAL ABDA ANGGUN DWI YANTI AGIL PERDANA SRI MULIATI SAKTI LM IRFAN ISLAMI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 2: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami memperoleh kesehatan dan

kekuatan untuk dapat menyelesaikan “Makalah tentang Senyawa Tanin” ini.

Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

penulis sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya kepada dosen atas

kebijaksanaan dalam membantu dan membimbing kami sehingga “Makalah

tentang Senyawa Tanin” ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi

penyampaian yang menjadikan “Makalah tentang Senyawa Tanin” ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat

diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Kendari, November 2011

Penyusun

Page 3: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan

menghasilkan beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energi

melainkan untuk menunjang kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari

predaptor. Beberapa senyawa seperti alkaloid, triterpen dan golongan fenol

merupakan senyawa-senyawa yang dihasilkan dari metabolisme skunder.

Golongan fenol dicirikan oleh adanya cincin aromatik dengan satu atau dua gugus

hidroksil. Kelompok fenol terdiri dari ribuan senyawa, meliputi flavonoid,

fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dan

tanin, yang tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan.

Tanin merupakan senyawa fenolik yang mengandung protein. Tanin terdiri

atas bermacam-macam kelompok oligomer dan polimer. Oleh karena itu ada

beberapa kesimpangsiuran tentang terminologi yang digunakan untuk

mengidentifikasi ataupun mengelompokkan senyawa tanin. Salah satu definisi

yang paling baik yang diberikan oleh Horvath (1981), Tanin adalah suatu senyawa

fenolik dengan berat molekul cukup tinggi yang mengandung hidroksil dan

kelompok lain yang cocok (seperti karboksil) untuk membentuk komplek yang

efektif dengan protein dan makro molekul yang lain dibawah kondisi lingkungan

tertentu yang dipelajari. Tanin merupakan bentuk kompleks dari protein, pati,

selulosa dan mineral. Tanin mempunyai struktur dengan formula empiris

C72H52O46.

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae

terdapat khusus dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin,

yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau flavolan

secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin

tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer

yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu flavon dengan

Page 4: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

satuan berikutnya melalui ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai

2-20 satuan flavon.

Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat

tannin yang sangat kompleks mulai dai pengendap protein hingga pengkhelat

logam. Maka dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin

juga dapat berfungsi sebagai antioksi dan biologis.

I.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan senyawa tanin?

2. Apa saja klasifikasi dari tanin?

3. Bagaimana proses biosintetik dari tanin?

4. Apa contoh tanaman yang mengandung senyawa tannin ?

5. Bagaimana uraian tanaman jambu biji ?

6. Apa manfaat senyawa tannin pada tanaman jambu biji?

7. Bagaimana efek farmakologi jambu biji?

8. Bagaimana mekanisme penyembuhan diare oleh tanin?

I.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari senyawa tanin

2. Untuk mengetahui klasifikasi senyawa tanin

3. Untuk mengetahui proses biosintetik dari tanin

4. Untuk mengetahui contoh tanaman yang mengandung senyawa tannin

5. Untuk mengetahui uraian tanaman jambu biji

6. Untuk mengetahui manfaat senyawa tannin pada tanaman jambu biji

7. Untuk mengetahui efek farmakologi jambu biji

8. Untuk mengetahui mekanisme penyembuhan diare oleh tanin

Page 5: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan obat tradisional pada masyarakat pada umumnya masih

sebatas dalam bentuk jamu, yang cara penyajiannya dengan cara direbus atau

diseduh, sehingga kurang disukai penggunaannya. Selain itu sediaan jamu masih

mempunyai kekurangan seperti penyajian yang kurang praktis, bentuk sediaan

yang kurang stabil dan takaran dosis yang tidak tepat. Salah satu usaha untuk

mengatasi hal tersebut dikembangkan pembuatan dalam bentuk sediaan farmasetis

yang lebih baik dari bahan alam, yaitu dengan membuatnya dalam bentuk sediaan

tablet dari ekstrak tanaman.

Daun jambu biji (Psidium guajava L) adalah salah satu obat tradisional

yang masih sering digunakan sampai sekarang. Daun jambu biji sebagai obat

tradisional digunakan untuk pengobatan diare, radang lambung, sariawan,

keputihan, kencing manis. Secara alamiah daun jambu biji yang diketahui

berkhasiat dan aman dikonsumsi (Dalimartha, 2001). Salah satu zat yang

terkandung dalam tananaman jambu biji (Psidium guajava L) adalah tanin yang

dapat digunakan sebagai obat anti diare. Tanin merupakan senyawa fenolik larut

air dengan BM 500-3000, memberikan reaksi umum senyawa fenol dan memiliki

sifat-sifat khusus seperti presipitasi alkaloid, gelatin, dan protein-protein lain.

Tanin banyak tedapat di dalam tumbuhan berpembuluh, khususnya dalam jaringan

kayu, selain itu banyak terdapat pada bagian daunnya.

Senyawa aktif pada daun yang berfungsi sebagai anti diare adalah tannin.

Ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk membasmi bakteri/mikroba

penyebab diare (Salmonella typhii, E. coli, Shigella dysentriae). Komposisi kimia

di dalam daun jambu biji adalah tannin 9 - 12%, minyak atsiri, minyak lemak dan

asam malat, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam

guajavarin dan vitamin.

Tanin merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang

terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua

(dikotil). Monomer tannin adalah digallic acid dan D-glukosa. Ekstrak tanin

Page 6: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

terdiri dari campuran senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya

tergabung dengan karbohidrat rendah. Oleh karena adanya gugus fenol, maka

tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi

sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi,

berguna untuk bahan perekat termosetting yang tahan air dan panas. Tanin

diharapkan mampu mensubsitusi gugus fenol dari resin fenol formaldehid guna

mengurangi pemakaian fenol sebagai sumberdaya alam tak terbarukan.

Tanin merupakan metabolit sekunder tanaman yang bersifat astrigen

dengan rasa khas yang sepat. Secara umum tannin terbagi atas tannin

(proanthocyanidins) hidrolisis dan tannin kondensasi. Tannin hidrolisis

diprekursor oleh asam dehydroshikimic sedangkan tannin kondensasi disintesis

dari prekursor flavonoid. Tingginya kandungan tannin dari kalus yang dihasilkan

secara in vitro dapat dipahami karena produksi metabolit sekunder pada kalus in

vitro dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya komposisi media yang

digunakan dan zat pengatur tumbuh yang diaplikasikan.

Tanin terhidrolisis terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah

depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh

lima atau lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa

senyawa dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan

dengan glukosa. Bila dihidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat.

Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa polipenol yang

mempunyai berat molekul tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus

lainnya (seperti karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein

dan makromolekul lainnya di bawah kondisi lingkungan tertentu.

Penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis merupakan salah

satu penyakit yang masih banyak dijumpai di masyarakat,. Adapun tanaman obat

yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi diare diantaranya mempunyai

efek sebagai adstringen (pengelat) yaitu dapat mengerutkan selaput lendir usus

sehingga mengurangi pengeluaran cairan, diare dan disentri, selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang, dan antibakteri.

Page 7: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

BAB IIPEMBAHASAN

II.1. Definisi Tanin

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti

daun, buah yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum

matang ,tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk

oksidasi tannin. Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah.

Berikut adalah gambar struktur tanin

Sifat-sifat Tanin :

1. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.

2. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.

3. Tidak dapat mengkristal.

4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.

5. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein

tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.

Sifat kimia Tanin :

1. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang

sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.

2. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.

3. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan

pemberi warna.

Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara :

Page 8: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

1. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.

2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.

3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat

berwarna coklat.

Kegunaan Tanin :

1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian

tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat

matang taninnya hilang.

2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan

fungi.

3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.

4. Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada

gastrointestinal dan pada kulit.

5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya

luka bakar, dengan cara mengendapkan protein.

6. Sebagai pengawet dan penyamak kulit.

7. Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.

8. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan

asam tamak yang tidak larut.

Hidrolisa Tanin : Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi

yang sederhana. Hidrolisa :

1. Asam Gallat terurai pirogalol

2. Asam Protokatekuat Katekol

3. Asam Ellag dan Tenol-fenol lain.

(Asam Ellag dapat disamak kulit bentuk bunga)

Page 9: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

II.2. Klasifikasi Tanin

Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya

senyawa yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua

yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi.

1. Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins)

Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk

jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan

asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin

yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain

membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang

bisa disebut Ellagitanins. Berat molekul galitanin 1000-1500,sedangkan Berat

molekul Ellaggitanin 1000-3000. Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam

hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic

jika dilarutkan dalam air. Asam elagat merupakan hasil sekunder yang terbentuk

pada hidrolisis beberapa tanin yang sesungguhnya merupakan ester asam

heksaoksidifenat.

Page 10: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

2. Tanin terkondensasi (condensed tannins).

Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi

meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer

flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka

tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi

sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi

Tanin terkondensasi merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada

seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin

terkondensasi telah banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan. Nama lain

dari tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari

flavonoid yang dihubungan dengan melalui C8 dengan C4. Salah satu contohnya

adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari

epiccatechin dan catechin.

Page 11: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

II.3. Biosintesis Tanin

Biosintesa dari Tanin secara umum :

Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid

Contoh :

- Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin

- Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat

- Dengan precursor senyawa fenol propanoid. (Rhus thypina)

- Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin

1) Tannin-terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap

terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang

membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan

karbon-karbon menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya

melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20

satuan flavon. Nama lain untuktanin-terkondensasi adalah proantosianidin

karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon

penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin.

Page 12: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan

dengan asam akan menghasilkan sianidin.

2) Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana

adalah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa

dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti

molekul berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat,

disini pun berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini

menghasilkan asam elagat. Tannin terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan

asam klorida atau asam sulfat menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable

tanin yang terhidrolisis oleh asam lemah atau basa lemah untuk menghasilkan

karbohidrat dan asam fenolat. Contoh gallotannins adalah ester asam gallic

glukosa dalam asam tannic (C76H52O46), ditemukan dalam daun dan kulit

berbagai jenis tumbuhan.

Salah satu contoh tanaman yang mengandung senyawa tannin adalah jambu biji.

II.4. Uraian Tanaman Jambu Biji

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio: Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Familia : Myrtaceae

Genus : Psidium

Species : Psidium guajava L

Jambu biji (Psidium guajava L) tersebar meluas hingga Asia Tenggara termasuk

Indonesia, Asia Selatan, India dan Srilanka. Jambu biji termasuk tanaman perdu

yang memiliki banyak cabang dan ranting serta batang pohonnya keras.

Permukaan kulit luarnya berwarna coklat dan licin. Bila kulit kayu jambu biji

dikelupas akan terlihat permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya

bercorak bulat telur dengan ukuran agak besar dan bunganya kecil-kecil berwarna

putih dan muncul dari ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah

Page 13: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

dataran rendah sampai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Pada umur

2-3 tahun jambu biji sudah mulai berbuah dan bijinya banyak terdapat pada

daging buahnya. Daun jambu biji (Psidium guajava L) merupakan daun tunggal

bertangkai pendek dengan letak berhadapan dan panjang tangkai daun 0,5-1 cm.

Helaian daun bulat memanjang agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat,

tepi rata agak menekuk ke atas, pertulangan menyirip dengan panjang 6-14 cm

dan lebar 3- 6 cm berwarna hijau. Ibu tulang daun dan tulang cabang menonjol

pada permukaan bawah, bertulang menyirip.

II.5. Manfaat Tanaman Jambu Biji Pada Tanin

Senyawa tannin bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus,

khususnya usus besar dan menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak.

Serta sebagai penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein. Oleh Karena itu

senyawa tannin dapat membantu menghentikan diare.

II.5. Kandungan Dari Tanaman Jambu Biji Pada Tanin

Senyawa aktif pada daun jambu biji yang berfungsi sebagai anti diare

adalah tannin. Ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk membasmi

bakteri/mikroba penyebab diare (Salmonella typhii, E. coli, Shigella dysentriae).

Komposisi kimia di dalam daun jambu biji adalah tannin 9 - 12%, minyak atsiri,

minyak lemak dan asam malat, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat,

asam oleanolat, asam guajavarin dan vitamin.

II.7. Efek Farmakologi dan hasil penelitian pada Jambu Biji

Secara in vitro, infus daun jambu biji dengan bermacam-macam kepekatan

menunjukkan perbedaan yang nyata pada diameter daerah hambatan pertumbuhan

kuman Shigella Flexneri dan Shigella Sonnei, sebagai penyebab disentri basiler.

(Imam Subagyo, Wahjo Dyatmiko dan Abdul Karim, UNAIR 1981)

Secara in vitro, rebusan daun jambu biji kadar ccdapat mengurangi

kontraksi usus halus terpisah marmut, yang sebanding dengan atropin sulfat 2,5

Page 14: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

mcg/ml. Kekuatan relaksasi antara rebusan 5%, 10% dan 20% b/v tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata. (Natsir P. Djunaid, JF FMIPA UNHAS,

1986)

Secara in vitro, infus daun jambu biji dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus dengan perkiraan kadar terendah sebesar 2% b/v,

tetapi tidak menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli sampai batas 10%

b/v (prima Yuniarti, FF UGM, 1991)

Infus buah jambu biji pada kelinci memiliki efek hipoglikemik

(menurunkan kadar glukosa darah). Sebagai pembanding digunakan tolbutamida

(Letty Puspitawati, Fakultas Farmasi UNTAG 193).

Hasil penelitian efek infus daun jambu biji dalam upaya pencegahan

asfiksia setelah penyemprotan histami sebagai berikut; Waktu timbulnya asfiksia

lebih panjang pada kelompok yang mendapat infus daun jambu biji 5%

dibandingkan pada kelompok yang mendapatkan NaCi fisiologis dan antropin

sulfat (P<0,05). Waktu tumbulnya asfiksia antara infus daun jambu bij dengan

fenilhidramin HCI tidak berbeda nyata (P>0,05).

Asfiksida tidak terjadi pada kelompok yang mendapatkan infus daun

jambu biji 10%, efedrin dan aminofilin (Aznan Lelo, Yineldi Anwar, M. Iskandar

Lubis, dkk., Bagian Farmakologi FKL USU dan Jurusan Farmasi FMIPA USU).

II.8. Mekanisme Penyembuhan Diare Oleh Tanin

Jambu biji atau jambu batu (Psidium guajava L.) termasuk tanaman yang

mudah didapat. Selain buahnya sebagai sumber vitamin C, hampir semua bagian

tanaman ini, terutama daun dan buah muda, dapat mengobati mencret lantaran

sifat mengelat yang dimilikinya.

Hasil penelitian in vitro terhadap kontraksi usus dengan menggunakan

usus marmut menunjukkan, rebusan daun jambu biji konsentrasi 5%, 10%, dan

Page 15: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

20% dapat mengurangi kontraksi usus halus (Natsir, 1986). Sedang penelitian

terhadap kemampuan rebusan daun jambu biji dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Escherichia colli dan Staphylococcus aureus menunjukkan, kadar

terendah 2% dapat menghambat pertumbuhan S. aureus dan dalam kadar 10%

dapat menghambat pertumbuhan E. colli. Hasil penelitian itu dapat digunakan

sebagai dasar penggunaan daun jambu biji sebagai obat diare akibat infeksi

Zat aktif dalam daun jambu yang dapat mengobati diare adalah tanin.

Dalam penelitian terhadap daun kering jambu biji yang digiling halus diketahui,

kandungan taninnya sampai 17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi

kandungan taninnya. Senyawa itu bekerja sebagai astringent, yaitu melapisi

mukosa usus, khususnya usus besar. Tanin juga menjadi penyerap racun dan dapat

menggumpalkan protein.

Untuk memanfaatkan jambu biji sebagai obat diare dapat dilakukan

dengan merebus 15 – 30 g daun kering jambu biji dalam air sebanyak 150 – 300

ml. Perebusan dilakukan selama 15 menit setelah air mendidih. Hasil rebusan

disaring dan siap untuk diminum sebagai obat diare. Bila ingin memanfaatkannya

dalam bentuk segar, diperlukan 12 lembar daun segar, dicuci bersih, ditumbuk

halus, ditambah ½ cangkir air masak dan garam secukupnya. Hasil tumbukan

diperas, disaring, lalu diminum. Supaya terasa enak, ke dalamnya bisa

ditambahkan madu.

Page 16: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

BAB III

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat ditarik kesimpulan :

Tannin merupakan senyawa kimia yang kompleks terdiri dari senyawa polifenol

yang tersebar luas pada daun dan buah yang belum masak. Senyawa tanin terbagi

atas dua yaitu tannin terhidrolisis dan tanin terkondesasi. Salah satu tanaman yang

mengandung senyawa tannin ialah daun jambu biji yang bersifat astringent yang

bermanfaat untuk membantu pengobatan diare. Efek farmakologi dari daun jambu

biji dalam membantu pengobatan diare sudah terbukti melalui beberapa penelitian

yang dilakukan.

IV.2. Saran

Saran dan kritik dari semua pihak sangat diperlukan agar dapat membantu

berkembangnya makalah ini.

Page 17: Makalah Farmmakognosi Kelompok 4 (Tanin)

DAFTAR PUSTAKA

Carter, F. L., A. M. Carlo and J. B. Stanley. 1978. Termiticidal Components of

Wood Extracts : 7-Methyljuglone from Diospyros virginia. Journal

Agriculture Food Chemistry.

Departemen Kesehatan. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi IV.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Hudayani, Miftakhul. 2008. Efek antidiare ekstrak etanol rimpang kunyit

(Curcuma domestica val) Pada mencit jantan Galur swiss Webster.

Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Harborne, J.B.1996.Metode Fitokimia.Edisi ke-2.ITB Bandung.Bandung.

Novitasari, Ayuningtyas. 2009. Pengaruh Penggunaan Amprotab® Sebagai Bahan Penghancur Terhadap Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sa'adah, Lailis. 2010. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Tanin Dari Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.). Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri. Malang.

Utami, Indah Wahyuni. 2008. Efek Fraksi Air Ekstrak Etanol Daun Salam

(Syzygium Polyanthum Wight.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat

Pada Mencit Putih (Mus Musculus) Jantan Galur Balb-C Yang Diinduksi

Dengan Kalium Oksonat. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.