makalah farmasi klinik

18
BAB I PENDAHULUAN Pankreas merupakan organ yang panjang dan ramping yang panjangnya sekitar 6 inch dan lebar 1,5 inch. Pankreas terletak retroperitoneal dan dibagi dalam 3 segmen utama diantaranya yaitu kaput, korpus dan kauda. Kaput terletak pada bagian cekung duodenum, dari kauda menyentuh lien. Pankreas dibentuk dari 2 sel dasar yang mempunyai fungsi berbeda sama sekali. Sel eksokrin, berkelompok dalam kelompokan yang dinamakan asini, menghasilkan unsur-unsur getah pankreas. Sel endokrin, atau pulau langerhans, menghasilkan sekresi endokrin, insulin dan glukagon, yang pwnting untuk metabolisme karbohidrat. Pankreas merupakan kelenjar kompleks tubuloalveolar. Secara keseluruhan, ia menyerupai setangkai anggur. Cabang- cabangnya merupakan saluran yang bermuara pada duktus pakreatikus utama (duktus wirsung). Saluran – saluran kecil dari tiap – tiap asinus mengosongkan isinya ke saluran utama. Saluran utama berjalan di sepanjang kelenjar, sering bersatu dengan duktus koledokus pada ampula Vater sebelum masuk ke duodenum. Saluran tambahan, duktus santorini, sering ditemukan berjalan dari kaput pankreas masuk ke duodenum, sektar satu inch di atas papila duodeni. Perubahan patologis pada penyakit hati, kandung empedu, dan pakreas, secara luas dapat dibagi dalam tiga jenis : peradangan, fibrosis, dan neoplasma. Pankreatitis

Transcript of makalah farmasi klinik

Page 1: makalah farmasi klinik

BAB I

PENDAHULUAN

Pankreas merupakan organ yang panjang dan ramping yang panjangnya sekitar 6

inch dan lebar 1,5 inch. Pankreas terletak retroperitoneal dan dibagi dalam 3 segmen

utama diantaranya yaitu kaput, korpus dan kauda. Kaput terletak pada bagian cekung

duodenum, dari kauda menyentuh lien.

Pankreas dibentuk dari 2 sel dasar yang mempunyai fungsi berbeda sama sekali.

Sel eksokrin, berkelompok dalam kelompokan yang dinamakan asini, menghasilkan

unsur-unsur getah pankreas. Sel endokrin, atau pulau langerhans, menghasilkan sekresi

endokrin, insulin dan glukagon, yang pwnting untuk metabolisme karbohidrat.

Pankreas merupakan kelenjar kompleks tubuloalveolar. Secara keseluruhan, ia

menyerupai setangkai anggur. Cabang-cabangnya merupakan saluran yang bermuara

pada duktus pakreatikus utama (duktus wirsung). Saluran – saluran kecil dari tiap – tiap

asinus mengosongkan isinya ke saluran utama. Saluran utama berjalan di sepanjang

kelenjar, sering bersatu dengan duktus koledokus pada ampula Vater sebelum masuk ke

duodenum. Saluran tambahan, duktus santorini, sering ditemukan berjalan dari kaput

pankreas masuk ke duodenum, sektar satu inch di atas papila duodeni.

Perubahan patologis pada penyakit hati, kandung empedu, dan pakreas, secara luas

dapat dibagi dalam tiga jenis : peradangan, fibrosis, dan neoplasma. Pankreatitis

menunjukkan adanya peradangan akut atau kronik dari jaringan yang terserang.

Penyakit pankreas luar biasa banyaknya karena fungsi organ tersebut sebagai

kelenjar endokrin dan eksokrin. Hasil eksokrin pankreas berupa enzim-enzim yang kuat,

yang dalam keadaan normal mencernakan protein, lemak, dan karbohidrat pada makanan

yang dimakan. Akan tetapi, enzim – enzim yang paten ini, yang demikian efektif pada

pencernaan dalam lumen usus halus, juga berperan sebagai sumber bahaya yang besar

terhadap organ bila mereka diaktifkan dalam pankreas sendiri. Inilah yang sebenarnya

terjadi pada pankreatitis. Pankreatitis sering dibagi dalam bentuk akut dan kronik.

Pankreatitis akut

Pankreatitis akut merupakan suatu proses peradangan yang mengenai pankres dan

ditandai oleh berbagai derajat udema, perdarahan, dan nekrosis pada sel-sel asinus dan

pembuluh darah. Mortalitas dan gejala klinik berbeda-beda menurut derajat proses

Page 2: makalah farmasi klinik

patologi. Bila hanya udema pankreas, mortalitas mungkin berkisar dari 5 sampai 10

persen, sedangkan perdarahan masif nekrotik mempunyai mortalitas 50 – 80%.

Etiologi dan Patogenesis

Faktor etiologi utama pada pankreatitis akut adalah penyakit saluran empedu dan

alkoholisme. Penyebab yang lebih jarang adalah trauma, khususnya luka peluru atau

pisau, tukak duodenum yang mengadakan penetrasi, hiperparatiroidisme, hiperlipidemia,

infeksi virus, dan obat-obat tertentu seperti kortikosteroid dan diuretik tiazida. Lebih

banyak lagi penyebab yang mempercepat yang tidak dapat ditemukan.

Pankreatitis sangat sering ditemukan pada orang dewasa, tetapi jarang terdapat

pada anak-anak. Pada pria, pankreatitis lebih sering dikaitkan dengan alkoholisme,

sedangkan pada pria lebih sering dikaitkan dengan batu empedu.

Terdapat persetujuan umum bahwa mekanisme patogenetik yang sering pada

pankreatitis adalah autodigesti, tetapi bagaimana enzim –enzim pankreas diaktifkan tidak

jelas. Pada pankreas normal, trerdapat sejumlah mekanisme protektif yang bekerja

sebagai pelindung terhadap pengaktifan enzim yang tidak hati-hati dan autodigesti.

Pertama, enzim yang mencernakan protein disekresi sebagai bentuk prekursor inaktif

(zimogen) yang harus diaktifkan oleh tripsin. Tripsinogen , bentuk inaktif tripsin, dalam

keadaan normal diubah menjadi tripsin oleh kerja enterokinase dalam usus halus. Setelah

tripsin terbentuk, ia mengaktifkan semua enzim proteolitik lainnya. Inhibitor tripsin

terdapat dalam plasma dan dalam pankreas, yang dapat berikatan dan menginaktifkan

setiap tripsin yang dihasilkan kurang hati-hati, sehingga pencernaan proteolitik jarang

terjadi pada pankreas normal.

Refluks empedu dan isi duodenum duktus pankreatikus telah dikemukan sebagai

mekanisme yang mungkin terjadi untuk pengaktifan enzim pankreas. Hal ini mungkin

terjadi bila terdapat saluran bersama dan batu empedu menyumbat pada amlpua vater.

Atoni dan udema sfinkter Oddi dapat mengakibatkan refluks duodenum, obstruksi duktus

pankreatikus dan iskemia pankreas jugaa dapat berperan.

Dua enzim yang aktif diduga berperan utama pada autodigesti pankreas adalah

elastase dan fosfolipase A. Fosfolipase A dapat diaktifkan oleh tripsin atau asam empedu

mencernakan fosfo lipid membrab sel. Elastase diaktifkan oleh tripsin dan mencernakan

jaringan elastin dinding pembuluh darah, mengakibatkan perdarahan. Pengaktifan

Page 3: makalah farmasi klinik

kalikrein menyebabkan vasodilator, peningkatan permeabilitas kapiler, invasi sel darah

putih dan rasa sakit.

Gambaran Klinik

Gejala pankreatitis akut yang paling menyolok adalah sakit perut hebat yang timbul

mendadak dan terus-menerus. Biasanya rasa sakit terasa di epigastrium tetapi dapat

terpusat di kanan atau kiri garis tengah. Rasa sakit sering menyebar ke pungung, dan

penderita mungkin merasa lebih enak dengar duduk sambil membungkuk ke depan.

Nausea dan vomitus selama sekitar 24 jam dan kemudian hilang selama beberapa hari.

Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan berbagai derajat syok, takikardi,

leukositosis, dan demam. Dinding abdomen kembung, nyeri tekan, tetapi rigodotas dan

bukti adanya peritonitis hanya terjadi bila peradangan mengenai peritoneum. Bising usus

mungkin kurang atau tidak ada. Perdarahan retroperitonial berat dapat dimanifestasikan

sebagai bising ada pinggang atau sekitar umbilikus.

Diagnosis pankreatitis akut biasanya ditegakkan bila ditemukan peningkatan kadar

amilase serum. Kadar amilase meningkat selama 24 – 72 jam pertama dan besarnya

mungkin lima kali kadar normal. Kadar amilase meningkat sampai 2 minggu setelah

peristiwa pankreatitis akut. Perubahan biokimia lain adalah peningkatan kadar lipase

serum, hiperglikemia, hipokalasemia, dan hipokalemia. Hipokalesmia sering ditemukan

akibat nekrosis lemak yang nyata disertai pembentukan sabun kalsium. Hal ini mungkin

sukup hebat sehingga menyebabkan tetani.

Kompiklasi pankreatitis akut adalah timbulnya diabetes mellitus; tetani hebat; efusi

pleura, khususnya pada hemitoraks, kiri; dan abses atau pseudoksita pankreas.

Abses didefinisikan sebagai penimbunan caiaran sekretorik dan hasil – hasil

nekrotik dalam pankreas, sedangkan penimbunan yang terjadi selama minggi II atau III

setelah timbulnya pankreatitis. Tempat pseudoksita pankreas yang tersering adalah

omentum minus. Infeksi sekunder pada penimbunan ini sering terjadi.

Cacat pankreatitis akut sering terjadi adalah serangan akut rejuren dan timbulnya

pankreatitis kronik.

Page 4: makalah farmasi klinik

Pengobatan

Pengobatan primer dini pankreatitis akut adalah medik, disertai pembedahan

terbatas pada obstruksi salruan empedu atau pengobatan komplikasi spesifik seperti

pseudoksita pankreas. Sasaran pengobatan adalah menghilangkan rasa sakit, mengurasi

sekresi pankreas, pencegahan atau pengobatan syok, perbaikan keseimbangan cairan dan

elektrolit, dan pengobatan infeksi sekunder. Syok dan hipovolemia diobati dengan infus

plasma dan elektrolit dengan menggunakan hematokrit, tekanan vena sentral, dan

pengeluaran urin sebagai petunjuk apakah penggatian volume cukup atau tidak.

Demerol, bukan opiat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit, karena demerol kurang

menyebabkan spasme sfinkter Oddi. Penghentian semua pemasukan oral dan penyedotan

isi lambung yang terus-menerus mengurangi peregangan usus dan mencegah isi yang

asam masuk duodenum dan merangsang sekresi pankreas. Pengobatan antibiotika bila

terdapat infeksi perlu dilakukan, dan dapat diberikan selama 2 minggu pertama dengan

harapan untuk mencegah abses pankreas.

Abses pankreas diobati dengan drainage melalui dinding anterior abdomen atau

pinggang. Pseudoksita pankreas dirawat dengan drainage interna antara dinding anaterior

kista dan dinding posterior antrum lambung.

Bila fase akut penyakit mereda, makanan oral dapat diberikan, dimulai dengan

karbohidrat, yang paling sedikit merangsang sekresi pankreas. Dicoba untuk menentukan

penyebab peradangan. Penderita dinasehati untuk menghindari alkohol paling sedikit 3

bulan, dan bila pankreatitis diduga diakibatkan oleh alkohol, sebainya alkohol dihindari

selamanya.

Pankreatitis kronik

Pankreatitis kronik ditandai oleh destruksi progresif kelenjar disertai penggantian

oleh jaringan fibrosis yang mengakibatkan striktura dan kalsifikasi. Faktor etioogi adalah

sama seperti pada pankreatitis akut yaitu sekitar satu pertiga sampai separo penderita

adalah alkoholisme. Perjalanan klinik mungkin merupakan salah satu peristiwa rekuren,

sakit akut, masing – masing menginggalkan massa pankreas yang berfungsi lebih sedikit,

atau melanjut secara perlahan-lahan. Steatorhea, malabsorpsi, penurunan berat badan,

dan diabetes merupakan manifestasi destruksi lanjut. Pankreatitis dapat menyertai

pankreatitis akut, tapi pada kebanyak penderita berlangsung secara perlahan – lahan.

Page 5: makalah farmasi klinik

Tes yang paling sensitif untuk mengetahui pankreatitis kronik adalah penentuan

konsentrasi bikarbonat dan pengeluaran pada duodenum setelah perangsangan dengan

sekretin. Tindakan dignostik lain yang bermanfaat adalahpenentuan lemak feses, kadar

glukosa darah puasa untuk menentukan kerusakan pulau langerhans, dan arteriografi dan

pemerisaan sinar-x untuk mengetahui fibrosis dan klasifikasi. Sayangnya, karsinoma

pankreas yang invasif dapat menimbulkan gambaran patofisiologi yang sama seperti

menimbulkan kesulitan besar bagi dokter untuk diagnosis banding.

Pengobatan pankreatitis kronik merupakan beban dan tidak memuaskan.

Penghilangan rasa sakit sukar dan memerlukan dosis anlagetik yang besar dan sering.

Adiksi narkotika merupakan kesulitan yang besar. steatorhea dirawat dngan diet rendah

lemak dan pemberian enzim pankreas per oral. Diabetes memerlukan perawatn baik

dengan agen hipoglikemik oral atau insulin. Minum alkohol merupakan kontraindikasi.

Page 6: makalah farmasi klinik

BAB II

OBAT YANG MENYEBABKAN PANKREATITIS

HMG-CoA INHIBITOR

Ia telah mengemukakan bahwa obat-diinduksi oleh AP inhibitor HMG-CoA, sering disebut

sebagai statin, adalah efek kelas (7, 13). Laporan kasus AP druginduced telah dipublikasikan

untuk semua statin, rosuvastatin dengan statin terbaru terlibat. Menurut Badalov dan rekan,

statin dikategorikan sebagai kelas Ia, Ib, III, dan IV.

Thisted dan rekan melakukan populationbased, studi kasus-kontrol yang mengevaluasi risiko

AP terkait dengan statin (14). Penelitian ini melibatkan 2.576 penerimaan rumah sakit baru

untuk AP dan 25.817 kontrol cocok. Analisis ini melibatkan "sebelumnya" pengguna, "saat

ini" pengguna yang memenuhi resep dalam waktu 90 hari dari diagnosis, "baru" pengguna

yang memenuhi resep pertama dalam waktu 90 hari dari diagnosis, dan "mantan" pengguna

yang belum mengisi resep di > 90 hari dari diagnosis. AP didiagnosis pada 3,9% dari

"pernah" pengguna dan 2,9% dari kontrol (rasio odds yang disesuaikan, 1,44, interval

kepercayaan 95% [CI], 1,15-1,80). Baik "saat ini" dan "mantan" pengguna menunjukkan

peningkatan risiko mengembangkan AP (rasio odds yang disesuaikan, 1,26 dan 2,02, masing-

masing; 95% CI, 0,96-1,64 dan 1,37-2,97, masing-masing). Terakhir, peningkatan risiko AP

tidak tercatat di antara pengguna "baru". Para peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang kuat antara statin dan AP dan malah menyarankan efek perlindungan

mungkin. Selanjutnya, kajian studi observasional terkontrol dan laporan kasus yang

diterbitkan oleh Singh dan Loke menyimpulkan bahwa statin-induced AP adalah kedua dosis-

independen dan tak terduga (15).

Statin-induced AP dapat berkembang dari jam ke tahun setelah memulai terapi (14, 15).

Kurangnya periode laten yang konsisten menunjukkan kemungkinan efek toksik langsung ke

pankreas dan akumulasi metabolit toksik sebagai mekanisme yang mungkin (14). Mekanisme

lain dari aksi statin-induced AP berspekulasi terkait dengan rhabdomyolysis, mialgia, dan /

atau metabolisme atau interaksi obat melalui CYP3A4 (15, 16). Dalam beberapa laporan

kasus, baik mialgia atau rhabdomyolysis terjadi sebelum pengembangan AP (15, 16).

Page 7: makalah farmasi klinik

Pravastatin mungkin memiliki laporan kasus lebih sedikit obat-induced AP daripada statin

lain karena tidak dimetabolisme oleh CYP3A4 (15).

ACE INHIBITOR

Laporan kasus ACE inhibitor-induced AP melibatkan benazepril, kaptopril, enalapril,

lisinopril, quinapril, dan ramipril. ACE inhibitor dikategorikan sebagai kelas Ia, III, dan IV

sesuai dengan sistem klasifikasi dibangun oleh Badalov dan rekan.

Eland dan rekan melakukan studi kasus-kontrol Eropa yang menilai risiko yang terkait

dengan AP ACE inhibitor (17). Peserta penelitian adalah 40 sampai 85 tahun usia dengan

baik masuk rumah sakit untuk AP atau pengembangan AP dalam waktu 3 hari penerimaan.

Berdasarkan 724 kasus dan 1791 kontrol, hasil penelitian menunjukkan bahwa inhibitor ACE

dikaitkan dengan peningkatan risiko mengembangkan AP (rasio odds yang disesuaikan, 1,5,

95% CI, 1,1-2,2). Selanjutnya, penelitian ini menunjukkan bahwa risiko yang lebih tinggi

dari AP terjadi dalam 6 bulan pertama terapi memulai (rasio odds yang disesuaikan, 3,2, 95%

CI, 1,4-7,3) dan dengan dosis tinggi ACE inhibitor (rasio odds yang disesuaikan, 3,3; 95 %

CI, 0,8-14,3).

Mekanisme yang diusulkan tindakan untuk ACE inhibitor-induced AP adalah angioedema

lokal dari saluran pankreas (17, 18). ACE inhibitor mengurangi degradasi bradikinin, yang

terkait dengan pengembangan angioedema (19). Ini juga telah menunjukkan bahwa

bradikinin yang dilepaskan selama AP, yang berkorelasi dengan perkembangan peningkatan

permeabilitas vaskuler pankreas (19). Akibatnya, edema pankreas dapat terjadi dan enzim

dan zat beracun lainnya dapat terperangkap di dalam pankreas, yang menyebabkan kerusakan

jaringan pankreas dan pankreatitis (19). Terakhir, II reseptor angiotensin mungkin penting

dalam regulasi sekresi pankreas dan mikrosirkulasi (19)

KONTRASEPSI ORAL / HRT

Kontrasepsi oral dan HRT dengan estrogen dengan atau tanpa progestin telah dikaitkan

dengan AP. Badalov dan rekan dikategorikan mengandung estrogen agen sebagai kelas Ib

dan II.

Page 8: makalah farmasi klinik

Dalam studi kasus-kontrol Denmark, asosiasi HRT dan AP dievaluasi pada tahun 1054

pengguna dan mantan HRT (baik estrogen saja atau estrogen yang dikombinasikan dengan

progestin) dan 10.540 kontrol populasi (20). Kasus tersebut melibatkan perempuan di atas

usia 45 tahun dengan dikeluarkan dari rumah sakit pertama kali untuk AP, studi dikecualikan

pasien dengan diagnosis penyakit batu empedu, penyakit yang berkaitan dengan alkohol, dan

penyakit inflamasi usus. Hasil menunjukkan tidak signifikan peningkatan risiko

mengembangkan AP di bekas pengguna estrogen dan progestin gabungan HRT (risk adjusted

relatif, 1,6, 95% CI, 1,0 sampai 2,5). Para penulis menyimpulkan bahwa peningkatan risiko

antara mantan pengguna bisa saja karena baik kebetulan atau penghentian HRT, yang

mungkin telah menyebabkan hipertrigliseridemia, merupakan faktor risiko untuk AP.

Sayangnya, keterbatasan dari studi ini adalah ketidakmampuan untuk mengidentifikasi wanita

dengan hipertrigliseridemia.Ada dua mekanisme yang diusulkan tindakan untuk estrogen-

induced AP, yang keduanya berkaitan dengan efek samping dari kontrasepsi oral dan HRT.

Mekanisme pertama menunjukkan bahwa pasien mengembangkan hipertrigliseridemia baik

sebagai diagnosis baru, eksaserbasi dari hipertrigliseridemia yang ada, atau diagnosis

hyperlipoproteinemia keluarga yang sebelumnya tidak diketahui (7, 12, 21-23). Mekanisme

yang diusulkan kedua tindakan adalah bahwa estrogen menginduksi keadaan hiperkoagulasi,

yang dapat menyebabkan nekrosis pankreas (12, 21, 23)

Diuretik

Loop diuretik dan hydrochlorothiazides telah terlibat dalam obat-induced AP. Furosemide

adalah agen Ia kelas, sedangkan diuretik thiazide adalah kelas II dan III agen (7).

Sebuah studi kasus-kontrol yang dilakukan oleh calon Bourke dan rekan sejarah pengobatan

dievaluasi pada pasien yang disajikan dengan episode pertama dari AP (24). Obat diambil

oleh pasien ini termasuk baik furosemide dan diuretik thiazide. Para peneliti menyimpulkan

bahwa pasien yang mengambil diuretik disajikan dengan AP dua setengah kali lebih sering

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, pasien yang mengembangkan AP lebih

mungkin memakai diuretik thiazide. Namun, Eland dan rekan juga meneliti risiko AP terkait

dengan hemat kalium, lingkaran, dan thiazide diuretik (17). Mereka menyimpulkan bahwa

tidak ada peningkatan risiko AP dengan lingkaran dan diuretik thiazide, dan ada tidak

signifikan peningkatan risiko dengan diuretik hemat kalium (rasio odds yang disesuaikan,

1,7, 95% CI, 0,98-2,8).

Page 9: makalah farmasi klinik

Mekanisme tindakan yang disarankan untuk furosemide diinduksi AP termasuk efek toksik

langsung ke pankreas, stimulasi diuretik-induced sekresi pankreas, dan iskemia (8, 17, 19).

Sebuah studi eksperimental menunjukkan bahwa penurunan volume cairan ekstraselular

mengganggu aliran darah pankreas, yang menyebabkan iskemia (22). Dua efek samping

hydrochlorothiazides adalah hiperkalsemia dan hiperlipidemia. Hydrochlorothiazides

peningkatan reabsorpsi kalsium tulang dan meningkatkan kadar kalsium serum, yang

merupakan faktor risiko untuk AP (22, 23). Selanjutnya, hydrochlorothiazides mungkin

terlibat dalam pengembangan hiperparatiroidisme, yang dapat menyebabkan hiperkalsemia

dan AP (18, 19). Kadar trigliserida serum juga dapat meningkatkan dengan penggunaan

hydrochlorothiazides (22, 23).

HAART THERAPY

Pasien yang terinfeksi HIV adalah 35-800 kali lebih mungkin untuk mengembangkan AP

daripada populasi umum (2, 25). AP umumnya terkait dengan HIV dan penggunaan ART

pada pasien HIV-positif. Para agen antiretroviral dikaitkan dengan AP termasuk protease

inhibitor (PI) dan nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI). Badalov dan rekan

dikategorikan empat agen ART sebagai berikut: lamivudine dan nelfinavir sebagai agen kelas

Ib, ddI sebagai agen kelas II, dan ritonavir sebagai agen kelas IV.

Dalam sebuah penelitian kohort retrospektif, peneliti memanfaatkan Medicaid Ohio

mengklaim database untuk mengevaluasi risiko AP dengan berbagai rejimen obat ART (25).

Dari 4972 pasien yang menerima terapi antiretroviral, 3,2% dikembangkan AP. AP terjadi

pada 4,2% dari baru didiagnosis dan 2,6% dari sebelumnya didiagnosis pasien HIV.

Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa AP terjadi pada 5,2% pasien yang

menerima ARV ddI ditambah lainnya, 4,2% dari pasien yang menerima PI ditambah baik

NRTI atau non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI), dan 3,5 % dari pasien

yang menerima NRTI dikombinasikan dengan NNRTI. Para peneliti juga mengidentifikasi

faktor risiko untuk AP, yang termasuk penyakit HIV lanjut, penyakit hati yang sudah ada

sebelumnya, peningkatan usia, dan ras non-Kaukasia (25).

Sebuah mekanisme potensial dari AP adalah infeksi HIV itu sendiri, yang menyebabkan

peradangan langsung pankreas (2, 25). Terapi obat ART juga mungkin terlibat dalam

pengembangan AP. Terapi antiretroviral dapat menyebabkan baik efek toksik langsung pada

pankreas atau efek buruk yang terkait dengan AP. Sebuah efek samping yang serius dari PI

adalah gangguan metabolisme, yang meliputi pengembangan resistensi insulin,

Page 10: makalah farmasi klinik

hiperglikemia, hiperkolesterolemia, dan hipertrigliseridemia. Namun, AP telah dilaporkan

pada pasien yang menerima PI tetapi tidak memiliki peningkatan kadar trigliserida (26).

Terakhir, dalam sebuah penelitian retrospektif, para peneliti menyimpulkan bahwa setelah

pengenalan PI, tidak ada peningkatan yang signifikan dalam prevalensi AP (26).

Asam valproikValproik asam-diinduksi AP telah dilaporkan sejak tahun 1979 dan tercatat

terjadi lebih sering pada anak-anak (27). Insiden pada populasi anak diperkirakan menjadi

13% (27). Pada tahun 2000, US Food and Drug Administration mengeluarkan peringatan

kotak hitam pada potensi risiko pankreatitis fatal penggunaan asam valproik (28, 29). Asam

valproik diklasifikasikan oleh Badalov dan rekan sebagai agen Ia kelas.

Sebuah studi retrospektif yang dilakukan oleh Pellock dan rekan ditinjau kasus AP dalam

asam valproik / divalproex uji klinis database (29). Dari 3007 pasien yang menerima asam

valproik, 0,2% dikembangkan AP. Kebanyakan pasien memiliki faktor risiko etiologi

potensial lainnya untuk AP, seperti cholelithiasis atau obat bersamaan lain yang terkait

dengan AP. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara asam valproik dan kelompok plasebo

diperlakukan mengacu pada tingkat amilase tinggi. Para penulis menyimpulkan bahwa asam

valproik-induced AP jarang dan mungkin terkait dengan faktor risiko lain yang hadir.

Berbeda dengan kesimpulan ini dari kejadian jarang valproik asam-diinduksi AP, Gerstner

dan rekan melakukan penelitian kuesioner di Jerman dan mengidentifikasi 16 kasus

didokumentasikan valproik asam-diinduksi AP lebih dari 10 tahun (27). Mereka

menyimpulkan bahwa asam valproik-induced AP adalah dilaporkan.

Sebuah studi kasus-kontrol berbasis populasi yang dilakukan oleh Nørgaard dan rekan

mengevaluasi risiko AP berhubungan dengan asam valproik dalam populasi Denmark (30).

Penelitian ini melibatkan 3083 pengguna asam valproik (kasus) dan 30.830 pengguna

antiepilepsi lainnya (kontrol) didiagnosis dengan AP dari 1998 hingga 2003. Penggunaan

keberadaan asam valproik didefinisikan sebagai menerima setidaknya satu resep dalam waktu

90 hari dari penerimaan untuk AP. Penggunaan masa lalu didefinisikan sebagai menerima

resep asam valproik yang berjarak 91 sampai dengan 365 hari dari AP diagnosis. Hasil

menunjukkan bahwa di antara kasus, AP terjadi pada 0,52% dari 0,13% saat ini dan

pengguna asam valproik masa lalu. Terjadinya AP lebih tinggi di antara pengguna sekarang

dan masa lalu dari asam valproik dibandingkan antara pengguna sekarang dan masa lalu dari

antiepileptics lainnya. Perbedaan antara pengguna masa lalu atau asam valproik antiepileptics

lainnya lebih besar dari kalangan pengguna hadir (rasio odds yang disesuaikan, 2,6 dan 1,8,

Page 11: makalah farmasi klinik

masing-masing; 95% CI, 0,8-8,7 dan 1,1-3,0, masing-masing). Para peneliti menyimpulkan

bahwa asam valproik dikaitkan dengan peningkatan risiko AP tetapi hipotesis bahwa faktor

risiko lain bisa terlibat dalam pengembangan AP.

Valproik asam-diinduksi AP biasanya terjadi dalam tahun pertama pengobatan, dan risiko

meningkat dengan dosis yang lebih tinggi (29). Mekanisme yang diusulkan tindakan valproik

asam-diinduksi AP merupakan efek langsung beracun radikal bebas pada jaringan pankreas

dan penipisan superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase (27). Berdasarkan

hasil seri kasus mereka valproik asam-diinduksi AP, Sinclair dan rekan menyarankan bahwa

reaksi obat idiosinkratik mungkin mekanisme, terutama pada pasien dengan riwayat

kepekaan obat (31).

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Iklan obat bebas harus obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan dan ditayangkan setelah mendapat persetujuan menteri kesehatan.

2.Pengawasan iklan obat bebas dilakukan oleh Badan POM dan Balai POM di provinsi. Kerjasama dengan berbagai pihak perlu dilakukan agar iklan obat bebas mentaati  peraturan perundangan yang berlaku.

3.Peran serta masyarakat dalam pengawasan iklan obat antara lain dalam bentuk pengaduan kepada Badan POM atau lembaga masyarakat yang terkait dengan iklan obat. Apabila konsumen obat merasa dirugikan oleh iklan obat dapat menempuh jalur hukum melalui pendekatan administrasi, hukum perdata, dan hukum pidana

SARAN

Page 12: makalah farmasi klinik

1. Upaya pengawasan iklan obat dan obat tradisional secara efektif dan efisien diperlukan kerjasama dengan semua institusi yang terkait dengan iklan, termasuk kerjasama dengan Dinkes Provinsi dan Dinkes Kota/ Kabupaten.

2. Untuk perlindungan masyarakat dari iklan obat dan obat tradisional yang tidak memenuhi syarat, sebaiknya Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten melakukan iklan layanan masyarakat yang sesuai kebutuhannya untuk dimuat di media lokal.

DAFTAR PUSTAKA