MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

33
Etika dan Tanggung Jawab Profesi Advokat Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika & Tanggung Jawab Profesi Disusun oleh : NAMA : MOHAMAD IRFAN NPM : 01.01.06.056 DIBAWAH BIMBINGAN : IWAN DARMAWAN SH., MH. SAPTO HANDOYO SH.

description

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI....FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PAKUAN

Transcript of MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

Page 1: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

Etika dan Tanggung Jawab Profesi Advokat

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Etika & Tanggung Jawab Profesi

Disusun oleh :

NAMA : MOHAMAD IRFAN

NPM : 01.01.06.056

DIBAWAH BIMBINGAN :

IWAN DARMAWAN SH., MH.

SAPTO HANDOYO SH.

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR2009

Page 2: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji saya panjatkan kehadirat Illahi Rabbi,

yang telah memberikan kekuatan kepada saya untuk dapat menyelesaikan

halaman demi halaman sehingga menjadi makalah ini yang merupakan salah satu

dari komponen nilai mata kuliah Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum.

Shalawat dan salam tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah

mendobrak pintu kejahiliahan, dan sebagai sang motivator dan ispirator terhebat

sepanjang zaman.

Begitu banyak ilmu, inspirasi, dan motivasi yang saya peroleh dari para

“guru” tempat saya belajar dalam majelis mereka dan untuk rekan-rekan

mahasiswa yang telah mendukung, menyokong, kepada saya dalam penyelesaian

makalah ini. Saya sangat sadar bahwa setiap pencapaian adalah buah dari kerja

dan sokongan banyak pihak yang begitu luar biasa, oleh karenanya tampa

mempermasalahkan hierarkinya, maka saya ingin sekali menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada mereka.

Semoga makalah ini yang saya beri judul Etika dan Tanggung Jawab

Profesi Advokat ini dapat menjadi suatu kontribusi positif dan konstruktif bagi

para pembaca, serta diharapkan dapat menambah cakrawala berfikir kita tentang

etika dan tentunya dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis khususnya.

Amien.

Selamat membaca dan mengkritisi…

Bogor, April 2009

Salam hangat,

Mohamad Irfan

Page 3: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

DAFTAR ISI

KATAPENGATAR..........................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Identifikasi Masalah..............................................................................2

C. Maksud dan Tujuan..............................................................................2

BAB II TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Tentang Kode Etik Profesi....................................................3

B. Kode Etik Advokat...............................................................................10

C. Hak dan Kewajiban Advokat................................................................11

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................16

B. Saran.....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modernisasi telah mengundang kegerahan seorang Guru besar

kriminologi dari Universitas Indonesia, Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara

yang menyebut fenomena perkembangan hukum di Indonesia sebagai ‘law as

a tool of crime’. Hukum yang berfungsi sebagai alat kejahatan. Beliau bahkan

berpendapat: “Proses hukum menjadi ajang beradu teknik dan keterampilan.

Siapa yang lebih pandai menggunakan hukum akan keluar sebagai pemenang

dalam berperkara. Bahkan, advokat dapat membangun konstruksi hukum

yang dituangkan dalam kontrak sedemikian canggihnya sehingga kliennya

meraih kemenangan tanpa melalui pengadilan.”

Pada jaman modern seperti sekarang tidak jarang kejahatan yang kerap

kali terjadi belakangan ini motivnya karena keadaan ekonomi, sosial maupun

moral. Selain itu juga kejahatan membuat masyarakat menjadi resah dan takut

serta dapat pula merusak tatanan hidup masyarakat. Dengan semakin

terbukanya mata masyarakat terhadap masalah hukum maka peran advokat

menjadi semakin penting. Hal ini menempatkan kedudukan advokat menjadi

sama pentingnya dengan lembaga penegakan hukum lainnya seperti

Kepolisian, Jaksa dan Hakim. Kondisi masyarakat yang seperti ini menuntut

para advokat untuk semakin meningkatkan kemampuan dan profesionalitas

mereka.

Advokat mempunyai tugas memberi jasa hukum antara lain berupa

konsultasi hukum, bantuan hukum, ataupun mendampingi dan membela klien,

di luar maupun di dalam pengadilan baik itu Badan Peradilan Agama,

Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara atau Peradilan Militer. Oleh

karena itu peran advokat merupakan suatu profesi yang penting dan mulia

sepanjang dilakukan untuk mencapai keadilan dalam masyarakat. Dikatakan

penting karena advokat merupakan salah satu unsur dalam peradilan.

Untuk dapat menjawab realita profesi hokum ini seobyektif mungkin,

maka mau tak mau harus kita tengok kembali konsep-konsep etika profesi

Page 5: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

hukum yang melandasi tindakan profesional hukum tersebut. Sekaligus dalam

rangka mempersiapkan diri sebagai seorang profesional dalam bidang hukum

serta untuk mengetahui tentang bagaimana cara memperaktikkan hukum,

sehingga memilih judul “Etika dan Tanggung Jawab Profesi Advokat” yang

merupakan Tugas Mata Kuliah Etika dan Tanggung Jawab Profesi.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari kegerahan Guru Besar Kriminologi Universitas

Indonesia yang merupakan sinyalemen kegelisahan bagi penulis, maka penulis

dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Apa itu Etika Profesi Hukum ?

2. Salahkah secara kode etik tindakan advokat dengan menggunakan

pengetahuan hukumnya sebagai alat untuk memenangkan kliennya?

C. Maksud dan Tujuan

Bertitik tolak dari latar belakang dan identifkasi masalah yang telah

dikemukakan diatas, secara khusus maka maksud dari karya tulis ini adalah

untuk meneliti sehingga memperoleh data dan informasi mengenai seberapa

besar pengaruh hukum terhadap perilaku Advokat dalam kehidupan sehari-

hari. Dan secara umum maksud dan tujuan karya tulis ini adalah :

1. Agar adanya pemahaman dan penggambaran tentang realitas perilaku

Advokat.

2. Dan untuk memahami kode etik Advokat dalam lingkungan peradilan dan

menangani kliennya.

Page 6: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Tentang Kode Etik Profesi

1. Pengertian Kode Etik Profesi

Etika berasal dari kata yunani kuno “ Ethos “ dalam bentuk tunggal

yang berarti adapt istiadat, adapt kebiasaan, dan akhlak yang baik. Bentuk

jamak dari ethos adalah “ ta etha “ artinya adapt kebiasaan. Dari bentuk

jamak ini terbentuklah istilah etika yang oleh Aristoteles sudah digunakan

untuk menunjukan filsafat moral.1

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, etika dirumuskan dalam tiga

arti :

a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak

dan kewajiban moral ( akhlak ).

b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak

c. Nilai mengenai benar dan salah yang di anut suatu golongan atau

masyarakat.2

Kata yang cukup dekat dengan etika adalah “ Moral “ kata moral

berasal dari bahasa latin “ Mos “, jamaknya “ Mores “ yang berarti juga :

kebiasaan, atau adapt. Dalam bahasa inggris dan banyak bahasa lain,

termasuk bahasa Indonesia. Kata mores masih dipakai dalam arti yang sama.

Jadi etimologi kata “ moral “ sama dengan etimologi kata “ etika “ karena

keduanya berasal dari kata yang berarti adapt kebiasaan. Hanya bahasa

asalnya berbeda, yang pertama berasal dari kata yunani sedang yang kedua

dari bahasa latin.3

Etika sebagai ilmu melanjutkan kecenderungan menusia dalam hidup

sehari-hari. Etika mulai, bila manusia merefleksikanunsur-unsur etis dalam

pendapat-pendapat spontan manusia kebutuhan akan merefleksi itu

dirasakan antara lain karena pendapat etis manusia tidak jarang berdeda

1 Abdul Kadir Muhamad , Etika Profesi Hukum, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2001), hal 13

2 Ibid.3 K. Berthens , Etika , ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama , 2001 ) , hal . 4

Page 7: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

dengan pendapat orang lain. Etika dapat di definisikan sebagai refleksi

kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah laku menusia, sejauh berkaitan

dengan norma. Etika adalah refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia

dari sudut norma-norma atau dari sudut baik dan buruk. Segi normatif itu

merupakan sudut pandang yang khas bagi etika, dibandingkan dengan ilmu-

ilmu lain yang juga membahas tingkah laku manusia.4

Adapun kode etik profesi merupakan norma yang diterapkan dan

diterima oleh kelompok profesi yang mengarahkan atau memberi petunjuk

kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin

mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Apabila satu anggota kelompok

profesi itu berbuat menyimpang dari kode etiknya, maka kelompok profesi

itu akan tercemar di mata masyarakat.5

Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan

berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi

dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, sehingga anggota kelompok profesi tidak akan ketinggalan

jaman. Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang

bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak

dipaksakan dari luar.kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai

oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri.

Kode etik profesi merupakan rumusan norma moral manusia yang

mengemban profesi itu. Kode etik profesi menjadi tolok ukur perbuatan

anggota kelompok profesi. Kode etik profesi merupakan upaya pencegahan

berbuat yang tidak etis bagi anggotanya.6

Adapun pengertian dari profesi itu sendiri dapat dirumuskan dari

beberapa pendapat sebagai berikut :7

a. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1999 ) :

Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian

( keterampilan, kejujuran, dan sebagainya ) tertentu.

4 Ibid, hal. 24.5 Abdul Kadir Muhamad , op cit , hal 776 Ibid7 I Gede A.B. Wiranata , Dasar Dasar Etika dan Moralitas , ( Bandung : Citra Aditya

Bakti ) , hal. 243-244

Page 8: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

b. Menurut Aubert ( 1973 ) :

Profesi adalah pekerjaan pelayanan yang menerapkan seperangkat

pengetahuan sistematika ( ilmu ) pada masalah-masalah yang sangat

relevan bagi nilai-nilai utama dari masyarakat.

c. Menurut E Sumaryono :

Profesi adalah sebuah sebutan atau jabatan dimana orang yang

menyandangnya mengetahui pengetahuan khusus yang diperolehnya

melalui training atau pengalaman lain, atau bahkan diperoleh melalui

keduanya penyandang profesi dapat membimbing atau memberi

nasihat / saran atau juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri

dengan lebih baik bila dibandingkan dengan warga masyarakat lain

pada umumnya.

d. Lili Rasyidi ( 2002 )

Profesi adalah pekerjaan tetap berupa pelayanan ( servis occupation ).

Pelaksanaannya dijalankan dengan menerapkan pengetahuan ilmiah

dalam bidang tertentu, dihayati sebagai suatu panggilan hidup, serta

terikat pada etika umum dan etika khusus ( etika profesi ) yang

bersumber pada semangat pengabdian terhadap sesame manusia.

Sebuah pekerjaan dapat disebut sebagai profesi apabila memiliki

kriteria-kriteria sebagai berikut :

a. Bersifat khusus / spesialisasi

b. Keahlian dan keterampilan

c. Tetap atau terus menerus

d. Mengutamakan pelayanan

e. Tanggung jawab

f. Organisasi profesi.8

Profesi adalah suatu moral community ( masyarakat moral ) yang di

dalamnya terdapat cita-cita dan nilai-nilai bersama. Terbentuknya suatu

profesi selain atas dasar cita-cita dan nilai bersama juga disatukan karena

latar belakang pendidikan yang sama dan secara besama-sama pula memiliki

8 Ibid, hal 247-249

Page 9: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

keahlian yang tertutup bagi orang lain. Dengan demikian, profesi menjadi

suatu kelompok yang mempunyai tanggungjawab khusus.

2. Tujuan dan Manfaat Kode Etik Profesi

Dalam sejarah manusia, jenis pekerjaan yang menuntut kepemilikan

keahlian dan keterampilan yang tinggi dalam tatanan pergaulan masyarakat

mendapatkan tempat yang terhormat dalam masyarakat hingga akhirnya

memiliki atribut-atribut sarat nilai terhadap profesi. Franz Magnis Suseno

mengemukakan tiga nilai moral yang dituntut dari pengemban profesi yaitu

1. Berani beerbuat dengan bertekad umtuk bertindak sesuai tuntutan profesi.

2. Menyadari kewajiban yang harus dipenuhi dalam menjalankan profesi.

3. Idealisme yang tinggi sebagai perwujudan makna misi organisasi profesi.9

Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah

dianggap benar atau yang sudah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi

apabila norma perilaku tersebut dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga

memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. Kode etik profesi merupakan

kristalisasi perilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum karena

berdasarkan pertimbangan kepentingan profesi yang bersangkutan. Dengan

demikian, kode etik profesi dapat mencegah kesalah pahaman dan konflik,

dan sebaliknya berguna sebagai bahan refleksi nama baik profesi. Kode etik

profesi yang baik adalah yang mencerminkan nilai moral anggota kelompok

profesi sendiri dan pihak yang membutuhkan pelayanan profesi yang

bersangkutan.

Kode etik profesi adalah seperangkat kaidah perilaku yang disusun

secara tertulis dan sistematis sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam

mengembankan suatu profesi bagi suatu masyarakat profesi. Sebagai sebuah

pedoman, kode etik ( code of conduct ) memiliki beberapa tujuan pokok,

yaitu : 10

a. Memberikan Penjelasan Standar Etika

9 Ibid , hal . 25010 Ibid , hal . 251-252.

Page 10: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

Standar etika yang harus di penuhi oleh pelaku profesi di rumuskan

dalam kode etik profesi. Di dalamnya di jelaskan mengenai penetapan

hak, tanggungjawab, dan kewajiban terhadap klien, lembaga, dan

masyarakat pada umumnya.

b. Memberikan Batasan Kebolehan dan atau Larangan.

Kode etik memuat batasan kebolehan dan atau larangan terhadap

anggota profesi dalam menjalankan profesinya. Tidak jarang ketika

melaksanakan tugas profesi, seorang profesional menghadapi dilema

dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat.

c. Memberikan Himbauan Moralitas

Kode etik profesi memberi himbauan moralitas kepada anggotanya

dalam melaksanakan tugas di bidangnya. Dengan himbauan meskipun

bersifat moralitas, seorang profesional di ingatkan eksistensi hukum

moral berupa kehendak bebas untuk melakukan profesi tanpa tekanan,

paksaan, atau kepura-puraan. Pelaksanaan moral profesi adalah sesuatu

yang bersifat luhur.

d. Sarana Kontrol Sosial

Kemandirian profesi yang dimiliki sering menjadikan sebuah

profesi sangat sulit untuk terjangkau oleh nalar mereka yang tidak

mengemban atau mematuhi cirri profesi. Meskipun demikian, tidak

pada tempatnya apabila semua profesional selalu berlindung dalam

etik profesinya. Kode etik menjamin perlindungan sejauh moralitas

dasar perbuatannya terpenuhi. Kemandirian profesional dikontrol

melalui kode etik profesinya.

Setiap profesi memiliki kode etik. Secara umum manfaat yang dapat

di petik dari adanya kode etik, diantaranya adalah menjaga dan

meningkatkan kualitas keterampilan teknis, melindungi kesejahteraan

materil para pengmban profesi, dan bersifat terbuka. Apabila di jabarkan

secara lebih rinci, melalui kode etik akan dapat di capai manfaat sebagai

berikut :11

11 Ibid , hal . 254-255

Page 11: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

a. Menghindari unsur persaingan tidak sehat di kalangan anggota profesi,

kode etik profesi memuat moralitas profesi, batasan-batasan kebolehan

dan larangan bagi anggota serta pilihan kemungkinan-kemungkinan

yang harus dilakukan jika terjadi dilema dalam pelaksanaan

profesinya. Oleh karena itu, setiap anggota terhindar dari perbuatan

persaingan tidak bebas. Dalam skala yang lebih luas, kualitas moral

profesi akan senantiasa terjaga.

b. Menjamin solidaritas dan kolegialitas antar anggota untuk saling

menghormati. Sikap solidaritas ini akan mewujudkan kehidupan tata

persaudaraan diantara anggota profesi. Dengan memiliki pola

kolegialitas maka dapat dipastikan profesi dan anggotanya mampu

menghindarkan diri dari campur tangan pihak ketiga atau pihak-pihak

lain dalam mengamalkan profesinya.

c. Mewajibkan pengutamakan kepentingan pelayanan terhadap

masyarakat umum / public. Adanya tuntutan pelayanan yang optimal

dalam kode etik secara tersirat harus memacu kejujuran dan

keterampilan diri pribadi anggota profesi untuk tetap menambah

keterampilan dalam bidangnya. Kewajiban ini memberikan jaminan

kepuasan materil pengemban profesi.

d. Kode etik profesi menuntut para anggotanya bekerja secara terbuka

dan transparan dalam mengamalkan keahlian profesinya.

Pertanggungjawaban moral profesi dilakukan selain kepada hati nurani

dan moralitas dirinya, juga dilakukan terhadap masyarakat luas.

Dengan pemaknaan demikian maka seorang profesi terhindarkan dari

wacana penipuan dan kebohongan terhadap public namun, terhadap

rahasia personal yang harus dipegang teguh oleh seorang profesi

karena jabatan yang ditentukan undang-undang wajib untuk tidak

dipublikasikan.

3. Penegakan Kode Etik Profesi

Aristoteles mengajarkan bahwa manusia berbuat kebajikan sepanjang

ia menggunakan akal budinya, yaitu suatu kemampuan khas yang dimiliki

manusia yang membedakannya dari hewan-hewan yang lain. Dalam

Page 12: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

bukunya Nichomachean Ethics ( Etika Nichomachus ), Aristoteles

mengatakan yang baik bagi setiap hal ia bila ia dapat mewujudkan

hakikatnya yang tertinggi. Kebaikan yang setinggi-tingginya bagi manusia

ialah mewujudkan kemampuannya secara penuh sebagai manusia.12

Penegakan kode etik profesi tidak akan terlepas dari faktor etika

manusianya sebagaimana dikemukakan Aristoteles di atas, artinya dengan

perilaku yang baik dan benar dari manusia maka sudah barang tentu etika

yang dirumuskan dalam kode etik akan mudah untuk ditegakan oleh

anggotanya, di jadikan pegangan, dan sebagai dasar memberikan sanksi bagi

anggota profesi yang melanggar kode etik tersebut.

Sama halnya dengan penegakan hokum, penegakan kode etik adalah

usaha melaksanakan kode etik sebagaimana mestinya, mengawasi

pelaksanaannya supaya tidak terjadi pelanggaran, dan jika terjadi

pelanggaran memulihkan kode etik yang dilanggar itu supaya ditegakan

kembali, karena kode etik adalah bagian dari hukum positif, maka norma-

norma penegakan hokum juga berlaku pada penegakan kode etik.13

Kode etik dalam formatnya yang tertulis adalah sebuah hukum

positif yang keberlakuannya terbatas pada lingkup anggota profesi

bersangkutan. Meskipun sebagai hukum tertulis, kode etik tidak mempunyai

sanksi yang keras. Pemberlakuan sanksi yang tertuang dalam rumusan kode

etik tidak dapat otomatis di tuntut, tetapi hanya terbatas pada strata sanksi

moral. Akibat lemahnya sanksi dalam kode etik, sering terlihat akhir-akhir

ini bermunculan sejumlah organisasi yang berbeda padahal lingkup

profesinya sama.14

Penegakan kode etik profesi menurut Bintatar Sinaga S.H.,M.H,

Iwan Darmawan S.H.,M.H, Sapto Handoyo DP.,S.H dalam karya ilmiahnya

pada Forum Kajian Hukum FH-UNPAK, adalah sebagai berikut :15

1.Penegakan kode etik adalah usaha melaksanakan kode etik sebagaimana

mestinya, mengawasi pelaksanaannya supaya tidak terjadi

12 Louis O Kattsoff , Pengantar Filsafat , ( Yogyakarta : Tiara Wacana , 1995 ) , hal. 368.13 Abdul Kadir Muhamad , op cit , hal .120.14 I Gede A.B Wiranata , op cit , hal . 258.15 Iwan Darmawan, Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum – Suatu Kontemplasi

Menuju Fajar Budi, (FKH : FH-UNPAK, 2009), hal 48

Page 13: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

pelanggaran. Jika tidak terjadi pelanggaran maka untuk

memulihkannya kode etik yang dilanggar itu supaya ditegakkan

kembali.

2.Penegakan kode etik dalam arti sempit adalah memulihkan hak dan

kewajiban yang telah di langgar, sehingga timbul keseimbangan

seperti semula. Bentuk pemulihan itu berupa penindakan terhadap

pelanggaran kode etik.

3.Penindakan tersebut meliputi tingkatan sebagai berikut :

a. Teguran himbauan supaya menghentikan pelanggaran, dan jangan

melakukan pelanggaran lagi

b. Mengucilkan pelanggar dari kelompok profesi sebagai orang tidak

disenangi sampai dia menyadari kembali perbuatannya

c. Memberlakukan tindakan hokum sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku dengan sanksi yang keras.

B. Kode Etik Advokat Indonesia

Kode Etik Advokat Indonesia yang dimaksud terdiri dari :

1. Advokat Indonesia adalah Warga Negara Indonesia yang bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dalam melakukan tugasnya

menjujung tinggi hukum berdasarkan kepribadian pancasila dan UUD

1945 serta sumpah jabatannya.

2. Advokat harus bersedia memberikan bantuan hukum kepada siapa saja

yang memelurkan, tanpa memangdang agama, suku, ras, keturunan,

kedudukan social dan keyakinan politiknya, juga tidak semata-mata

untuk mencari imbalan materi.

3. Advokat harus bekerja bebas dan mandiri serta wajib memperjuangkan

hak asasi manusia ;

4. Advokat wajib memegang teguh solidaritas sesama rekan advokat ;

5. Advokat wajib menjujung profesi advokat sebagai profesi terhormat,

6. Advokat harus bersikap teliti (correct) dan sopan terhadadap para

pejabat penegak hukum.

Page 14: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

Selain mengatur kepribadian advokat, dalam kode etik ini juga diatur

mengenai hubungana advokat dengan klien secara lebih rinci, demikian juga

dengan sesame profesi. Kemudiann terdapat pula pengaturan tentang cara

bertindak dalam menangani perkara. Didalamnya tampak jelas bahwa seorang

advokat harus benar-benar menegakan nilai kejujuran, dalam berpekara.

Sebagi contoh seorang advokat tidak boleh menghubungi saksi-saksi pihak

lawan jaga tidak boleh menghubungi hakim kecuali sama-sama dengan

advokat pihak lawan.

Dalam keentuan-ketentuan lain disebutkan misalnya advokat tidak

boleh mengiklankan diri untuk promosi, termasuk melalui perkara. Untuk

menjaga agar tidak terjadi benturan kepentingan, seorang advokat yang

sebelumnya menjadi hakim atau panitera disuatu pengadilan, tidak dibenarkan

memegang perkara di pengadilan yang bersangkutan, paling tidak selama tiga

tahun sejak ia berhenti dari pengadilan tersebut.

C. Hak dan Kewajiban Advokat

Hak Dan Kewajiban Advokat menurut Pasal 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat adalah :

Pasal 14

Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela

perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan

dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 15

Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela

perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada

kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 16

Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam

menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan

pembelaan Klien dalam sidang pengadilan.

Pasal 17

Page 15: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi,

data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak

lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk

pembelaan kepentingan Kliennya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 18

(1) Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang

membedakan perlakuan terhadap Klien berdasarkan jenis kelamin,

agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan

budaya.

(2) Advokat tidak dapat diidentikkan dengan Kliennya dalam membela

perkara Klien oleh pihak yang berwenang dan/atau masyarakat.

Pasal 19

(1) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau

diperoleh dari Kliennya karena hubungan profesinya, kecuali

ditentukan lain oleh Undang-undang.

(2) Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien,

termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap

penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan

atas komunikasi elektronik Advokat.

Pasal 20

(1) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan

dengan kepentingan tugas dan martabat profesinya.

(2) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta

pengabdian sedemikian rupa sehingga merugikan profesi Advokat

atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaan dalam menjalankan

tugas profesinya.

(3) Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas

profesi Advokat selama memangku jabatan tersebut.

Page 16: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

BAB III

PEMBAHASAN

Realita yang akan anda baca adalah hasil kutipan penulis dari

pengalaman seseorang.

Seorang rekan advokat dengan miris menceritakan pengalamannya

pertama kali menjalankan tugas dari advokat seniornya untuk menyerahkan

sejumlah uang kepada hakim dalam rangka memuluskan permohonan

penangguhan penahanan bagi kliennya dalam proses persidangan pidana.

Jumlahnya tidak terlalu banyak. Kalau sebelumnya dengan jaksa penuntut

umum kantor hukumnya mengeluarkan anggaran Rp7,5 juta agar klien mereka

tidak ditahan dalam proses penuntutan maka setelah tawar menawar yang

cukup alot kali ini mereka hanya mengeluarkan Rp5 juta agar klien mereka

tidak ditahan dalam proses pemeriksaan oleh hakim di persidangan.

Setelah itu, biaya lain juga harus disiapkan paling tidak ketika vonis

akan dibuat. Semua biaya semacam itu pada akhirnya nanti akan dibebankan

kepada klien. Praktek serupa adalah hal yang biasa dalam menjalankan profesi

hukum. Demikian kesimpulan cerita. Kalau tidak begitu, jangan harap seorang

advokat dapat leluasa menjalankan profesinya. Relasi dengan aparat penegak

hukum lainnya akan terganggu dan cenderung dimusuhi.

Artinya tidak berguna segala macam pengetahuan dan keterampilan

berkaitan dengan penanganan kasus, karena pada akhirnya yang menentukan

adalah uang. Artinya lagi tidak terlalu banyak berguna keberadaan advokat

dalam memberikan jasa hukum kepada kliennya. Kalau sekedar bayar

membayar dan transaksi seperti itu saya yakin masyarakat awam pun mampu

melakukannya tak perlu didampingi advokat, yang tentunya tidaklah gratis.

Apakah advokat sekaliber Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya

Lubis dan beberapa nama yang terkenal idealis lainnya dalam menjalankan

profesi mereka tidak menghadapi kondisi serupa? Tidak menyuap, tidak

melobi dan tidak mengandalkan relasi dengan aparat hukum lain untuk

memenangkan perkara yang ditanganinya? Kalau tidak bagaimana mereka

Page 17: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

bisa eksis dan semakin berjaya dengan profesinya padahal sudah menjadi

rahasia umum bahwa kalau tak mau bayar jangan harap perkara menang?

Dalam hal ini saya tak bisa berspekulasi. Tetapi yang jelas masalah

praktek mafia peradilan memang tampaknya masih menjadi tantangan utama

bagi reformasi penegakan hukum. Kondisi ini merupakan tugas berat bagi

Mahkamah Agung, Komisi Judisial, pejabat penegak hukum lainnya serta

organisasi profesi advokat tentunya dalam meningkatkan fungsi pengawasan

bagi aparat penegak hukum.

Bagi sebagian kalangan advokat ada pemahaman bahwa seolah-olah

mereka berada pada posisi yang diperas oleh aparat penegak hukum lainya.

Asumsinya, advokat lebih mudah memperoleh penghasilan besar dari kasus

yang mereka tangani sementara aparat penegak hukum lain hanya

mengandalkan gaji bulanan dengan berbagai tunjangan yang tetap saja

dipahami tidak akan lebih besar dari pendapatan seorang advokat yang sukses

tentunya. Maka ketika advokat mulai bekerja menangani kasus sekaligus akan

menjadi ladang bagi-bagi rezeki bagi aparat hukum lainnya. Pada sisi lain bila

permintaan biaya-biaya lain tidak dipenuhi oleh advokat dikuatirkan akan

berpengaruh bagi kasus yang mereka tangani. Intinya nasib kliennya akan

berada di ujung tanduk.

Klien mana yang mau menderita kerugian terlalu besar apalagi bila

harus menjadi pesakitan dengan hukuman yang maksimal. Maka prinsip

ekonomi pun bekerja di sini. Biarlah mengeluarkan sejumlah cost tetapi

besarnya tidak sebesar kerugian bila harus menjalani hukuman maksimal,

sekalipun sudah jelas posisi hukumnya lemah, atau memang berada pada

pihak yang bersalah. Pada kondisi ini seolah-olah advokat berada dalam

dilema antara tekanan aparat penegak hukum dengan posisi klien mereka yang

kebanyakan berpikiran pragmatis. Maka tidak bisa tidak etika profesipun

terabaikan dengan justifikasi nasib klien. Sekalipun dengan demikian entah

sadar entah tidak aturan hukumpun telah dilanggar.

Tetapi benarkan advokat dalam kondisi demikian berada dalam kondisi

tertindas hingga terpaksa memenuhi atau menjalankan praktek serupa di atas?

Page 18: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

menegaskan Profesi Advokat adalah profesi bebas dan mandiri yang dijamin

oleh hukum dan peraturan perundang-undangan. Sebelum menjalankan

profesinya seorang advokat telah bersumpah di antaranya akan bertindak jujur

berdasarkan hukum dan keadilan dalam melaksanakan tugas profesinya,

menjaga tingkah laku dan menjalankan kewajiban sesuai dengan kehormatan,

martabat, dan tanggung jawab sebagai advokat.

Hemat saya bila sumpah ini saja diingat dan dijalankan oleh semua

advokat idealnya mafia peradilan tidak akan terjadi. Tetapi kalau sebagian

besar advokat tidak memiliki integritas dan lebih berprinsip siap sedia

membela siapa saja yang bayar maka tentunya profesi advokat sebagai profesi

yang terhormat tidak akan bertemu realisasinya.

Maka selain membangun mekanisme rekrutment yang tidak hanya

mementingkan pengetahuan dan keterampilan teknis tetapi juga menekankan

aspek moral dan integritas seorang calon advokat, menerapkan sistem

pengawasan profesi yang mestiya terhindar dari semangat buta pembelaan

“korp” profesi, tak bisa tidak memberantas mafia peradilan harus dimulai dari

advokat itu sendiri. Sebab baik sistem rekruitment dan pengawasan serta

penegakan etika profesi tentunya akan diisi oleh para advokat itu sendiri.

Kalau yang merekrut dan mengawasi etika profesi adalah advokat yang tidak

punya integritas hasilnya akan sama dengan istilah “jeruk makan jeruk”. Maka

setiap advokat harus menegakkan etika profesinya. Jangan biarkan advokat

sebagai profesi terhormat harus tertindas dan terpaksa melanggar hukum dan

etika sekaligus menjadi ladang perasan oleh aparat hukum lainnya.

Bersikap kompromi agar hubungan aman dengan aparat penegak

hukum tak juga ada gunanya karena siapapun orangnya tak akan bisa tentram

dari olok-olok dan umpatan masyarakat sekalipun bergelimang harta hasil

menggadaikan kehormatan profesi. Maka ada baiknya kita meminjam bait

sajak Wiji Thukul ;” Hanya ada satu kata : Lawan

Page 19: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan apa yang sudah diterangkan diatas, maka saya sebagai penulis

akan menyimpulkan beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Standar etika profesi advokat saat ini sudah mulai seragam meskipun

dalam enforcementnya tetap kembali pada organisasi advokat masing-

masing, padahal tujuan semula KKAI membentuk kode etik tunggal

adalah agar pengawasan perilaku para advokat diawasi oleh suatu Dewan

Kehormatan yang dibentuk bersama, agar pengawasan advokat menjadi

efektif mengingat kesemerawutan pengawasan selama ini karena adanya

delapan organisasi profesi advokat.

2. Sejalan dengan pemikiran yang disampaikan oleh Prof. Liev, bahwa

keberhasilan pelaksanaan penegakan hukum di Indonesia akan sangat

tergantung keberhasilannya bila seluruh kekuatan tokoh-tokoh hukum

bersatu, sebagai pressure group.

3. Etika dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik

sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan pada saat

yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi

segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense)

dinilai menyimpang dari kode etik. Kode etik profesi ini akan dipakai

sebagai rujukan (referensi) normatif dari pelaksanaan pemberian jasa

profesi kepada mereka yang memerlukannya. Seberapa jauh norma-norma

etika profesi tersebut telah dipatuhi dan seberapa besar penyimpangan

penerapan keahlian sudah tidak bisa ditenggang-rasa lagi, semuanya akan

merujuk pada kode etik profesi yang telah diikrarkan oleh mereka yang

secara sadar mau berhimpun kedalam masyarakat (society) sesama profesi

itu.

4. Selama ini Dewan Kehormatan Advokat tak banyak berperan. Hanya ada

sedikit kasus yang sampai ke meja Dewan Kehormatan Advokat. Bukan

karena tak ada pelanggaran kode etik advokat, tetapi karena semangat

Page 20: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

saling melindungi sesama anggota profesi telah membuat pengaduan ke

Dewan Kehormatan Advokat seperti tabu.

B. Saran

1. Pasal 5 Undang-Undang tentang Advokat, jika dibaca bersamaan dengan

Pasal 4 UU Advokat tentang Sumpah Advokat, akan terlihat, profesi

advokat yang dikenal sebagai officium nobelium adalah profesi luhur,

mulia, dan bermartabat. Sumpah itu antara lain berbunyi, "Bahwa saya

dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar pengadilan tidak

akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, pejabat

pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan atau menguntungkan

bagi perkara yang sedang atau akan saya tangani".

Bila Sumpah Advokat ini dibaca dengan teliti, kita seharusnya tak melihat

advokat berkolusi dengan polisi, jaksa, hakim, atau sesama advokat.

Seharusnya tak ada korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang

merongrong wajah penegakan hukum kita sehingga organisasi seperti

Transparency International menggarisbawahi betapa maraknya judicial

corruption (mafia peradilan) di Indonesia.

2. Disinilah sebenarnya peran Dewan Kehormatan Advokat dibutuhkan yang

telah ditunjang oleh Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

Kita pun sebagai bagian dari masyarakat tidak boleh membiarkan

penyimpangan perilaku advokat yang semakin ‘menggila’ ini. Dengan

adanya Dewan Kehormatan Advokat, kita bisa melaporkan penyimpangan

tersebut sekaligus mengawasi kerja Dewan Kehormatan Advokat dalam

menangani laporan yang telah kita berikan.

3. Disisi lain, perlunya persatuan organisasi advokat dalam satu wadah

organisasi akan lebih memudahkan Dewan Kehormatan Advokat dalam

mengawasi perilaku advokat agar sesuai dengan Kode Etik Profesi

Advokat. Selain itu, tidak akan terjadi konflik kepentingan antar organisasi

profesi advokat.

4. Dengan banyaknya perilaku menyimpang profesi advokat tersebut,

semoga saja kita yang saat ini sebagai mahasiswa Fakultas Hukum akan

Page 21: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

memperbaiki kinerja di bidang hukum agar lebih baik dan jauh dari

penyimpangan-penyimpangan. Amin…

Terkait dengan saran diatas tentang harapan wajah hukum Indonesia, maka

ijinkanlah penulis mengutip kata-kata mutiara dari sang motivator kampus FH-

UNPAK (Bpk Iwan Darwaman),

Harapan dan cita-cita adalah suatu taman yang indah bagi setiap manusia, oleh

sebab itu ia diburu siang dan malam.

Seperti halnya kita sebagai insan akademisi yang mengemban visi misi ke-

illahian selalu berharap tentang hokum yang ideal tumbuh dan berkembang di

masyarakat, sehingga menimbulkan keteraturan, ketertiban, dan kesejahteraan.

Page 22: MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKAT

DAFTAR PUSTAKA

Berterns, Etika, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001

Muhammad, Abdulkadir, Etika Profesi Hukum, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2001

Bintatar Sinaga S.H.,M.H, Iwan Darmawan S.H.,M.H, Sapto Handoyo DP.,S.H, Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum, Suatu Kontemplasi Menuju Fajar Budi, FKH : FH-UNPAK, 2009

Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, Ketika Kejahatan Berdaulat, Ganesha Ex : Bandung, 2005

I Gede A.B. Wiranata, Dasar Dasar Etika dan Moralitas, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001

Darmawan iwan, Untaian Mutiara Kehidupan, Wedatama Widya Sastra, Jakarta, 2004

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

www.hukumonline.com