Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

33
TUGAS MAKALAH AGAMA (ETIKA DASAR) “PERANAN ETIKA AGAMA DALAM KASUS BUNUH DIRI DI KALANGAN REMAJA MENURUT PANDANGAN AGAMA HINDU DAN AGAMA ISLAM” Dosen Pengampu : Dra. IGAP. Suryani, M.Si. Nama Kelompok : 1. Regi Mahendra (1308105005) 2. I Putu Juan Dirga Atmaja Suartama (1308105024) 3. I Ketut Gede Dharma Dewantara (1308105029) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

Transcript of Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

Page 1: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

TUGAS MAKALAH AGAMA (ETIKA DASAR)

“PERANAN ETIKA AGAMA DALAM KASUS BUNUH DIRI DI KALANGAN

REMAJA MENURUT PANDANGAN AGAMA HINDU DAN AGAMA ISLAM”

Dosen Pengampu : Dra. IGAP. Suryani, M.Si.

Nama Kelompok :

1. Regi Mahendra (1308105005)

2. I Putu Juan Dirga Atmaja Suartama (1308105024)

3. I Ketut Gede Dharma Dewantara (1308105029)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2014

Page 2: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap orang pasti mempunyai masalah dalam kehidupannya mulai dari masalah

pribadi maupun masalah dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Namun, dalam

urusan pemecahan masalahnya setiap orang mempunyai caranya masing-masing. Tetapi

tidak semua orang mampu untuk memecahkan masalahnya dengan fikiran dan hati yang

tenang. Terkadang apabila seseorang mengalami permasalahan yang sangat berat jalan

pintas dipakai untuk menyelesaikannya yaitu dengan cara bunuh diri tanpa memikirkan

dampak apa yang mereka lakukan bagi dirinya sendiri serta orang lain. Maraknya kasus

bunuh diri belakangan ini menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan, apalagi

pelaku kasus bunuh diri rata-rata berasal dari kalangan remaja. Berbagai macam alasan

digunakan untuk menghalalkan kasus bunuh diri ini. Mulai dari kasus ekonomi, masalah

dalam keluarga dan teman, sampai masalah hubungan percintaan.

Dalam perkembangan psikologi, remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati

diri yang penuh kesukaran dan persoalan. Fase ini berlangsung mulai usia 11-19 tahun

pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Dikatakan sebagai fase yang penuh kesukaran

dan persoalan karena dalam fase ini remaja sedang berada di dua persimpangan antara

dunia anak-anak dan dunia orang dewasa. Dimana mereka terkadang masih bertingkah

laku seperti anak-anak namun tuntutan sosial mengharuskannya bertingkah laku seperti

orang dewasa.

Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada

kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan ketergantungan kepada

orangtuanya dan sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya. Kesukaran

dan persoalan yang terjadi pada fase remaja ini bukan hanya muncul pada diri remaja itu

sendiri melainkan juga pada orang tua, guru, dan masyarakat. Sebagaimana yang sering

kita lihat pertentangan antara remaja dengan orang tua, remaja dengan guru, dan remaja

dengan kalangannya sendiri. Semua ini terjadi karena remaja masih berada di dua

persimpangan tadi. Dapat dipastikan bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan

transisi atau peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain/baru seringkali

mengalami gejolak dan goncangan yang terkadang dapat berakibat buruk bahkan fatal

Page 3: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

terhadap remaja itu sendiri maupun orang lain. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa semua

kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat

diminimalisir bahkan dihilangkan jika orangtua, guru, dan masyarakat mampu

memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental remaja, dan mampu

meningkatkan kepercayaan diri remaja.

Menurut beberapa ahli psikologi, keluarga atau orangtua yang baik adalah orang

tua yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangan-tantangannya

untuk bisa bebas kemudian membantu dan mensupportnya secara maksimal dan

memberikan kesempatan, menghormatinya dalam hal berpendapat, mengambil

keputusan, ketertarikan, dan kepribadian anak.

Kesehatan mental remaja, depresi pada remaja adalah beberapa indikator dan

penyebab masalah kesehatan mental remaja selain orang dewasa, remaja pun dapat

mengalami kesehatan mental yang secara umum dapat mempengaruhi cara berpikir,

perasaan, dan tingkah laku. Masalah inilah yang dapat menyebabkan seorang remaja

mengalami kegagalan studi, melakukan perilaku yang menyimpang, melakukan

kriminalitas, dan lain-lain. Kesehatan mental yang sering dialami oleh remaja

diantaranya depresi, rasa takut, rasa cemas, hiperaktif, gangguan makan, gangguan tidur,

dan lain-lain. Dan dalam hal ini kami membahas tentang depresi pada remaja.

Perasaan depresi dan gembira bersifat universal. Ini membuat mood disorders

(gangguan suasana perasaan) gangguan yang membuat orang begitu kehilangan daya

hidup bunuh diri dianggap sebagai pilihan yang lebih baik dari pada tetap hidup. Dalam

perkembangan normalpun seorang remaja mempunyai kecenderungan untuk mengalami

depresi. Oleh karena itu sangatlah penting untuk membedakan secara jelas dan hati -hati

antara depresi yang disebabkan oleh gejolak mood yang normal pada remaja dengan

depresi yang tinggi. Akibat sulitnya membedakan antara kedua kondisi diatas, membuat

depresi pada remaja sering tidak terdiagnosis. Bila tidak ditangani dengan baik,

gangguan psikiatrik pada remaja sering kali akan berlanjut sampai masa dewasa.

 Depresi pada remaja harus segera ditangani karena kalau berkepanjangan, dapat

mengakibatkan bunuh diri yang berujung pada kematian.  Makin lama seseorang

mengalami depresi, makin lemah daya tahan mentalnya, makin habis energynya, makin

habis semangatnya, makin terdistorsi pola pikirnya sehingga dia tidak bisa melihat

alternatif solusi, tidak bisa melihat ke depan, tidak menemukan harapan, tidak bisa

berpikir positif. Ini menyebabkan remaja melihat bahwa bunuh diri menjadi solusi satu-

Page 4: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

satunya. Untuk itu, kami mengangkat judul ini sebagai bahan makalah dalam mata kuliah

Agama (Etika Dasar).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari remaja dan bunuh diri ?

2. Apa saja jenis-jenis pengelompokkan bunuh diri ?

3. Apa penyebab remaja melakukan bunuh diri ?

4. Bagaimana hubungan antara kasus bunuh diri dengan peranan etika agama menurut

pandangan agama hindu dan agama islam ?

5. Apa solusi yang efektif untuk mencegah tindakan bunuh diri di kalangan remaja ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui pengertian remaja dan bunuh diri.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis pengelompokkan bunuh diri.

3. Untuk mengetahui penyebab remaja melakukan perilaku bunuh diri.

4. Untuk mengetahui hubungan antara kasus bunuh diri dengan peranan etika agama

menurut pandangan agama hindu dan agama islam.

5. Untuk mengetahui solusi yang efektif dalam kasus bunuh diri di kalangan remaja.

6. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama (Etika Dasar).

1.4 METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini yaitu kajian pustaka

(sumber-sumber informasi dari buku, majalah, tabloid dan juga dari internet) serta

metode observasi yaitu turun langsung ke tempat kejadian untuk menggali informasi dari

narasumber atau dari orang-orang di sekitar tempat kejadian.

Page 5: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Remaja dan Bunuh Diri

A. Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang

mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak

mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga

golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk

1990) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan

karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.

Borring E.G. (Hurlock, 1990) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu

periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa

dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks, dkk (Hurlock, 1990) menyatakan bahwa

masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan

tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari

anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang

penuh pada keadaan yang mandiri.

Neidahart (Hurlock, 1990) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa

peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak ke masa dewasa, dan pada masa

ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang

dikemukakan oleh Ottorank (Hurlock, 1990) bahwa masa remaja merupakan masa

perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan

Daradjat (Hurlock, 1990) mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya

berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang

lebih jelas dan daya fikir yang matang.

Erikson (Hurlock, 1990) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis

identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa

usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta

usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus

Page 6: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal

seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.

Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada

pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan

perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

B. Pengertian Bunuh Diri

Bunuh diri ialah perbuatan untuk mengakhiri hidup atau perbuatan

memusnahkan diri kerana enggan berhadapan dengan sesuatu perkara yang dianggap

tidak dapat ditangani. Kejadian membunuh diri ini lazimnya berlaku kepada mereka

yang menghadapi tekanan sama ada dari segi mental atau fisik. Mereka ini akan

bertindak di luar pemikiran akal yang logis. Latar belakang individu yang bermasalah

seperti masalah dalam keluarga, putus cinta, dan sebagainya. Cara yang populer untuk

mencoba bunuh diri di kalangan kaum perempuan adalah menelan pil, biasanya obat

tidur. Sedangkan kaum laki-laki lebih suka memilih cara yang lebih letal atau

mematikan, seperti menggantung diri.

Kebanyakan percobaan bunuh diri di kalangan kaum perempuan maupun laki-

laki dilakukan ditengah suasana percekcokan antar pribadi atau tekanan hidup berat

lainnya. Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri

adalah mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orang-orang yang

berpisah atau bercerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang yang hidup sebatang

kara, kaum pendatang, para penghuni daerah kumuh dan miskin, kelompok

profesional tertentu, seperti dokter, pengacara dan psikolog. Banyak kasus bunuh diri

dilakukan karena stress yang ditimbulkan oleh berbagai sebab, antara lain :

1. Depresi

Ada indikasi bahwa sebagian besar dari orang yang berhasil melakukan bunuh diri

tengah dilanda depresi pada saat tindakan tersebut dilakukan.

2. Krisis Dalam Hubungan Interpersonal

Konflik-konflik dan pemutusan hubungan, seperti konflik-konflik dalam

perkawinan, perpisahan, perceraian, kehilangan orang-orang terkasih akibat

Page 7: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

kematian, dapat menimbulkan stress berat yang mendorong dilakukannya tindakan

bunuh diri.

3. Kegagalan Dalam Suatu Hal

Perasaan bahwa dirinya telah gagal dalam suatu urusan penting, biasanya

menyangkut pekerjaan, dapat menimbulkan devaluasi diri atau rasa kehilangan

harga diri yang mendorong tindakan bunuh diri.

4. Konflik Batin

Di sini stress itu bersumber dari konflik batin atau pertentangan di dalam pikiran

orang yang bersangkutan sendiri. Misalnya seorang pria lajang merasa cemas,

bingung, ragu-ragu antara memilih hidup atau mati, dan akhirnya memutuskan

untuk tidak lagi melanjutkan teka-teki itu dengan melakukan bunuh diri.

5. Kehilangan Makna dan Harapan Hidup

Karena kehilangan makna dan harapan hidup, orang merasa bahwa hidup ini sia-

sia. Akibatnya orang memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Perasaan

semacam ini sering dialami oleh orang-orang yang menderita penyakit kronis atau

penyakit terminal.

2.2 Jenis - Jenis Pengelompokkan Bunuh Diri

Apakah begitu mudah seseorang memutuskan untuk bunuh diri ? Jawabannya

tidak, sebagaimana terbukti dari adanya gejala yang disebut Ambivalensi dalam bunuh

diri. Artinya, senantiasa terjadi keraguan antara melaksanakan dan mengurungkan niat

pada orang-orang yang berniat bunuh diri. Meminjam kata Hamlet “To Be or Not To Be”,

Farberow dan Litman (1970) menggolongkan tiga jenis perilaku bunuh diri berdasarkan

kesungguhan atau tidaknya niat seseorang untuk menghilangkan nyawanya sendiri, yaitu

sebagai berikut :

1. Kelompok “To Be”

Yakni orang - orang yang tidak sunguh - sungguh ingin mati, tetapi hanya ingin

menyampaikan pesan kepada orang lain tentang kesedihan yang dialaminya dan

keinginannya untuk bunuh diri. Maka percobaan bunuh dirinya pun tidak sungguh-

Page 8: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

sungguh, misalnya menelan obat tidur dalam jumlah tidak terlampau banyak,

menggores urat nadinya tidak terlampau dalam, dan cara-cara lain yang tidak

mematikan. Mereka biasanya juga sudah menyiapkan agar orang lain memergoki

mereka dan pasti memberikan pertolongan.

2. Kelompok “Not To Be”

Yakni orang - orang yang sungguh - sungguh berniat menghilangkan nyawanya

sendiri. Biasanya mereka tidak memberikan peringatan sebelumnya dan mengatur

situasinya sedemikian rupa sehingga orang lain tidak akan bisa menolong. Mereka

juga memilih cara-cara bunuh diri yang lebih mematikan, seperti menembak dirinya

sendiri atau melompat dari lantai teratas gedung bertingkat.

3. Kelompok “To Be or Not To Be”

Yakni orang - orang yang ragu - ragu, apakah ingin terus hidup atau mati.

Biasanya mereka lalu menyerahkan keputusan itu pada faktor kebetulan atau nasib.

Cara yang dipakai untuk mencoba bunuh diri biasanya berbahaya namun efeknnya

relatif makan waktu yang lama, sehingga masih terbuka kesempatan untuk

diselamatkan. Misalnya melukai secara serius bagian tubuh yang tidak vital.

2.3 Faktor - Faktor Penyebab Remaja Melakukan Bunuh Diri

Remaja memilih kematian sebagai jalan keluar karena penderitaan menjadi tak

tertahankan dalam pandangan mereka. Tekanan dari teman sebaya, tekanan akademik

dan sosial, gejolak dalam keluarga yang menyebabkan gangguan emosional, perasaan

penuh dengan kesepian, penolakan, kegagalan, dan kinerja yang buruk adalah beberapa

faktor penyebab bunuh diri. Mereka merasa bahwa hanya ada sedikit harapan untuk

perubahan, perbaikan, atau kemungkinan masa depan yang lebih baik dengan kehidupan

yang mereka lalui. Berikut faktor - faktor penyebab remaja melakukan bunuh diri :

Riwayat kecenderungan bunuh diri dalam keluarga atau mencoba bunuh diri dapat

menjadi penyebab untuk bunuh diri pada remaja. Para peneliti menemukan bahwa

genetika juga menyebabkan suatu pikiran dan perilaku tersebut, yang dapat

diturunkan dari generasi ke generasi.

Pertengkaran dalam keluarga dan perceraian orang tua secara emosional dapat

menekan anak. Anak mungkin tidak dapat menerima atau menyeimbangkan situasi,

yang akhirnya mengarah pada depresi.

Page 9: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

Para remaja dapat stress akibat hubungan yang terputus, ini dapat mempengaruhi

kestabilan emosi. Masalah patah hati kadang juga menjadi momok yang menakutkan

bagi mereka.

Remaja mungkin memakai alkohol dan menyalahgunakan obat-obatan untuk

meringankan beban pikiran mereka. Namun, dalam waktu singkat hal ini akan

membuat kecanduan, selain itu juga merasa rentan dan tak berdaya, yang nantinya

akan mengarah pada bunuh diri.

Stress dan perasaan penolakan, merasa tidak diinginkan dan kesepian, dapat

mempengaruhi mental seorang remaja. Hal ini dapat mengakibatkan perilaku agresif

atau perubahan suasana hati yang sangat ekstrim. Seringkali rasa bersalah menjadi

penyebab melakukan sesuatu yang salah dan pada akhirnya sampai dengan

mengakhiri hidupnya.

Penyakit mental, gangguan psikologis, dan depresi dapat memicu pikiran untuk

melakukan bunuh diri. Sebesar 95% orang memiliki penyakit mental atau gangguan

yang sedang berlangsung, ketika mereka melakukan bunuh diri.

Kompetisi ketat, tekanan dalam keluarga, dan harapan untuk berprestasi jika tidak

dapat dipenuhi dapat menimbulkan perasaan tak berharga. Maka itu bunuh diri

menjadi satu-satunya solusi untuk masalah mereka.

Masa kanak-kanak yang bermasalah, kekerasan fisik, atau pelecehan seksual dapat

mempengaruhi keseimbangan emosional mereka.

Mereka yang biseksual atau homoseksual dapat menjadi mangsa pikiran untuk bunuh

diri terutama karena tekanan sosial, status, dan masalah keluarga. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan stress seperti lingkungan baru atau tidak nyaman, masalah

penyesuaian dalam lingkaran sosial, dan tekanan teman sebaya juga dapat

menyebabkan kecemasan dan depresi.

2.4 Hubungan Kasus Bunuh Diri dengan Peranan Etika Agama Menurut Agama Hindu

dan Agama Islam

A. Menurut Agama Hindu

Dalam nilai-nilai kearifan lokal dalam agama hindu yakni dikenal dengan

istilah “Tri Kaya Parisudha”. Tri Kaya Parisudha adalah bagian dari etika (susila)

Page 10: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

agama Hindu. Timbulnya kata Tri Kaya Parisudha berasal dari sebuah semboyan

dharma yang berbunyi : “Paropakaran punya ya, papaya, para piadanam”

mempunyai pengertian yaitu dari “Tri” artinya tiga, “Kaya” artinya gerak atau

perbuatan dan “Parisudha” artinya suci. Jadi, Tri Kaya Parisudha artinya tiga gerak

atau perbuatan yang harus disucikan. Tri Kaya Parisudha sebagai bagian dari ajaran

etika dalam agama Hindu akan memberikan tuntunan dan jalan menuju pada

kedamaian serta keharmonisan kehidupan di dunia dan akhirat. Tri Kaya Parisudha

terdiri dari tiga bagian yaitu :

1. Kayika, yaitu perbuatan yang baik.

2. Wacika, yaitu perkataan yang baik.

3. Manacika, yaitu pikiran yang baik, dimaksudkan dari pikiran yang baik akan

timbul kesucian diri.

Berikut ini penjelasan tentang Kayika, Wacika, dan Manacika :

1. Kayika Parisudha

Kayika Parisudha adalah perbuatan atau laksana yang baik merupakan

pengamalan dari pikiran dan perkataan yang baik. Perbuatan yang baik dapat

dilakukan dari adanya pengendalian pada tingkah laku, utamanya terhadap Himsa

Karma yaitu perbuatan menyakiti, menyiksa, atau membunuh mahluk yang tidak

berdosa atau bersalah. Himsa Karma hanya diperkenankan untuk keperluan

yadnya. Adapun yang dituntut adalah perasaan manusia kearah keselarasan antara

sesama manusia dan mahluk hidup lainnya (pawongan). Setiap orang dengan

anggota badannya akan berperilaku dan berbuat. Dalam melakukan perbuatan,

jika dilaksanakan sesuai dengan ajaran kebenaran maka sudah tentu perbuatan

yang dilakukan adalah baik dan benar. Setiap orang selagi ia masih hidup,

selamanya ia akan berbuat dan melakukan suatu perbuatan. Dengan berbuat

berarti telah melakukan karma, dari perbuatan karma inilah akan menentukan

kehidupan seseorang (Karma Phala). Berkarma dalam masa kehidupan sekarang

ini berarti mempersiapkan untuk kehidupan yang akan datang. Oleh sebab itu,

orang-orang yang sadar akan hal ini, akan berusaha dalam kehidupan ini berbuat

yang baik daripada masa-masa terdahulu. Sebab setiap orang mengharapkan

adanya kehidupan yang baik dan lebih menyenangkan di masa-masa yang akan

datang.

2. Wacika Parisudha

Page 11: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

Perkataan yang baik, manis di dengarkan oleh setiap orang. Perkataan itu

patut timbul dari hati yang tulus, lemah lembut penyampaiannya dan

menyenangkan hati pendengarnya. Untuk dapat berkata yang baik patut

dipikirkan terlebih dahulu. Kata-kata merupakan saran komunikasi yang paling

cepat diterima di dalam pergaulan, perhubungan, pendidikan, penyuluhan,

penerangan, dan lain sebagainya. Perkataan yang baik diusahakan untuk akawe

suka wong len yaitu mengusahakan kesenangan untuk orang lain, karena orang

lainlah yang akan mendengar dan merasakannya.

Perkataan sangat perlu diperhatikan dan diteliti sebelum dikeluarkan karena

perkataan merupakan alat yang penting bagi kita, guna menyampaikan segala isi

hati dan maksud seseorang. Dari kata-kata kita dapat pula memperoleh suatu

pengetahuan, mendapatkan suatu hiburan, serta nasehat-nasehat yang sangat

berguna baik bagi kita maupun orang lain. Dengan kata-kata, orang dapat

membuat susah orang lain.

3. Manacika Parisudha

Manacika berarti perilaku yang berhubungan dengan pikiran. Manacika

Parisudha adalah berpikir yang benar dan suci. Diantara Tri Kaya Parisudha ini,

pikiranlah yang menentukan dan memegang peranan. Apa saja yang terdapat

dalam pikiran akan tercetus dalam kata-kata, dan terwujud pula dalam perbuatan.

Pikiran adalah sumber segala apa yang dilakukan oleh seseorang. Baik buruk

perbuatan seseorang merupakan pencerminan dari pikiran. Bila baik dan suci

pikiran seseorang, maka sudah tentu perbuatan dan segala penampilan akan

bersih dan baik. Apabila diperhatikan benar-benar tentang segala perbuatan

manusia di dunia ini, semuanya berpangkal pada pikiran.

Ajaran Manacika Parisudha menuntun manusia untuk berpikir yang baik,

berusaha menolong dirinya dengan mengendalikan pikirannya sebelum akan

berkata-kata dan berbuat. Mereka yang kuat mengendalikan pikirannya sehingga

tidak mengumbar hawa nafsunya akan lebih mudah mencapai cita-citanya.

Mereka tidak banyak digoda atau diperbudak oleh hawa nafsunya. Demikian

sebaliknya mereka yang kurang mampu mengendalikan hawa nafsunya sulit akan

mencapai cita-citanya sebab itu diperbudak, pikirannya terbelenggu hingga lupa

apa yang dilakukan.

Page 12: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

Makna yang diperoleh dari pelaksanaan Tri Kaya Parisudha dalam

kehidupan sehari-hari adalah :

a. Setiap orang akan selalu berpikir telebih dahulu sebelum berkata ataupun

berbuat.

b. Setiap orang akan menjadi sopan santun dalam kehidupannya.

c. Kehidupan manusia di dunia ini akan tertib sehingga keadaan menjadi aman,

tentram dan damai.

d. Setiap orang tidak merasa was-was, takut ataupun curiga, karena masing-

masing dapat mengendalikan dirinya.

Dan nilai kearifan lokal lainnya menurut agama hindu yaitu Tri Hita Karana. Tri Hita Karana

berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Tri adalah tiga, Hita adalah kebahagiaan, dan

Karana adalah penyebab. Jadi, Tri Hita Karana dapat diartikan Tiga Penyebab terciptanya

Kebahagiaan. Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab

kebahagiaan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara :

1. Hubungan baik antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Hubungan baik antara manusia dengan manusia lainnya.

3. Hubungan baik antara manusia dengan lingkungannya.

Dibawah ini penjelasan lebih lanjut tentang bagian-bagian dari Tri Hita Karana.

1. Hubungan Baik antara Manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa

Manusia adalah ciptaan Tuhan dan Atman yang ada dalam diri manusia merupakan

percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang menyebabkan manusia dapat hidup. Oleh

karena itu, manusia berhutang nyawa terhadap Tuhan. Umat Hindu wajib berterima kasih,

berbakti dan selalu sujud kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).

Rasa terima kasih dan sujud bhakti itu dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji

terhadap kebesaran-Nya, yaitu dengan cara :

Bersembahyang dan melaksanakan yadnya.

Melaksanakan Tirtha Yatra atau Dharma Yatra, yaitu kunjungan ketempat-tempat

suci.

Melaksanakan Yoga Samadhi.

Mempelajari, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.

Page 13: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

2. Hubungan Baik antara Manusia dengan Manusia Lainnya

Sebagai mahluk sosial, umat Hindu tidak dapat hidup menyendiri. Mereka

memerlukan bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Karena itu hubungan antara

sesamanya harus selalu baik dan harmonis. Hubungan antar manusia harus diatur dengan

dasar saling asah, saling asih dan saling asuh, saling menghargai, saling mengasihi dan

saling membimbing. Hubungan antar keluarga dirumah tangga harus harmonis.

Komunikasi antara orang tua dan anak harus berjalan dengan baik begitu juga sebaliknya.

Beranjak ketingkat berikutnya, hubungan baik dengan tetangga sekitar lingkungan

rumah kita juga harus terjaga dengan baik. Selanjutnya beranjak kehubungan manusia

lainnya yaitu hubungan dengan masyarakat lainya juga harus harmonis. Hubungan baik ini

akan menciptakan keamanan dan kedamaian lahir batin di masyarakat. Masyarakat yang

aman dan damai akan menciptakan negara yang tenteram dan sejahtera. Memang

sepantasnya dan seharusnya kita mejalin hubungan tersebut dengan baik, tanpa ada

perselisahan antara manusia atau masyarakat yang satu dengan yang lainnya.

3. Hubungan Baik antara Manusia dengan Lingkungannya

Manusia hidup dalam suatu lingkungan. Manusia memperoleh bahan keperluan

hidup dari lingkungannya. Manusia dengan demikian sangat tergantung kepada

lingkungannya. Oleh karena itu umat Hindu harus selalu memperhatikan situasi dan

kondisi lingkungannya. Lingkungan harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak dirusak.

Lingkungan harus selalu bersih dan rapi. Lingkungan tidak boleh dikotori atau dirusak.

Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya,

karena dapat menganggu keseimbangan alam. Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya,

keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan

menciptakan keindahan. Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan

tenteram dalam diri manusia. Dalam umat hindu, hubungan baik antara manusia dengan

lingkungan diwujudkan dalam bentuk upacara butha yadnya seperti halnya mecaru. Umat

hindu melakukan upacara tersebut agar hubungan antara manusia dan lingkungan tetap

terjalin dengan baik.

Hubungan kasus bunuh diri dengan nilai kearifan lokal yaitu hubungannya dengan

Konsep agama hindu yaitu Tri Kaya Parisudha adalah sebelum kita bertindak atau berbuat

dan juga berkata terlebih dahulu kita harus memikirkannya, apa dampak yang kita hasilkan

Page 14: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

dari perbuatan serta tutur kata yang kita ucapkan apakah bermanfaat bagi diri sendiri maupun

orang lain atau bahkan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Jika meghadapi suatu

masalah sebaiknya diselesaikan dengan hati dan pikiran yang tenang dan bijak jangan sampai

mengambil jalan pintas dan menghalalkan segala cara untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut contohnya dengan cara bunuh diri atau gantung diri. Dan konsep agama hindu

lainnya Tri Hita Karana yaitu hubungan Manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, Manusia

dengan Manusia, dan Manusia dengan Lingkungan sekitarnya. Hubungannya dengan kasus

bunuh diri yaitu dampak hubungan manusia dengan Tuhan adalah manusia yang mati sia-sia

karena bunuh diri akan dibenci Tuhan, karena Tuhan menciptakan manusia dan memberikan

cobaan kepada setiap orang untuk menguji kesabaran dan ketabahan agar dapat

menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Dampak hubungan manusia dengan

manusia adalah apabila seseorang sedang mengalami masalah sebaiknya diceritakan kepada

teman, keluarga, guru atau orang-orang terdekat kita yang dapat dipercayai serta dapat

memberikan solusi untuk pemecahan masalah tersebut sehingga masalah dapat terselesaikan

dan juga hubungan antar individu dengan individu lainnya dapat menciptakan kerukunan dan

saling mempererat tali persahabatan. Sedangkan hubungan manusia dengan lingkungannya

yaitu jika seseorang sedang mengalami permasalahan sebaiknya diselesaikan atau mencari

hiburan (refreshing) dengan lingkungan di sekitarnya contohnya dengan cara ikut gotong

royong, penanaman pohon (go green) dan bisa juga pergi ke tempat-tempat wisata agar

pikiran dan hati dapat tenang sejenak sehingga lingkungan terawat dan bisa mencari solusi

atas permasalahan yang dialami.

Hubungan kasus bunuh diri menurut pandangan agama hindu, yakni :

Asurya nama te loka andhena tamasavratah

Tamse pretyapi gachati ye ke catmahano janah

(Yayur Veda 40.3)

Artinya : Seseorang yang bunuh diri akan pergi ke asurya loka yang penuh dengan kegelapan.

Suka duka dialami di dunia ini merupakan suatu kodrat ini timbul karena adanya

hukum “Rwa Bhineda” yang diciptakan oleh Tuhan. Semua tidak bisa lepas dari hukum ini,

ini berarti bahwa tidak ada sesuatupun yang sempurna di dunia ini selain Tuhan. Untuk itu

ritme kehidupan manusia akan senantiasa mengalami dinamika yang disebut suka dan duka.

Bhagawad Gita (XIII. 8) menyebutkan bahwa : “Setiap makhluk yang dilahirkan

sebagai manusia akan dibelenggu oleh enam kelemahan, yaitu :

1. Duka : Setiap orang mengalami sedih.

Page 15: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

2. Janma : Setiap orang mengalami kelahiran.

3. Vyadhi : Setiap orang mengalami sakit.

4. Jara    : Setiap orang mengalami ketuaan/ tua.

5. Dosa    : Setiap orang mengalami dosa.

6. Mrtya : Setiap orang mengalami kematian.

Keberhasilan dan kegagalan yang dialami manusia kadang kala membuat orang lupa

akan kesadaran menjadi manusia, keberhasilan akan dapat membuat orang menjadi takabur,

angkuh, sombong namun sebaliknya kegagalan kadang - kadang datang sebagai kenyataan

hidup yang harus dijalani bagi orang yang tidak siap dan goyah keyakinannya sehingga

kegagalan bisa berakibat fatal, tidak jarang ada orang yang frustasi, rendah diri, stres, hilang

semangat hidup dan bahkan bunuh diri.

Dalam ajaran agama Hindu bahkan agama manapun tidak membenarkan tindakan

bunuh diri, seperti dalam kutipan sloka di atas jelas menentang tindakan bunuh diri. Kitab

Sarasamuscaya 4 telah memberikan tuntunan kepada kita sebagai umat Hindu bahwa

penjelmaan ini adalah jembatan emas untuk bisa lepas dan bebas dari lautan penderitaan

melalui perbuatan baik, untuk itu manfaatkanlah menjelma menjadi manusia dengan baik

sebab penjelmaan sebagai manusia sangat sulit didapat meskipun hina atau menderita

janganlah hal itu dijadikan alasan untuk mengambil jalan pintas untuk bunuh diri.

Bunuh diri akan membawa roh kita masuk pada asurya loka yaitu suatu tempat yang

penuh dengan kegelapan dimana ia akan tidak menemukan cahaya dan tidak ada jalan keluar

dan tidak ada apa-apa hanya ada kegelapan itulah yang disebut neraka. Walaupun secara

impiris sulit untuk dibuktikan kemana arwah orang yang bunuh diri akan pergi namun dapat

diilustrasikan dari suasana batin yang dialami orang yang mati bunuh diri, pikirannya penuh

dengan kekalutan, ibarat ruang yang tanpa pintu sulit untuk mencari jalan keluar. Jika situasi

batin sebagai suatu memori menjelang ajalnya tiba maka akan diperoleh jawaban kemana

rokhnya akan pergi.

Menurut Bhagawad Gita VIII.6 disebutkan “apa saja yang diingat pada saat ajal itu tiba,

meninggalkan badan jasmani ini oh…Arjuna ia akan sampai pada keadaan yang dipikirkan,

sebab ia terus menerus terbenam dalam pikiran itu.”

B. Menurut Agama Islam

Dalam konsep agama Islam adalah hablumminallah dan hablumminannas pada

papper ini berkaitan antara keduanya. Hablumminnallah adalah hubungan manusia

dengan Allah sedangkan hablumminnas adalah hubungan kita dengan manusia. Manusia

Page 16: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

tak luput dari sebuah masalah yang dihadapinya. Masalah tidak seharusnya diakhiri

dengan sebuah keputusan yang singkat seperti bunuh diri. Banyak cara menyelesaikan

sebuah masalah salah satu nya mendekatkan diri kita pada tuhan contohnya sholat,

berdoa, dll. Tuhan memberikan cobaan berupa masalah yang ada dalam kehidupan kita

sehari hari. Tuhan tidak mungkin memberi cobaan lebih dari batas kemampuan manusia

tersebut. Masalah dan cobaan yang diberikan tuhan bertujuan untuk menegur kita.

Mungkin kita dalam beribadah masih kurang khusuk bahkan kita sering lupa kepadaNya,

tuhan memberikan cobaan tersebut menandakan bahwa beliau Maha Pengasih dan Maha

Penyayang.

Kaitan dengan masalah yang di bahas pada paper ini adalah seorang individu ini

mempunyai masalah yang dianggapnya berat. Ia tak berfikir panjang dan ia mengakhiri

hidupnya dengan cara bunuh diri. Jika dikaji lebih mendalam, jika berfikir jernih masalah

yang sedang ia hadapi bisa tangani dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan dan

berkonsultasi tentang masalah yang hadapi kepada orang tua. Inilah sangat erat hubungan

nya Hablumminallah dan hablumminannas. Bunuh diri bagi setiap agama merupakan

dosa yang sangat besar. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW “Allah sangat membenci

orang yang berputus asa dan mengakhiri hidupnya dengan cara (bunuh diri) maka ia akan

ditempatkan dalam neraka jahanam”. Dari hadits ini dapat diambil makna bahwa bunuh

diri merupakan perbuatan yang keji dan Tuhan telah menentukan kelahiran dan kematian

seseorang.

Menurut hasil observasi dan survey yang telah kami lakukan terhadap narasumber

yaitu Bapak Nyoman Kamardana beserta teman-teman mahasiswa yang mengetahui

kasus ini menuturkan pada kami bahwa Mahasiswa Fakultas Pertanian melakukan

tindakan bunuh diri (gantung diri) di areal kampus Fakultas Pertanian disebabkan oleh

gara-gara menghamili kekasihnya dan ia merasa malu terhadap teman serta kedua orang

tuanya dan diminta pertanggungjawabannya untuk menikahi kekasihnya tersebut. Karena

merasa malu dan telah mencoreng nama baik keluarganya, ia melakukan aksi gantung

diri di areal kampus sekitar pukul 4 sore setelah semua mahasiswa pulang kuliah.

Berdasarkan hasil observasi dan keterangan diatas dapat kami simpulkan bahwa

pada prinsipnya “Berani berbuat maka harus berani bertanggung jawab” sebagai laki-laki

yang tangguh dan jantan seharusnya ia menikahi kekasihnya tersebut serta menanggung

segala resiko dan konsekuensinya dengan perbuatan yang telah ia perbuat bukan malah

Page 17: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

melarikan diri dengan cara mengakhiri hidupnya. Setiap permasalahan itu pasti ada

solusi dan jalan keluarnya tergantung bagaimana kita menyikapi permasalahan yang kita

alami. Menyelesaikan masalah dengan cara bunuh diri bukan solusi yang efektif karena

dampaknya merugikan diri sendiri, keluarga, serta orang-orang yang ada di sekitar anda

yang anda cintai. Berpikirlah secara dewasa dan bijak serta berdoalah kepada Sang

Pencipta (Tuhan Yang Maha Esa) untuk meminta pertolongan dan pengampunan dengan

perbuatan yang telah diperbuat serta meminta jalan keluar yang terbaik demi kerukunan

diantara kedua belah pihak serta orang lain disekitarnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini, antara lain :

1. Masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa

transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang

dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.

2. Bunuh diri ialah perbuatan untuk mengakhiri hidup atau perbuatan memusnahkan diri

kerana enggan berhadapan dengan sesuatu perkara yang dianggap tidak dapat

ditangani.

3. Jenis-jenis pengelompokkan bunuh diri yaitu ada tiga kelompok antara lain kelompok

To Be, kelompok “Not To Be”, dan kelompok “To Be or Not To Be”.

4. Beberapa kelompok beresiko yang didiagnostik dalam usaha bunuh diri: Depresi

(dalam bentuk apapun), Gangguan kepribadian (kepribadian anti sosial dan borderline

dengan sifat yang impulsif, agresif dan perubahan mood yang sering), Alkoholisme

(dan/atau penyalahgunaan zat lain dalam masa remaja);, Schizophrenia;, Gangguan

mental organik, Gangguan mental lainnya. Karakteristik pemikiran dari orang yang

ingin bunuh diri :ambivalensi dan impulsitas.

5. Menurut konsep agama hindu dikenal dengan istilah Tri Kaya Parisudha dan Tri Hita

Karana. Tri Kaya Parisudha yang artinya tiga gerak atau perbuatan yang harus

disucikan. Tri Kaya Parisudha sebagai bagian dari ajaran etika dalam agama Hindu

akan memberikan tuntunan dan jalan menuju pada kedamaian serta keharmonisan

kehidupan di dunia dan akhirat. Tri Kaya Parisudha terdiri dari tiga bagian yaitu :

Page 18: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

Kayika, yaitu perbuatan yang baik.

Wacika, yaitu perkataan yang baik.

Manacika, yaitu pikiran yang baik, dimaksudkan dari pikiran yang baik akan

timbul kesucian diri.

Sedangkan Tri Hita Karana yakni tiga penyebab terciptanya kebahagiaan. Pada

hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kebahagiaan itu

bersumber pada keharmonisan hubungan antara :

Hubungan baik antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Hubungan baik antara manusia dengan manusia lainnya.

Hubungan baik antara manusia dengan lingkungannya.

6. Dalam konsep agama Islam adalah hablumminallah dan hablumminannas pada papper

ini berkaitan antara keduanya. Hablumminnallah adalah hubungan manusia dengan

Allah sedangkan hablumminnas adalah hubungan kita dengan manusia. Manusia tak

luput dari sebuah masalah yang dihadapinya. Masalah tidak seharusnya diakhiri

dengan sebuah keputusan yang singkat seperti bunuh diri. Banyak cara menyelesaikan

sebuah masalah salah satu nya mendekatkan diri kita pada tuhan contohnya sholat,

berdoa, dll.

7. Berdasarkan hasil observasi dan keterangan diatas dapat kami simpulkan bahwa pada

prinsipnya “Berani berbuat maka harus berani bertanggung jawab” sebagai laki-laki

yang tangguh dan jantan seharusnya ia menikahi kekasihnya tersebut serta

menanggung segala resiko dan konsekuensinya dengan perbuatan yang telah ia

perbuat bukan malah melarikan diri dengan cara mengakhiri hidupnya.

3.2 SARAN

Pada prinsipnya setiap permasalahan itu pasti ada jalan keluarnya tanpa terkecuali

tergantung bagaimana kita menyikapi permasalahan tersebut. Bunuh diri bukan cara

yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah, hadapi dengan hati dan pikiran yang

tanang dan bijak. Konsultasikan pada orang - orang terdekat anda seperti keluarga,

teman, sahabat untuk dapat memberikan solusi tentang permasalahan yang anda hadapi.

Hidup ini indah jika kita bijak dalam mengatasi permasalahan hidup kita. Tetap

berusaha, berjuang, dan berdoa karena itu semua kunci untuk mencapai kesuksesan

hidup.

Page 19: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

DAFTAR PUSTAKA

Karlina, Annisa. 2014. Pengertian Remaja,

http://annisakarliana.blog.com/2010/01/06/pengertian-remaja.html (Diakses pada

tanggal 10 April 2014).

Editor Bali Post. 2014. Mahasiswa Gantung Diri,

http://balipost.com/read/peristiwa/2014/02/13/4646/mahasiswa-gantung-diri.html

(Diakses pada tanggal 12 April 2014).

Budi. 2011. Pengertian Bunuh Diri,

http://evenaregdjombang.wordpress.com/2011/01/10/pengertian-bunuh-diri.html

(Diakses pada tanggal 10 April 2014).

Anita. 2012. Pengertian Bunuh Diri dan Jenis-Jenisnya,

http://www.referensimakalah.com/2013/01/bunuh-diri-pengertian-dan-jenisnya.html

(Diakses pada tanggal 8 April 2014).

Editor Koran Juri. 2014. Hamili Kekasih Mahaasiswa Unud Gantung Diri,

http://www.rekamkejadian.koranjuri.com/?hamili-kekasih-mahasiswa-unud-gantung-

diri (Diakses pada tanggal 9 April 2014).

Suryani, Dra. IGA dan Drs. Made Karda. 2013. Pendidikan Etika Agama (Pendidikan

Karakter) di Perguruan Tinggi. Bali : Percetakan Udayana Press.

Syamsiyatun, Siti. 2013. Filsafat, Etika dan Kearifan Lokal. Surabaya : Yudhistira.

Page 20: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

LAMPIRAN

Hamili Kekasih Mahasiswa UNUD Gantung Diri

17 Februari 2014 | Koranjuri.com

KORANJURI.COM - Mahasiswa Universitas Udayana Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Teknik Pertanian (FP) Semester IV bernama I Nengah Suardika (21 tahun) ditemukan tewas

gantung diri di kampusnya yang berada di Jimbaran, Bali. Aksi nekad itu diduga lantaran

korban merasa malu telah menghamili kekasihnya bernama Juniani.

Korban yang merupakan warga Desa Mangguh, Kecamatan Kintamani, Bangli ini ditemukan

sudah tak bernyawa, Kamis (13/02/2014), atau sehari setelah sang pacar mendatangi keluarga

Nengah Suardika guna meminta pertanggungjawaban atas kehamilannya.

Saat itu, orangtua Nengah Suardika bersedia bertanggungjawab atas perbuatan anaknya. Saat

melakukan aksi nekad tersebut, Nengah Suardika datang ke kampus bersama kakaknya, I

Wayan Nadi Prabawa Putra untuk mengambil nilai semester.

“Kakak korban menunggu di kos sementara adiknya berada di kampus,” jelas Kasubag

Humas Polres Bangli, AKP Ida Bagus Sahambara yang ikut menerima laporan tewasnya

korban.

Page 21: Makalah Etika Agama (Bunuh Diri)

Tak berselang lama, kakak korban mendapatkan kabar adiknya meninggal dunia gantung diri

di Kampus.