makalah esofagus.docx

51
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat Beliaulah penulis dapat menyelesaikan paper yang bertemakan “Konsep Penyakit Ca Esofagus” tepat pada waktu. Berbagai bantuan berupa bimbingan, perhatian dan dorongan sungguh berarti dan berharga bagi penulis dalam penyusunan paper ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian paper ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil paper ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Denpasar, 14 Februari 2012 (Penulis)

Transcript of makalah esofagus.docx

Page 1: makalah esofagus.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat

Beliaulah penulis dapat menyelesaikan paper yang bertemakan “Konsep Penyakit Ca Esofagus”

tepat pada waktu.

            Berbagai bantuan berupa bimbingan, perhatian dan dorongan sungguh berarti dan

berharga bagi penulis dalam penyusunan paper ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian paper

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil paper ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca demi

kesempurnaan tulisan ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

                                                                                                Denpasar, 14 Februari 2012

                                                                                                                      (Penulis)

Page 2: makalah esofagus.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2

D. Metode Penulisan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Kanker......................................................................................................... 3

B. Definisi Kanker Esophagus....................................................................................... 3

C. Klasifikasi Kanker Esophagus................................................................................... 4

D. Stadium Kanker Esophagus...................................................................................... 5

E. Epidemiologi Kanker Esophagus............................................................................... 5

F. Etiologi Kanker Esophagus........................................................................................ 7

G. Factor Resiko Kanker Esophagus............................................................................. 8

H. Patofisiologi Kanker Esophagus............................................................................... 9

I. Manifestasi Klinis Kanker Esophagus..................................................................... 11

J. Pemeriksaan Penunjang Kanker Esophagus............................................................ 11

K. Penangana/Pengobatan Kanker Esophagus............................................................ 13

L. Komplikasi yang Ditimbulkan oleh Kanker Esophagus......................................... 15

M. Pencegahan Kanker Esophagus............................................................................. 15

BAB III PENUTUP

                  A. Simpulan................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: makalah esofagus.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Satu diantara 10 kanker tersering dan kanker ke-6 yang menyebabkan kematian pada

skala seluruh dunia adalah kanker esofagus. Kanker ini merupakan keganasan ke-3 pada

gastrointestinal setelah kanker gaster- kolorektal dan kanker hepatoseluler.  Kanker esophagus

menunjukkan gambaran epidemiologi yang unik berbeda dengan keganasan lain. kanker

esophagus memiliki variasi angka kejadian secara geografis  berkisar dari 3 per 100.000

penduduk di Negara barat samapai 140 kejadian per 100.000 penduduk di asia tengah. Kanker

esofagus adalah salah satu tumor dengan tingkat keganasan tinggi, prognosisnya buruk,

walaupun sudah dilakuakn diagnosis dini dan penatalaksanaan. Kanker esophagus juga

merupakan salah satu kanker dengan tingkat kesembuhan terendah, dengan 5 year survival  rata-

rata kira-kira 10 %, survival rates ini terburuk setelah kanker hepatobilier dan kanker pancreas.

Dengan adanya fakta ini bahwa kejadian kanker esophagus yang meningkat maka Refarat  dibuat

untuk mengenali dan mendiagnosis lebih detail lagi tentang keganasan kanker ini.

B.     Rumusan Masalah

Masalah pokok dalam pembahasan ini yaitu

1.      Apa definisi kanker?

2.      Apa definisi kanker esophagus?

3.      Apa saja klasifikasi kanker esophagus?

4.      Apa saja stadium kanker esophagus?

5.      Bagaimana epidemiologi kanker esophagus?

6.      Apa etiologi kanker esophagus?

7.      Apa factor resiko kanker esophagus?

8.      Bagaimana patofisiologi kanker esophagus?

9.      Apa manifestasi klinis kanker esophagus?

10.  Apa pemeriksaan penunjang kanker esophagus?

11.  Bagaimana penangana/pengobatan kanker esophagus?

Page 4: makalah esofagus.docx

12.  Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh kanker esophagus?

13.  Apa pencegahan kanker esophagus?

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan umum:

Mahasiswa mampu untuk memahami tentang Konsep Penyakit Ca Esofagus

Tujuan khusus:

1.      Mahasiswa mampu memahami definisi kanker

2.      Mahasiswa mampu memahami definisi kanker esophagus

3.      Mahasiswa mampu memahami klasifikasi kanker esophagus

4.      Mahasiswa mampu memahami  stadium kanker esophagus

5.      Mahasiswa mampu memahami epidemiologi kanker esophagus

6.      Mahasiswa mampu memahami etiologi kanker esophagus

7.      Mahasiswa mampu memahami factor resiko kanker esophagus

8.      Mahasiswa mampu memahami patofisiologi kanker esophagus

9.      Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis kanker esophagus

10.  Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang kanker esophagus

11.  Mahasiswa mampu memahami penanganan/pengobatan kanker esophagus

12.  Mahasiswa mampu memahami komplikasi kanker esophagus

13.  Mahasiswa mampu memahami pencegahan kanker esophagus

D.    Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini ditempuh metode penulisan deskriftif kualitatif, yakni metode

penulisan dengan cara mengumpulkan berbagai sumber – sumber yang memuat tentang “Konsep

Penyaki Ca Esofagus”. Sumber dapat berupa buku, internet, dll. Sumber tersebut kemudian

diolah dengan cara menyusun suatu simpulan yang terdiri atas kalimat – kalimat.

Page 5: makalah esofagus.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A.    DEFINISI KANKER

            Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme

normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

            Penyakit Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak

terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya

(invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting

serta syaraf tulang belakang.

            Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang

telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak

memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas.

Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ

yang ditempatinya.

            Kanker dapat terjadi diberbagai jaringan dalam berbagai organ di setiap tubuh, mulai dari

kaki sampai kepala. Bila kanker terjadi di bagian permukaan tubuh, akan mudah diketahui dan

diobati. Namun bila terjadi didalam tubuh, kanker itu akan sulit diketahui dan kadang - kadang

tidak memiliki gejala. Kalaupun timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit

diobati.

B.     DEFINISI KANKER EOFAGUS

            Kanker esofagus merupakan keganasan yang terjadi pada esofagus. Keganasan yang

paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya

leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat jarang terjadi.

Page 6: makalah esofagus.docx

            Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yang melapisi

lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa) dan tumbuh higga ke

dalam lapisan submukosa dan lapisan otot.

C.    KLASIFIKASI KANKER ESOFAGUS

            Kanker esofagus dibagi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Mengetahui jenis kanker

esofagus yang anda miliki membantu menentukan pilihan perawatan yang harus anda jalani.

Jenis kanker esofagus antara lain:

1.      Adenocarcinoma dimulai dari sel kelenjar penghasil lendir di dalam esofagus. Adenocarcinoma

terjadi paling sering pada bagian bawah esofagus.

2.      Squamous cell carcinoma. Kanker ini rata dan tipis di permukaan esofagus. Squamous cell

carcinoma sering terjadi di bagian tengah esofagus. Squamous cell carcinoma adalah kanker

esofagus yang umum di seluruh dunia.

3.      Jenis langka lainnya. Kanker esofagus langka antara lain choriocarcinoma, lymphoma,

melanoma, sarcoma dan kanker sel kecil.

Page 7: makalah esofagus.docx

D.    STADIUM KANKER ESOFAGUS

Ada empat stadium kanker esophagus yaitu:

1.      Stadium I. Kanker ditemukan hanya pada lapisan-lapisan atas dari sel-sel yang melapisi

esophagus.

2.      Stadium II. Kanker melibatkan lapisan-lapisan yang lebih dalam dari lapisan esophagus, atau ia

telah menyebar ke nodus-nodus limfa yang berdekatan. Kanker masih belum menyebar ke

bagian-bagian lain tubuh.

3.      Stadium III. Kanker telah menyerang lebih dalam kedalam dinding esophagus atau telah

menyebar ke jaringan-jaringan atau nodus-nodus limfa dekat esophagus. Ia masih belum

menyebar ke bagian-bagian lain tubuh.

4.      Stadium IV. Kanker telah menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Kanker esophagus dapat

menyebar hampir kemana saja dalam tubuh, termasuk hati, paru-paru, otak, dan tulang-tulang.

E.     EPIDEMIOLOGI

            Kanker esofagus terbanyak dijumpai  antara  usia 50-70 tahun. Perbandingan faktor

resiko antara pria dan wanita adalah 3:1. Berdasarkan histologis terbagi menjadi 2 tipe:

squamous cell carcinoma dan adenocarcinoma. Di USA , squamous cell carcinoma lebih banyak

terjadi pada orang kulit hitam dibanding kulit putih. Pecandu alkohol dan perokok berat

meningkatkan faktor resiko squamous cell carcinoma.  Resiko squamous sel karsinoma juga

meningkat pada pasien yang menderita tylosis ( penyakit yang jarang diturunkan dari autosomal

dominan dan manifestasi nya berupa hiperkeratosis di telapak tangan dan kaki), achalasia,

striktur esofagus, dan kanker kepala  dan leher yang lain. Insiden tertinggi penyakit  Squamous

sel  karsinoma  terdapat pada ras cina dan asia tenggara. Setengah dari semua kasus terjadi di 1/3

distal esofagus. Adenocarsinoma banyak terjadi pada kulit putih. Adenocarcinoma  secara

dramatic meningkat sama seperti squamous sel karsinoma. Sebagian besar adenokarsinoma

terjadi karena komplikasi dari metaplasia barret sindrom karena kronik gastroesofagus refluks.

Sehingga adenocarcinoma banyak terjadi pada 1/3 diatal esofagus. obesitas juga sangat berperan

pada adenocarcinoma, meskipun telah kontrol gastroesofagus refluk. Walaupun tidak ada tidak

ada hubungan langsung yang menghubungkan hal tersebut.

Page 8: makalah esofagus.docx

Variasi angka kejadian secara geografis   

         Usia terbanyak pada dekade ke-6.

         Perbandingan Pria:Wanita (3-7) : 1

         Reseksi à pilihan utama penanganan

         Unresectable à bypass atau feeding jejunostomi.

Tahun 2000

         Kanker terbanyak nomor 8

         412,000  kasus baru pertahun

         Penyebab kematian nomor 6 dari kematian akibat kanker, 338,000 kematian pertahun

Tahun 2002

         462,000 kasus baru

         386,000 kematian

Page 9: makalah esofagus.docx

US estimates for 2005                                        

         14,520 kasus baru

         11,220 laki-laki

         3,300 perempuan

         13,570 Kematian

         Penyebab kematian no 6

F.     ETIOLOGI

            Beberapa sumber mengatakan bahwa iritasi kronik misalnya merokok, minum alkohol,

kebiasaan minum panas dan faktor diit pada beberapa penderita dapat menimbulkan terjadinya

karsinoma. Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman menunjukan

kebanyakan penderita yang menderita karsinoma di esofagus mempunyai riwayat penyakit

corrosive injuries yang lama, striktura kronis dan akhalasia.

Page 10: makalah esofagus.docx

G.    FAKTOR RESIKO

            Penyebab-penyebab yang tepat dari kanker esophagus tidak diketahui secara pasti.

Bagaimanapun, studi-studi menunjukan bahwa apa saja dari faktor-faktor berikut dapat

meningkatkan risiko mengembangkan kanker esophagus:

1.      Umur. Kanker esophagus lebih mungkin terjadi ketika orang-orang menjadi tua; kebanyakan

orang-orang yang mengembangkan kanker esophagus adalah berumur diatas 60 tahun.

2.      Kelamin. Kanker esophagus adalah lebih umum pada pria-pria daripada pada wanita-wanita.

3.      Penggunaan Tembakau. Merokok sigaret-sigaret atau menggunakan tembakau yang tidak

berasap adalah satu dari faktor-faktor risiko utama untuk kanker esophagus.

4.      Penggunaan Alkohol. Penggunaan alkohol yang kronis dan/atau berat adalah faktor risiko

utama yang lain untuk kanker esophagus. Orang-orang yang menggunakan keduanya alkohol dan

tembakau mempunyai suatu risiko yang terutama tinggi dari kanker esophagus. Ilmuwan-

ilmuwan percaya bahwa senyawa-senyawa ini meningkatkan efek-efek yang berbahaya lain dari

setiapnya.

5.      Barrett's Esophagus. Iritasi jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker esophagus.

Jaringan-jaringan pada dasar dari kerongkongan dapat menjadi teiritasi jika asam lambung secara

sering balik masuk kedalam esophagus -- persoalan yang disebut gastric reflux. Melalui waktu,

sel-sel dibagian yang teriritasi dari esophagus mungkin berubah dan mulai menyerupai sel-sel

yang melapisi lambung. Kondisi ini, dikenal sebagaiBarrett esophagus, adalah kondisi sebelum

ganas (premalignant) yang mungkin berkembang kedalam adenocarcinoma dari esophagus.

6.      Tipe-Tipe Iritasi Lain. Penyebab-penyebab lain dari iritasi atau kerusakan yang signifikan pada

lapisan esophagus, seperti menelan cairan alkali atau senyawa-senyawa caustic (tajam) lain,

dapat meningkatkan risiko mengembangkan kanker esophagus.

7.      Sejarah Medis. Pasien-pasien yang telah mempunyai kanker-kanker kepala dan leher lainya

mempuyai kesempatan yang meningkat dari pengembangan suatu kanker kedua pada area kepala

dan leher, termasuk kanker esophagus.

            Mempunyai apa saja dari faktor-faktor risiko ini meningkatkan kemungkinan bahwa

seseorang akan mengembangkan kanker esophgus. Meski demikian, kebanyakan orang-orang

dengan satu atau bahkan beberapa dari faktor-faktor ini tidak mendapat penyakit ini. Dan

Page 11: makalah esofagus.docx

kebanyakan orang-orang yang mendapat kanker esophagus tidak mempunyai satupun dari faktor-

faktor risiko yang diketahui.

            Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan kesempatan-kesempatan seseorang

mengembangkan kanker esophagus adalah langkah pertama menuju pencegahan penyakit. Kita

telah tahu bahwa cara-cara terbaik untuk mencegah tipe kanker ini adalah berhenti (atau tida

pernah memulai) merokok sigaret-sigaret atau menggunakan tembakau yang tidak berasap dan

untuk meminum alkohol hanya tidak berlebihan. Peneliti-peneliti terus menerus mempelajari

penyebab-penyebab dari kanker esophagus dan untuk mencari cara-cara lain untuk untuk

mencegahnya. Contohnya, mereka sedang menyelidiki kemungkinan bahwa meningkatkan

masukan dari buah-buah dan sayur-sayuran seseorang, terutama yang mentah, mungkin

mengurangi risiko penyakit ini.

            Peneliti-peneliti juga sedang mempelajari cara-cara untuk mengurangi risiko kanker

esophagus untuk orang-orang dengan Barrett's esophagus.

H.    PATOFISIOLOGI

            Merokok dan konsumsi alkohol yang tinggi merupakan faktor risiko penting bagi

pengembangan SCC (Squamous cell carcinoma).  Merokok memiliki efek sinergis dengan

konsumsi alkohol berat, dan eksposur berat untuk kedua meningkatkan risiko SCC dengan faktor

lebih dari 100.  Hal ini lebih rumit dengan peningkatan risiko kanker saluran lain aerodigestive

dalam orang yang merokok dan minuman alkohol.

            Biasanya pasien mengalami lesi ulserasi esofagus yng luas sebelum gejala timbul.

Malignasi, biasanya sel squamosa tipe epidermoid, menyebar dibawah mukosa esofagus , atau

dapat menyebar langsung kedalamnya, melalui dan diatas lapisan otot ke limfatik. Pada tahap

lanjut, obstruksi esofagus terliat, dengan kemungkinan peforasi mediastinum dan erosi pembuluh

darah besar.

            Makanan dan faktor lingkungan, dan gangguan kerongkongan tertentu (misalnya,

achalasia, diverticuli) yang menyebabkan iritasi kronis dan peradangan mukosa esofagus juga

dapat meningkatkan kejadian SCC.  Plummer-Vinson sindrom-triad dari disfagia, anemia

defisiensi besi, dan kerongkongan web-telah dikaitkan dengan kanker ini, meskipun hal ini

Page 12: makalah esofagus.docx

menjadi semakin langka di negara maju sebagai nutrisi secara keseluruhan membaik.  Ada

beberapa faktor genetik yang telah diidentifikasi sebagai penting dalam perkembangan

esophageal SCC.  Satu pengecualian adalah tylosis, sebuah sindrom autosomal dominan jarang

berhubungan dengan hiperkeratosis telapak tangan dan telapak kaki dan tingkat tinggi

esophageal SCC.  Infeksi agen juga telah terlibat dalam patogenesis esophageal SCC. 

papillomavirus Manusia telah menerima perhatian yang besar.  Hal ini diyakini bahwa hasil

infeksi pada hilangnya fungsi dari gen supresor tumor p53 dan Rb.  Pentingnya mekanisme ini

tidak mapan.

            Faktor risiko untuk AC (Adenocarcinoma) dari esofagus berbeda. Refluks gastroesofagus

kronik yang paling penting, dengan berat, gejala refluks lama meningkatkan resiko kanker

dengan faktor 40.  Kronis penyakit gastroesophageal dikaitkan dengan metaplasia Barrett

(Barrett's esophagus), suatu kondisi di mana suatu epitel abnormal kolumnar menggantikan

epitel skuamosa berlapis yang biasanya garis esofagus distal.  Kebanyakan terserang ACS

diyakini timbul dari Barrett's esophagus.  Meskipun perubahan mukosa tampaknya merupakan

adaptasi menguntungkan bagi epitel refluks-kolumnar kronis tampaknya lebih tahan terhadap

cedera refluks-induced daripada metaplasia skuamosa asli-sel ini khusus usus bisa menjadi

displasia dan akhirnya ganas, dengan perubahan genetik yang mengaktifkan proto- onkogen, gen

penekan tumor menonaktifkan, atau keduanya.  Faktor-faktor yang meningkatkan risiko refluks

gastroesofagus, seperti obesitas atau obat yang menurunkan nada yang lebih rendah esophageal

sphincter, dapat menyebabkan peningkatan risiko untuk AC kerongkongan.

            Sebuah etiologi infeksi untuk penyakit ini belum diidentifikasi dan, AC tidak seperti dari

kardia lambung, peran kolonisasi Helicobacter pylori dikenal.  Perubahan genetik dan molekuler

yang mendasari perkembangan esophageal AC juga tetap kurang dipahami, meskipun kerugian

alelik di kromosom 4Q, 5q, 9p, 9q, dan 18q dan kelainan p53, Rb, siklin D1, dan c-myc telah

terlibat.

            Esofagus itu sendiri memiliki beberapa sifat unik yang membedakan perilaku kanker di

organ dari para keganasan gastrointestinal lainnya.  Berbeda dengan sisa saluran pencernaan,

esofagus telah serosa tidak, sehingga mengurangi perlawanan terhadap penyebaran lokal sel

kanker invasif.  Selanjutnya, esofagus memiliki jaringan luas limfatik, yang memungkinkan

Page 13: makalah esofagus.docx

untuk tumor kemajuan daerah awal. Hasil akhirnya adalah lokal menyebar dan invasi ke jaringan

sekitarnya, dengan metastatik awal berkembang di sebagian besar pasien.

I.       MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala kanker esofagus antara lain:

         Sulit menelan.

         Hilang berat badan secara tiba-tiba.

         Nyeri pada dada.

         Lelah.

         Ulsertiva esofagus tahap lanjut.

         Disfagia, awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan cairan.

         Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan.

         Nyeri atau begah substernal, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan

akhirnya cegukan.

         Mungkin terjadi hemoragi, dan kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat

kelaparan.Pada tahap awal, kanker ini sering tanpa tanda atau gejala

J.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

            Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan

penunjang termasuk didalamnya imaging studies dan endoskopi.

1.      Laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat gangguan faal

hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami

peningkatan.

2.      Imaging studies

a.       Barium swallow

Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi dinding esofagus. Ketika

dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan membentuk esofagus dengan jelas.

Tes ini dapat digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus.

Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian

Page 14: makalah esofagus.docx

kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat digunakan untuk

menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase.

b.      CT Scan

CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus, tetapi CT Scan dapat

membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker esofagus. CT Scan dapat menunjukkan

lokasi dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu dalam menentukan apakah

pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar diambil,

pasien diminta untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus  dapat terlihat

jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.

3.      Endoskopi

a.       Upper Endoscopy

Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk mendiagnosis kanker esofagus.

Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat melihat kanker melalui selang dan melakukan biopsy

terhadap jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang tampak tidak

normal. Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium, dan dengan

bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan tersebut merupakan jaringan yang bersifat

ganas (kanker). Jika kanker esophagus menutupi lumen esophagus, maka lumen tersebut dengan

bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.

b.      Endoscopic ultrasound

Merupakan jenis endoskopi yang

menggunakan gelombang suara untuk melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini

sangat berguna untuk menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa jauh kanker

Page 15: makalah esofagus.docx

tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak radiasi, sehingga aman

untuk digunakan.

  

            Gambar 1. Endoskopi

4.      Bronkoskopi dan Mediastinokopi

Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga tengah dan atas

esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membantu dalam

menentukan apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi digunakan untuk

menentukan apakah kanker telah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain.

K.    PENANGANAN/PEENGOBATAN

            Perawatan untuk kanker esophagus tergantung pada sejumlah faktor-faktor, termasuk

ukuran, lokasi, dan luasnya tumor, dan kesehatan keseluruhan dari pasien. Pasien-pasien

seringkali dirawat oleh suatu team dari spesialis-spesialis, yang mungkin termasuk seorang

gastroenterologist (seorang dokter yang berspesialisasi dalam mendiagnosis dan merawat

kelainan-kelainan dari sistim pencernaan), ahli bedah (seorang dokter yang berspesialisasi dalam

mengeluarkan atau memperbaiki bagian-bagian tubuh), medical oncologist (seorang dokter yang

berspesialisasi dalam merawat kanker), dan radiation oncologist (seorang dokter yang

berspesialisasi dalam menggunakan radiasi untuk merawat kanker). Karena perawatan kanker

mungkin membuat mulut sensitif dan berisiko untuk infeksi, dokter-dokter sering menasehati

pasien-pasien dengan kanker esophagus untuk menemui seorang dokter gigi untuk suatu

pemeriksaan gigi dan perawatan sebelum perawatan kanker dimulai.

            Banyak perawatan-perawatan dan kombinasi-kombinasi perawatan yang berbeda

mungkin digunakan untuk mengontrol kanker dan/atau untuk memperbaiki kwalitas hidup pasien

dengan mengurangi gejala-gejala.

Page 16: makalah esofagus.docx

1.      Operasi adalah perawatan yang paling umum untuk kanker esophagus. Biasanya, ahli bedah

mengeluarkan tumor bersama dengan seluruh atau sebagian dari kerongkongan, nodus-nodus

limfa yang berdekatan, dan jaringan lain di area itu. Operasi untuk mengeluarkan esophagus

disebutesophagectomy. Ahli bedah menyambung bagian sehat yang tersisa dari kerongkongan ke

lambung sehingga pasien masih mampu untuk menelan. Adakalanya, tabung palstik atau bagian

dari usus digunakan untuk membuat sambungan. Ahli bedah mungkin juga melebarkan bukaan

antara lambung dan usus kecil untuk mengizinkan isi-isi lambung untuk lebih mudah lewat

kedalam usus kecil. Adakalanya operasi dilakukan setelah perawatan lain selesai.

2.      Terapi Radiasi, juga disebut radioterapi, melibatkan penggunaan dari sinar-sinar berkekuatan

tinggi untuk membunuh sek-sel kanker. Terapi radiasi mempengaruhi sel-sel kanker hanya pada

area yang dirawat. Radiasi mungkin datang dari mesin diluar tubuh (external radiation) atau dari

material-material radioaktif yang ditempatkan di atau dekat tumor (internal radiation). Tabung

plastik mungkin dimasukan kedalam kerongkongan untuk mempertahankan ia terbuka selama

terapi radiasi. Prosedur ini disebutintraluminal intubation and dilation. Terapi radiasi mungkin

digunakan sendirian atau digabungkan dengan kemoterapi sebagai perawatan primer sebagai

gantinya dari operasi, terutama jika ukuran atau lokasi tumor akan membuat operasi menjadi

sulit. Dokter-dokter mungkin juga menggabungkan terapi radiasi dengan kemoterapi untuk

menyusutkan tumor sebelum operasi. Bahkan jika tumor tidak dapat dikeluarkan dengan operasi

atau dihancurkan seluruhnya dengan terapi radiasi, terapi radiasi dapat seringkali membantu

membaskan nyeri dan membuat menelan lebih mudah.

3.      Kemoterapi adalah penggunaan dari obat-obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker.

Obat-obat antikanker yang digunakan untuk merawat kanker esophagus berjalan keseluruh

tubuh. Obat-obat antikanker yang digunakan untuk merawat kanker esophagus biasanya

diberikan dengan suntikan kedalam suatu vena (IV). Kemoterapi mungkin digabungkan dengan

terapi radiasi sebagai perawatan primer (sebagai gantinya operasi) atau untuk menyusutkan

tumor sebelum operasi.

4.      Terapi Laser adalah penggunaan dari sinar yang berintensitas tinggi untuk menghancurkan sel-

sel tumor. Terapi laser mempengaruhi sel-sel hanya di area yang dirawat. Dokter mungkin

menggunakan terapi laser untuk menghancurkan jaringan yang bersifat kanker dan

membebaskan rintangan dalam kerongkongan ketika kanker tidak dapat dikeluarkan dengan

Page 17: makalah esofagus.docx

operasi. Pembebasan dari rintangan dapat membantu mengurangi gejala-gejala, terutama

persoalan-persoalan menelan.

5.      Photodynamic therapy (PDT), tipe dari terapi laser, melibatkan penggunaan dari obat-obat

yang diserap oleh sel-sel kanker; ketika dipaparkan pada sinar khusus, obat-obat menjadi aktif

dan menghancurkan sel-sel kanker. Dokter mungkin menggunakan PDT untuk membebaskan

gejala-gejala dari kanker esophagus seperti sulit menelan.

            Percobaan-percobaan klinik (studi-studi penelitian) untuk mengevaluasi cara-cara baru

untuk merawat kanker adalah opsi (pilihan) yang penting untuk banyak pasien-pasien dengan

kanker esophagus. Pada beberapa studi-studi, semua pasien-pasien menerima perawatan yang

baru. Pada yang lain-lainnya, dokter-dokter membandingkan terapi-terapi yang berbeda dengan

memberikan perawatan yang baru pada satu kelompok dari pasien-pasien dan terapi yang biasa

(standar) pada kelompok yang lain. Melalui penelitian, dokter-dokter belajar cara-cara yang baru,

yang lebih efektif untuk merawat kanker.

L.     KOMPLIKASI

            Karsinoma esofagus mudah meluas melalui dinding esophagus yang tipis karena tidak

adanya lapisan serosa. Struktur mediastinum penting yang berdekatan dengan esofagus termasuk

trakea, bagian kanan dan kiri dari bronkus, arkus aorta dan aorta descendens , perikardium,

pleura, dan tulang belakang. Infiltrasi tumor ke dalam struktur yang paling serius dan, kadang-

kadang, komplikasi yang mengancam jiwa seperti kanker kerongkongan. Kebanyakan

komplikasi akibat kanker kerongkongan yang disebabkan obstruksi lumen dan invasi tumor

lokal. Pasien sering tidak sadar, mereka menyesuaikan diet makanan lunak atau cairan untuk

menghindari disfagia makanan padat. Ketidakmampuan progresif untuk menelan makanan padat

menyebabkan menurunnya berat badan dan kekurangan nutrisi. Regurgitasi makanan atau cairan

oral juga dapat terjadi dalam penentuan obstruksi lumen yang signifikan. Mungkin halitosis

stasis hadir karena makanan dan regurgitasi. komplikasi paru dari aspirasi termasuk pneumonia

dan abses paru. Massa tumor dapat menyebabkan obstruksi kompresi dari cabang

tracheobronchial, menyebabkan dispnea, batuk kronis, dan pada waktu pneumonia

postobstructive. Fistula esophagoairway dapat berkembang dengan invasi tumor trakea atau

bronkus. Airway fistula sangat rapuh dan dihubungkan dengan kematian yang signifikan karena

tingginya risiko komplikasi paru seperti pneumonia dan abses.

Page 18: makalah esofagus.docx

            Meskipun arkus aorta dan aorta descendens terletak berdekatan dengan kerongkongan,

ekstensi ke dalam struktur ini kurang sering daripada invasi napas. Erosi melalui dinding aorta

dapat mengakibatkan pendarahan parah dan sering fatal. Pertumbuhan tumor dari perikardium

dilaporkan sebagai penyebab aritmia dan kelainan konduksi.

M.   PENCEGAHAN

Tembakau dan alkohol adalah faktor risiko utama dalam pengembangan sel skuamosa

kanker esophagus,penghentian tembakau dan alkohol secara signifikan dapat mengurangi resiko

terjadinya kanker ini. Buah buahan dan sayur sayuran yang segar dibandingkan dengan asupan

makanan tinggi nitrosamine atau yang terkontaminasi dengan racun bakteri atau jamur dapat

menurunkan risiko sekitar 50%.

Page 19: makalah esofagus.docx

BAB III

                                                  PENUTUP

A.    SIMPULAN

Dari paparan makalh ini dapat disimpulkan bahwa kanker esofagus merupakan keganasan

yang terjadi pada esofagus. Keganasan yang paling sering menyerang adalah jenis karsinoma

epidermoid. Sedangkan jenis lainnya leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum

tapi sangat jarang terjadi.

Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para peneliti percaya

bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat menyebabkan kanker esofagus

dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian dalam esofagus, akibatnya DNA sel tersebut

menjadi abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding esofagus, seperti yang terjadi

pada GERD, Barrett’s esophagus dan akhalasia dapat memicu terjadinya kanker.

Kanker esofagus ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dialami pasien, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya. Dari gejala klinis, hal yang paling sering

menjadi keluhan pasien adalah disfagia (sulit menelan), merasakan benjolan pada tenggorokan

dan rasa nyeri saat menelan. nyeri pada dada, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau

nafas dan akhirnya cegukan serta perdarahan. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi

kurus karena gangguan menelan dan anoreksia. Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar

getah bening daerah supraklavikula dan aksila, serta hepatomegali. Pada pemeriksaan darah rutin

didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai

SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami peningkatan. Dari pemeriksaan penunjang

lainnya seperti bubur barium, dapat terlihat gambaran yang khas pada sebagian besar kasus di

mana akan terlihat tumor dengan permukaan yang erosif dan kasar pada bagian esofagus yang

terkena. Pemeriksaan endoskopi dan biopsi sangat penting untuk mendiagnosis karsinoma

esofagus, terutama untuk membedakan antara karsinoma epidermal dan adenokarsinoma. Paling

tidak diperlukan beberapa biopsi, oleh karena terjadi penyebaran ke submukosa dan adanya

kecenderungan tertutupnya karsinoma epidermal oleh sel epitel skuamus yang normal.

Page 20: makalah esofagus.docx

DAFTAR PUSTAKA

Alidina, A. Gaffar, F. Hussain, M. Islam, I. Vaziri, I. Burney, A. Valimohd & W. Jafri. Data

survival dan faktor prognosis pasien kanker esofagus di pakistan. Science direct 2004 citied

2010 july 28) available from:http://hennykartika.files.wordpress.com/2008/03/data-survival-

dan-faktor-prognosis-pasien-kanker-esofagus-di-pakistan.doc

Guy D eslick Ph.D, Mmed Sc. Esophageal cancer : a historical perspective. Science direct,

2009 march (citied 2010 july 28); available from : http://translate.google.co.id/translate?

hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/

S0889855309000053

http://ordinaryphoo.blogspot.com/2011/07/tumor-esofagus.html, diakses tanggal 14 Februari

2012

Smeltzer and Brenda. 2002. ”Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”. Jakarata: EGC

Page 21: makalah esofagus.docx

ASKEP CA OESOFAGUS

A. Definisi.

Kanker oesofagus merupakan keganasan yang terjadi pada oesofagus. Keganasan

yang paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya

leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat jarang terjadi.

B. Etiologi

Timbulnya karsinoma esofagus dihubungkan dengan faktor diit. Minum alkohol, dan

merokok. Diduga juga berhubungan dengan penyakit sebelumnya. Esofagitis menahun

karena rangsangan ahan kimia dan akalasia merupakan faktor resiko tinggi.

C. Patofisiologi dan Manifestasi Klinik

Biasanya pasien mengalami lesi ulserasi esofagus yng luas sebelum gejala timbul.

Malignasi, biasanya sel squamosa tipe epidermoid, menyebar dibawah mukosa esofagus ,

atau dapat menyebar langsung kedalamnya, melalui dan diatas lapisan otot ke limfatik. Pada

tahap lanjut, obstruksi esofagus terliat, dengan kemungkinan peforasi mediastinum dan erosi

pembuluh darah besar.

Bila gejala terjadi yang berhubungan dengan kanker esofagus penyakit ini secara

umum meluas. Gejala termasuik disfagia, pada awalnya dengan makanan padat dan akhirnya

edngan cairan; perasaan ada massa ditenggorokan; nyeri saat menelan; nyeri substernal atau

rasa penuh; dan kemudian regurgutasi makanan yang tidak dicerna disertai bau nafas busuk

dan cegukan

Pasien pada awalnya hanya makanan padat yng menyebabkan distres, tetapi dengan

berkembangnya penyakit dan obsrtuksi cairan tidak adapat masuk ke lambung. Regurgitasi

makanan dan saliva terjadi hemoragi dapt terjadi dan penurunan progresif berat badan dan

kekuatan terjdi sebagai akibat kelaparan. Gejala selanjutnya mencakup nyeri substernal,

cegukan, kesulitan bernfas dn bau nafas busuk

E. Pemeriksaan Penunjang.

Diagnostik dipastikan dengan esofagogastroduodenosopi (EGD) dengan biopsi dan

sikatan. Bronkoskopi biasanya dilakukan pada tumor dengan sepertiga tengah dan atas

esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membentu dalam

menentukan apakah lesi dapat diangkat. Mediastenosskopi digunakan untuk menentukan

apakah kanker tellah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain. Kanker esofagus

ujung bawah mungkin berhubungan dengan adenokarsinoma lambung yng meluas ke atas

esofagus.

F. Penanganan

Page 22: makalah esofagus.docx

Bila kanker tersebut ditemukan pada tahap awal, sasaran pengobaan dapat diarahkan

pada pengobatan; namun, kanker sering ditemukan pada tahap akhir, yang membuat paliasi

merupakan satu-satunya tujuan yang harus diterima. Pengobatan dapat mencakup

pembedahan

Standar penetalaksanaan bedah mencakup reseksi total esofagus dengan pengangkata

tumor dan margin luas bebas-tumor dan esofagus dan nodus limfa area. Tumor esofagus

torakal bawah lebih mungkin dilakukan pembedahan daripada dilkalisasikan lebih tinggi pada

esofagus, dan integritas saluran GI dipertahankandengan menanam esofagus bawah ke dalam

lambung.

Reseksi bedah esofagus mempinyai angka mortalitas relatif tingiakibat infeksi,

komplikasi paru, dan kebocoran melalui anastomisis. Pada pasca operasi pasien akan

dipasang selanbg nasogastrik yang tidak boleh dimanipulasi. Pasien dipertahankan puasa

sampai pemeriksan sinar X memastikan bahwa anastomisis aman dan tidak bocor.

Penggunaan terapi radiasi baik sendiri maupun ada hubunganya dengan bedah

praoperasi dan pasca operasi, mungkin merupkan pilihan pengobatan. Pengunaan kemoterapi

dikombinasi edngan radiasi atau pembedahan juga sedang diteliti. Pengobatan paliatif

mungkin perlu mempertahankan sofagus tetap terbuka dan untuk membantu memberi nutrisi

dan mengontrol saliva. Paliasi dapat diselesaikan dengandilatasi esofagus , terapi laser,

penempatan endoprotesis, radiasi dan kemoterapi. Kaerna metode ideal pengobatan kanker

esofagus belum ditemukan, setiap pasien diobati dengan mengunakan rencan operawatan

individual.

II. MASALAH KEPERAWATAN DAN KOLABORASI

1. Masalah Keperawatan

a. Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang.

b. Nyeri akut b.d agen injuri (faktro fisik).

c. Kerusakan kemampuan menelan b.d penyumbatn mekanis (tumor)

d. Defisit pengetahuan b.d sedikitnya terpapar informasi mengenai kanker oesofagus.

2. Masalah Kolaborasi

a. PK: perdarahan

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa no 1

Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang.“

a. Tujuan

Setelah dilakukan keperawatan selama 15 hari maka masalah keurangan nutrisi dapat diatasi

Page 23: makalah esofagus.docx

b. Kriteria Hasil

NOC:

o Perawat mampe meningkatkan status nutrisi pasiern

o Perawat mampu mengontrol BB pasien.

Client Outcome

o Pasien mengalami peningkatan BB menuju berat yang diharapkan

o BB pasien berada dalam rentang normal

o Mengenal faktor-faktor yang mnyebabkan BB dibawah normal.

o Pasien mampu mengkonsumsi nutrisi yang adekuat

o Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat.

o Pasien terebas dari tanda-tanda malnutrisi.

c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)

No Intervensi RasionalisasiManajemen Nutrisi

1 tanyakan kepada klien apakah ia memiliki riwayat elergi terhadap makanan

untuk menentukan nutrisi yng tepat untuk pasien

2 beri dukungan kepada pasien untuk mendapatkan intake kaolri yang adekuat sesua dengan tipe tubuh dan pola aktivitasnya.

agar terjdi keseimbangan antara kebituhan kalori edngan pemasukan kalori

3 beri pasien makanan yang mengandung tinggi protein, tinggi kalori.

untuk meningkatkan BB pasien kearah normal

4 monitor catatan intake intake kandungan nutrisi pada makanan

mengukur apakah asien kebutuhan nutrisinya terpenuhi atau tidak.

Manajemen Gangguan Makan1 Tentukan kemajuan BB harian yang

diharapkan bersama klien.dapat menilai keberhasilan dari peningkatan BB.

2 monitor masukan kalori perharinya untuk memastikan apakah pasie mengkonsumsi cukup kalori

3 monitor pasien berkitan dengan makan, penurunan berat badan, dan kenaikan BB.

untuk menentukan efektivitas dan keberhasilan terapi yang digunakan.

4 anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitasnya sehinga bisa mendukung program kenaikan BB.

kalori yang tersimpan bisa diubah sebagai cadangan dalam bentuk peningkatan masa otot.

2. Diagnosa no 2

Nyeri akut b.d agen injuri (faktro fisik).

a. Tujuan

Setelah dilakukan keperawatan selama 15 hari maka masalah nyeri akut dapat diatasi

b. Kriteria Hasil

NOC:

o Perawat mampu menurunkan tingkat nyeri, meningkatkan tingkat kenyamanan, dan mngontrol

nyeri.

Page 24: makalah esofagus.docx

Client Outcome

o Pasien mampu menggunakan sekala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri saat ini dan

menentukan tingkat kenyamanan yang diinginkan.

o Pasien mampu menerangkan bagaimana nyeri yang tidak terukur dapat diatasi.

o Pasien mampu menampilkan ktivitas pemulihan dengan dilaporkannya penerimaan terhadap

tingkat nyeri.

o Pasien berada dalam kecukupan mengenai istirahat dan tidurnya

o Pasien mampu mendemonsrasikan menejemen nyeri non farmakologi

c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)

No Intervensi Rasionalisasi1 tentukan apakah pneyrinya itu saat

pengkajian atau tidak . jika ia bantu pasien untukemnurunkkan nyerinya tersebut.

intensitas, onset, durasi, dan peningkatan nyeri hendaknya dikaji untukmedpatkan data yang esensial..

2 tnyakan kepada klien mengenai pengalaman nyeri yang pernah ia alami dan metode yang digunakan untuk menurunkanya.

beberapa faktor penhambat dapat menghilangkan ekinginan klien untuk melaporkan neyri dan mengunakan obat analgesik.

3 mintalah kepada klien untuk melaporkn lokasi, intensitas dengan mengunakan skala nyeri, dan kualitas nyeri.

intensitas, lokasi dan kalitas nyeri hendaknya dilaporkan setelah prosedur tindakan untuk mengetahui keberhasilan treatmen

4. eksplor kebutuhan p[asien dengan obat anlgesik opioid dan non-opioid.

intervensi pharmakologi merupakan alat utama sebagai penurun nyeri.

5 ajari pasien metode nonfharmakologi untuk menurunkan nyeri klien

digunakaan untuk sebagai suplemen dari metode phmakologik.

6. anjurjkan pasien untuk menggunakan obat analgesik sesua dengan yang dianjurkan.

mencegah terjadinya penyalahgunaanobat

<!--[if !supportLists]–>3. Diagnosa no 3

Kerusakan kemampuan menelan b.d penyumbatan mekanis (tumor)

a. Tujuan

Setelah dilakukan keperawatan selama 10 hari maka masalah ketidakmampuan menelan

dapat teratasi

b. Kriteria Hasil

NOC:

o Perawat mampu meningkatkan kemempuan menelan pasien.

Client Outcome

o Pasien mampu mendemonstrasikan proses menelan yang efektive tanpa batuk atau tersedak.

o Pasien terbebas dari bahya aspirasi

c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)

No Intervensi Rasionalisasi1 pastikan kesiapan pasien untuk makan. jika salah satu dari faktro-faktor tersebut

Page 25: makalah esofagus.docx

Pasien perlu diawasi , kemampuan mengikuti instruksi, mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak, dan mampu menggerakan lidah dalam mulutnya.

tidak ditemukan, maka bisa dipertumangkan untuk menghentikan pemberian makanan peroral dan menggunakan makanan enteral untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien

2 kaji kemampuan klien untuk menelan dengan memposisikan jenmpol dan telunjuk pemeriksa pada laringelal proturberance. Minta klien untuk menelan rasakan kenaikan larink, minta klien untuk batuk, test refleks gag pada kedua sisi belakang pharingeal.

secara normal waktu yang dibutuhkan bagi bolus untuk untuk berpindah dari tempat dimana refleks dipicu ke pintu esopfhagea adalah 1 detikl Klien dengan kecelakaan kardiovaskular dengan waktu transit(proses menelan) yang lebih lama.mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berkembang ke arah pneumonia aspiration. Pasien bisa tersedak bahkan ketika masih mempuinyai gag refleks.

3 observasi tanda-tanda yang berhubunagn dengan proses menelan (batuk, cegukan, kesulitan menahan air liur, penurunan kemampuan untuk mengerakan lidah, bicara yang pelan )

semuanya merupakan tanda-tanda kerusakan kemampuan menelan

4. jika klien mempunyai gangguan menelan, jangan memberikan makanan sampai diagnosa yang sesuai ditegakan. Pastikan makanan yang sesuai dengan berkonsultasi dengan dokter untuk pemberian makanan enteral, kebanyakan dengan menggunakan PEG tube.

makanan bagi pasien yang tidak bisa menelan dengan sempurn, dapat menyebabkan aspirasi dan kemungkinan kematian. Makanan enteal lewat PEG tube pada umumnya sering digunakan sebab berdasarkan penelitan pasien dengan PEG tube mandpatkan peningkatan status gizi dan nutrisidan memungkinkan peningkatan kemampuan hidup.

5 hindari pemberian makana cairan sampi paien mampu menelan secara efektiv. Tambahkan pengental cairan seperti madu, atau puding

penggunaan pengenatal dapat meningkatkan hidrasi dannn nutrisi

6. berikan latihan menelan sesuai dengan yang diresepkan oleh team disfagia. (menyentuh langit-langit dengan lidah, merangsang lengkung tonsil, dan langit-langit lunak denagn logam dingin cermin pemeriksan (rangsangan suhu), latihan gerakanm mulut.

latihan menelan dapat meningkatkan kemampuan untuk menelan.

7 sediakan makanan dalam kondisi tenang jauh dari rangsangan berlebihan, dekat dengan ruang makan yang ribut.

lingkungan yang ramai dapat menurunkan mengunyah dan menelan.

8 pastikn bahwa klien memiliki waktu yang cukup untuk makan

pasien dengan gangguan menelan membutuhkan waktu 2-4 kali lebih lama dibanduing waktu makan orang normal.

9 Cek rongga mulut untuk memastikan pengosongan setelah klien menyelesaikan makanan. Berikan perawatan mulut . jika perlu ambil sisa makanan yang terdapat dalam mulut.

sisa makanan yang terselip dalam menyebabkan stomatitis, pembusikan gigi, kemungkinan aspirasi lebih lanjut.

10 jaga posisi tegak lurus 30-45 derajat. posisi tegak lurus mempertahankan makanan tetap didalam lambung sampai kosonng mencegah terjadinya refluks dan aspiras.

11 awasi tanda-tanda aspirasi dan pneumonia. Auskultasi suara par setelah makan. Catat suara krakles atau wheezing dan peningkatan suhu.

tanda-tanda tersebut menunjukan terjadinya pneumonia.

4. Diagnosa no 4

Page 26: makalah esofagus.docx

Defisit pengetahuan b.d sedikitnya terpapar informasi mengenai kanker

oesofagus

a. Tujuan

Setelah dilakukan keperawatan selama 1 X 8 jam maka masalah defisit pengetahuan klien

dapat diatasi.

b. Kriteria Hasil

NOC:

o Perawat mampu memahamkan kepada pasien mengenai proses penyakit

o Perawat mampu memahamkan prosedur pengobatan terhadap penyakitnya.

Client Outcome

o Pasien mampu menjelaskan kondisi penyakitnya, mengenali kbutuhan medikasi, dan mengerti

pengobatanya..

o Pasien mampu menerapkan cara-cara hidup sehat dengan gaya hidupnya.

o Mendata sumber informasi dapat digunakan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan

dukungan setelah perpisahan.

c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)

No Intervensi RasionalisasiTeaching Disease

1 kaji tingkat pengetahuan pasien berhubuangan dengan penyakit spesifknya

untuk menentukan materi apa yang cocok buat pasien

2 jelaskan tanda dan gejala yang diderita pasien

pasien lebih waspad jika mengalami hal-hal tersebut

3 jelaskan etiologi penyakit pasien agar pasien bisa melakukan tindakan dalam rangka pencegahan penyakitnya

4 diskusikan tentang gaya hidup agar tdak terjadi komplikasi pada saat yang akan datang.

banyak penyakit yang kammbuh atau bertambh buruk dengan gaya hidup yang salah.

Teaching Individual

1 tentukan kebutuhan klien untuk belajar minat seseorang sangat mempengaruhi hasil pembelajaran seseorang

2 kaji tingkat pendidikan pasien masing-masing tingkat pendidikan memiiki cara yang unik dalam emmahami sesuatu.

3 kaji faktor penghambat dalam belajar setiap individu memiliki keunikan tersensiri daalm mempelajari sesuatu sehingga faktor penghambatnyapun berbeda-beda.

4 libatkan klien dalam menentukan tujuan dari pembelajaranya

pasien akan lebih patuh dalam melakasanakanhasil pembelajaranya.

5 gunakan media gambar dalamm enerangkan suatu proses

visualsasi sebuah proses akan lebih berbkas hasilnya.

Daftar Pustaka:

a. Jong at al, 1977, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.

b. Joanne et al, Nursinbg Intervention Calsification, Mosby, USA

Page 27: makalah esofagus.docx

c. Swearingen. 2001. keperawatn Medikal Bedah. EGC. Jakarta

d. Nanda. 2004. Nursing Diagnosis A Guide to Planning Care. Down load from

www.Us.Elsevierhealth.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Atresiaesofagus termaksud kelompok kelainan congenital terdiri dari gangguan kontinuitas

esophagus dengan atau tanpahubungan persistendengan trakea. Pada penyakit ini, terdapat suatu

keadaan dimna bagian proksimal dan distal esophagus tidak berhubungan. Pada bagian esophagus

mengalami dilatasi yang kemudian berakhir berakhir kantung dengan dinding maskuler yang

mengalami hipertofi yang khas yang memanjang sampai pada tingkat vertebra torakal sagmen 2-4.

Bagian distal esophagus merupakan bagian yang mengalami atresia dengan diameter yang kecil dan

dinding maskuler dan tipis. Bagian ini meluas sampi bagian atas diagfragma 1,2,3,4,5,6 sekitar 50 %

bayi dengan atresia esophagus juga mengalami beberapa anomali terkait. Malformasi ,

kardiofaskuler, malformasi rangka termaksud hemivertebra dan perkembanga abnormal radius serta

malformasi ginjal dan urogenital sering terjadi, semua kelainan ini disebut sidrom vecterl.

B. Rumusan Masalah

Page 28: makalah esofagus.docx

a. Apa yang definisi dari atresia esophagus?

b. Apa saja tipe-tipe atresia esophagus?

c. Bagaimana manisfestasi klinis atresia esophagus?

d. Bagaimana evaluasi diagnostic?

e. Apa saja komplikasi pasca operasi?

f. Apa saja diagnosis?

g. Apa saja penatalaksanaan?

h. Bagaimana proses keperawatan?

C. Tujuan

a) Untuk mengetahui definisi dari atresia esophagus.

b) Untuk mengetahui tipe-tipe atresia esophagus.

c) Untuk mengetahui Bagaimana manisfestasi klinis atresia esophagus.

d) Untuk mengetahui Bagaimana evaluasi diagnostic.

e) Untuk mengetahui komplikasi pasca operasi.

f) Untuk mengetahui diagnosis.

g) Untuk mengetahui penatalaksanaan.

h) Untuk mengetahui Bagaimana proses keperawatannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFENISI

Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan esofagus untuk mengadakan

pasase yang kontinu : esophagus mungkin saja atau mungkin juga tidak membentuk sambungan

dengan trakea ( fistula trakeoesopagus) atau atresia esophagus adalah kegagalan esophagus untuk

membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung selama perkembangan embrionik adapun

pengertian lain yaitubila sebua segmen esoofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhan

nya( congenital) dan tetap sebaga bagian tipis tanpa lubang saluran.

Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus . Dua kondisi ini

biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain seperti penyakit jantung

congenital. Untuk alas an yang tidak diketahui esophagus dan trakea gagal untuk berdeferensiasi

dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima.

Page 29: makalah esofagus.docx

B. TIPE ATRESIA ESOFAGUS

Tipe A

(5% sampai 8%) kantong buntu disetiap ujung asofagus, terpisah jauh dan tanpahubungan ke

trakea.

Tipe B

(jarang) kantong buntu disetiap ujung esophagus dengan fistula dari trakea ke segmen esophagus

bagian atas.

Tipe C

(80% sampai 95%) segmen esophagus proksimal berakhir pada kantong buntu, dan segmen distal

dihbungkan ke trakea atau bronkus primer dan fistula pendek pada atau dekat bifurkasi.

TIPE D (jarang)

Kedua segmen esophagus atas dan bawah dihubungkan ke trakea.

TIPE E (jarang disbanding A atau C)

Sebaliknya trakea dan esophagus nomal dihubungkan dengan fistula umum.

C. ETIOLOGI

Atresia esophagus disebabkan oleh tumor esophagus dan bayi lahir prematur, tapi tidak semua bayi

yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada alasan yang tidak diketahui mengapa

esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu ke empat

dan ke lima.

D. MANIFESTASI KLINIK

Gambaran Atresia Di Tandai Dengan gangguan Proses Menelan waktu lahir dan terjadi gangguan

pernapasan bila terjadi gangguan pernapasan bila bahan makanan teraspiasi kesana. Perlu

penanggulangan bedah. Dan liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbui. Pada fistula trakea

esophagus , cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru : oleh karena itu bayi sering sianosis.

Pemberian minum dapat menyebabkan batuk atau seperti tercekik dan bayi sianosis.

Kelainan bawaan ini biasanya terdapat pada bayi yang lahir dengan kehamilan hidramnion dan

biasanya bayi dalam keadaan kurang bulan. Pada bayi kurang bulan ini, pemberian minum sering

menyebabkan bayi tersebut menjadi biru dan apnea tampa batuk –batuk. Jika terdapat fistula

trekoesofagus perut bayi tampak membuncit karena terisi udara. Bila dimasukkan kateter melalui

mulut sepanjang 7.5 – 10 cm dari bibir, kateter akan terbentur pada ujung esophagus yang buntu:

Page 30: makalah esofagus.docx

dan jika kateter didorong terus akan melingkar – lingkar di dalam esophagus yang buntu tersebut.

Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan memasukkan pipa radio-opak atau larutan kontras liopodol

ke dalam esophagus dan dibuat foto toraks biasa.

E. EVALUASI DIAGNOSTIK

Ketidak mampuan untuk melewati kekakuan, radiopage ukuran 8 sampai 10 kateter French

kedalam lambung melalui hidung atau mulut

Sinar x palatum datar abdomen dan dada dapat menunjukkan adanya gas dalam lambung dan

ujung kateter dalam kantung buntu.

Pemindaian ultra suara dapat menunjukkan TEF in utero pada beberapa bayi.

EKG dan ekokardiogrm dapat dilakukan karena korelasi tiggi pada anomaly jantung.

F. KOMPLIKASI PASCA OPERASI

1. Kebocoran pada sisi anastomis

2. fistula kambuhan

3. Sirkulasi esophagus

4. Repluksgastroesopagus dan esopagitis

5. Trakeomalaisia

6. Masalah makan dengan anak yang lebih besar

G. DIAGNOSIS

Biasanya disertai denga hydra amnion (60 %) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan

frekuensi bayi ang lahir premature. Sebaliknya bila dari ananese ditetapkan keterangan bahwa

kehamilan ibu disertai hidraamnion, hendakla dilakukan kateterisasiesofagus dengan kateter pada

jarak kurang dari 10 cm , maka harus didiga adanya atresia esophagus.

Bila pada bayi baru lahir timbul sesak napas yang disertai air liur meleleh keluar, harus dicurigai

adanya atresia esfagus.

Segera setlah diberi minum, bay akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspiasi cairan kedam

jalan nafas.

Dianosis pasti dapat dibuat denga foto toraks yang akan menunjukkan gambaran kateter terhenti

pada tempat atresia. Pemberian kontras kedalam esophagus dapat memberikan gambaran yang

lebih pasti, tapi cara ini tidak dianjurkan.

Page 31: makalah esofagus.docx

Perlu dibedakan pada pemeriksaan fisis apakah lambung terisi udara atau kosong untuk

menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula trakeoesofagus. Hal ini dapat terlihat pada foto

abdomen.

H. PENATALAKSANAAN

Medik

Pengobatan dilakukan dengan operasi

Keperwatan

Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regurgitasi

cairan lambung kedalam paru. Cairan lambung harus sering diisap untuk mencegah as[irasi. Untuk

mencegah terjadinya hipotermia, bayi hendakna dirawat dalam inkobator agar mendapatkan

lingkungan yang cukup hangat. Posisinya sering di ubah-ubah, pengisapan lender harus sering di

lakukan bayi hendaknya dirangsang untuk menangi agar paru berkembang.

Tindakan

Pada anak segera dipasan kateter ke dalam esofagus dan bila mungkin dilakukan pengisapan terus

menerus.

Posisi anak tidur tergantung pada ada tidaknya fistula, karena aspirasi cairan lambung lebih

berbahaya dari saliva. Anak dengan fistula trakeoesofaus ditidurkan setengah duduk anak tanpa

fistula diletakkan dengan kepala lebih rendah (posisi trendeleburg)

Anak dipersiapkan untuk operasi segera. Apakah dapat dilakukan penutupan fistula dengan segera

atau hanya dilakukan gastrotomi tergantung dari jenis kelainan dan keadaan umum anak pada saat

itu.

I. PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan tahapan-tahapan pada

proses keperawatan. tahap pengkajian merupakan tahap awal, disini perawat mengumpulkan

semua imformasi baik dari klien dengan cara observasi dan dari keluarganya.

Lakukan penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi atresia esophagus dan fistula.

Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat, sianosis, apnea

a) Sekresi berlebihan , mengalirkan liur konstan,sekresi hidung banyak.

b) Sianosis intermitten yang tidak diketahui penyebabnya.

c) Laringaspasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantong buntu.

d) Distensi abdominal.

Page 32: makalah esofagus.docx

e) Respon kekerasan setelah menelan makanan yang pertama atau kedua : bayi batuk dan tersedat

saat cairan kembali melalui hidung dan mulut trejadi sianosis.

f) Bayi sering premetur dan kehamilan munkun terkomplikasi oleh hydra amniaon (cairan amniotic

berlebihan dalam kantong ).

B. DIANOSA KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang munkin timbul pada klien dengan atersia esophagus

a) Bersihan jalan napas tidak epektif.

b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

c) kesulitan menelan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Manajemen kolaboratif

Intervensi terapeutik

1. Pengobatan segera terdiri dari penyokongan bayi pada sudut 30 derajat untuk mencegah refluks

isi lambung : pengisapan kantong esophagus atas dengan selang replogleatau drai penampung;

gastrostomi untuk mendekompresi lambung dan mencegah aspirasi ( selanjutnya digunakan untuk

pemberian makan ) puasa, cairan diberikan IV.

2. pengobatan secaa tepat terhadap proses patoogis pennerta,seperti pneumonitis atau gagal

jantung kongestif.

3. terapi pendukung meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan IV,antibiotic, dukungan

pernapasa, dan mempertahankan lingkungan netral secara termal.

Intervensi pembedahan

1. Perbaikan primer segera: pembagian fistula diikuti oleh anatomisis esophagus segmen proksimal

dan disal bila berat bayi lebih dari 2000g dan tanpa pneumonia.

2. Perlambatan jangka pendek (perbaiakan primer lanjut): untuk menstabilkan bayi dan mencegah

penyimpangan bila bayi tidak dapat mentoleransi pembedahan dengan segera.

3. Pentahapan:pada awalnya, pembagian fistula dan gastrotomi dilakukan dengan anastomisis

esophagus sekunder lanjut. Pendkatan dapat digunakan pad bayi yang masih sanhat kecil, prematr

atau neonatus, yang sakit, atu bila anomal congenital berat.

4. Esofagomiotomi servikal ( lubang buatan pada leher yang memungkinkan drainase esophagus

Page 33: makalah esofagus.docx

bagian atas ) dapat dialakukan bila ujung esofagus terpisah terlau jauh: pengggantian esophagus

dengansegmen usus pada usia 18 sampai 24 bulan.

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Intervensi

1. pada praoperasi waspada terhadap indikasi gawat napas: retrasi, sianosissirkomoral, gelisa,

pernapasan cuping hidung, peningkatan frekuensi pernapasan dan jantung.

2. Pantau tanda –tanda vital dengan sering terhadap perubahan pedatekanan darhdan nadi, yang

dapat mengidikasikan dehidrasi atau kelebihan beban volume cairan.

3. Catat masukan dan haluaran, termasuk drainase lambung (bila selang gastrotomiuntuk

dekomensasi terpasang)

4. Pantau terhadap distensi abdomen.

Bersihan jalan napas tidak efektif

Intervensi

1. Posisi bayi dengan kepala ditinggikan 20 sampai 30 derajat untuk mencegah atau mengurangi

refluks asam lambung kedalam percabangan trakeobronkial. Balik bayi dengan sering untuk

mencegah atelektasis dan pneumonia.

2. Lakukan pengisapan nasofaring intermitten atau pertahankan selang lumen ganda atau selang

penampung dengan pengisapan konstan untuk mengeluarkan sekresi dari kantung buntu esophagus

• Jamin bahwa selang indwelling tetap paten, diganti sesuai kebutuhan, sedikitnya sekaliu setiap 12

sampai 24 jam lubang hidung yang digunakan harus bergantian. Cegah nekrosis lubang hidung dari

tekanan oleh kateter

• Isap mulut untuk mempertahankan bebas sekresi dan mencegah aspirasi.

3. Bila gastrotomi ditempatkan sebelum pembedahan definitive, pertahankan selang yang

mengalir sesuai gravitasi, dan jangan mengirigasi sebelum pembedahan.

4. Tempatkan bayi dalam isolette atau dibawah penghangat radian dengan humiditas tinggi.

• Bantu dalam mengencerkan sekresi dan mucus yang kental.

• Pertahkan suhu bayi dalam zona termoneutral dan jamin isolasi lingkungan untuk mengcegah

infeksi.

Kesulitan menelan

Page 34: makalah esofagus.docx

1. Perhatikan kepatenan jalan nafas, isap dengan sering sedikitnya setiap 1 sampai 2 jam, mungkin

diperlukan setiap 5 sampai 10 menit.

• Minta ahli bedah untuk menandai keteter pengisap untuk menunjukan seberapa jauh keteter

dapat dimasukkan dengan aman tanpa mengganggu anastomosis.

• Observasi terhadap tanda sumbatan jalan nafas.

2. Berikan fisioterapi dada sesuai ketentuan

• Ubah posisi bayi dengan membalik, rangsang supaya menangis untuk meningkatkan

pengembangan penuh paru.

• Tinggikan kepala dan bahu 20 sampai 30 derajat

• Gunakan vibrator mekanis 2 sampai 3 hari pada pascaoperasi (untuk meminimalkan trauma pada

anastomosis), diikuti dengan lebih banyak terapi fisik dada keras setelah hari ketiga.

3. Lanjutkan penggunaan Isolette atau penghangat radian dengan kelembaban.

4. Lanjutkan dengan penyediaan alat kedaruratan , termasuk mesin pengisap, keteter, oksigen,

laringoskop, selang endotrakeal dalam berbagai ukuran.

D. EVALUASI KEPERWATAN

Pada tahap ini perawat menkaji kembali hal-hal perhan dilakukan, berdasarkan pada criteria hasil

yang telah ditetapkan. Apabila masih terdapat masalah – masalah klien yang belum teratasi,

perawat hendaknya menkaji kembali hal –hal yang berkenaan dengan masalah tersebut dan kembali

melakukan intrvensi keperawatan. Sebaliknya bila masalah klin telah teratasi maka prlu dilakukan

pengawasan dan pengontrolan yang teratur untuk mencegah timbulnya serangan atau gejala –

gejala yang memicu terjadinya serangan.

DAFTAR FUSTAKA

Page 35: makalah esofagus.docx

1. Ngastiyah. Perawatan anak sakit. Buku kedokteran. EGC,1997. Jakarta

2. Sylvia A price, Lorraine m Wilson. Patofisiologi. Buku kedokteran, EGC, 1997, Jakarta

3. Ronna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku kedokteran, EGC.2003.Jakarta.

4. Robbins dan kumar.Patologi .Fakultas kedoteran. Universitas Aerlangga, Edisi 4 ,EGC, 1995,

Jakarta

5. Ilmu kesehatan anak. Fakultas Kedokteran. EGC.1995. Jakata