Makalah Ekwil Pel 1

26
Evaluasi II Ekonomi Wilayah (PW09-1323) KONSEP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) Studi Kasus : Industri Pengolahan Apel di Kota Batu Dosen Pembimbing : Disusun Oleh : Malidya Puspita Ayu 3611100010 R. M. Bagus Prakoso 3611100021 Ramadhan Tirta 3611100029 Yani Wulandari 3611100045 Anjar Akrimullah 3611100048 Ellen Deviana A. 3611100071 Timothy Mangara P. 3611100073 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

Transcript of Makalah Ekwil Pel 1

Page 1: Makalah Ekwil Pel 1

Evaluasi IIEkonomi Wilayah (PW09-1323)

KONSEP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL)Studi Kasus : Industri Pengolahan Apel di Kota Batu

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :

Malidya Puspita Ayu 3611100010R. M. Bagus Prakoso 3611100021Ramadhan Tirta 3611100029Yani Wulandari 3611100045Anjar Akrimullah 3611100048Ellen Deviana A. 3611100071Timothy Mangara P. 3611100073

Jurusan Perencanaan Wilayah dan KotaFakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya2014

Page 2: Makalah Ekwil Pel 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Kuasa-Nya,

makalah yang berisikan kajian penerapan Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal dengan studi kasus

di Kota Batu ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat dalam memenuhi evaluasi II mata

kuliah Ekonomi Wilayah. Kami ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg., Dr. Ir. Nanang Setiawan, SE, MS., Belinda Ulfa Aulia, ST.

MSc., dan Vely, ST, MT, MSc. selaku dosen pengajar mata kuliah Ekonomi Wilayah.

2. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian makalah ini

3. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan terkait proses penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan

kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan makalah di masa mendatang. Kami

berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan masyarakat pada umumnya.

Surabaya, Mei 2013

Penyusun

Page 3: Makalah Ekwil Pel 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................................................

1.4 Sistematika Penulisan..................................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................................

2.1 Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)..................................................................................................

2.2 Panduan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif.....................

2.2.1 Kunci Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif..........................................................

2.2.2 Tahapan Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif....................................................

BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................................................

3.1 Gambaran Umum Studi Kasus..................................................................................................................

3.2

3.3

BAB IV PENUTUP`...................................................................................................................................................

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................................

4.2 Rekomendasi....................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................................

Page 4: Makalah Ekwil Pel 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia,

dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang atau dengan

istilahnya pembangunan yang multidimensional. Adapun yang di maksud dengan pembangunan

multidimensional adalah pembangunan yang bersifat menyeluruh yaitu apa yang dinamakan dengan

pembangunan nasional.

Pelaksanaan Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mempengaruhi orientasi perencanaan

pembangunan daerah. Dalam Era Sentralisasi, perencananaan pembangunan daerah sifatnya hanya

sebagai pendukung pelaksanaan kebijakan dan perencanaan nasional. Akibatnya, peranan yang dapat

dimainkan oleh perencanaan pembangunan daerah juga tidak terlalu besar. Akan tetapi dalam era

otonomi daerah orientasi perencanaan pembangunan daerah akan mengalami perubahan cukup

mendasar dan peranannya menjadi semakin penting. (Tarigan.2004)

Kemakmuran dari sebuah kota dalam jangka panjang tergantung dengan kapasitas dari kota

tersebut untuk mengambil keuntungan dari kesempatan bertumbuh secara berkelanjutan. Sesuai

dengan pengalaman yang sudah terjadi saat ini, pemahaman akan kondisi ekonomi lokal, keunggulan

komparasi dan keuntungan kompetitif sangat penting dalam merumuskan strategi untuk

mengembangkan sebuah kota/wilayah (City Alliance.2007).

Hal pokok yang menjadi pertimbangan pembangunan daerah saat ini adalah bagaimana

wilayah dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri berdasarkan potensi sosial ekonomi dan

karakteristik yang dimilikinya. Artinya dalam konteks pengembangan sosial ekonomi saat ini, arah

yang dituju dalam pengembangan wilayah adalah wilayah harus mandiri dan memiliki daya saing

sehingga mampu berintegrasi ke dalam sistem perekonomian regional, nasional maupun global.

Pengembangan wilayah harus menjadi suatu upaya menumbuhkan perekonomian wilayah dan lokal,

sehingga wilayah dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri dengan memanfatkan sumber daya

lokal.

Strategi pengembangan wilayah bertumpu pada sumber daya lokal ini dikenal sebagai konsep

pengembangan ekonomi lokal (local economic development). Ekonomi lokal sendiri adalah

pengembangan wilayah yang sangat ditentukan oleh tumbuh kembangnya wiraswasta lokal yang

ditopang oleh kelembagaan-kelembagaan di wilayah tersebut meliputi, pemerintah daerah, perguruan

tinggi, pengusaha lokal dan masyarakat. Definisi pengembangan ekonomi lokal adalah proses di mana

pemerintah lokal dan organisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara,

aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan (Susanti, 2013).

Page 5: Makalah Ekwil Pel 1

Kota Batu sejak menjadi daerah otonom sejak tahun 2001 yang artinya adalah Kota Batu

menjadi kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia

(UU no. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah). Dalam pengembangannya, Kota Batu

mendeklarasikan diri menjadi sentra pariwisata dan Agropolitan khususnya di Provinsi Jawa

Timur.Hal tersebut sesuai dengan potensi dari kondisi fisik dari Kota Batu sendiri.Kondisi Alam yang

mendukung berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan, keadaan suhu udara yang relative

sejuk, potensi alam yang mendukung seperti hutan, air terjun, perkebunan, sawah dan lading yang

terhampar.Selain itu, potensi tanaman buah, tanaman sayur dan tanaman bunga yang mendukung

Agro-Tourismmemperkuat citra kota batu sebagai salah satu pusat agropolitan di Jawa Timur

(Rencana Induk Pengembagan Pariwisata Kota Batu, 2010).

Dalam pengembangannya, Kota Batu menerapkan konsep pengembangan desa wisata yang

berbasis ekonomi lokal. Konsep pengembangan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan

kepedulian dan partisipasi masyarakat (Yoehansyah, Haryono dan Hadi, 2013). Salah satu yang

dikembangkan adalah adanya pengembangan industri pengolahan apel yang berbasis pengembangan

ekonomi lokal.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat berbagai masalah pengembangan ekonomi di Indonesia didapat pertanyaan utama

yang akan dijawab pada makalah ini. Pertanyaan tersebut adalah Bagaimana konsep Pengembangan

Ekonomi Lokal di Indonesia dalam memecahkan masalah perekonomian wilayah?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah “PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) Studi Kasus: Kota

Batu” ini adalah untuk mengidentifikasi implementasi dari penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal

yang sudah ada di Indonesia.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun penyusunan paper ini akan dibahas sesuai dengan sistematika pembahasan yang

disajikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, serta sistematika pelaporan dalam

pembahasan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Page 6: Makalah Ekwil Pel 1

Bab ini membahas pustaka-pustaka yang digunakan untuk melakukan identifikasi persoalan

masalah perekonomian ekonomi wilayah dengan pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini berisi pembahasan mengenai contoh penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal,

permasalahan studi kasus, dan tahapan-tahapan penerapan konsep PEL.

BAB IV PENUTUP

Berisi kesimpulan mengenai penerapan konsep pengembangan ekonomi lokal.

Page 7: Makalah Ekwil Pel 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL)Pengembangan ekonomi lokal (PEL) merupakan suatu konsep perubahan fundamental

terhadap para pelaku terkait.PEL pada hakekatnya merupakan proses kemitraan antara pemerintah

daerah dengan para stakeholder termasuk sektor swasta dalam mengelola sumber daya alam dan

sumber daya manusia maupun kelembagaan secara lebih baik melalui pola kemitraan dengan tujuan

untuk mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan menciptakan pekerjaan baru. Ciri

utama pengembangan ekonomi lokal adalah pada titik beratnya pada endogenous development yakni

mendayagunakan potensi sumber daya manusia, institutional dan fisik setempat. Orientasi ini

mengarahkan kepada fokus dalam proses pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan

merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi. (Blakely, 1989).

Dalam mencapai tujuan itu, pemerintah daerah dan kelompok masyarakat dituntut untuk

mengambil inisiatif dan partisipatif bukan hanya berperan pasif saja.Setiap kebijakan dan keputusan

publik dan sektor usaha, serta keputusan dan tindakan masyarakat, diarahkan untuk mendukung

kebijakan pengembangan ekonomi daerah yang telah disepakati bersama. Dengan kata lain kegiatan

pengembangan ekonomi lokal, sebagaimana kegiatan publik lain, sifatnya tidak berdiri sendiri atau

saling terkait dengan aspek publik lainnya.

Pengembangan ekonomi lokal (PEL) hakekatnya merupakan proses pemerintah daerah dan

kelompok berbasis komunitas mengelola sumber daya yang ada untuk merangsang kegiatan ekonomi

wilayah. Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah suatu proses yang mencoba merumuskan

kelembagaan kelembagaan pembangunan di daerah, peningkatan kemampuan SDM untuk

menciptakan produk-produk yang lebih baik serta pembinaan industri dan kegiatan usaha pada skala

lokal. Jadi pengembanganwilayah dilihat sebagai upaya pemerintah daerah bersamamasyarakat dalam

membangun kesempatan-kesempatan ekonomiyang cocok dengan SDM, dan mengoptimalkan

pemanfaatan sumberdaya alam dan kelembagaan secara lokal (Munir, 2007).

Konsep ini dikembangkan sebagai alternatif atas berbagai kelemahan konsep pengembangan

wilayah sebelumnya.yaitu konsep pembangunan dari atas (development from above) dan konsep

pembangunan dari bawah (development from below).Konsep pengembangan ekonomi lokal berusaha

memadukan konsep-konsep tersebut, dengan mengembangkan dan meningkatkan peran elemen-

elemen endogenous development dalam kehidupan sosial ekonomi lokal dan melihat keterkaitan serta

integrasinya secara fungsional dan spasial dengan wilayah yang lebih luas (Ma’rif, 2000).

Pengembangan ekonomi lokal mendasari konsepnya pada pengembangan kewirausahaan

lokal serta tumbuh kembangnya perusahaan-perusahaan lokal, kerja sama pemerintah lokal dengan

swasta dan lembaga-lembaga lainnya dalam mengelola sumber-sumber yang potensial untuk

Page 8: Makalah Ekwil Pel 1

mendorong aktivitas ekonomi.Konsep ini pada dasarnya beranggapan bahwa pengembangan wilayah

sangat ditentukan oleh tumbuh kembangnya wiraswasta lokal yang ditopang oleh kelembagaan yang

ada di wilayah tersebut, meliputi industri, asosiasi kegiatan usaha, pengusaha lokal dan

lainnya.Terdapat banyak fungsi yang harus diperhatikan dalam pengembangan ekonomi lokal, seperti

sumber daya alam, tenaga kerja, modal investasi, skala ekonomis, pasar, situasi ekonomi, kemampuan

pemerintah pusat dan daerah, serta situasi yang kondusif.Dua kata kunci dalam PEL adalah kerjasama

antar sesama komponen dan pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal.Hal tersebut menjadi

relevan dengan sistem desentralisasi yang diterapkan di Indonesia.

2.2 PANDUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL PARTISIPATIF

Prinsip pendekatan PELP adalah mulai dengan kebutuhan pasar, lalu menghubungkan

produsen skala kecil dan para pemasok kepada perusahaan pengekspor (ke luar daerah).Memulai

pengembangan dari klaster kegiatan ekonomi yang ada di daerah tersebut kemudian hasil produksi

dijual di luar daerah (economic base), danmultiplier effectmeluas.PEL ini membentuk sentra kegiatan

yang mudah diingat oleh masyarakat.Seringkali industri-industri ini telah tumbuh menjadi ikon

daerah yang melekat dengan daerah tersebut.Pembangunan dan pemasaran daerah dengan memakai

image industri yang menonjol di daerah itu telah menjadi bagian yang sulit terpisahkan dari dinamika

pengembangan ekonomi lokal.Image tersebut sangat membantu daerah dalam rangka pemasaran

potensi ekonominya.

2.2.1 Kunci Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif

Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif (PELP) adalah proses dimana pemerintah, swasta

dan masyarakat bekerja bersama membentuk kondisi yang lebih baik bagi pertumbuhan ekonomi dan

penciptaan lapangan kerja. Sesuai dengan prinsip tersebut, fokus PELP terdapat pada lima kata kunci

sebagai berikut.

PELP

Page 9: Makalah Ekwil Pel 1

Ekspor

PELP memprioritaskan untuk pengembangan kegiatan yang berorientasi ekspor ke luar

daerah, karena kegiatan ini memberikan permintaan lebih besar,pasar lebih luas, memberikan

tambahan pendapatan (devisa) bagi daerah.

Pemasaran

Usaha Kecil dan Menengah sering mengeluh kekurangan permintaan, sementara Usaha

Menengah-Besar mengeluh sering permintaan besar, tapi sulit untukmenyediakan produk dalam

kuantitas, kualitas dan waktu yang diminta.Maka pendekatanPELP adalah menghubungkan produsen

skala kecil dengan yang lebih besar.

Klaster

Kelompok dari kegiatan ekonomi sejenis, dari hulu hingga hilir.Tujuannyaadalah agar mata-

rantai produksi-pasar (supply chain) terbina. Pengembangan clusterdiprioritaskan dengan menilai

potensinya untuk diekspor ke luar daerah, luasnya efek-ganda (multipliers) dan nilaitambah, serta

jumlah usaha kecil yang terlibat dalam cluster.

Kemitraan

Forum kemitraan stakeholder yang terkait dengan klaster yang dipilih dibentuk, dengan

keanggotaan antara lain produser (petani, nelayan, pengola sekunder), pedagang, pengumpul dan

grosir, dinas dan lembaga yang terkait dengan cluster diPemda, BUMD (kalau ada), lembaga keuangan,

pusat pelatihan dan penelitian, KADIN, LSM, termasuk pembeli besar dari luar daerah.

Pemberdayaan

Dalam pemberdayaan forum kemitraan, diarahkan agar kelompok relatif kecil, yang fokus

kepada berbagi kepentingan bersama.Memberdayakan forum kemitraan untuk saling berbagi

(sharing) dalam merumuskan masalah, solusi, rencana tindakan.Mendelegasikan kewenangan kepada

kemitraan dalam pengambilan keputusan yangmenyangkut kepentingan usaha dan kerjasana dengan

pihak terkait.

2.2.2 Tahapan Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif

Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif menyangkut inovasi dan perbaikan terus-menerus

untuk menghasilkan produk berkualitas yang sesuai kebutuhan dan selera pembeli, serta efisiensi.Bisa

diperhatikan bahwa kalau dilihat dari potensi alamnya, tidak semua, atau kebanyakan sentra-sentra

tersebut tidak memiliki sumber daya alam yang dibutuhkan.Ini menyangkut hubungan antar satu jenis

kegiatan ekonomi, mulai dari kegiatan produksi primer, pengepul, pengolah setengah jadi atau jadi

(industri menengah, besar), pedagang dan eksportir, serta kegiatan dan pelayanan penunjang

lainnya.Dalam mengembangkan ekonomi lokal, ada enam tahap yang bisa dilakukan untuk

membentuk klaster industri yang berkelanjutan.

Page 10: Makalah Ekwil Pel 1

Berikut ini adalah penjelasan dari enam tahapan yang dilakukan untuk mengembangkan

ekonomi lokal partisipatif.

Tahap 1: Identifikasi prioritas dalam menciptakan lingkungan usaha yang kondusif.

Tujuannya adalah menetapkan prioritas dan sasaran promosi pengembangan ekonomi,mendorong

investasi baru dan memfasilitasi peningkatan produksi serta perdagangan di daerah yang

bersangkutan. Kegiatannya antara lain: Membentuk tim pendahulu untuk memulai PELP.

Memfasilitasi dunia usaha untuk mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi.Mengidentifikasi

prioritas dalam reformasi peraturan ataukebijakan menyangkut kegiatan usaha; prioritas bagi

perbaikan kebijakan/peraturan fiskal dari Pemda; prioritas perbaikan prasarana dan pelayanan untuk

kegiatan ekonomi.

Tahap 2: Memilih klaster kegiatan ekonomi yang sesuai daya saing

Tujuannya untukmengidentifikasi kegiatan ekonomi lokal yang mempunyai potensi kuat untuk

tumbuh (clusters). Membentuk kerjasama dengan pemerintah provinsi dan daerah lain yang

mempunyaikesamaan kepentingan. Kegiatannya antara lain: Mengidentifikasi kegiatan ekonomi

yangmenonjol sesuai dengan keunggulan bersaing (competitive advantage) dan sumber daya potensial

sebagai calon cluster. Secara partisipatif memilih cluster pertama untuk mengawali kegiatan.

Tahap 3: Membentuk kemitraan

Tujuannya adalah menciptakankemitraan antara pemerintah daerah dengan dunia usaha untuk saling

berbagi tanggungjawab dalam pengembangan cluster. Kegiatannya antara lain: Mensosialisasi kepada

stakeholder potensial tentang proposal untuk rencana cluster. Membentuk forum

kemitraanstakeholder untuk cluster terpilih. Untuk mendorong perubahan, dapat

dipromosikan“juara” dari Pemda atau dunia usaha untuk ditunjuk sebagai penggerak.

I Identifikasi prioritas dalam menciptakan lingkungan usaha yang kondusif

II Memilih klaster kegiatan ekonomi yang sesuai daya saing

III Membentuk kemitraan stakeholder

IV Memperkuat kemitraan

V Mempromosikan klaster

VI Replikasi klaster untuk ekonomi yang lain

Page 11: Makalah Ekwil Pel 1

Tahap 4: Memperkuat kemitraan

Tujuannya untuk meningkatkan kemampuankemitraan stakeholders untuk menelorkan ide-ide,

mendorong inisiatif, dan mobilisasisumber daya yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha.

Kegiatannya antara lain: Menginventarisasi pelaku ekonomi dalam cluster dan membuat katalog

kapasitas dan kualitasproduknya. Mengorganisir jaringan cabang untuk mencakup wilayah

kota/kabupaten.Mengembangkan forum dan media komunikasi.

Tahap 5: Mempromosikan klaster

Tujuannya untuk penguatan kemampuanperusahaan lokal untuk berkompetisi dalam pasar nasional

dan internasional; meningkatkanpenjualan, peningkatan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja

produktif. Kegiatannya antara lain: Mengarahkan agar anggota cluster melakukan tindakan konkrit

dan berorientasihasil bagi usahanya. Menyusun rencana pemasaran, termasuk publikasi

katalog,mengembangkan merek daerah dan menjaga kualitas melalui sertifikasi,

disarankanmembentuk lembaga semacam trading-house di daerah untuk mendorong ekspor ke

luardaerah.

Tahap 6: Replikasi klaster untuk kegiatan ekonomi yang lain

Tujuannya untuk memperbanyak kegiatan usaha yang kompetitif di daerah; dan membangun

kapasitas secara berkelanjutan untuk menunjang pengembangan ekonomi lokal. Kegiatannya antara

lain:Mengevaluasi kegiatan pengembangan cluster yang berjalan; mereplikasikannya

denganpenerapan pendekatan PELP untuk cluster kegiatan ekonomi lainnya

Page 12: Makalah Ekwil Pel 1

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Studi Kasus

Kota Batu merupakan salah satu kota yang baru terbentuk pada tahun 2001 sebagai pecahan

dari Kabupaten Malang. Sebelumnya wilayah kota batu merupakan bagian dari Sub Satuan Wilayah

Pengembangan 1 (SSWP 1) Malang Utara. Kota ini sedang mempersiapkan diri untuk mampu

melakukan perencanaan, pelaksanaan serta mengevaluasian proyek-proyek pembangunan secara

mandiri sehingga masyarakat di wilayah ini semakin rneningkat kesejahterannya.

Secara geografis, Kota Batu terletak pada posisi 112°17'10,90"-122°57'11" Bujur Timur dan

7°44'55,11"-8°26'35,45 Lintang Selatan, dengan luas wilayah 19.908,72 Ha atau 0,42% dari luas total

Jawa Timur. Bentang wilayahnya berupa bukit, gunung, jurang terjal dan daerah daratan dengan batas

wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan

Sebelah Timur : Kabupaten Malang

Sebelah Selatan : Kabupaten Blitardan Kabupaten Malang

Sebelah Barat : Kabupaten Malang

Secara administratif, Kota Batu

dibagi menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu

Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan

Kecamatan Bumiaji yang terinci 20 Desa,

4 Kelurahan, 226 RW dan 1.059 RT. Dari

wilayah seluas 19.908,72 Ha tersebut,

Kecamatan Batu memiliki luas 4.545,81

Ha, Kecamatan Junrejo seluas 2.565,02

Ha dan Kecamatan Bumiaji seluas

12.797,89 Ha.

Apel merupakan produk khas

yang menjadi andalan daerah yang

datarannya berada di ketingggian tak

kurang dari 600 m diatas permukaan

laut serta dikelilingi banyak gunung

(Gunung Panderman, Gunung Banyak,

Gunung Welirang, dan Gunung Bokong).

Apel batu ini memiliki empat varietas

yaitu apel manalagi, rome beauty, anna, Gambar 3.1 Batas Administrasi Kota BatuSumber : Bappeda Kota Batu

Page 13: Makalah Ekwil Pel 1

dan wangling. Selain apel batu, Kota Batu juga menghasilkan berbagai jenis buah lain seperti jeruk,

alpukat, nangka, dan pisang. Seperti Kecamatan Bumiaji yang produktif menghasilkan berbagai jenis

buah-buahan, juga menjadi sentra produksi jeruk keprok batu, jeruk keprok punten, dan jeruk manis.

Dengan nilai produksi mencapai 23.152 ton dari 24.205 pohon, jeruk-jeruk batu tersebut

didistribusikan ke Surabaya, Bali, dan Jakarta.

3.2 Potensi PEL Komoditas Apel dengan brand Apel Batu

Pesatnya perkembangan sektor pariwisata di Kota Batu menimbulkan efek berganda bagi

munculnya sektor-sektor lain di Kota Batu, salah satunya adalah industri pengolahan makanan dan

minuman yang berasal dari olahan buah apel. Untuk industri pengolahan apel sendiri saat ini

produksinya sebagian besar masih tergantung pada permintaan pasar, ketika hari libur maka

permintaan pasar akan meningkat, namun ketika hari biasa permintaan menurun sehingga banyak

industri yang menurunkan jumlah produksinya karena berkurangnya permintaan pasar. Selain itu saat

ini industri pengolahan apel di Kota Batu juga masih memiliki beberapa kendala yaitu :

1. Kurangnya standarisasi produk yang dihasilkan;

2. Keterbatasan akses pasar;

3. Pengetahuan bisnis dan strategi pemasaran yang masih lemah;

4. Keterbatasan akses permodalan; dan

5. Terbatasnya kemitraan dengan lembaga lain

Sehingga, berdasarkan beberapa persoalan diatas, pemerintah berinisiatif untuk mulai

mengembangkan sektor industri dengan komoditas utama apel dengan menggunakan pendekatan

pengembangan ekonomi lokal. Menurut Organisasi Perburuhan Inter-nasional (2005, h. 29)

dijelaskan bahwa LED adalah proses pembangunan partisipatif yang mendorong pengaturan

kemitraan antara pihak berkepentingan swasta dan publik yang utama dalam wilayah yang terdefinisi,

yang memungkinkan rancangan dan implementasi strategi pembangunan bersama, dengan

memanfaatkan sumber daya lokal dan keuntungan kompetitif dalam konteks global dengan tujuan

akhir menciptakan pekerjaan yang layak dan merang-sang kegiatan ekonomi. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam PEL disini adalah terkait dengan unsur sumber daya lokal dan keuntungan

kompetitif dalam konteks global. Namun, dalam menciptakan daya saing produk-produk pertanian

Indonesia tersebut bisa diawali dengan mengembangkan produk-produk pertanian yang memiliki

keunggulan komparatif (comparative advantage). Artinya, bagaimana suatu komoditas dapat

mengangkat perekonomian suatu wilayah dengan memanfaatkan segala potensi lokal yang ada.

3.2.1 Strategi PEL

1. Peningkatan Kualitas dan Standarisasi Produk

Untuk meningkatkan kualitas dan standarisasi produk, saat ini Dinas Koperasi, UKM,

perindustrian dan Perdagangan Kota Batu telah memberikan fasilitasi berupa pemberian label halal

Page 14: Makalah Ekwil Pel 1

dan izin dari dinas kesehatan pada beberapa produk olahan apel di Kota Batu. Selain itu untuk

memperluas SNI terhadap produk makanan dan minuman olahan, saat ini pemerintah daerah sedang

menyusun rancangan standarisasi makanan untuk salah satu produk olahan apel yaitu kripik apel

2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penyelenggaraan program pelatihan dan

program pendampingan teknologi, guna pemanfaatan teknologi yang tepat guna bagi para pelaku

industri. Sebagian program tersebut merupakan hasil dari peningkatan keterkaitan dunia pendidikan

de-ngan pasar tenaga kerja yaitu dalam hal pemberian inisiatif bagi pertumbuhan pusat-pusat

penelitian dalam rangka mengembangkan SDM dan teknologi.

3. Peningkatan Akses Pemasaran

Belum adanya peraturan daerah di Kota Batu yang khusus mengatur tentang industri

pengolahan apel menyebabkan penciptaan hubungan subkontrak dalam menjamin kontinuitas

produksi dan jaminan pasar belum ada, proteksi melalui konsumsi produk olahan apel juga belum

dilakukan oleh pemerintah, serta untuk kontrol pemerintah terhadap monopoli pasar juga belum

terlihat.

4. Peningkatan Kemitraan

Dalam peningkatan kemitraan upaya yang dilakukan adalah melalui pengembangan Asosiasi

Pengusaha Kota Batu. Dengan harapan melalui asosiasi ini akan terbentuk kemitraan antar pelaku

industri yang dapat membantu mengatasi permasalahan-permasalah yang dihadapi oleh para pelaku

industri.

5. Peningkatan Akses Permodalan

Memberikan fasilitasi berupa pemberian informasi kepada para pelaku industri yang ingin

memperoleh bantuan modal berupa pinjaman lunak dari PT. Telkom dengan bunga sebesar 6%.

Memberikan bantuan modal berupa uang serta fasilitasi peralatan industri. Membangun Gedung Pusat

Layanan Usaha Terpadu yang didalamnya terdapat klinik bisnis. Klinik bisnis ini nantinya akan

memberikan pelayanan per-modalan bagi para pelaku industri.

3.2.2 Faktor Pendukung PEL

- Peran dan fungsi dinas-dinas pemerintahan yang relevan dengan PEL sangat di butuhkan guna

menjadi pihak yang melakukan manajemen kontrol utama terhadap proses pengembangan

ekonomi lokal

- Ketersediaan anggaran pemerintah merupakan salah satu hal yang dapat mendukung

pengembangan industri berbasis sumber daya lokal pada suatu wilayah

- Kondisi geografis yang cocok dengan jenis komoditas akan membuat daya saing komoditas

semakin baik.

- Selain itu lokasi wilayah sebagai pusat transit dan area pariwisata dapat mendukung upaya

pengembangan ekonomi lokal.

Page 15: Makalah Ekwil Pel 1

3.2.3 Faktor Penghambat PEL

- Keterbatasan tenaga ahli menjadi salah satu faktor internal yang menjadi penghambat dalam

pengembangan indutri pengolahan apel

- Dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama terkait pendampingan teknologi,

masih kurang maksimal.

- Belum adanya peraturan daerah yang menagatur tentang industri kecil menengah di Kota Batu

juga merupakan salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan strategi pengembangan

industri pengolahan apel di Kota Batu.

Berdasarkan pembahasan mengenai potensi PEL berdasarkan strategi, faktor pendukung dan

penghambat, diharapkan dengan memanfaatkan segala potensi lokal yang ada, khususnya berawal

dari keunggulan komparatif dalam pertanian apel tropis di Batu, dapat di kembangkan sebagai potensi

ekonomi lokal yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian di Kota

Batu maupun wilayah sekitarnya.

3.3 Tahapan Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif di Kota Batu

Tahapan yang dilakukan oleh Kota Batu untuk mengembangkan ekonomi lokal partisipatif

adalah sebagai berikut :

Tahap 1: Identifikasi Prioritas Dalam Menciptakan Lingkungan Usaha yang Kondusif

Berdasarkan kebijakan pengembangan ekonomi kerakyatan dalam rangka pembangunan di

Jawa Timur, khususnya di Kota Batu antara lain adalah melalui pengembangan sektor agrobisnis dan

salah satu komoditas pertanian yang diandalkan adalah apel tropis dari Kota Batu. Maka berdasarkan

kebijakan tersebut, telah diidentikasi bahwa usaha komoditas apel dijadikan sebagai prioritas dan

sasaran promosi pengembangan ekonomi pada kota Batu. Selain itu, usaha komoditas apel juga

digunakan sebagai “pemancing” investasi baru pada kota Batu. Melihat kota Batu masih didominasi

oleh industri kecil menengah, fasilitas berupa peralatan industri atau modal berupa uang telah

disediakan oleh Perdagangan dan Perindustrian kota Batu untuk berjalannya industri-industri kecil

pada Kota Batu. Setelah berjalannya industri-industri tersebut, didapatkan isu-isu strategis yang

dihadapi oleh industri-industri komoditas apel yaitu sebagai berikut:

Kurangnya standarisasi produk yang dihasilkan

Keterbatasan akses pasar

Pengetahuan bisnis dan strategi pemasaran yang masih lemah

Keterbatasan akses permodalan

Terbatasnya kemitraan dengan lembaga lain.

Tahap 2: Memilih Klaster Kegiatan Ekonomi yang Sesuai Dengan Daya Saing

Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai daya saing kota Batu, telah diidentifikasi kegiatan

ekonomi lokal yang mempunyai potensi kuat untuk tumbuh, yaitu usaha komoditas apel. Komoditas

Page 16: Makalah Ekwil Pel 1

apel dari kota Batu memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan apel impor dari USA, Australia, New

Zealand dan RRC karena kota Batu merupakan satu-satunya kota (di dunia) pada iklim tropis yang

membudidayakan apel. Apel dari iklim tropis memiliki keunggulan lebih jika dinilai dari rasa,

kesegaran dan ketahanan dibandingkan apel dari iklim sub-tropis. Selain itu, telah dilakukan berbagai

analisis mengenai komoditas apel pada kota Batu, analisis-analisis tersebut adalah sebagai berikut:

Analisis ekonomi dan finansial: Berdasarkan analisis ini, didapatkan bahwa pendapatan usaha

komoditas apel pada kota Batu memiliki nilai positif. Maka, hal ini menunjukkan bahwa secara

ekonomi dan financial komoditas apel pada kota Batu dinilai menguntungkan dan layak untuk

diusahakan.

Analisis keunggulan komparatif: Analisis keunggulan komparatif dilihat dari nilai Koefisien

Biaya Sumberdaya Domestik (KBSD), jika nilai KBSD lebih kecil dari 1 maka dinilai memiliki

keunggulan komparatif.

Berdasarkan analisis terdahulu, usaha komoditas apel kota Batu memiliki nilai KBSD 0.55,

maka dapat dikatakan bahwa usaha komoditas apel yang dihasilkan kota Batu efektif dalam

memanfaatkan sumberdaya domestik untuk menghemat satu satuan devisa dan memiliki

keunggulan komparatif dibandingkan usaha komoditas apel yang diimpor dari luar negeri.

Analisis keunggulan kompetitif: Analisis keunggulan kompetitif dilihat dari nilai Private Cost

Ratio (PCR), jika nilai PCR lebih kecil dari 1 maka kegiatan tersebut memiliki keunggulan

kompetitif. Berdasarkan analisis terdahulu nilai PCR usaha komoditas apel kota Batu

menujukkan nilai 0.506, maka dapat dikatakan bahwa usaha komoditas apel kota Batu

memiliki keunggulan kompetitif dan layak diusahakan.

Analisis sensitivitas: Analisis sensivitas yang dilakukan adalah sensitivitas dengan naiknya

harga bibit sebesar 10% dan 20%, upah tenaga kerja 10% dan 20%, harga pupuk dan pestisida

10% dan 20% dan turunnya harga output apel sebesar 10% dan 20%. Berdasarkan analisis

terdahulu, didapatkan bahwa hal tersebut menyebabkan perubahan nilai KBSD dan PCR, akan

tetapi nilainya masih dibawah satu, maka dapat dikatakan usaha komoditas apel di kota Batu

masih layak untuk diusahakan.

Tahap 3: Membentuk Kemitraan Stakeholder

Dalam pembentukan kemitraan antara pengusaha/industri komoditas apel dengan

stakeholder, upaya yang dilakukan adalah melalui pembentukan Asosiasi Pengusaha Kota

Batu.Asosiasi ini dibentuk untuk mencari bantuan stakeholder dalam menghadapi isu-isu yang muncul

selama berjalannya kegiatan ekonomi lokal. Telah terjalin kemitraan asosiasi tersebut dengan Dinas

Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian Kota Batu. Pada kemitraan ini, bantuan yang telah

diberikan adalah sebagai berikut:

Penyediaan bantuan modal berupa fasilitas peralatan industri atau dalam bentuk uang. Untuk

bantuan modal berupa uang, Dinas memberikan bantuan tersebut kepada pelaku industri di

Page 17: Makalah Ekwil Pel 1

tahun 2009 dan 2010, sedangkan untuk bantuan peralatan, diberikan pada tahun 2009 dan

2012 kepada 29 industri kecil menengah di Kota Batu.

Peningkatan kualitas produk dengan memberikan fasilitas berupa pemberian label halal dan

izin dari dinas kesehatan pada produk-produk apel serta pemerluasan standar SNI.

Penyelenggarakan pelatihan (peningkatan kualitas SDM) dalam rangka pengembangan inovasi

produk, pemanfaatan teknologi, peningkatan kemampuan manajerial serta memberikan

pelatihan dalam bidang pemasaran

Pemberian fasilitas berupa penyediaan informasi kepada pelaku industri kecil tentang

pinjaman lunak dari PT. Telkom dengan bunga sebesar 6% melalui program CSR.

Tahap 4: Memperkuat Kemitraan

Upaya memperkuat kemitraan dengan para stakeholders yakni untuk memunculkan ide-ide,

inovasi, dan mobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dalam upaya pengembangan usaha. Untuk

meningkatkan kualitas dan standarisasi produk apelnya, Pemerintah Kota Batu telah melakukan

upaya ini. Pemerintah melakukan kerjasama dengan stakeholders yang terkait dengan upaya

peningkatan kualitas dan standarisasi dari produk apel, seperti kerjasama dilakukan bersama Dinas

Koperasi, UKM, Perindustrian, Kesahatan, dan Perdagangan. Pemerintah Kota Batu bekerja sama

dengan Dinas Kesehatan dalam upaya peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas produk

olahan apel. Dinas Kesehatan memfasilitasi pemberian label halal dan izin. Pemerintah Kota Batu juga

sudah memiliki strategi peningkatan hubungan dengan stakeholders, yakni dengan upaya

pembentukan asosiasi pengusaha apel yang terdapat pada Kota Batu. Dengan pendekatan ini,

Pemerintah berharap untuk dapat memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi pengusaha-

pengusaha.

Pemerintah Kota Batu melakukan berbagai upaya dalam memperkuat kemitraan. Langkah yang

lain yang dilakukan pemerintah kota tersebut adalah dengan penyediaan informasi terkait pemberian

bantuan pinjaman lunak. Pemerintah Kota Batu bekerja sama dengan PT. Telkom dengan pemberian

bantuan modal pinjaman lunak kepada para pelaku industri dengan bunga ringan melalui program

CSR. Dengan beberapa strategi dari memperkuat kemitraan dengan stakeholders beberapa hasil yang

didapat adalah terdapat tiga industri yang mendapat penghargaan ISO berdasarkan kualitas produk

yang baik.

Tahap 5: Mempromosikan Klaster

Pada tahapan mempromosikan klaster ditujukan untuk meningkatkan rasa kompetitif para

perusahaan lokal untuk mampu berkompetensi dalam pasar nasional maupun internasional. Selain itu,

tujuan dari tahapan ini adalah untuk meningkatkan penjualan yang tentunya dapat meningkatkan

pendapatan dan menciptakan lapangan kerja produktif. Pemerintah Kota Batu sudah memberikan

strategi dalam upaya mempromosikan klaster ini dengan cara melakukan peningkatan kualitas

Page 18: Makalah Ekwil Pel 1

sumberdaya manusia dalam mempersiapkan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan penjualan

produk mereka.

Pemerintah Kota Batu berupa dalam peningkatan akses pemasaran. Untuk mewujudkan hal ini

beberapa hal yang sudah dilakukan yakni dengan pameran lokal dan regional, promosi lewat website

dinas, dan melakukan pelatihan tentang pemasaran yang dilakukan melalui website. Program

pendampingan teknologi juga sudah dilakukan untuk mendukung produksi apel pada Kota Batu.

Program pendampingan teknologi ini termasuk ke dalam tahap transformasi kemampuan berupa

wawasan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan wawasan, khususnya dalam pemanfaatan

teknologi yang digunakan dalam memproduksi produk olahan apel, sehingga diharapkan melalui

program pendampingan teknologi ini maka teknologi yang digunakan oleh para pelaku industri akan

tepat guna.

Tahap 6: Replikasi Klaster untuk Kegiatan Ekonomi Lain

Replikasi klaster untuk kegiatan ekonomi lain bertujuan untuk memperbanyak kegiatan usaha

yang kompetitif di daerah, dan membangun kapasitas secara berkelanjutan untuk menunjang

pengembangan ekonomi lokal.Pada tahapan yang terakhir belum dilakukan oleh Pemerintah Kota

Batu. Pemerintah Batu beserta para stakeholders lain belum berorientasi pada tahapan

pengembangan ekonomi lokal partisipatif yang ini. Beberapa program dan strategi yang sudah

maupun akan diarahkan oleh Pemerintah Kota Batu, belum ada yang menyangkut atau berkaitan

dengan tahapan ini, yakni tahapan replikasi klaster untuk kegiatan ekonomi lain. Melihat kondisi

eksisting yang terdapat pada Kota Batu, seharusnya kota ini mampu untuk manghasilkan atau tumbuh

replikasi klaster untuk kegiatan ekonomi lain, dikarenakan sumberdaya alam yang dimiliki sangat

melimpah selain apel.

Page 19: Makalah Ekwil Pel 1

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Rekomendasi