Makalah Diskusi 3 - Sindroma Nefrotik
-
Upload
fatimah-marwahutami -
Category
Documents
-
view
64 -
download
5
Transcript of Makalah Diskusi 3 - Sindroma Nefrotik
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I : PENDAHULUAN 2
BAB I : SKENARIO KASUS 3
BAB III : PEMBAHASAN 6
BAB IV : TINJAUAN PUSTAKA 15
BAB V : KESIMPULAN 26
BAB VI : DAFTAR PUSTAKA 27
1
Bab I
Pendahuluan
Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan
bersifat sementara atau reversibel. Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana
pasien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada
yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera
hilang bila aktifitas berhenti. Etiologi angina pektoris adalah ateriosklerosis, spasme arteri
koroner, anemia berat, artritis, aorta insufisiensi. Angina pektoris memiliki gambaran klinis
nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula
atau lengan kiri. Kualitas nyeri angina pektoris seperti tertekan benda berat, seperti diperas,
terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
2
Bab II
Skenario Kasus
SESI 1
Saudara sedang bertugas di UGD, datang dengan kursi roda Ny. Aminah 65 th diantar oleh
anaknya dengan keluhan mual, muntah, keringat dingin. Keluhan ini dirasakan sejak 3 jam
yang lalu. Menurut anaknya, pasien adalah penderita sakit kending manis dengan terapi
glimepirid 2 mg dan tidak pernah ada keluhan seperti ini sebelumnya.
SESI 2
Pada pemeriksaan fisik didapat:
Keadaan umum tampak lemah, pucat, berkeringat. Kesadaran compos mentis.
TD: 90/60mmHg
RR: 22x/menit
JVP: tidak meningkat
Nadi: 48x/menit, teratur, isi lemah
Suhu: 36.5°C
BB: 70Kg
TB: 160 cm
Thorax simetris, ictus cordis di ICS V garis mid clavicularis kiri. S1-S2 regular, intensitas
normal, S3(-), S4(-), bising (-). Paru suara napas vesicular, ronki (-).
Abdomen lemas, hepatomegali (-). Ekstremitas tidak ada edema, perabaan dingin.
SESI 3
3
Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hb: 15 g/dl
Lekosit: 12.000/mL
Hematokrit: 45%
Ureum: 28 mg/dl
Kreatinin: 1.2 mg/dl
LDH: 550 u/L
CPK: 300 u/L
CKMB: 50 u/L
Troponin T: positif
GDS: 225 mg/dl
Natrium: 137 mmol/l
Kalium: 4 mmol/l
Klorida: 135 mmol/l
EKG :
4
Foto Thorax :
SESI 4
Anda memberikan tatalaksana awal sebagai berikut:
Tirah baring, rawat di ICCU. Akses intravena
02 2L/menit, nasal kanul
Aspirin kunyah 320 mg dilanjutkan tablet 1x 160 mg p.c
Klopidogrel loading 300 mg dilanjutkan 1x 75
Simvastatin 1x20mg
Fibrinolitik dengan streptokinase 1.5 juta unit IV dalam 1 jam
direncanakan untuk dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap
5
Bab III
Pembahasan
I. Identitas Pasien
Nama : -
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 65 tahun
Alamat : -
Pekerjaan : -
Status : -
II. Anamnesis
Keluhan Utama : Mual, muntah dan keringat dingin sejak 3 jam yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien adalah penderita kencing manis dengan terapi glimepirid 2 mg dan tidak
pernah ada keluhan seperti ini sebelumnya.
Untuk membantu menegakkan diagnosis, maka diperlukan anamnesis tambahan sebagai
berikut :
1. Apakah ada keluhan lain?
2. Apakah terdapat nyeri ketika mual muntah?
3. Apakah keluhannya bersifat semakin parah?
4. Apakah pasien seorang perokok?
5. Apakah pasien sering berolahraga?
6. Apakah pasien seorang peminum minuman alkohol?
7. Apakah rasa mual, muntah dan keringat dingin muncul ketika terlambat makan?
8. Apa pekerjaan pasien?
9. Bagaimana riwayat obat obatan yang pernah dikonsumsi pasien?
10. Bagaimana riwayat penyakit sebelumnya?
6
11. Bagaimana asupan makanan pasien?
12. Bagaimana riwayat penyakit keluarga pasien?
III. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Normal Interpretasi
Keadaan umum tampak lemah dan
kesakitan
-
Kesadaran compos mentis Tidak ada kelainan Dalam batas normal
TD : 90/60 mmHg 120/80 mmHg Hipotensi
RR : 22x/menit 16-20x/menit Takipneu
JVP : tidak meningkat 5 + 3 cm Tidak ada kelainan pada
jantung kanan
Nadi : 48 x/menit, teratur, isi lemah 60-100x/menit Bradikardia
Suhu : 36,5°C 36,5°C-37,2°C Dalam batas normal
BB : 70kg
TB : 160cm
BMI = 70/(1,6²) =
27,34
Obesitas grade I
Thorax simetris
S1-S2 regular
Intensitas normal
S3 (-), S4 (-), bising (-)
Paru suara napas vesikularm ronki (-)
Tidak ada kelainan Dalam batas normal
Ictus cordis di ICS V garis
midclavicularis kiri
Tidak ada kelainan Dalam batas normal
Abdomen :
Lemas
Hepatomegali (-)
Tidak ada kelainan Dalam batas normal
Ekstremitas :
Edema (-)
Perabaan dingin
Tidak ada kelainan Dalam batas normal
IV. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Normal Interpretasi
Hb 15 g/dl 12 – 16 g/dl Dalam batas normal
7
Lekosit 12.000/mL 5.000-10.000 Adanya infeksi
Hematokrit 45% 37 – 47% Dalam batas normal
Ureum 28 mg/dL 10-5- mg/dL Dalam batas normal
Kreatinin 1,2 mg/dL 0,5-1,5 mg/dL Dalam batas normal
LDH 550 u/L 70-250 u/L Meningkat
CPK 300 u/L 40-150 u/L Meningkat
CKMB 50 u/L < 3% dari CPK Meningkat
Troponin T (+) (-) Infark miokardium
GDS 225 mg/dl < 200mg/dl Meningkat (Kemungkinan
pasien menderita DM)
Na 137 mmol/l 135-147 mmol/l Dalam batas normal
K 4 mmol/l 3,3-4,7 mmol/l Dalam batas normal
Cl 135 mmol/l 95-107 mmol/l Meningkat
V. EKG
Interpretasi :
1) Irama jantung : irama sinus
2) ST segmen elevasi pada sandapan II, III, dan aVF menggambarkan adanya
sel miokard yang mengalami injuri, sehingga tidak berdepolarisasi sempurna
8
yang secara elektrik lebih bermuatan positif dibanding daerah yang tidak
mengalami injuri. Adanya ST elevasi pada lead tersebut, menunjukkan
adanya kemungkinan injuri pada daerah inferior jantung, dan dapat diperkuat
dengan adanya perubahan resiprokal pada lead I, aVL, V2, V3.
VI. Foto rontgen
Interpretasi :
1. Kelengkapan identitas seperti nama, tanggal pengambilan, nomor foto tidak
ada.
2. Keterangan posisi tidak disebutkan.
3. Densitas baik, dapat dibedakan antara tulang, otot, dan udara.
4. Tidak ditemukan adanya fraktur.
5. Terlihat adanya infiltrat pada paru.
6. Adanya kardiomegali.
VII. Daftar Masalah
NO MASALAH DASAR MASALAH HIPOTESIS PENYEBAB
1. Mual muntah Anamnesis 1. Intoksikasi
2. Gangguan
9
gastrointestinal
3. Gangguan SSP
4. Penyakit jantung
5. Gangguan hati
6. Stress emosional
7. Mencium bau tidak
sedap..
2. Keringat dingin Anamnesis 1. Kekurangan oksigen
2. Rasa takut
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sistem
saraf
5. Infeksi
6. Diabetes mellitus
7. Gagal jantung
8. Hipertiroidisme
3. Pasien adalah
penderita DM
Anamnesis 1. Faktor resiko
penyakit
kardiovaskular
4. Obesitas grade I BMI = 27,34 1. Life style yang
buruk
2. Faktor resiko
terjadinya
aterosklerosis
VIII. Diagnosis Kerja :
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapat,
kami mendiagnosis Acute Coronary Syndrome. Dimana pada anamnesis didapatkan mual,
muntah dan berkeringat dingin serta pasien adalah penderita DM dimana merupakan faktor
resiko penyakit kardiovaskular. Pada pemeriksaan fisik dan penunjang juga didapatkan
hepatomegali dan adanya peningkatan cardiac marker, serta pada pemeriksaan EKG terlihat
10
adanya ST segmen elevasi pada sandapan II, III dan aVF yang menandakan adanya infark
miokard inferior.
IX. Patofisiologi
Keluhan Penyebab
Mual dan muntah Gelombang besar katekolamin dari sistem saraf
simpatik yang terjadi sebagai respons terhadap rasa
sakit dan kelainan hemodinamik yang dihasilkan
dari disfungsi jantung
Penumpukan cairan disekitar hati
dan usus (usus) mengganggu pencernaan.
Keringat dingin Penyakit angina pectoris itu berupa perasaan tidak
nyaman berkepanjangan, yang terjadi lebih dari 5
menit, akibat menurunnya tekanan darah yang
memompa jantung. Akibatnya, jantung membutuhkan
lebih banyak oksigen. Karena jantung tidak mampu
memompa dengan sempurna, maka pembuluh darah
mengadakan reaksi pemulihan berupa kontraksi guna
mencukupi pengisian oksigen pada pompa jantung
tadi, kontraksi itulah yang menimbulkan keringat
dingin pada kulit.
X. Penatalaksanaan
a. Non-Medikamentosa
- Modifikasi gaya hidup (pola makan, olahraga secara teratur, hindari merokok dan
minum alkohol)
- Edukasi pada keluarga
b. Medikamentosa
Oksigen
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri <90%. Pada
semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.
Nitrogliserin (NTG)
11
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat
diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri dada, NTG juga
dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan preload dan
meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang terkena
infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri dada terus berlangsung dapat diberikan NTG
intravena.
Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau
pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior pada EKG, JVP
meningkat, paru bersih dan hipotensi). Nitrat juga harus dihindari pada pasien yang
menggunakan phosphadiesterase-5 inhibitor sildenafil dalam 24 jam sebelumnya karena
dapat memicu efek hipotensi nitrat.
Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif pada
spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenasi trombosit yang dilanjutkan
reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin bukkal dengan dosis 160-325
mg di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75 – 162 mg.
Streptokinase (SK)
Merupakan fibrinolitik non spesifik fibrin. Pasien yang pernah terpajan dengan SK tidak
boleh diberikan pajanan selanjutnya karena terbentuknya antibodi. Reaksi alergi tidak jarang
ditemukan. Manfaat mencakup harganya yang murah dan insidens perdarahan intrakranial
yang rendah. Dosis nya 1,5 juta unit lebih dari 30 – 60 menit.15
Klopidogrel loading
Obat ini adalah pengencer darah jenis baru yang bekerja dengan cara berbeda dengan aspirin.
Kombinasi klopidogrel dan aspirin sangat bermanfaat bagi penderita serangan jantung. Obat
ini dapat dikonsumsi kapan saja, baik sebelum maupun sesudah makan. Dosis pertama yang
diberikan pada saat serangan jantung adalah 300 mg dan dosis untuk perawatan adalah 75
mg.
12
Obat statin
Statin digunakan untuk mengatasi gangguan lemak darah, terutama peninggian kadar LDL,
memiliki efek meninggikan kadar HDL dan menekan kadar trigliserida. Statin juga dapat
menekan proses inflamasi dalam pembuluh darah yang memicu pembentukan dan kerapuhan
plak. Dosis statin diberikan sesuai dengan rencana target penurunan kolesterol. 16
Tatalaksana di rumah sakit
ICCU
Aktivitas
Pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama.
Diet
Karena risiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, pasien harus puasa atau
hanya minum cair dengan mulut dalam 4-12 jam pertama. Diet mencakup lemak <30 %
kalori total dam kandungan kolesterol <300 mg/hari. Menu harus diperkaya dengan makanan
yang kaya serat, kalium, magnesium dan rendah natrium.
XI. Terapi revaskularisasi pada STEMI
a. Fibrinolitik (sudah diberikan)
b. Intervensi perkutan primer :
- Pada keadaan presentasi setelah 3 jam
- Tersedia fasilitas PCI (Percutaneous Coronary Intervention)
- Kontraindikasi fibrinolitik
- Diagnosis infark miokard, ST segmen elevasi masih diragukan.
XII. Prevensi sekunder pasca STEMI
- Stop rokok
- Kontrol tekanan darah
- Manajemen kadar lipid
- Manajemen berat badan
- Manajemen Diabetes Melitus
13
- Aktivitas fisik minimal 30 menit, 3-4 hari/minggu
- Antiplatelet (warfarin/aspirin)
XIII. Komplikasi
- Disfungsi ventrikular
- Gangguan hemodinamik
- Syok kardiogenik
- Infark ventrikel kanan
- Aritmia pasca STEMI
- Ekstra sistol ventrikel
- Takikardia dan fibrilasi ventrikel
- Fibrilasi atrium
- Aritmia supraventrikular
- Asistol ventrikel
- Bradiaritmia dan blok
- Komplikasi mekanik
XIV. Prognosis
Ad vitam : Dubia Ad Malam
Ad sanationam : Dubia Ad Malam
Ad fungsionm : Dubia Ad Malam
Bab IV
14
Tinjauan Pustaka
A. ANATOMI
Letak jantung
Jantung terletak dalam rongga dada antara paru-paru kiri dan kanan ( rongga
mediastinum), dan diatas diagfragma. Basis cordis ada di kanan atas belakang
sternum, dan apex cordis ada di kiri bawah di ruang intercostalis 4/5. Ictus cordis
terletak di medial linea midclavicularis di sela iga V kiri. Jantung dibungkus oleh
pericardium yang terletak di cavum thoraks dalam cavum pericardii ( kantung jantung
).
Lapisan jantung
1) pericardium ( lapisan luar) adalah pembungkus jantung , terdiri dari
jaringan ikat. Lapisan ini terbagi menjadi 2 lapisan : pericardium
parietalis (luar) dan pericardium viseralis (dalam). Diantara keduanya
terdapat suatu rongga pericardium.
2) Miokardium (lap otot jantung) adalah lapisan tengah jantung ,yang
terdiri dari 3 macam otot yaitu : otot atrium (tipis), otot ventrikel kiri
yang lebih tebal dari ventrikel kanan, dan otot serat khusus. Yang
bekerja saat kontaksi adalah otot atrium dan ventrikel. Otot ventrikel
lebih tebal dari atrium.
15
3) Endokardium adalah lapisan dalam jantung, yang terdiri dari jaringan
epitel (endotel) yang berhubungan langsung dengan ruang jantung.
Ruang jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu atrium kanan dan kiri yang dipisahkan oleh
septum intratrial serta ventrikel kanan dan kiri yang dipisahkan oleh septum
interventrikularis.
Atrium
Dinding atrium relative lebih tipis. Atrium menerima darah dari vena yang
membawa darah kembali ke jantung.
Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah
yang tidak mengandung oksigen dari seluruh jaringan kecuali paru-paru yang
dibawa oleh vena cava superior dan inferior. Lalu darah masuk ke ventrikel kanan
melalui katup tricuspid. Atrium kiri terletak dibagian superior kiri jantung.
Berukuran lebih kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri
menampung 4 vena pulmonalis yang mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-
paru.
Ventrikel
Dinding ventrikel lebih tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung
menuju arteri yang membawa darah meninggalkan jantung.
Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan jantung. Darah meninggalkan
ventrikel kanan melalui katup pulmonaris dan masuk ke arteri pulmonaris yang
selanjutnya akan dibawa ke paru-paru.
Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri jantung. Dinding ventrikel kiri
jauh lebih tebal dari dinding ventrikel kanan. Darah meninggalkan ventrikel kiri
melalu katup aorta dan masuk ke aorta yang selanjutnya akan dibawa ke seluruh
jaringan tubuh.
Katup jantung
Katup Atrioventrikular (AV)
Terletak antara atrium dan ventrikel.
Katup AV yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan memiliki 3
daun katup atau biasa disebut katup tricuspid.
Katup AV yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri memiliki 2 daun
katup atau biasa disebut katup bicuspid/mitral.
16
Jika tekanan pada atrium lebih besar daripada tekanan pada ventrikel, maka
katup AV terbuka dan mengalirkan darah dari atrium ke ventrikel. Sebaliknya, jika
tekanan pada ventrikel lebih besar daripada tekanan pada atrium, maka katup
AV akanmenutup dan mencegah aliran balik ke dalam atrium.
Katup Semilunar
Terletak antara ventrikel dan pembuluh darah. Katup semilunar terdiri dari 3
daun katup yang masing-masing mirp kantung dangkal berbentuk bulan sabit.
Katup semilunar pulmonar terletak antara ventrikel kanan dan trunkus
pulmonar.
Katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Katup semilunar akan terbuka ketika tekanan ventrikel melebihi tekanan di
aorta dan arteri pulmonalis, sewaktu kontraksi dan pengosongan
ventrikel. Penutupan katup ini terjadi ketika ventrikel melemas dan tekanan
ventrikel turun dibawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Katup yang tertutup
mencegah darah mengalir kembali ke dalam ventrikel.
B. FISIOLOGI
Kontraksi jantung
Kontraksi otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi yangmenyebar
melalui membran sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama
akibatpotensial aksi yang ditimbulkan sendiri, suatu sifat yang dikenal dengan otoritmisitas.
Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung yaitu 99% sel otot jantung kontraktil yang
melakukan kerja mekanis,yaitu memompa. Sel–sel pekerja ini dalam keadaan normal
tidak menghasilkan sendiri potensial aksi. Sebaliknya, sebagian kecil sel sisanya adalah, sel
otoritmik, tidak berkontraksi tetapi mengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan
potensial aksi yang bertanggungjawab untuk kontraksi sel–sel pekerja. Kontraksi otot jantung
dimulai dengan adanya aksi potensial pada sel otoritmik. Penyebab pergeseran potensial
membran ke ambang masih belum diketahui. Secara umum diperkirakan bahwa
hal itu terjadi karena penurunan siklisfluks pasif K+ keluar yang langsung bersamaan dengan
kebocoran lambat Na+ ke dalam. Di sel–sel otoritmik jantung, antara potensial–potensial
aksi permeabilitas K+ tidak menetap seperti di sel saraf dan sel otot rangka. Permeabilitas
membran terhadap K+ menurun antara potensial–potensial aksi, karena saluran K+
diinaktifkan, yang mengurangi aliran keluar ion kalium positif mengikuti penurunan gradien
17
konsentrasi mereka.
Karena influx pasif Na+ dalam jumlah keciltidak berubah, bagian dalam secarabertahap meng
alami depolarisasi dan bergeser ke arah ambang. Setelah ambang tercapai, terjadi fase naik
dari potensial aksi sebagai respon terhadappengaktifan saluran Ca2+ dan influx Ca2+
kemudian; fase ini berbeda dari otot rangka, dengan influks Na+ bukan Ca2+ yang mengubah
potensial aksi ke arah positif. Fase turun disebabkanseperti biasanya, oleh efluks K+ yang
terjadi karena terjadi peningkatan permeabilitas K+ akibat pengaktifan saluran K+.Setelah
potensial aksi usai, inaktivasi saluran–saluran K+ ini akanmengawali depolarisasi
berikutnya. Sel–sel jantung yang mampu mengalami otortmisitas ditemukan pada nodus SA,
nodus AV, berkas His dan serat purkinje. Kecepatan normal pembentukan potensial aksi di
jaringan otoritmik jantung
Kecepatan normal pembentukan potensial aksi di jaringan otoritmik jantung. Nodus SA (70-
8-), Nodus AV (40-60), Berkas his serabut purkinje (20-40).
Sebuah potensial aksi yang dimulai di nodus SA pertama kali akan menyebar ke
atriummelalui jalur antar atrium dan jalur antar nodus lalu ke nodus AV. Karena konduksi
nodus AV lambat maka terjadi perlambatan sekitar 0,1 detik sebelum eksitasi menyebar ke
ventrikel. Dari nodus AV, potensial aksi akan diteruskan ke berkas His sebelah kiri lalu
kanan dan terakhir adalah ke sel purkinje. Potensial aksi yang timbulkan dinodus SAakan
menghasilkan gelombang depolarisasi yang akan menyebar ke sel kontraktil melalui gap
junction.
Siklus jantung
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal dari
denyutan selanjutnya. Siklus jantung terdiri dari periode sistol dan diastol. Sistol adalah
periode kontraksi dari ventrikel, dimana darah akan dikeluarkan dari jantung. Diastol adalah
periode relaksasi dari ventrikel, dimana terjadi pengisian darah. Diastol dapat dibagi
menjadi dua proses yaitu isovolumetrik dan ventricular filling . Pada
relaksasiisovolumetrik terjadi ventrikel yang mulai relaksaasi, katup semilunar dankatup
atrioventrikularis tertutup dan volume ventrikel tetap tidak berubah. Pada ventricular
filling dimana tekanan dari atrium lebih tinggi dari tekanan di ventrikel, katup mitral dan
katup trikuspidakan terbuka sehingga ventrikel akan terisi 80% dan akan mencapai 100% jika
18
atrium berkontraksi.Volume total yang masuk ke dalam pada fase diastol disebut End
Diastolic Volume . Sistolik dapat dibagi menjadi dua proses yaitu kontraksi isovolumetrik
dan ejeksi ventrikel. Pada kontraksi isovolumetrik, kontraksi sudah dimulai tetapi katup–
katup tetap tertutup. Tekanan juga telah dihasilkan tetapi tidak dijumpai adanya pemendekan
dari otot. Pada ejeksi ventrikel,tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan pada aorta dan pulmoner sehingga katup aorta dan katup pulmoner terbuka dan
akhirnya darah akan dipompa ke seluruh tubuh. Pada saat ini terjadi pemendekan dari otot.
Sisa darah yang terdapat di ventrikel disebut End Systolic Volume.Dua bunyi jantung utama
dalam keadaan normal dapat didengar dengan stetoskop selama siklus
jantung. Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relative lama-seringdikatakan ter
dengar seperti “lub”. Bunyi jantung kedua memiliki nada yang lebih tinggi, lebih singkat dan
tajam-sering dikatakan dengan terdengar seperti “dup”. Bunyi jantung pertama berkaitan
dengan penutupankatup AV , sedangkan bunyi katup kedua berkaitan dengan penutupan
katup semilunar. Pembukaan tidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi timbul karena
getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri – arteri besar ketika katup menutup, bukan
oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV terjadi pada awal kontraksi
ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi jantung
pertama menandakan awitan sistol ventrikel. Penutupan katup semilunaris terjadi pada awal
relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kiri dan kanan turun di bawah tekanan aorta
danarteri pulmonalis. Dengan demikian bunyi jantung kedua menandakan permulaan diastol
ventrikel.
Tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan pada aorta dan pulmoner
sehinggakatup aorta dan katup pulmoner terbuka dan akhirnya darah akan dipompa ke
seluruh tubuh. Pada saat ini terjadi pemendekan dari otot. Sisa darah yang terdapat di
ventrikel disebut End Systolic Volume .Dua bunyi jantung utama dalam keadaan normal
dapat didengar dengan stetoskop
selama siklus jantung.Bunyi jantungpertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama-sering di
katakan terdengar seperti “lub”. Bunyi jantung kedua memiliki nada yang lebih tinggi, lebih
singkat dan tajam-sering dikatakan dengan terdengar seperti “dup”. Bunyi jantung pertama
berkaitan dengan penutupankatup AV , sedangkan bunyi katup kedua berkaitan dengan
penutupan katup semilunar. Pembukaantidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi timbul
karena getaranyang terjadi di dinding ventrikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup,
bukan oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katupAV terjadi pada awal kontraksi
19
ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi jantung
pertama menandakan awitan sistol ventrikel.Penutupan katup semilunaris terjadi pada awal
relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kiri dan kanan turun di bawah tekanan aorta
danarteri pulmonalis. Dengan demikian bunyi jantung kedua menandakan permulaan diastol
ventrikel.
Denyut jantung dan Tekanan darah
Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan oleh pengaruh otonom pada nodus SA. Nodus
SA dalam keadaan normal adalah pemacu jantung karena memiliki kecepatan
depolarisasipaling tinggi. Penurunan gradual potensial membran secara otomatis antara
denyutan secara umum dianggap disebabkan oleh penurunan permeabilitas terhadap K+.
Jantung dipersarafi oleh kedua divisisi stem saraf otonom,
yang dapat memodifikasi kecepatan kontraksi, walaupununtuk memulai kontraksi tidak
memerlukan stimulai saraf. Saraf parasimpatis ke jantung adalah saraf vagus
terutama mempersarafi atrium, terutama nodus SA dan AV, sedangkan persarafan ke
ventrikel tidak signifikan.
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah setiap satuan luas pada
pembuluh darah. Tekanan darah terdiri atas tekanan sistol dan diastol (telah dijabarkan diatas
tentang sistol dan diastol). Tekanan dipengaruhi oleh curah jantung dengan
resistensiperifer. Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh tiap – tiap ventrikel
per menit. Dua faktor penentu curah jantung adalah kecepatan denyut jantung dan volume
sekuncup. Volume sekuncup adalah volume darah yang dipompa per denyut.Peningkatan
volume diastolik akhir akan menyebabkan peningkatan volume sekuncup.
Hal ini disebabkan oleh semakinbesar pengisian saat diastol,semakin besar volume diastolik
akhir dan jantung akan semakin teregang. Semakin teregang jantung, semakin
meningkat panjang serat otot awal sebelum kontraksi. Peningkatan panjang menghasilkan
gaya yang lebih kuat pada kontraksi jantung berikutnya dan dengan demikian dihasilkan
volume sekuncup yang lebihbesar.Hubungan intrinsik antara volume diastolik akhir dan
volume sekuncup ini dikenal sebagaihukum Frank Starling pada jantung
Sirkulasi jantung
20
Sirkulasi darah ditubuh ada dua yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemis. Sirkulasi paru
dimulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri besar dan kecil, kapiler lalu masuk ke
paru,setelah dari paru keluar melalui vena kecil, vena pulmonalis dan akhirnya kembali ke
atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan yang rendah kira–kira 15–20 mmHg pada arteri
pulmonalis.Sirkulasi sistemik dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar, arteri kecil,
arteriol lalu keseluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava inferior, vena
cava superior akhirnyakembali ke atrium kanan.
Proses Aterogenesis
Sesaat setelah terjadinya peningkatan kadar LDL dan atau kolesterol, sejumlah
monosit akan melekat pada permukaan endotel arteri dan selanjutnya melakukan migrasi
kedalam ruangan subendotel. Setelah berbulan-bulan akan terjadi penumpukan kolesterol dan
makrofag dalam ruangan subendotel ini dan disebut foam cell. Foam sell yang bertumpuk
kemudian akan menimbulkan fatty streak. Sejalan dengan peningkatan kadar kolesterol,
sejumlah sel otot halus muncul pada permukaan subendotel. Sel otot halus ini kemudian
secara progresif memproduksi kolagen dan membentuk fibrous cap di atas inti lemak dari
lesi. Kolagen yang terbentuk secara terus menerus kemudian menimbulkan bentuk
athresclerotik yang disebut fibrous plaque.2,8
Kestabilan plaque sangat menentukan apakah lesi aterosklerosis ini akan
menimbulkan kelainan kardiovaskuler. Plaque yang stabil merupakan hasil langsung dari
kemampuan sel otot halus untuk memproduksi kolagen dan membentuk fibrous cap. Plaque
yang stabil adalah plaque yang memiliki fibrous cap yang tebal yang menghalangi inti lemak
kontak dengan darah. Sedangkan plaque yang tidak stabil adalah plaque yang mengandung
inti lemak yang tebal atau banyak ditutupi oleh fibrous cap yang tipis. Adanya flow shear
stress, hipertensi dan hiperlipidemia akan mengiritasi atau menimbulkan fissura/rupture dari
plaque yang ada dan selanjutnya menimbulkan kondisi aterogenik berupa aggregasi platelet
dan trombus. Keadaaan ini menimbulkan sumbatan atau obstruksi yang signifikan terhadap
vaskularisasi koroner dan menimbulkan manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler.2,7,8
Faktor risiko atherosklerosis :
a. Dapat dimodifikasi :
- LDL tinggi / VLDL tinggi
- Hipertensi
21
- Asap tembakau
- Diabetes Mellitus
- Nefrosis
- Hipotiroid
- Obesitas
- Gaya hidup tidak aktif
b. Tidak dapat dimodifikasi :
- Usia
- Jenis kelamin
- Riwayat keluarga penyakit jantung.
Lokasi aterosklerosis :
- A. Koronaria pada bagian proksimal LAD menyebabkan infark miokard dan angina
pectoris
- A. Renalis pada bagian proksimal menyebabkan stenosis dan penyakit tromboemboli
- A. Karotis pada bifurkasio
- A. Mammaria (jarang)
- Aterosklerosis pada pembuluh darah SSP menyebabkan stroke dan transient cerebral
ischemia, aterosklerosis pada sirkulasi perifer menyebabkan klaudikasio intermiten
dang gangren
- Aterosklerosis pada sirkulasi splanknik menyebabkan iskemia mesenteric .
Manifestasi klinis PJK :
I. Angina Pectoris Stabil
II. Sindroma koroner akut
- Angina tidak stabil dan infark miokard dengan elevasi segmen non ST / NSTEMI.
- STEMI (ST segmen elevation myocardial infarction)
- Q wave infarction yang baru terjadi
III. Gagal jantung
IV. Meninggal mendadak
V. Prinzmetal vasospastic variant angina.
Cara mendiagnosis ACS : STEMI dan QwMI
1. Riwayat perubahan sakit dada yang tipikal
22
2. Perubahan EKG : elevasi segmen ST atau baru terjadi QwMI
3. Peningkatan kardio marker awal : CK, CKMB, Tn I atau Tn T
4. Diagnosis post mortem
CSS functional classification of Angina Pectoris :
Klas I : Aktivitas fisik biasa / sehari-hari tidak menimbulkan angina, seperti jalan, naik tangga tidak
menyebabkan angina.
Klas II : Pembatasan ringan (slight limitation) dari kegiatan fisik biasa / sehari-hari.
Klas III : Pembatasan bermakna (marked limitation) dari aktivitas fisik sehari-hari.
Klas IV : Aktivitas fisik selalu disertai angina. Angina dapat timbul pada keadaan istirahat.
Faktor Pencetus :
a. Supply oksigen ↓ : Marah, Anemia, Hipotensi.
b. Demand oksigen ↑ : Exercise, stress, marah, takut.
Patofisiologi Angina
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidak adekuatan suplai oksigen ke
sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (ateriosklerosis koroner)
Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada
faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.Ateriosklerosis
merupakan penyakit arteri koroner yang paling sering ditemukan.
Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila
kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi dan megalirkan lebih
banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekakuan
atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai
darah.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi Nitrit oksida yang berfungsi
untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat
menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
23
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum
menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih
dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan
berkurang.
Sel-selmiokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energimereka.
Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan
menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai
oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk
energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya penimbunan asam
laktat, maka nyeri angina pektoris mereda. Dengan demikian, angina pektoris merupakan
suatu keadaan yang berlangsung singkat.
Cardiac Marker
Peningkatan cardiac marker terjadi saat aliran oksigen yang menurun pada iskemik otot
jantung. sehingga menimbulkan adanya gangguan metabolisme anaerob yang berdampak
terjadinya pelepasan enzim otot jantung yaitu CKMB ( Creatinine Kinase myocard band ),
Cardiac troponin T ( cTnT ) atau cardiac troponin I ( cTnI ) yang meningkat.
Klasifikasi prognostic dari Killip dan Kimbal (1976) :
Killip Klas I : Tidak ada tanda gagal jantung
24
Killip Klas II : Gagal jantung ringan – sedang dengan ronki basah < 50% pada kedua paru,
S3 +, tampak kongesti pada foto toraks
Killip Klas III: Udema paru, ronki basah > 50% pada kedua paru
Killip Klas IV: Syok kardiogenik, hipotensi dengan tekanan darah <90mmHg, vasokonstriksi
perifer, oliguria kongesti pembuluh darah paru.
Risiko kematian yang tinggi pada Killip Klas III-IV.
Bab V
Kesimpulan
25
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan pada pembuluh darah
koroner yaitu suatu fase akut dari Angina Pectoris Tidak Stabil/ APTS yang disertai Infark
Miocard Akut/ IMA gelombang Q (IMA-Q) dengan non ST elevasi (NSTEMI) atau tanpa
gelombang Q (IMA-TQ) dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya trombosis
akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang kami
mendiagnosis Sindrom Koroner Akut : STEMI (ST segmen elevation miocard infark) dimana
pada keluhan utama pasien mual, muntah dan berkeringat. Serta pasien yang adalah penderita
DM dimana merupakan factor resiko, juga ditemukannya ST segmen elevesi pada sandapan
II, III, aVF yang menandakan sudah terjadinya infark miokard inferior.
Bab VI
Tinjauan Pustaka
26
1. I. Aaronson P, P.T. Ward J. At a Glance Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2010. p. 12 – 6.78 – 9, 82 – 5, 99.
2. Snell R. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. edisi 6. Jakarta : EGC; 2006.
p. 101 – 13.
3. Chien PC,Frishman WH:Lipid disorder in Current diagnosis and treatment in
cardiology.2nd edition,ed.Crawford M.Lange medical book,New York 2003.
4. Newman W, Freedman D, Voors A, Gard P, Srinivasan S, Cresanta J, Williamson
GD, Webber L, Berenson G: Relation of serum lipoprotein levels and systolic blood
pressure to early atherosclerosis. N Engl J Med 1986;314:138–144.
5. Natadidjaja H. In: Saputra L, editor. Anamnesis dan pemeriksaan fisik penyakit
dalam. 1st ed. Jakarta: BINARUPA AKSARA Publisher; 2012. p. 30, 37, 43, 45,
51.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 4th ed.
Jakarta: EGC; 1995.
7. Morton PG. In: Adiningsih D, Ester M, editors. Panduan pemeriksaan kesehatan
dengan dokumentasi soapie. 2nd ed. Jakarta : EGC; 2005. p. 233, 554.
8. Kee JL. In: Ester M, editor. Buku saku pemeriksaan laboratorium dan diagnostic
dengan implikasi keperawatan. 2nd ed. Jakarta:EGC;1997. p.70-1
9. Bastiansyah E. In: Shinta K, editor. Panduan lengkap membaca tes kesehatan.
Jakarta : penebar plus; 2008.p.60
10. Sacher RA, McPherson RA. Pemeriksaan Laboratorium. 11th ed. Jakarta: EGC;
2004. p.343,348
11. Gray HH, Dawskins KD, Morgan JM, Simpson IA. In: Safitri A, editor.
Kardiologi. 4th ed. Jakarta : Erlangga; 2002. p.138
12. William L, Wilkins. In: Brownell CL, Kowalak J, editors. Nurse's 5-minute
Clinical Consult: Multisystem disorders. United states of America :Wolters Health;
2008.p. 210
13. Dharma S. Pedoman praktis sistematika interpretasi EKG. Jakarta: EGC; 2009.p.
17,20.
14. Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadabrata M, Setiati S. editors. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing; 2009.p. 1745-49.
15. Yahya A.F. Menaklukkan Pembunuh no. 1. Bandung: Qanita; 2010.p. 85-7
16. Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadabrata M, Setiati S. editors. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing; 2009.p. 1749
27
28