Makalah Demokrasi

download Makalah Demokrasi

If you can't read please download the document

description

Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, Isi: Pengertian Demokrasi, sejarah, macam dan perkembangan

Transcript of Makalah Demokrasi

Makalah Di Ajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

DEMOKRASI

Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) Ade Aji Prastio Wibowo M Rangga Permana Ummi Rachmawati Zakiyah

Rahma Yuly 1080910000 1080910000 108091000015 1080910000 108091002981

Kelas : 2 A

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

1

BAB I PENDAHULUANI. Latar Belakang Demokrasi saat ini merupakan kata yang senantiasa mengisi perbincangan berbagai lapisan masyarakat mulai dari masyarakat bawah sampai masyarakat kelas elit seperti kalangan elit politik, birokrat pemerintahan, tokoh masyarakat, aktivis lembaga swadaya masyarakat, cendikiawan, mahasiswa dan kaum professional lainnya. Pada berbagai kesempatan mulai dari obrolan warung kopi sampai dalam forum ilmiah seperti seminar, lokakarya, symposium, diskusi publik dan sebagainya. Semarak dorongan perbincangan kuat agar tentang demokrasi semakin memberikan dan kehidupan bernegara, berbangsa

bermasyarakat menjungjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Seperti di akui oleh Moh. Mahfud MF, bahwa ada dua alasan dipilihna demokrasi sebagai dasar dalam bernegara. Pertama, hampir semua Negara di dunia telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamental; Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan yang secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan Negara sebagai organisasi tertinggi. II. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar pembahasan tidak terlalu melebar, penulis membatasi makalah ini dengan bertemakan tentang demokrasi. Adapun untuk memudahkan menemukan jawaban, penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian Demokrasi? 2. Apa Hakikat demokrasi? 3. Bagaimana demokrasi ditinjau dari pandangan dan tatanan

2

kehidupan bersama ? 4. Bagaimana sejarah demokrasi? 5. Bagaimana sejarah demokrasi di Indonesia? III. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulisan ini bertujuan untuk : 1. Memahami lebih mendalam tentang Demokrasi 2. Sebagai bahan diskusi dalam perkuliahan IV. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran pembahasan yang menyeluruh, maka penulisan makalah ini dibagi menjadi tiga bab dengan sistematika sebagai berikut : Daftar Isi Kata Pengantar BAB I, Pendahuluan terdiri dari I.Latar Belakang II.Pembatasan dan Perumusan Masalah III.Tujuan penulisan IV.Sistematika penulisan BAB II, Pembahasan terdiri dari I.Pengertian dan Hakikat Demokrasi II.Demokrasi : Pandangan dan Tatanan kehidupan bersama III.Sejarah Demokrasi IV.Demokrasi di Indonesia BAB II, Kesimpulan Daftar Pustaka

3

BAB II DEMOKRASII. Pengertian dan Hakikat Demokrasi Secara garis besar demokrasi adalah sebuah system social politik modern yang paling baik dari sekian banyak system maupun ideology yang dewasa ini. Menurut pakar hukum Moh. Mahfud MD, ada dua alasan pilihanya demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara. 1. Hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamental 2. Demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya Secara etimologis demokrasi atau cratos terdiri dari dua kata yunani yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Gabungan dua demos-cratos (demokrasi) memiliki arti suatu kata demos-cratein atau

keadaan negara di mana dalam sistem pemerintahanya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat. Sedangkan pengertian demokrasi secara istilah atau terminologi adalah seperti yang dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut: a. Joseph A. Schmeter mengatakan demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara

4

perjuangan kompotitif atas suara rakyat. b. Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsungdidasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan di mana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga terpilih. d. Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. Sedikit berbeda dengan pandangan para ahli di atas, pakar politik Indonesia Affan Gaffar memaknai demokrasi dalam kedua bentuk yaitu pemaknaan secara normatif (demokrasi normatif) dan empirik (demokrasi empirik). Demokrasi normatif adalah demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah negara. Sedangkan demokrasi empirik adalah demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik praktis. Namun demikian, di luar perbedaan pengertian demokrasi di kalangan ahli demokrasi, terdapat titik temu pada beragam pengertian demokrasi tersebut yakni bahwa sebagai landasan hidup bermasyarakat dan bernegara demokrasi meletakan rakyat sebagai komponen penting dalam proses dan praktik-praktik demokrasi. Dengan demikian negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil merekayang telah

5

suatu sistem bermasyarakat dan bernegara hakikat demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial dan politik. Dengan kata lain, sebagai pemerintahan di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal: pemerintahan dari rakyat (government of the people); pemerintahan oleh rakyat (government by the people); dan pemerintahan untuk rakyat (government for the people). Tiga faktor ini merupakan tolak ukur umum dari suatu pemerintahan yang demokratis. Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pemerintahan dari rakyat (government of the people) mengandung pengertian bahwa suatu pemerintah yang sah adalah suatu pemerintah yang mendapat pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi, pemilihan umum. 2. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people) memiliki pengertian bahwa suatu pemerintah menjalankan kekuasaanya atas nama rakyat, bukan atas dorongan pribadi elit Negara atau elit birokrasi. 3. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people) mengandung pengertian kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat umum harus dijadikan landasan utama kebijakan sebuah pemerintah yang demokratis. Demi terciptanya proses demokrasi setelah terbentuknya sebuah pemerintah demokratis lewat mekanisme pemilu demokratis, pemerintah berkewajiban untuk membuka saluran-saluran demokrasi. Selain saluran demokrasi formal lewat DPR dan partai politik, untuk mendapat masukan dan kritik dari warga negara. Pemerintahan demokratis berkewajiban menyediakan dan menjaga saluran-saluran non-formal dalam bentuk penyediaan fasilitas-fasilitas umum atau panggung publik (public sphere) untuk berintraksi sosial, seperti stasion radio dan televisi, taman, lapangan, kafe, pengajian dal lain-lain. Sarana publik ini dapat digunakan oleh semua warga negara untuk menyalurkan pendapatnya secara bebas

6

dan aman. Hal lainnya yang menunjang kebebasan berekspresi dan berorganisasi adalah dukungan pemerintah terhadap kebebasaan pers yang bertanggung jawab. Pers bebas bertanggung jawab adalah sistem pers dengan iklim pemberitaan yang obyektif dan seimbang dan tersedianya jalur dan mekanisme hukum bagi siapa saja yang merasa dirugikan oleh suatu pemberitaan surat kabar atau media elektronik. II. Demokrasi : Pandangan dan tatanan kehidupan bersama Demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dalam kedidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena itu, demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warga dan perangkat pendukungnya yaitu budaya yang kondusif sebagai manifestasi dari suatau mind set (kerangka berfikir), dan setting social (rancangan masyarakat). Bentuk kongkrit dari manifestasi tersebut adalah dijadikannya demokrasi sebagai way of life (pandangan hidup) dalam seluk beluk sendi kehidupan bernegara baik oleh rakyat (masyarakat) maupun oleh pemerintah. Menurut Nurcholis Madjid, norma-norma yang menadi pandangan hidup demokratis : 1. Pentingnya kesadaran dan pluralisme. Ini tidak saja sekedar pengakuan (pasif) akan kenyataan masyarakat yang majemuk. Lebih dari itu, kesadaran akan kemajemukan menghendaki tanggapan yang positif terhadap kemajemukan itu sendiri secara aktif. 2. Musyawarah. Internalisasi makna dan semangat musyawarah menghendaki atau mengharuskan adanya keinsyafan dan kedewasaan untuk dengan tulus menerima kemungkinan kompromi atau bahkan kalah suara . 3. Pertimbangan moral. Pandangan hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara haruslah sejalan dengan tujuan.

7

4. Pemufakatan yang jujur dan sehat. Suasana masyarakat demokrasi dituntut untuk menguasai dan menjalankan seni pemusyawaratan yang jujur dan sehat guna mencapai pemufakatan yang juur dan sehat. 5. Pemenuhan segi-segi ekonomi. Dari sekian banyak unsur kehidupan bersama ialah terpenuhinya keperluan pokok (pangan, sandang dan papan). Warga masyarakat demokratis pemenuhan ditantang kebutuhan untuk mampu menganut dan hidup harus dengan memiliki secara berencana,

kepastian bahwa rencana-rencana itu benar-benar sejalan dengan tujuan dan praktek demokrasi. 6. Kerjasama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai Itikad baik masing-masing. Kemudian jalinan dukunganmendukung secara fungsional antar berbagai unsur kelembagaan kemasyarakat yang ada, merupakan segi penunjang efisiensi untuk demokrasi. 7. Pandangan hidup demokrasi harus dijadikan unsure yang menyatu dengan system pendidikan. Pendidikan demokrasi menyatu dalam interaksi dan pergaulan social baik dikelas maupun diluar kelas. Dalam konteks ini Pancasila sebagai ideology Negara harus ditatap dan ditangkap sebagai ideology terbuka, yaitu lepas dari kata literalnya dalam Pembukaan UUD 45.Penjabaran dan perumusan presepts-nya harus dibiarkan terus berkembang seiring dengan dinamika masyarakat dan pertumbuhan kualitatifnya, tanpa membatasi kewenangan penafsiran hanya pada suatu lembaga resmi seperti di negara komunis. Titik kuat suatu ideologi yang ada pada suatu Negara ketika berhadapan dengan demokrasi adalah ruang keterbukaan. Karena demokrasi, dengan segala kekurangannya ialah kemampuannya untuk mengoreksi dirinya sendiri melalui keterbukaanya itu. Jadi bila ingin demokrasii tumbuh dan berkembang dalam Negara Indonesia yang

8

mempunyai ideology pancasila mensyaratkan ideology tersebut sebagai ideology terbuka. III. Sejarah demokrasi Konsep demokrasi sendiri lahir dari tradisi pemikiran Yunani tentang hubungan Negara dan hukum yang dipraktekkan antara abad ke-6 SM sampai abad ke-4 SM. Pada masa itu demokrasi berbentuk demokrasi langsung yaitu hak rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara berdasarkan prosedur mayoritas. Demokrasi langsung tersebut berjalan secar efektif. Namun agak unik, karena ternyata yang hanya boleh menjalankan demokrasi tersebut hanyalah kalangan tertentu (warga negara resmi). Sementara masyarakat seperti budak, pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak bisa menikmati demokrasi. Demokrasi Yunani kuno berakhir pada abad pertengahan. Pada masa ini masyarakat Yunani berubah menjadi masyarakat feodal, dimana kehidupan keagamaan terpusat pada Paus dan pejabat agama dengan kehidupan politik yang ditandai oleh perebutan kekuasaan dikalangan para bangsawan. Demokrasi tumbuh kembali di Eropa menjelang akhir abad pertengahan, yang ditandai oleh lahirnya Magna Charta (piagam besar). Magna Charta adalah suatu piagam yang memuat perjanjian antara kaum bangsawan dan Raja John Inggris. Piagam tersebut menyatakan bahwa Raja mengakui dan menjamin beberapa hak dan hak khusus bawahannya. Gerakan pencerahan (renaissance) dan reformasi merupakan salah satu momentum lainnya yang menandai kemunculan kembali demokrasi di Eropa. Ranaissance merupakan gerakan yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan budaya Yunani kuno. Gerakan reformasi merupakan penyebab lain kembalinya tradisi

9

demokrasi di Barat, setelah sempat tenggelam pada abad pertengahan. Gerakan reformasi adalah gerakan revolusi agama di Eropa pada abad ke-16. tujuan dari gerakan ini adalah gerakan kritis terhadap kebekuan doktrin gereja yang nantinya gerakan ini dikenal dengan gerakan Protestanisme. Gerakan ini diprakarsai oleh Martin Luther yang menyerukan kebebasan bepikir dan bertindak. Lahirnya istilah kontrak sosial antara yang berkuasa dan yang dikuasai tidak lepas dari dua filosof Eropa, John Locke (Inggris) dan Montesquieu (Perancis). Pemikiran keduanya telah mempengaruhi ide dan gagasan pemerintah demokrasi. Menurut Locke, hak-hak politik rakyat meliputi hak atas hidup, kebebasan, dan hak memiliki (live, liberal,and property). Sedangkan menurut Montesquieu, sistem pokok yang dapat menjamin hak-hak politik tersebut adalah trias politica. Trias politica adalah suatu sistem pemisahan kekuasaan dalam negara menjadi tiga bentuk kekuasaan, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. IV. Demokrasi di Indonesia Demokrasi ekstremisme, punya sifat banyak musuh: korupsi, kaum kolusi, miskin, nepotisme, dan salah tidak peduli kepada

mengartikan inti demokrasi. Tetapi, juga luka jiwa berat seluruh bangsa sebagai akibat malapetaka sejarah bisa membahayakan konsolidasi demokrasi. Penelitian Lembaga Survei Indonesia sudah membuktikan bahwa demokrasi di Indonesia belum terkonsolidasi. Walaupun secara rata-rata 72 persen warga Indonesia mendukung demokrasi, dibandingkan dengan negara Eropa persentase itu masih rendah. Mengapa demokrasi di Indonesia belum terkonsolidasi? Masih ada banyak kasus korupsi, kolusi, nepotisme, dan ketidakadilan hukum. Juga masih terlalu besar jumlah orang miskin. Adalah korelasi sangat kuat antara kemiskinan, korupsi, dan kelemahan demokrasi. Kebanyakan negara berpenghasilan rendah masuk kelompok negara yang memiliki

10

jumlah korupsi yang tinggi dan kurang demokratis. Terlepas dari itu semua, setidaknya penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia. Sejarah demokrasi di Indonesia terbagi menjadi 4 periode, yaitu: 1. Periode 1945 1959 (Demokrasi Parlementer) Keadaan Indonesia yang baru mendapatkan angin kemerdekaan, dengan kegamangan akan peristiwa-peristiwa lain yang akan menunggu, serta masih mudanya pengetahuan para pelaksana partaipartai politik akan pelaksanaan demokrasi, membuat penerapan sistem demokrasi parlementer tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh rakyat akan pembawa perubahan. Budaya demokrasi yang belum diketahui oleh rakyat awam, membuat hawa demokrasi serasa hanya dimiliki oleh para cendekiawan yang memang berkecimpung di dunia perpolitikan, sehingga rakyat Indonesia seperti hanya dapat menerima apa yang disampaikan oleh para pemikir dan kaum politik tanpa mengerti apa hakikat dari demokrasi itu. Sehingga lahirlah fragmentasi politik berdasarkan afiliasi kesukuan dan agama. Persaingan tidak sehat yang terjadi antara fraksi-fraksi politik dan kondisi pemberontakan yang masih terjadi di beberapa daerah semakin mengancam berjalannya demokrasi. Ditambah dengan kegagalan partai-partai dalam majelis konstitusi untuk mencapai konsensus mengenai dasar negara untuk undang-undang dasar baru, mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk memberlakukan kembali UUD 1945. 2. Periode 1959 1965 (Demokrasi Terpimpin) Dominasi politik yang dilakukan oleh Presiden saat itu dengan pengangkatan panggung Soekarno sebagai presiden seumur dan hidup dan berkembangnya pengaruh Komunis dan peranan tentara (ABRI) dalam politik nasional melahirkan tindakan kebijakan-

11

kebijakan lain yang menyimpang dari isi UUD 1945. Sebagai contoh, saat Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum yang telah dengan jelas tertulis dalam UUD bahwa Presiden tidak memiliki wewenang sama sekali untuk membubarkan DPR. Serta pemusatan kekuasaan hanya pada diri pemimpin, sehingga tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif pada eksekutif. Peran politik Partai Komunis Indonesia yang berkembang dengan pesat, tidak bisa diterima begitu saja oleh kalangan militer (TNI), yang juga merupakan komponen pemerintahan yang sangat penting. Hal ini menyebabkan terjadi perseteruan politik-ideologis antara PKI dan TNI yang dikenal dengan peristiwa G30S PKI. Pembunuhan massal orang Indonesia berhubungan dengan G30S PKI ini. Pembantaian itu terjadi setelah pembunuhan enam pejabat tinggi Angkatan Darat. Sampai sekarang tidak jelas siapa dalang pembunuhan enam perwira itu. Ada yang menuduh Partai Komunis Indonesia (PKI), ada juga yang menuduh badan intelijen AS (CIA). Sangat jelas bahwa hanya Washington yang menarik keuntungan dari G30S. AS pada waktu itu sedang terlibat dalam perang dingin Uni Soviet dan perang panas Vietnam dan takut sekali Indonesia akan jatuh ke tangan komunisme. Dalam enam bulan setelah peristiwa G30S, banyak anggota dan pendukung PKI, ormas buruh dan petani lain dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp tahanan di mana sebagian mereka disiksa sampai mati. Juga banyak orang yang hanya dianggap sebagai anggota atau simpatisan PKI dan juga warga Tionghoa dibantai. Di samping itu, ada orang yang menuduh tetangganya sebgai PKI hanya untuk meraih istri atau hartanya, atau membalas dendam. Semua orang itu dibunuh tanpa perkara pengadilan. Semuanya dibantai tanpa bukti-bukti bahwa mereka sudah melakukan kejahatan. Banyak di antara mereka, kaum buruh atau petani, yang tidak tahu

12

siapa Karl Marx atau apa komunisme itu, apalagi tentang G30S. Kebanyakan korban pembantaian tidak pernah melakukan kejahatan apa-apa terhadap pemerintah atau masyarakat. Sampai hari ini jumlah korban pembunuhan massal tidak jelas. Diduga setidak-tidaknya satu juta orang atau lebih menjadi korban dalam malapetaka itu. Jika begitu, jumlah korban pembantaian selama enam bulan pasca-G30S lebih banyak dari jumlah korban pembantaian oleh kolonialis Belanda selama tiga setengah abad. Itulah trauma sejarah Indonesia paling berat yang juga mempersulit konsolidasi demokrasi di negara ini. 3. Periode 1965 1998 (Demokrasi Pancasila) Demokrasi Pancasila menawarkan 3 komponen demokrasi. 1. Dalam bidang Politik, pada hakekatnya adalah menegakkan kembali azas-azas negara hukum dan kepastian hukum. 2. Dalam bidang Ekonomi, pada hakekatnya adalah memberikan penghidupan yang layak bagi semua warga negara. 3. Dalam bidang Hukum, pada hakekatnya bahwa pengakuan dan perlindungan HAM, peradilan yang bebas yang tidak memihak. Namun pada pelaksanaannya, sungguh jauh dari apa yang telah diharapkan sebelumnya. Pada prakteknya, penguasa orde baru bertindak jauh dari prinsip-prinsip demokrasi. Seperti dikatakan oleh M. Rusli Karim, penyimpangan ini bisa dilihat dari: a. Dominannya peranan militer (ABRI) b. Birokratisasi politik c. Pengebirian peran dan fungsi partai politik d. Campur tangan pemerintah dalm berbagai urusan partai politik dan publik e. Politik masih mengambang dan sentralisasi pengambilan keputusan

13

f. Monolitisasi ideologi negara g. Inkorporasi lembaga non pemerintah 4. Periode 1998 Sekarang Periode ini sering disebut dengan istilah periode paska-orde baru. Periode ini erat hubungannya dengan gerakan reformasi yang menuntut pelaksanaan demokrasi dan HAM secara konsekwen. Gerakan reformasi berbasis apapun terjadi dimana-mana. Penyelewengan yang dilakukan oleh para penguasa periode yang berlaku, membuat rasa antipati terhadap pancasila muncul pada sebagian masyarakat. Demokrasi yang coba diusung kali ini adalah gerakan demokrasi yang sesungguhnya dimana hak rakyat merupakan komponen inti dalam mekanisme dan pelaksanaan pemerintahan yang demokratis.

BAB III KESIMPULANDemokratisasi yang sedang bergulir di Indonesia saat ini merupakan suatu tantangan sekaligus peluang yang perlu disikapi secara sadar oleh seluruh komponen penegak demokrasi seperti birokrasi pemerintahan, partai politik, kelompok kepentingan, masyarakat madani, kaum intelektual,

kelompok gerakan, kalangan pers, masyarakat pada umumnya. Sebagai tantangan karena agenda demokrasi sangat banyak seperti dalam bidang politik, ekonomi, hukum, pendidikan, social, dan budaya. Sedangkan sebagai peluang menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang yang dapat menerapkan prinsip dan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Sedangkan bila demokratisasi gagal

14

diwujudkan di indoneisa, maka Indonesia akan kembali berada dalam rezim otoriterianisme atau rezim diktator.

DAFTAR PUSTAKA

Tim ICCE, 2007. Pendidikan Kewargaan. Cet. Ke-3, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Tim PUSLIT, 2000. Pendidikan Kewargaan. Cet. Ke-1, Jakarta: IAIN Jakarta Press

15