makalah demokrasi 2
-
Upload
rio-pamungkas-sanjaya -
Category
Documents
-
view
130 -
download
12
description
Transcript of makalah demokrasi 2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos artinya rakyat dan
kratein artinya pemerintah. Secara sederhana, demokrasi berarti
pemerintahan oleh rakyat, dalam hal ini kekuasaan tertinggi berada ditangan
rakyat. Diantara beberapa pengertian tentang demokrasi, barangkali pengertian
yang dikemukakan oleh Abraham Lincoln dapat merangkum makna demokrasi
dalam sebuah kalimat sederhana. Menurut Abraham Lincoln demokrasi
adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Sebagai sebuah kondisi ideal, demokrasi tentu dicita-citakan oleh banyak
kalangan. Tetapi upaya menuju demokrasi yang ideal merupakan sebuah
proses yang tidak mudah. Proses menuju demokrasi inilah yang disebut
sebagai demokratisasi. Demokratisasi biasanya diawali dengan adanya
liberalisasi (meluasnya kebebasan). Dalam tahap ini media massa agak diberi
kelonggaran sehingga tidak menghadapi ancaman pembredelan, masyarakat
cukup leluasa melakukan partisipasi sosial melalui organisasi dan wahana
lain, serta mulai berkembang penghargaan terhadap keragaman (pluralisme).
Selain lembaga-lembaga negara, terdapat pula lembaga politik lain
seperti partai politik. Politik adalah organsasi yang terdiri atas sekelompok
orang yang mewakili tujuan sama dan dibentuk untuk memperjuangkan
tujuan melalui kekuasaan politik. Jadi partai politik terlihat dalam persaingan
untuk memegang kekuasaan politik.
I.2 Ruusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa arti istilah dan sejarah demokrasi?
2. Bagaimana penjelasan tentang demokrasi pancasila, demokrasi liberal
serta demokrasi sosial komunis?
3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di masyarakat?
4. Apa contoh tindakan yang menentang demokrasi?
5. Bagaimana demokrasi di Indonesia?
6. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia?
I.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah pendidikan pancasila tetapi juga untuk
memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai arti istilah
dan sejarah demokrasi, contoh tindakan yang menentang demokrasi, dan
pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Arti Istilah dan Sejarah Demokrasi
Istilah “demokrasi” berasal dari yunani kuno yang
diutarakan di Athena Kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut
biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah
ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah
berevolusi sejak abad ke- 18, bersamaan dengan perkembangan
sistem “demokrasi” di banyak negara.
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos artinya
rakyat dan kratein artinya pemerintah. Secara sederhana,
demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat, dalam hal ini kekuasaan
tertinggi berada ditangan rakyat. Sebagaimana istilah politik yang lain,
istilah demokrasi juga memiliki banyak makna turunannya. Pengertian
demokrasi sederhana di atas kemudian berkembang, seiring
perkembangan politik dan ilmu politik, sehingga muncul banyak
pengertian tentang demokrasi. Diantara beberapa pengertian tentang
demokrasi, barangkali pengertian yang dikemukakan oleh Abraham
Lincoln dapat merangkum makna demokrasi dalam sebuah kalimat
sederhana. Menurut Abraham Lincoln demokrasi adalah pemerintahan
yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Menurut KBBI, pengertian demokrasi adalah sebuah
bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta
memerintah dengan perantaraan wakilnya. Makna lainnya adalah
gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan
hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga
negara.Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya
pembagian kekuasaan dalam suatu negara dengan kekuasaan negara
yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam ini menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan
pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk
membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan
absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-
hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang
lain, misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif
menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-
anggotanya tanpa memperdulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa
kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus
akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal
yang mewujudkan akuntibilitas dari setiap lembaga negara dan
mekanisme ini mampu secaraoperasional (bukan hanya secara teori)
membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.
II.2 Penjelasan Tentang Demokrasi Pancasila dan Demokrasi
Liberal Serta Demokrasi Sosial Komunis
1) Demokrasi Pancasila
Rumusan singkat demokrasi Pancasila yang tercantum
dalam sila keempat Pancasila, yaitu “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikm at kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”. Rumusan tersebut pada dasarnya
merupakan rangkaian totalitas yang terkait erat antara satu sila
dengan sila lainnya (bulat dan utuh). Ada beberapa pendapat
mengenai pengertian Demokrasi Pancasila, antara lain sebagai
berikut :
a. Prof. Dardiji Darmodihardjo, SH
Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang
bersumber kepada kepribadian dan falsafah hidup Bangsa
Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-
ketentuan pembukaan UUD 1945.
b. Prof. Dr. Drs. Notonagoro, SH
Demokrasi Pancasila kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang berketuhanan Yang
Maha Esa, yang berprikemanusiaan yang adil dan beradab,
yang mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. (pengertian senada
dikemukakan pula oleh Soemantri, SH dan Drs. S. Pamudji,
MPA)
c. Ensiklopedia Indonesia
Demokrasi Pancasila berdasarkan Pancasila yang meliputi
bidang-bidang politik, sosial dan ekonomi, serta yang dalam
penyelesaian masalah-masalah nasional berusaha sejauh
mungkin menempuh jalan permusyawaratan untuk mencapai
mufakat.
Aspek Demokrasi Pancasila
Berdasarkan pengertian dan pendapat tentang Demokrasi
Pancasila dapat dikemukakan aspek-aspek yang terkandung di
dalamnya, yakni :
a. Aspek material (segi isi/substansi)
Demokrasi Pancasila harus dijiwai dan dioleh integrasikan
sila-sila lainnya. Karena itulah, pengertian Demokrasi
Pancasila tidak hanya merupakan demokrasi politik, tetapi
juga demokrasi ekonomi dan sosial (lihat amandemen UUD
1945 dan penjelasannya dalam pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan
34).
b. Aspek formal
Demokrasi Pancasila merupakan bentuk atau cara pengambilan
keputusan (demokrasi politik) yang dicerminkan oleh sila
keempat, yakni “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikm at
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”
Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila
Prinsip demokrasi universal bila dikaitkan dengan prinsip-
prinsip Demokrasi Pancasila, secara normatif dapat kita simak
sebagai berikut : Demokrasi Universal
1. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik
2. Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara
3. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu diantara warga negara
Demokrasi Pancasila
1. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia
2. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
3. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral
Kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.
Sesungguhnya prinsip-prinsip demokrasi universal
memiliki keterkaitan erat dengan Demokrasi pancasila, baik secara
noemarif maupun sipstantif keterkaitan tersebut kemidian
dipraktikkan swecara khusus (partikular) melalui masukanyadan
nilai dan kepribadian Indonesia yang khas sebagai mana tercermin
melalui dasar negara pancasila. Dengan demikian, sebenarnya
demokkrasi pancasila secara teori maupun memberikan “jiwa
“atau „spirit‟‟ kepada para penyelenggara negara (pejabat publik)
dan eliti politik untuk dapat melaksanakan syestem politik dan
penyelenggaraan negara dengan sebaik-baiknya.
2) Demokrasi Liberal
Demokrasi Liberal adalah suatu demokrasi yang menempatkan
kedudukan badan legislatif lebih tinggi dari pada badan
eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana
Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet
diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi
parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.
Demokrasi Liberal sering disebut sebagai demokrasi
parlementer.
Di indonesia demokrasi ini dilaksanakan setelah keluarnya
Maklumat Pemerintah NO.14 Nov. 1945. Menteri bertanggung
jawab kepada parlemen.
Demokrasi liberal lebih menekankan pada pengakuan terhadap
hak-hak warga negara, baik sebagai individu ataupun
masyarakat. Dan karenanya lebih bertujuan menjaga tingkat
represetansi warganegara dan melindunginya dari tindakan
kelompok atau negara lain.
Ciri-ciri demokrasi liberal :
a)Kontrol terhadap negara, alokasi sumber daya alam dan
manusia dapat terkontrol
b) Kekuasaan eksekutif dibatasi secara konstitusional,
c) Kekuasaan eksekutif dibatasi oleh peraturan perundangan,
d)Kelompok minoritas (agama, etnis) boleh berjuang, untuk
memperjuangkan dirinya.
e) Demokrasi Sosial Komunis
Demokrasi Komunis adalah demokrasi yang sangat membatasi
agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama dianggap candu
yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya
dari pemikiran yang rasional dan nyata.
Demokrasi komunis muncul karena adanya komunisme.
Awalnya komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme
di abad ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu
pemilik dan mengesampingkan buruh. Komunisme adalah
ideologi yang digunakan partai komunis di seluruh dunia.
Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan
sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan, dimana kepemilikan
modal atas individu sangat dibatasi.
Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara
untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme sangat
membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya
komunisme juga disebut anti liberalisme.
Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran
Partai Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan sosial
dimulai dari buruh atau yang lebih dikenal dengan proletar,
namun pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil jika
bernaung di bawah dominasi partai. Partai membutuhkan
peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan
sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah
yang menyebabkan komunisme menjadi "tumpul" dan tidak lagi
diminati.
Masyarakat sosialis-komunis mendefinisikan rakyat sebagai
lapisan rakyat yang menurut mereka, adalah rakyat miskin dan
tertindas di segala bidang kehidupan. Rakyat miskin (kaum
proletar dan buruh) akan memimpin revolusi sosialis melalui
wakil-wakil mereka dalam partai komunis. Kepentingan yang
harus diperjuangkan bukanlah kemerdekaan pribadi. Bahkan,
kemerdekaan pribadi menurut masyarakat sosialis-komunis harus
ditiadakan karena satu-satunya kepentingan hanyalah
kepentingan rakyat secara kolektif, yang dalam hal ini diwakili
oleh partai komunis. Dengan demikian masyarakat sosialis-
komunis, juga mengakui kedaulatan rakyat. Mereka pun
menjunjung tinggi demokrasi, yang dikenal sebagai demokrasi
komunis.
Berikut ini adalah persamaan Indonesia dengan negara komunis
pada umumnya :
1. Sistem pemerintahan dengan Single Party.
(Indonesia juga dengan Golkar-nya, Orsospol lainnya hanya
semu, supaya pihak asing/Barat tidak membantu mencetuskan
Revolusi. Ini dibuktikan dengan calon tunggal Presiden dan
wakilnya dari Golkar maupun "Orsospol" antek-anteknya
Golkar)
2. Mengharamkan kebebasan berkumpul dan berpendapat,
termasuk membentuk partai baru, pooling apalagi referendum.
3. Menghalalkan segala cara dalam mempertahankan kekuasaan
sang Single Party. (mungkin para pemimpin kita sempat belajar
kepada Deng Xiao Ping tentang peristiwa Tian An Men sebelum
melakukan aksi show of force pada peristiwa Perebutan Markas
PDI beberapa tahun lalu).
4. Memiliki backing dari pihak militer yang sangat kuat dan
selalu berusaha ikut campur dalam urusan pemerintahan.
5. Komunis: tidak boleh beragama, Indonesia: boleh beragama
(tetapi tidak menjalankan kewajiban sebagai umat beragama),
6. Paling jago kalau disuruh propaganda.
Contohnya ngomong terus dari pagi sampai paginya lagi.
Seluruh siaran TV diharuskan menyiarkan Laporan Khusus,
Sidang Umum, Rapat Paripurna, Penjelasan Menteri Penerangan
dan lain sebagainya yang tidak berisi dan sekali lagi hanya
Propaganda dan janji muluk-muluk
Selain itu, Komunis murni melarang :
1) adanya kepercayaan kepada Tuhan YME,
2) membenci kelompok intelektual dan cendekiawan,
3) mengagung-agungkan kelompok pekerja, buruh
dan petani.
Indonesia: Menjamin kebebasan beragama, tapi orang-orang
yang mengaku taat beragama dengan jalan memperlihatkan
kepada orang-orang bahwa ia rajin beribadah ke Mesjid, Gereja,
Vihara dll = tidak punya Tuhan, karena ketakutan mereka kepada
Tuhan hanya semu belaka (Super Munafik).
II.3 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
Paham demikrasi yang sejak awal kemerdekaan diterapkan di
Indonesia, sesungguhnya sidah mengacu kepada nilai-nilai pancasila.
Asas musyawara mufakat dan kekeluargaan/gotong royong,
merupakan prinsip nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia yang telah lama
berkembang secara baik ditataran masyarakat pedesaan. Dengan
demikian, hakikat demokrasi Pancasila yang kemudian
dikembangkan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial budaya menjadi
falsafah ideologi negara sangat mungkin dapat berkembang sesuai
dengan ciri khas masyarakat Indonesia yang pluralistik.
Untuk dapat melihat pelaksanaan demokrasi di Indonesia,
sebelumnya perlu dilihat sejarah pertumbuhan demokrasi pancasila
berdasarkan aspek maretial dan formal sebagai berikut :
v' Aspek Material
Prinsip dasar demokrasi pancasila adalah hasil berpikir dan ciptaan
manusia Indonesia sebagai bagian integral dari sosial budaya bangsa
Indonesia. Pikiran dasar yang berkembang merupakan upaya bersama
manusia Indonesia dalam rangka memecahkan berbagai masalah
kehidupan yang dihadapinya. Untuk itu, unsur kebersamaan yang
dijiwai oleh prinsip kekeluargaan menjadi faktor utama, dengan
demikian, hasil pemecahan masalahnya tetap berada dalam konteks
kegotongroyongan dan kebahagiaan hidup bersama pula.
v' Aspek Formal
Peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 selain mendatangkan
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, juga menghasilkan
kehidupa berkonstitusi tertulis / formal. Di dalam konstitusi
(UUD 1945), telah disepakati dan ditetapkan berbagai prinsip
hidup bernegara, antara lain tentang hak kedaulatan rakyat,
keuasaan presiden, DPR, Mahkamah Agung, MPR, dan
sebagainya. Melalui proklamasi, falsafah / ideologi dan sistem
politik demokrasi pancasila ditetapkan secara formal di dalam
UUD 1945, yang untuk selanjutnya digunakan dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
II.4 Contoh Tindakan yang Menentang Demokrasi
Salah satu contoh tindakan yang menentang demokrasi di
Indonesia adalah korupsi. Di dalam dunia politik, korupsi
mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik dengan cara
menghancurkan proses formal. Korupsi di sistem pengadilan
menghentikan ketertiban hukum. Korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat.
Korupsi bisa menyebabkan sulitnya legitimasi pemerintahan dan nilai
demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
Contoh lain tindakan yang menentang demokrasi adalah
pemidanaan salah satu jurnalis Ambon, Juhry Samanery yang dikeroyok
oleh pegawai PN Ambon karena meliput persidangan mantan wakil
bupati Maluku Tenggara Barat, Lukas Uwuratuw dalam kasus
korupsi. Padahal proses persidangan dinyatakan terbuka namun pada
saat pengadilan berlangsung, para pekerja media dihalang-halangi
masuk oleh pegawai PN. Sehingga terjadi perdebatan yang berakhir
pemukulan. Pemidanaan juhry bukan sekedar tindakan melawan hukum,
lebih dari itu hal tersebut merupakan tindakan menentang hak
masyarakat atas kebebasan informasi, dan dengan demikian
melawan demokrasi.
II.5 Demokrasi di Indonesia
Demokrasi di negara Indonesia sudah mengalami kemajuan
yang pesat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan dibebaskan
menyelenggarakan kebebasan pers, kebebasan masyarakat dalam
berkeyakinan, berbicara, berkumpul, mengeluarkan pendapat,
mengkritik bahkan mengawasi jalannya pemerintahan. Tapi bukan
berarti demokrasi di Indonesia saat ini sudah berjalan sempurna.
Masih banyak persoalan yang muncul terhadap pemerintah yang belum
sepenuhnya bisa menjamin kebebasan warga negaranya. Seperti
meningkatnya angka pengangguran, bertambahnya kemacetan di
jalan, semakin parahnya banjir, dan masalah korupsi.
Dalam kehidupan berpolitik di setiap negara yang kerap
selalu menikmati kebebasan berpolitik namun tidak semua kebebasan
berpolitik berjalan sesuai dengan yang diinginkan, karena pada
hakikatnya semua sistem politik mempunyai kekuatan dan
kelemahannya masing-masing. Demokrasi adalah sebuah proses yang
terus menerus merupakan gagasan dinamis yang terkait erat dengan
perubahan. Jika suatu negara mampu menerapkan kebebasan,
keadilan, dan kesejahteraan dengan sempurna, maka negara
tersebut adalah negara yang sukses menjalankan sistem
demokrasi. Sebaliknya, jika suatu negara itu gagal menggunakan
sistem pemerintahan demokrasi, maka negara itu tidak layak disebut
sebagai negara demokrasi. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara
Indonesia yang menganut sistem pemerintahan yang demokrasi, kita
sudah sepatutnya untuk terus menjaga, memperbaiki, dan melengkapi
kualitas-kualitas demokrasi yang sudah ada. Demi tercapainya suatu
kesejahteraan, tujuan dari cita-cita demokrasi yang sesungguhnya akan
mengangkat Indonesia kedalam suatu perubahan.
II.6 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia terbagi menjadi beberapa periode,
yaitu:
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi (1945-1950)
Tahun 1945-1950 Indonesia masih berjuang menghadapi
Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. Pada masa itu
penyelenggaraan pemerintahan dan demokrasi Indonesia belum
berjalan baik. Hal itu disebabkan masih adanya revolusi fisik.
Berdasarkan pada konstitusi negara, yaitu UUD 1945, Indonesia
adalah negara demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Masa
pemerintahan tahun 1945-1950 mengindikasikan
keinginan kuat dari para pemimpin negara untuk membentuk
pemerintahan demokrasi.
Pada awalnya, pemerintahan Indonesia menunjukkan
adanya sentralisasi kekuasaan pada divi presiden sehubungan belum
terbentuknya lembaga-lembaga politik demokrasi, misalnya belum
terbentuknya MPR dan DPR. Hal ini termuat dalam pasal 4 Aturan
Peralihan UUD 1945 yang berbunyi “Sebelum MPR, DPR, dan
DPA dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan
oleh presiden dengan bantuan sebuah komite nasional”.
Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah
negara absolut, pemerintah melakukan serangkaian kebijakan untuk
menciptakan pemerintahan demokratis. Kebijakan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945
tentang Perubahan Fungsi KNIP menjadi Fungsi Parlemen.
2. Maklumat Pemerintah Tanggal 03 November 1945
mengenai pembentukan Partai Politik.
3. Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945
mengenai Perubahan dari Kabinet Presidensial ke Kabinet
Parlementer.
Demikian kebijakan tersebut, terjadi perubahan dalam
sistem pemerintahan di Indonesia. Sistem pemerintahan berubah
menjadi sistem pemerintahan parlementer. Cita-cita dan proses
demokrasi masa itu terhambat oleh revolusi fisik menghadapi
Belanda dan pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948. pada masa-
masa kritis tersebut, kepemimpinan dwitunggal Soekarno-Hatta
berperan kembali dalam pemerintahan nasional. Pada akhir
tahun 1949, pemerintahan kembali ke sistem Presidensial.
2. Pelaksanaan demokrasi pada masa orde lama
a. Masa demokrasi liberal
Masa antara tahun 1950-1959 ditandai dengan suasana
dan semangat yang ultra-demokratis. Kabinet berubah
ke sistem parlementer, sedangkan dwitunggal Soekarno-Hatta
dijadikan simbol dengan kedudukan sebagai kepala negara.
Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi parlementer atau
demokrasi liberal. Masa demokrasi parlementer dapat dikatakan
sebagai masa kejayaan demokrasi karena hampir semua unsur-
unsur demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudannya.
Unsur-unsur tersebut meliputi peranan yang sangat tinggi pada
parlemen, akuntibilitas politis yang tinggi, berkembangnya partai
politik, pemilu yang bebas, dan terjaminnya hak politik rakyat.
Namun proses demokrasi masa itu telah dinilai gagal dalam
menjamin stabilitas politik, kelangsungan pemerintahan, dan
penciptaan kesejahteraan rakyat. Kegagalan praktik demokrasi liberal
tersebut disebabkan karena:
1. Dominannya politik aliran, artinya berbagai golongan politik dan
partai politik sangat mementingkan kelompok atau alirannya
sendiri daripada mengutamakan kepentingan bangsa.
2. Landasan sosial ekonomi rakyat yang masih rendah.
3. Tidak mempunyai para anggota konstituante bersidang dalam
menetapkan dasar negara sehingga keadaan menjadi berlarut-larut.
Hal ini menjadikan Presiden Soekarno segera mengeluarkan
Dekrit Presiden tanggal 05 Juli 1959 yang isinya:
1. Menetapkan pembubaran konstituante
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali sebagai konstitusi negara
dan tidak berlakunya UUDS 1950
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
b. Masa demokrasi terpimpin
Masa antara tahun 1959-1965 adalah masa demokrasi
terpimpin. Demokrasi terpimpin berawal dari ketidaksenangan
Presiden Soekarno terhadap partai-partai politik yang dinilai lebih
mengedepankan kepentingan partai dan ideologinya masing-masing,
serta kurang memperhatikan kepentingan yang lebih luas.
Pengertian dasar demokrasi terpimpin menurut ketetapan
MPRS No. VIII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara
semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan
berporoskan nasakom dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dominasi presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI dan militer sebagai kekuatan sosial
politik di Indonesia.
Demokrasi terpimpin yang dijalankan oleh Presiden Soekarno
ternyata menyimpang dari prinsip-prinsip negara demokrasi.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain:
1. Mengaburnya sistem kepartaian dan lemahnya peranan partai
politik
2. Peranan parlemen yang lemah
3. Jaminan hak-hak dasar warga negara masih lemah
4. Terjadinya sentralisasi kekuasaan pada hubungan antara pusat dan
daerah
5. Terbatasnya kebebasan pers
Akhir dari demokrasi terpimpin memuncak dengan adanya
pemberontakan G30-S/PKI pada tanggal 30 September 1965.
Demokrasi terpimpin berakhir karena kegagalan Presiden Soekarno
dalam mempertahankan keseimbangan antara kekuatan yang ada
disisinya, yaitu PKI dan militer yang sama-sama berpengaruh. Saat itu
PKI ingin membentuk angkatan kelima, sedangkan militer tidak
menyetujui pembentukan tersebut. Akhir dari demokrasi terpimpin
ditandai dengan keluarnya Surat Perintah tanggal 11 Maret 1966 dari
Presiden Soekarno kepada Jendral Soeharto untuk mengatasi keadaan.
3. Pelaksanaan demokrasi pada masa orde baru
Masa orde baru dimulai tahun 1966. Pemerintahan Orde Baru
mengawali jalannya pemerintahan dengan tekad melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Orde Baru menganggap
bahwa penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 adalah sebab
utama kegagalan dari pemerintahan sebelumnya. Orde Baru adalah tatanan
peri kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia atas dasar
pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Demokrasi yang dijalankan dinamakan demokrasi yang didasarkan atas
nilai-nilai dari sila-sila pada pancasila.
Pemerintahan orde baru diawali dengan keluarnya Surat Perintah
11 Maret sampai tahun 1968 dengan pengangkatan Jendral Soeharto
sebagai Presiden RI. Orde baru melanjutkan pembangunan demokrasi
berdasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945. Semua lembaga
negara, seperti MPR dan DPR dibentuk. Orde baru juga berhasil
menyelenggarakan pemilihan umum secara periodik, yaitu pada tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Untuk berjalannya demokrasi,
pemerintah Orde Baru menyusun mekanisme kepemimpinan nasional lima
tahun yang merupakan serangkaian garis besar kegiatan kenegaraan yang
dirancang secara periodik selama masa lima tahun.
Dengan berjalannya mekanisme kepemimpinan nasional lima
tahun, pemerintahan orde baru berhasil menciptakan stabilitas politik dan
menyelenggarakan pembangunan nasional yang dimulai dengan adanya
pembangunan lima tahun (Pelita), yaitu Pelita I tahun 1973-1978 sampai
Pelita VI tahun 1993-1998. Keberhasilan tersabut ditandai dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya tingkat pendidikan
warga negara, pembangunan infrastruktur, berhasil menekan laju
pertumbuhan penduduk.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya pemerintahan Orde Baru
mengarah pada pemerintahan yang sentralistis. Demokrasi masa Orde
Baru bercirikan pada kuatnya kekuasaan Presiden dalam menopang dan
mengatur seluruh proses politik yang terjadi. Lembaga kepresidenan telah
menjadi pusat dari seluruh proses politik dan menjadi pembentuk dan
penentu agenda nasional, mengontrol kegitan politik dan pemberi legacies
bagi seluruh lembaga pemerintah dan negara. Akibatnya, secara subtantif
tidak ada perkembangan demokrasi justru penurunan derajat demokrasi.
Sejumlah indikator yang menyebabkan demokrasi tidak terjadi pada masa
Orde Baru yaitu:
1. Rotasi kekuasan eksekutif hamper dapat dikatakan tidak ada.
2. Rekvutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat Demokrasi
4. Pengakuan terhadap hak-hak dasar yang terbatas.
Orde Baru sesungguhnya telah mampu membangun
stabilitas pemerintahan dan kemajuan ekonomi. Namun, makin
lama jauh dari semangat demokrasi dan kontrol rakyat. Akibatnya,
pemerintahan menjadi korup, sewenang-wenang, dan akhirnya
jatuh. Sebab-sebab kejatuhan Orde Baru adalah:
1. Hancurnya ekonomi nasional (krisis ekonomi)
2. Terjadinya krisis politik
3. Tidak bersatunya lagi pilar-pilar pendukung Orde Baru
(Menteri dan TNI)
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden
Soeharto untuk mundur dari jabatannya.
Dengan demikian, maka berakhirlah pemerintaha masa Orde
Baru dengan diumumkannya pengunduran diri Presiden Soeharto
dari kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998.
4. Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi (1998-sekarang)
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan
yang demokratis antara lain:
1. Keluarnya ketetapan MPR RI No. X/MPR/1 998 tentang pokok-
pokok reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR
tentang Referendum.
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara
yang bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa
jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI.
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai aman demen I, II, III
Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasiterdiri dari
beberapa periodisasi pemerintaham, antara lain:
1. B.J. Habiebie
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan Habiebie pada
masa pemerintahanya antara lain:
1. Membentuk kabinet reformasi pembangunan
Dibentuk pada tanggal 22 Mei 1998, dengan jumlah menteri 16
orang yang merupakan perwakilan dari GOLKAR, PPP, PDI
2. Mengadakan reformasi pada bidang politik.
Habiebie berusaha menciptakan politik yang transparan,
mengadakan pemilu yang bebas, jujur, dan adil, membebaskan
tahanan politik, dan mencabut larangan berdirinya Serikat Buruh
Independen
3. Kebebasan menyampaikan pendapat
Kebebasan menyampaikan pendapat diberikan asal tetap
berpedoman pada aturan yang ada yaitu UU No. 9 Tahun 1998
tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.
4. Reformasi dalam bidang hukum
Target reformasinya yaitu subtansi hukum, aparator penegak
hukum, yang bersih dan berwibawa, dan instansi peradilan yang
independen.
5. Mengatasi masalah dwifungsi ABRI
Keanggotaan ABRI dalam DPR/ MPR dikurangi bahkan pada
akhirnya ditiadakan.
6. Mengadakan sidang istimewa pada tanggal 10-13 November 1998
oleh MPR
7. Mengadakan pemilu tahun 1999
Pelaksanaan pemilu dilakukan dengan asas LUBER (langsung,
umum, bersih) dan JURDIL (jujur dan adil)
2. Abdurrahman Wahid
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh Abdurrahman Wahid
antara lain:
1. Meneruskan kehidupan demokrasi seperti pemerintahan
sebelumnya (memberikan kebebasan berpendapat di kalangan
masyarakat minoritas, kebebasan beragama, memperbolehkan
kembali penyelenggaraan budaya Tionghoa)
2. Merestrukturisasi lembaga pemerintahan seperti menghapus
departemen yang dianggapnya tidak efisien (menghilangkan
departemen penerangan dan sosial untuk mengurangi pengeluaran
anggaran, membentuk Dewan Keamanan Ekonomi Nasional).
3. Ingin memanfaatkan jabatan sebagai Panglima tertinggi dalam
militer dengan mencopot Kapolri yang tidak sejalan dengan
keinginan Gusdur.
3. Megawati Soekarno Putri
Kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya antara lain:
1. Meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga
persatuan dan kesatuan.
2. Membangun tatanan politik yang baru, diwujudkan dengan
dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan
MPR/DPR, dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
3. Menjaga keutuhan NKRI, setiap usaha yang mengancam keutuhan
NKRI ditindak tegas seperti kasus Aceh, Ambon, Papua, Poso
4. Melanjutkan amandemen UU 1945, keluarnya UU tentang otonomi
daerah menimbulkan penafsiran yang berbeda tentang pelaksanaan
otonomi daerah. Oleh karena itu, pelurusan dilakukan dengan
pembinaan terhadap daerah.
4. Susilo Bambang Yudhoyono
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh SBY antara lain:
1. Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan
APBN
2. Konversi minyak tanah ke gas
3. Pembayaran utang secara bertahap kepada PBB
4. Buy-back saham BUMN
5. Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil
6. Subsidi BBM
7. Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia
8. Meningkatkan sektor pariwisata “Visit Indonesia 2008”
9. Pemberian bibit unggul pada petani
10. Pemberantasan korupsi melalui dengan dibentuknya KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUS TAKA
Jutmini, Sri. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Solo: Tiga Seangkai Pustaka
Mandiri
Syarifudin. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Bogor: Pustaka Gemilang
Anneahira. 2012. www.anneahira.com/pengertian-demokrasi-pancasila.htm.
Diakses tanggal 3 Maret 2013 pukul 21.00 WIB
http://makalahcyber.blogspot.com/2012/09/demokrasi-liberal-demokrasi-komunis-
dan.html (diakses tanggal 3 Maret 2013 pukul 22.00 WIB
Khairul Anas. 2012. Khairul-anas.bloghspot.com/2012/05/indonesia-pada masa-
demokrasi-liberal.html (diakses tanggal 3 Maret 2013 pukul 22.02 WIB