Makalah demam

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah demam berawal dari suatu hipotesis yang menyatakan bahwa demam merupakan suatu proses alamiah yang timbul sebagai akibat suatu stimulus. Ahli dari mesir beranggapan bahwa demam diakibatkan oleh inflamasi lokal. Bilroth pada tahun 1868 membuktikannya dengan menyuntikan pus kepada kelinci percobaan, kemudian kelinci tersebut menjadi demam yang terjadi akibat adanya endotoksin, yaitu suatu produk bakteri gram negatif yang mengkontaminasi bahan suntikan. Menkin pada tahun 1943 berhasil mengisolasi bahan penyebab demam yang disebut pyrexin. Kemudian Gery dan Waksman berhasil mengidentifikasi interleukin-1 (IL-1), dikenal sebagai sitokin yang terbukti identik dengan pirogen endogen. Dalam evolusi kehidupan, tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi. Dan peninggian suhu badan memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem pertahanan tubuh. 1,2 1.2 Rumusan Masalah

description

IPD

Transcript of Makalah demam

Page 1: Makalah demam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah demam berawal dari suatu hipotesis yang menyatakan bahwa demam merupakan

suatu proses alamiah yang timbul sebagai akibat suatu stimulus. Ahli dari mesir beranggapan

bahwa demam diakibatkan oleh inflamasi lokal. Bilroth pada tahun 1868 membuktikannya

dengan menyuntikan pus kepada kelinci percobaan, kemudian kelinci tersebut menjadi demam

yang terjadi akibat adanya endotoksin, yaitu suatu produk bakteri gram negatif yang

mengkontaminasi bahan suntikan. Menkin pada tahun 1943 berhasil mengisolasi bahan

penyebab demam yang disebut pyrexin. Kemudian Gery dan Waksman berhasil mengidentifikasi

interleukin-1 (IL-1), dikenal sebagai sitokin yang terbukti identik dengan pirogen endogen.

Dalam evolusi kehidupan, tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup

ampuh terhadap infeksi. Dan peninggian suhu badan memberikan suatu peluang kerja yang

optimal untuk sistem pertahanan tubuh. 1,2

1.2 Rumusan Masalah

Adapun beberapa masalah yang akan dibahas pada isi makalah ini yaitu sebagai berikut :

o Bagaiman pengaturan suhu tubuh?

o Apa yang akan terjadi jika tubuh mendapat infeksi dari luar?

o Definisi, penyebab, jenis – jenis, proses terjadi dan penatalaksanaan demam?

Page 2: Makalah demam

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGATURAN SUHU TUBUH

A. Keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas

Pengaturan suhu memerlukan mekanisme perifer yang utuh, yaitu keseimbangan

produksi dan pelepasan panas, serta fungsi pusat pengatur suhu di hipotalamus yang mengatur

seluruh mekanisme. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju

hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan temperatur tubuh meningkat. Sebaliknya, bila

kehilangan panas lebih besar, panas tubuh dan temperatur tubuh akan menurun. 1,2

2.1.1 Produksi Panas

Dalam tubuh, panas diproduksi melalui peningkatkan Basal Metabolic Rate (BMR).

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan Basal Metabolic Rate antara lain: 1,2

i. laju metabolisme dari semua sel tubuh;

ii. laju cadangan metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas otot;

iii. metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin, epinefrin,

norepinefrin dan perangsangan simpatis terhadap sel;

iv. metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi

didalam sel sendiri.

Pada keadaan istirahat, berbagai organ seperti otak, otot, hati, jantung, tiroid, pankreas

dan kelenjar adrenal berperan dalam menghasilkan panas pada tingkat sel yang melibatkan

adenosin trifosfat (ATP). Bayi baru lahir menghasilkan panas pada jaringan lemak coklat, yang

terletak terutama dileher dan skapula. Jaringan ini kaya akan pembuluh darah dan mempunyai

banyak mitokondria. Pada keadaan oksidasi asam lemak pada mitokondria dapat meningkatkan

produksi panas sampai dua kali lipat. Dewasa dan anak besar mempertahankan panas dengan

vasokonstriksi dan memproduksi panas dengan menggigil sebagai respon terhadap kenaikan

Page 3: Makalah demam

suhu tubuh. Aliran darah yang diatur oleh susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam

mendistribusikan panas dalam tubuh. Pada lingkungan panas atau bila suhu tubuh meningkat,

pusat pengatur suhu tubuh di hipotalamus mempengaruhi serabut eferen dari sistem saraf otonom

untuk melebarkan pembuluh darah (vasodilatasi). Peningkatan aliran darah dikulit menyebabkan

pelepasan panas dari pusat tubuh melalui permukaan kulit kesekitarnya dalam bentuk keringat.

Dilain pihak, pada lingkungan dingin akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah sehingga akan

mempertahankan suhu tubuh. 1,2

2.1.2 Kehilangan Panas

Berbagai cara panas hilang dari kulit ke lingkungan dapat melalui beberapa cara yaitu:

i. Radiasi : kehilangan panas dalam bentuk gelombang panas infra merah, suatu

jenis gelombang elektromagnetik. Dimana melalui cara ini tidak menggunakan

sesuatu perantara apapun. Secara umum enam puluh persen panas dilepas secara

radiasi;

ii. Konduksi : kehilangan panas melalui permukaan tubuh ke benda-benda lain

yang bersinggungan dengan tubuh, dimana terjadi pemindahan panas secara

langsung antara tubuh dengan objek pada suhu yang berbeda. Dibandingkan

dengan posisi berdiri, anak pada posisi tidur dengan permukaan kontak yang

lebih luas akan melepas panas lebih banyak melalui konduksi;

iii. Konveksi : pemindahan panas melalui pergerakan udara atau cairan yang

menyelimuti permukaan kulit;

iv. Evaporasi : kehilangan panas tubuh sebagai akibat penguapan air melalui kulit

dan paru-paru, dalam bentuk air yang diubah dari bentuk cair menjadi gas; dan

dalam jumlah yang sedikit dapat juga kehilangan panas melalui urine dan feses.

Faktor fisik jelas akan mempengaruhi kemampuan respon perubahan suhu. Pelepasan panas pada

bayi sebagian besar disebabkan oleh karena permukaan tubuhnya lebih luas dari pada anak yang

lebih besar. 1,2

Page 4: Makalah demam

B. Konsep “set-point” dalam pengaturan suhu tubuh

Konsep “Set-Point” dalam pengaturan temperatur yaitu semua mekanisme pengaturan

temperatur yang terus-menerus berupaya untuk mengembalikan temperatur tubuh kembali ke

tingkat “Set-Point”. Set-point disebut juga tingkat temperatur krisis, yang apabila suhu tubuh

seseorang melampaui diatas set-point ini, maka kecepatan kehilangan panas lebih cepat

dibandingkan dengan produksi panas, begitu sebaliknya. Sehingga suhu tubuhnya kembali ke

tingkat set-point. Jadi suhu tubuh dikendalikan untuk mendekati nilai set-point. 1,2

C. Peranan Hipotalamus dalam pengaturan suhu tubuh.

Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik, dan

hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada area

preoptik hipotalamus anterior. 1,2

Daerah spesifik dari interleukin-1 (IL-1) adalah regio preoptik hipotalamus anterior, yang

mengandung sekelompok saraf termosensitif yang berlokasi di dinding rostral ventrikel III,

disebut juga sebagai korpus kalosum lamina terminalis (OVLT) yaitu batas antara sirkulasi dan

otak. Saraf termosensitif ini terpengaruh oleh daerah yang dialiri darah dan masukan dari

reseptor kulit dan otot. Saraf yang sensitif terhadap hangat terpengaruh dan meningkat dengan

penghangatan atau penurunan dingin, sedang saraf yang sensitif terhadap dingin meningkat

dengan pendinginan atau penurunan dengan penghangatan. Telah dibuktikan bahwa IL-1

menghambat saraf sensitif terhadap hangat dan merangsang cold-sensitive neurons. Korpus

kalosum lamina terminalis (OVLT) mungkin merupakan sumber prostaglandin. Selama demam,

IL-1 masuk kedalam ruang perivaskular OVLT melalui jendela kapiler untuk merangsang sel

untuk memproduksi prostaglandin E-2 (PGE-2); secara difusi masuk kedalam regio preoptik

hipotalamus anterior untuk menyebabkan demam atau bereaksi dalam serabut saraf dalam

OVLT. PGE-2 memainkan peran penting sebagai mediator, terbukti dengan adanya hubungan

erat antara demam, IL-1 dan peningkatan kadar PGE-2 di otak. Penyuntikan PGE-2 dalam

jumlah kecil kedalam hipotalamus binatang, memproduksi demam dalam beberapa menit, lebih

cepat dari pada demam yang diinduksi oleh IL-1. 1,2

Page 5: Makalah demam

Hasil akhir mekanisme kompleks ini adalah peningkatan thermostatic set-point yang akan

memberi isyarat serabut saraf eferen, terutama serabut simpatis untuk memulai menahan panas

(vasokonstriksi) dan produksi panas (menggigil). Keadaan ini dibantu dengan tingkah laku

manusia yang bertujuan untuk menaikkan suhu tubuh, seperti mencari daerah hangat atau

menutup tubuh dengan selimut. Hasil peningkatan suhu melanjut sampai suhu tubuh mencapai

peningkatan set-point. Peningkatan set-point kembali normal apabila terjadi penurunan

konsentrasi IL-1 atau pemberian antipiretik dengan menghambat sintesis PGE-2. PGE-2

diketahui mempengaruhi secara negative feed-back dalam pelepasan IL-1, sehingga dapat

mengakhiri mekanisme ini yang awalnya diinduksi demam. 1,2

Sebagai tambahan, arginin vasopresin (AVP) beraksi dalam susunan saraf pusat untuk

mengurangi pyrogen induced fever. Kembalinya suhu menjadi normal diawali oleh vasodilatasi

dan berkeringat melalui peningkatan aliran darah kulit yang dikendalikan oleh serabut saraf

simpatis. 1,2

2.2 DEFINISI DEMAM

International Union of Physiological Sciences Commission for Thermal Physiology

mendefinisikan demam sebagai suatu keadaan peningkatan suhu inti, yang sering (tetapi tidak

seharusnya) merupakan bagian dari respons pertahanan organisme multiselular (host) terhadap

invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing oleh host. El-Rahdi

dan kawan-kawan mendefinisikan demam (pireksia) dari segi patofisiologis dan klinis. Secara

patofisiologis demam adalah peningkatan thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus

yang diperantarai oleh interleukin 1 (IL-1). Sedangkan secara klinis demam adalah peningkatan

suhu tubuh 1oC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal di tempat pencatatan. Sebagai

respons terhadap perubahan set point ini, terjadi proses aktif untuk mencapai set point yang baru.

Hal ini dicapai secara fisiologis dengan meminimalkan pelepasan panas dan memproduksi

panas.3-5

Suhu tubuh normal bervariasi sesuai irama suhu circardian (variasi diurnal). Suhu

terendah dicapai pada pagi hari pukul 04.00 – 06.00 dan tertinggi pada awal malam hari pukul

16.00 – 18.00. Kurva demam biasanya juga mengikuti pola diurnal ini.1,2 Suhu tubuh juga

dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan, meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan

Page 6: Makalah demam

suhu udara ambien. Oleh karena itu jelas bahwa tidak ada nilai tunggal untuk suhu tubuh normal.

Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung pada tempat pengukuran (Tabel 1).3-5

Tabel 1. Suhu normal pada tempat yang berbeda

Tempat

pengukuranJenis termometer

Rentang; rerata

suhu normal (oC)

Demam

(oC)

AksilaAir raksa,

elektronik

34,7 – 37,3;

36,437,4

SublingualAir raksa,

elektronik

35,5 – 37,5;

36,637,6

RektalAir raksa,

elektronik36,6 – 37,9; 37 38

Telinga Emisi infra merah35,7 – 37,5;

36,637,6

2.3 ETIOLOGI DEMAM

Demam terjadi oleh karena perubahan pengaturan homeostatik suhu normal pada

hipotalamus yang dapat disebabkan antara lain oleh 1,3,5

o infeksi, vaksin, agen biologis (faktor perangsang koloni granulosit-makrofag,

interferon dan interleukin), jejas jaringan (infark, emboli pulmonal, trauma,

suntikan intramuskular, luka bakar),

o keganasan (leukemia, limfoma, hepatoma, penyakit metastasis),

o obat-obatan (demam obat, kokain, amfoterisin B),

Page 7: Makalah demam

o gangguan imunologik-reumatologik (lupus eritematosus sistemik, artritis

reumatoid),

o penyakit radang (penyakit radang usus),

o ganggguan endokrin (tirotoksikosis, feokromositoma),

o ganggguan metabolik (gout, uremia, penyakit fabry, hiperlipidemia tipe 1), dan

o wujud-wujud yang belum diketahui atau kurang dimengerti (demam mediterania

familial).

2.4 POLA DEMAM

Interpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya anak telah mendapat

antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran suhu secara serial dilakukan di tempat

yang berbeda. Akan tetapi bila pola demam dapat dikenali, walaupun tidak patognomonis untuk

infeksi tertentu, informasi ini dapat menjadi petunjuk diagnosis yang berguna (Tabel 2.).5

Pola demam Penyakit

Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan

Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri

Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis

Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik

Quotidian Malaria karena P.vivax

Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile rheumathoid

arthritis, beberapa drug fever (contoh karbamazepin)

Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis

Page 8: Makalah demam

Demam rekuren Familial Mediterranean fever

Tabel 2. Pola demam yang ditemukan pada penyakit pediatrik

Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi derajat suhu

selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan respons terapi.

Gambaran pola demam klasik meliputi: 3,4,6

Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu tubuh

yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal

suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan. 4,6

Gambar 1. Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan bradikardi relatif)

Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal

dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling

sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu (Gambar

2.). Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi. 4-

6

Page 9: Makalah demam

Gambar 2. Demam remiten

Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan

puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan jenis demam terbanyak kedua

yang ditemukan di praktek klinis. 3,4

Gambar 3. Demam intermiten

Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan

perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar. 3,4

Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang

terjadi setiap hari.3,4

Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam)

Gambar 4. Demam quotidian

Page 10: Makalah demam

Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap tinggi

selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi normal. 3,4

Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit dengan lama demam

melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk infeksi saluran

nafas atas. 3-5

Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu

penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem organ

multipel. 3,4

Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda

(camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik dari

pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue, demam

kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan African

hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa). 3,5,6

Relapsing fever dan demam periodik:

o Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular atau

irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu atau

beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah

tertiana digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila demam terjadi

setiap hari ke-4) (Gambar 5.)dan brucellosis. 3-5

Gambar 5. Pola demam malaria

Page 11: Makalah demam

o Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang

disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar 6.)dan ditularkan oleh kutu

(louse-borne RF) atau tick (tick-borne RF). 4-7

Gambar 6. Pola demam Borreliosis (pola demam relapsing)

2.5 PATOGENESIS DEMAM

Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan

oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh. Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya

proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya

merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam

keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan masuknya zat toksin

(mikroorganisme) kedalam tubuh kita. Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh

umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan

masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan

tentara pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya

(fagositosit). Sebagai respon terhadap rangsangan piogenik maka monosit, makrofag, dan sel-sel

Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-1(interleukin

1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (interleukin 6), dan INF (interferon) yang bekerja

pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Pirogen endogen

yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu

substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim

fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran

Page 12: Makalah demam

prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzim siklooksigenase (COX).

Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai

kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal).

Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa

suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil.

Adanya proses mengigil ( pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh

yang lebih banyak. Dan terjadilah demam. 1,2,4

Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat 2 jenis pirogen yaitu

pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh seperti toksin,

produk-produk bakteri dan bakteri itu sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang

pelepasan pirogen endogen yang disebut dengan sitokin yang diantaranya yaitu interleukin-1 (IL-

1), Tumor Necrosis Factor (TNF), interferon (INF), interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-11 (IL-

11). Sebagian besar sitokin ini dihasilkan oleh makrofag yang merupakan akibat reaksi terhadap

pirogen eksogen. Dimana sitokin-sitokin ini merangsang hipotalamus untuk meningkatkan

sekresi prostaglandin, yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh. 1,2,4

Gambar 1.2 Patogenesis Demam

Page 13: Makalah demam

2.5.1 Pirogen Eksogen

Pirogen eksogen biasanya merangsang demam dalam 2 jam setelah terpapar. Umumnya, pirogen

berinteraksi dengan sel fagosit, makrofag atau monosit, untuk merangsang sintesis interleukin-1

(IL-1). Mekanisme lain yang mungkin berperan sebagai pirogen eksogen, misalnya endotoksin,

bekerja langsung pada hipotalamus untuk mengubah pengatur suhu. Radiasi, racun DDT dan

racun kalajengking dapat pula menghasilkan demam dengan efek langsung terhadap

hipotalamus. Beberapa bakteri memproduksi eksotoksin yang akan merangsang secara langsung

makrofag dan monosit untuk melepas IL-1. Mekanisme ini dijumpai pada scarlet fever dan toxin

shock syndrome. Pirogen eksogen dapat berasal dari mikroba dan non-mikroba. 1,2,4,5

A. Pirogen Mikrobial

Bakteri Gram-negatif

Pirogenitas bakteri Gram-negatif (misalnya Escherichia coli, Salmonela) disebabkan

adanya heat-stable factoryaitu endotoksin, yaitu suatu pirogen eksogen yang pertama kali

ditemukan. Komponen aktif endotoksin berupa lapisan luar bakteri yaitu lipopolisakarida (LPS).

Endotoksin menyebabkan peningkatan suhu yang progresif tergantung dari dosis (dose-related).

Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan interleukin-1,

kemudian interleukin-1 tersebut mencapai hipotalamus sehingga segera menimbulkan demam. 1

Bakteri Gram-positif

Pirogen utama bakteri gram-positif (misalnya Stafilokokus) adalah peptidoglikan dinding sel.

Bakteri gram-positif mengeluarkan eksotoksin, dimana eksotoksin ini dapat menyebabkan

pelepasan daripada sitokin yang berasal dari T-helper dan makrofag yang dapat menginduksi

demam. 1,2

Virus

Mekanisme virus memproduksi demam antara lain dengan cara melakukan invasi secara

langsung ke dalam makrofag, reaksi imunologis terjadi terhadap komponen virus yang termasuk

diantaranya yaitu pembentukan antibodi, induksi oleh interferon dan nekrosis sel akibat virus. 1

Page 14: Makalah demam

Jamur

Produk jamur baik yang mati maupun yang hidup, memproduksi pirogen eksogen yang akan

merangsang terjadinya demam. Demam pada umumnya timbul ketika produk jamur berada

dalam peredaran darah. 1,2

B. Pirogen Non-mikrobial

5.1.2.1 Fagositosis

Fagositosis antigen non-mikrobial kemungkinan sangat bertanggung jawab untuk terjadinya

demam, seperti dalam proses transfusi darah dan anemia hemolitik imun (immune hemolytic

anemia). 1,4

5.1.2.2 Kompleks Antigen-antibodi

Demam yang disebabkan oleh reaksi hipersensitif dapat timbul baik sebagai akibat reaksi antigen

terhadap antibodi yang beredar, yang tersensitisasi (immune fever) atau oleh antigen yang

teraktivasi sel-T untuk memproduksi limfokin, dan kemudian akan merangsang monosit dan

makrofag untuk melepas interleukin-1 (IL-1). 1,4

5.1.2.3 Steroid

Steroid tertentu bersifat pirogenik bagi manusia. Ethiocholanolon dan metabolik androgen

diketahui sebagai perangsang pelepasan interleukin-1 (IL-1). 1,4

5.1.2.4 Sistem Monosit-Makrofag

Sel mononuklear bertanggung jawab terhadap produksi interleukin-1 (IL-1) dan terjadinya

demam. Granulosit polimorfonuklear tidak lagi diduga sebagai penanggung jawab dalam

memproduksi interleukin-1 (IL-1) oleh karena demam dapat timbul dalam keadaan

agranulositosis. 1,2

2.5.2 Pirogen Endogen

Interleukin-1 (IL-1)

Interleukin-1 mempunyai banyak fungsi, fungsi primernya yaitu menginduksi demam pada

hipotalamus untuk menaikkan suhu.

Page 15: Makalah demam

Fungsi Utama Interleukin-1 : Induksi demam, Stimulasi Prostaglandin-E2 (PGE-2), Aktivasi sel-

T dan sel-B Reaksi fase akut, Respon inflamasi Proteolisis otot, Supresi nafsu makan Absorpsi

tulang, Stimulasi Kolagenase Rasa kantuk/tidur. 1,2

Tumor Necrosis Factor (TNF)

Tumor necrosis factor juga mempunyai efek untuk merangsang produksi IL-1, menambah

aktivitas kemotaksis makrofag dan neutrofil serta meningkatkan fagositosis dan sitotoksik. 1,2

Interferon

Interferon gama dikenal sebagai penginduksi makrofag yang poten dan menstimulasi sel-B untuk

meningkatkan produksi antibodi. Fungsi interferon gama sebagai pirogen endogen dapat secara

tidak langsung merangsang makrofag untuk melepaskan interleukin-1 (macrophage-activating

factor) atau secara langsung pada pusat pengatur suhu di hipotalamus.

Interferon juga memperlihatkan aktivitas antitumor baik secara langsung dengan cara mencegah

pembelahan sel melalui pemanjangan jalur siklus multiplikasi sel atau secara tidak langsung

dengan mengubah respon imun. Aktivitas antivirus dan antitumor interferon terpengaruhi oleh

meningkatnya suhu. 1,4

Interleukin-2 (IL-2)

. Interleukin-2 mempunyai efek penting pada pertumbuhan dan fungsi sel-T,Natural killer

cell (sel NK) dan sel-B. Efek samping lainnya diantaranya lemah badan, demam, anoreksia dan

nyeri otot. 1-4

2.6 PENATALAKSANAAN

Demam merupakan respon terhadap stimulus tertentu. Stimulus tersebut dapat berupa invasi

mikroorgganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing oleh host. Pada

prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan. Demam dapat membantu

sistem imunitas tubuh. Pada tingkat suhu tertentu,demam merupakan bagian dari sistem

pertahanan tubuh antara lain daya fagositosis meningkat dan viabilitas kuman menurun, tetapi

dapat juga merugikan karena menimbulkan gelisah, nafsu makan menurun, tidak dapat tidur

Page 16: Makalah demam

Tidak semua demam harus diberikan antipiretik. Indikasi pemberian antipiretik lebih

kepada pencegahan komplikasi dan kenyamanan pasien. Demam < 39°C pada sebelumnya sehat

pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Bila suhu naik > 39°C, cenderung tidak nyaman

dan pemberian obat-obat penurun panas sering membuat pasien merasa lebih baik. Demam

berkaitan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme. Keadaan kurang gizi, penyakit jantung,

luka bakar, atau pasca operasi memerlukan antipiretik. 8

Pada dasarnya menurunkan demam anak dapat dilakukan secara non-medikamentosa dan

medikamentosa.

NON MEDIKAMENTOSA 8

1. Anak ditempatkan pada ruangan bersuhu normal dan berventilasi baik

2. Pakaian anak diusahakan tidak tebal

3. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan cairan meningkat

4. Kompres hangat

MEDIKAMENTOSA

Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam.

Tujuan dari pengobatan demam adalah menurunkan set point hipotalamus dengan pencegahan

pembentukan prostaglandin dengan menghambat jalan enzim cyclooxygenase.

Jumlah sintesis prostaglandin (PGE2) dari asam arakidonat tergantung pada aktivitas

COX, dan penghambat dari COX merupakan antipiretik yang poten. Sebagai antipiretik yang

efektif, glukokortikoid mengurangi sintesis PGE2 dengan menghambat aktivitas fosfolipase A2

yang diperlukan untuk melepas asam arakidonat dari membran sel dan mencegah terjadinya

kenaikan suhu (demam). Glukokortikoid juga menghalangi transkripsi MRNA dari sitokin

pirogen. 8

Parasetamol

• Antipiretik pilihan utama

• Baik digunakan untuk bayi hingga dewasa

Page 17: Makalah demam

• Efek antipiretik kuat, analgetik sedang, anti-inflamasi sangat rendah

• Dipakai untuk keadaan :

Demam karena infeksi

Demam dengan manifestasi perdarahan

Demam dengan keluhan mialgia, atralgia ringan

• Bentuk sediaan banyak

• Dosis lazim 10 – 15 mg/kgBB/dosis

Ibuprofen

• Antipiretik pilihan kedua

• Baik digunakan untuk bayi dan anak yang kecil

• Efek antipiretik kuat, analgetik sedang, anti-inflamasi sedang

• Dipakai untuk keadaan :

Demam karena infeksi

Demam karena proses inflamasi dan autoimun

Demam dengan keluhan mialgia, atralgia sedang-berat

• Bentuk sediaan banyak

• Dosis antipiretik 5 mg/kgBB/dosis

• Dosis analgetik 10 – 15 mg/kgBB/dosis

• Dosis anti-inflamasi 20-40 mg/kgBB/dosis

Page 18: Makalah demam

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal, yaitu diatas 37,2˚C (99,5˚F)

sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di area preoptik hipotalamus anterior yang

dipengaruhi oleh interleukin-1 (IL-1). Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan noninfeksi

berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes. Dimana mekanisme tersebut menyebabkan

perubahan pengaturan homeostatik suhu normal pada hipotalamus yang dapat disebabkan antara

lain oleh infeksi, vaksin, agen biologis, jejas jaringan, keganasan, obat-obatan, gangguan

imunologik-reumatologik, penyakit peradangan, penyakit granulomatosis, ganggguan endokrin,

ganggguan metabolik, dan bentuk-bentuk yang belum diketahui atau kurang dimengerti.

Jalur akhir penyebab demam yang paling sering adalah adanya pirogen, yang kemudian

secara langsung mengubah “set-point” di hipotalamus, menghasilkan pembentukan panas dan

konversi panas. Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat 2 jenis pirogen

yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh yaitu

pirogen mikrobial dan pirogen non-mikrobial. Pirogen mikrobial diantaranya seperti bakteri

gram positif, bakteri gram negatif, virus maupun jamur; sedangkan pirogen non-mikrobial antara

lain proses fagositosis, kompleks antigen-antibodi, steroid dan sistem monosit-makrofag; yang

keseluruhannya tersebut mempunyai kemampuan untuk merangsang pelepasan pirogen endogen

yang disebut dengan sitokin yang diantaranya yaitu interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis

Factor (TNF), limfosit yang teraktivasi, interferon (INF), interleukin-2 (IL-2) dan Granulocyte-

macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF). Sebagian besar sitokin ini dihasilkan oleh

makrofag yang merupakan akibat reaksi terhadap pirogen eksogen. Dimana sitokin-sitokin ini

merangsang hipotalamus untuk meningkatkan sekresi prostaglandin, yang kemudian dapat

menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

Page 19: Makalah demam

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong F.W. Temperature Regulation. Review of Medical Physiology. 21st edition.San

Francisco. Lange Medical Book Mc Graw Hill. 2003. Hal : 254-259.

2. Guyton C.A., Hall E.J. Pengaturan Suhu. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta. EGC.

1997. 1141-1155.

3. Nelwan, R.H.H. Demam : Tipe dan Pendekatan dalam Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid

II. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI. 2006. Hal 1697 – 1700

4. Woodward TE. Mackowick PA. The fever patterns as a diagnosis aid in : Fever: Basic

mechanisms and management. Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott-Raven;1997.h.215-36

5. El-Radhi AS, Carroll J, Klein N, Abbas A. Fever in Clinical manual of fever in children.

Edisi ke-9. Berlin: Springer-Verlag; 2009.h.1-24.

6. Fisher RG, Boyce TG. Fever and shock syndrome in Moffet’s Pediatric infectious

diseases: A problem-oriented approach. Edisi ke-4. New York: Lippincott William &

Wilkins; 2005.h.318-73.

7. Del Bene VE. Temperature Clinical methods: The history, physical, and laboratory

examinations. Edisi ke-3. :Butterworths;1990.h.990-3.

8. Kayman H. Management of Fever: making evidence-based decisions. Clin Pediatr. Jun

2003 (42); 383