Makalah Blok 23 Fix.docx
Transcript of Makalah Blok 23 Fix.docx
Konjungtivitis Akut et causaViral ODS
Kezia A Beno 102010169
Septian Dwi Chandra 102011096
Paulina suwandhi 102012027
Temmy 102012172
Zeni Ansona 102012192
Gladys Dharmawan 102012301
Bryan Eliezer 102012317
Cindy Cicilia 102012403
Muhamad Shazwan Bin Sazali 102012483
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510.
Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
1
Pendahulan
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata
dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya
berbagaimacam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan
oleh virus,bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak
lensa.Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat
berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanyamengenai
kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak,berwarna kuning
kehijauan. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuhsendiri dalam
beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikanlarutan astringen
agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air
mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata. Pada dasarnya
konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada beberapa kasusdapat berlanjut
menimbulkan komplikasi yang serius. Untuk itu pengangan setiap penyakitkonjungtiva
sebaiknya dikonsultasikan ke dokter untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Anamnesis
Pada anamnesis, ditanyakan nama, umur, jenis kelamin, keluhan utama, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat sosial, riwayat keluarga, dan riwayat obat.
Keluhan utama biasanya mata merah, berair, terasa seperti ada benda asing di mata. Untuk
mencari tahu riwayat penyakit sekarang perlu ditanyakan apakah pasien menggunakan
kacamata/lensa kontak, apakah ada penurunan tajam penglihatan, apakah terasa gatal atau
tidak, sakit atau tidak, warna sekret mata, kelopak terasa lengket atau tidak, merasa silau
(fotofobia) atau tidak. Tanyakan juga mengenai ada atau tidaknya demam, sakit kepala,
pembengkakan kelenjar, batuk, bersin-bersin, pilek, sakit ketika menelan, suara serak, dan
sakit telinga.1
Riwayat sosial dan keluarga perlu ditanyakan apakah pasien merokok, baru pergi ke daerah
mana, dan ada tidaknya orang-orang terdekat yang mengalami gejala yang sama.
Riwayat penyakit dahulu ditanyakan apakah sering menderita penyakit serupa secara
berulang. Pada riwayat obat, ditanyakan apakah menggunakan obat-obatan tertentu dan
apakah alergi terhadap suatu obat tertentu.1
2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan meliputi survei umum keadaan pasien, tingkat kesadaran,
ekspresi wajah dan aktivitas motorik, tanda-tanda vital, pemeriksaan kelenjar limfe servikal
dan preaurikuler, dan pemeriksaan mata. Bila dicurigai ada infeksi fokal seperti ada faringitis,
maka pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok diperlukan.
Pemeriksaan mata yang dilakukan antara lain:
Ketajaman visus, menggunakan kartu Snellen
Lapang pandang, dengan tes konfrontasi
Palpebra, dilihat apakah ada edema, warna kemerahan, lesi, arah bulu mata, dan
kemampuan palpebra untuk menutup sempurna
Apparatus lakrimalis, dilihat apakah ada pembengkakan pada daerah kelenjar lakrimalis
dan sakus lakrimalis
Konjungtiva dan sclera, dilihat warnanya dan vaskularisasinya, cari setiap nodulus atau
pembengkakan. Pada konjungtiva tarsus superior dicari kelainan seperti folikel, membran,
papil, papil raksasa, pseudomembran, sikatriks, dan simblefaron. Pada konjungtiva tarsus
inferior dicari kelainan seperti folikel, papil, sikatriks, hordeolum, kalazion. Pada
konjungtiva bulbi dilihat ada tidaknya sekret. Bila ada amati warna sekret, kejernihan, dan
volume sekret. Kemudian cari ada tidaknya injeksi konjungtival, siliar, atau episklera,
perdarahan subkonjungtiva, flikten, simblefaron, bercak degenerasi, pinguekula,
pterigium, dan pseudopterigium.
Kornea, lensa, dan pupil, dengan cahaya yang dipancarkan dari temporal dilihat apakah
ada kekeruhan (opasitas) pada lensa melalui pupil, apakah ada bayangan berbentuk bulan
sabit pada sisi medial, kemudian dilihat ukuran, bentuk dan kesimetrisan pupil.
Gerakan ekstraokular, dengan mengikuti gerakan jari pemeriksa yang membentuk huruf
H di udara, lihat apakah ada nistagmus, lid lag, dan tanyakan apakah ada rasa nyeri saat
pergerakan.2
Fundus okuli, dengan oftalmoskop dilihat papil saraf optik, retina dan macula lutea.
Untuk papil, dinilai batas papil, warna papil, ekskavasinya, dan cup/disc ratio. Untuk
retina, dinilai pembuluh arteri dan vena, kemudian adanya eksudat, perdarahan, atau
sikatrik. Untuk macula lutea, dilihat refleks cahaya pada macula.Pada konjungtivitis, hasil
pemeriksaan fisik biasanya ditemukan visus yang normal, hiperemi konjungtiva bulbi,
lakrimasi, eksudat, pseudoptosis akibat kelopak mata yang bengkak, kemosis, hipertrofi
papil, folikel, membran, psudomembran, granulasi, flikten dan adenopati preaurikular.2
3
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan sekret mata untuk
mengetahui penyebab sekret, yaitu dengan pewarnaan Gram untuk mengidentifikasi organism
bakteri atau pulasan Giemsa untuk menetapkan jenis dan morfologi sel. Dari pulasan Giemsa
ini didapatkan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya:
Limfosit dan monosit pada infeksi virus
Leukosit PMN pada infeksi bakteri
Eosinofil dan basofil pada alergi
Sel epitel dengan badan inklusi pada sitoplasma basofil pada klamidia
Sel raksasa multinuclear pada herpes
Sel Leber – makrofag raksasa oleh trakoma
Selain itu dapat dilakukan teknik amplifikasi asam nukleat seperti PCR yang sensitive
dan spesifik untuk virus DNA. Kultur virus dan isolasi adalah referensi standar tapi mahal
dan hasilnya lama (beberapa hari-minggu), dan membutuhkan media transport yang spesifik.
Sensitivitas bervariasi tapi spesifisitas sekitar 100%. Dapat juga dilakukan tes
imunokromatografi memerlukan waktu 10 menit untuk mendeteksi antigen adenovirus di air
mata, sensitifitas dan spesifisitasnya baik sekali.3
Uji fluoresein
Untuk mengetahui adanya kerusakan pada epitelkornea akibat erosi, keratitis epitelial, bila
terjadi defek epitel kornea akan terlihat warna hijau pada defek tersebut
Uji fistel
Untuk melihat kebocorankornea atau fistel akibat adanya perforasi kornea.3
Uji sensibilitas kornea
Untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea yang berkaitan dengan penyakit mata akibat
kelainan saraf trigeminus oleh herpes zooster ataupun akibat gangguan ujung saraf sensibel
kornea oleh infeksi herpes simpleks.
Uji biakan dan sensitivitas Mengidentifikasi patogen penyebab.
Uji plasido Untuk mengetahui kelainan pada permukaan kornea.3
Diagnosis Kerja
4
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan
bagian dalam kelopak mata Konjungtivitis virus adalah penyakit umum yang dapat
disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat
menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung
lebih lama daripada konjungtivitis bakteriKonjungtivitis viral akut,Biasanya disebabkan oleh
adenovirus atau suatu infeksi herpes simpleks. Infeksi ini biasanya terjadi bersama – sama
dengan infeksi saluran pernafasan atas.Infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya setelah 3
minggu. 4
Keratokonjungtiviti sepidemik
Radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19. konjuntivitis ini
bisa timbul sebagai suatu epidemi. Penularan bisa melalui kolam renang selain dari pada
wabah. Gejala klinis berupa demam dengan mata seperti kelilipan, mata berair berat
Demamfaringo konjungtiva
Kongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainan ini akan
memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang mengenai satu atau
kedua mata. Biasanya disebabkan adenovirus tipe 2,4 dan 7 terutama mengenai remaja, yang
disebarkan melalui sekret atau kolam renang.
Konjungtivitis herpetik
Konjungtivitis herpetik merupakan manifestasi primer herpes dan biasanya ditemukan pada
anak dibawah usia 2 tahun yang disertai ginggivostomatitis, disebabkan oleh virus herpes
simpleks. Biasanya dimulai dengan terbentuk vesikel pada kelopak, konjungtiva dan daerah
periorbita. Vesikel kadang muncul di palpebra dan tepi palpebra disertai edema palpebra
hebta, dengan pembesaran kelenjar preaurikular disertai dengan nyeri tekan.
Kongjungtivitis new castle
Konjungtivitis new castle merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada peternak
unggas, yang disebabkan oileh virus new castle. Gejala awal tibul perasaan adanya benda
asing, silau dan berai pada mata, kelopak mata membengkak. Pengobatan yang khas sampai
saat ini tidak ada, dan dapat diberikan antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder.4
Diagnosis Banding
5
Dari skenario di atas, maka mengarah pada diagnosis banding sebagai berikut. Lihat tabel 1Tabel 1. Perbedaan secara sederhana kondisi pasien dengan diagnosis kerja dan
bandingTanda & gejala Pasien Konj. viral Konj.bakteria
lKonj. alergik
Anamnesis Onset 2 hari yang lalu (akut)
akut akut Periodic
Mata merah + + + +Sekret serous Air, serous Purulen,
mukopurulen, hiperpurulen
Air
Visus Normal Normal Normal NormalRiwayat kontak
+ + + + (thd alergen)
Riwayat trauma
- - - -
Gatal + + + +++Kelopak lengket
- - ++ -
Pemeriksaan fisik
Demam + (Subfebris)
kadang kadang Tidak pernah
Limfadenopati preaurikuler
+ + jarang _
Edema palpebra
+ + + +
Perdarahan subkonjungtiva
+ + - -
Injeksi konjungtiva
+ + + +
Folikel + + + -Membran + +/- +/- -
Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang
Pewarnaan Gram sekret mata
Tidak diketahui
Tidak ditemukan kuman penyebab
Ditemukan kuman penyebab
Tidak ditemukan kuman penyebab
Pewarnaan Giemsa sekret mata
Tidak diketahui
Limfosit dan monosit
Leukosit PMN Eosinofil dan basofil
Keterangan:- : tidak ada/ jarang. + : umumnya ada. ++ : ada, cukup sering. +++ : ada, sangat sering.
Dari tabel diagnosis banding di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tanda dan gejala yang
dialami oleh pasien mengarah pada diagnosis konjungtivitis viral. 5
6
Etiologi
Penyebab konjungtivitis dapat dibedakan berdasarkan 2 kategori besar, yaitu:
Infeksius
Bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus
aureus, Neisseria meningitidis
Virus, seperti jenis adenovirus, virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2, picornavirus
(enterovirus dan virus coxsackie)
Parasit, seperti Ascaris lumbricoides
Fungi, seperti Coccidioides immitis, Candida Sp.
Non-infeksius
Iritasi persisten, seperti mata kering karena kekurangan air mata
Alergi terhadap suatu bahan tertentu, seperti serbuk sari
Bahan kimia atau iritan seperti asap, sinar ultraviolet, angin
Tidak jelas, seperti sindrom Steven-Johnson dan psoriasis
Berdasarkan kasus di atas, terdapatnya riwayat kontak dengan orang yang memiliki keluhan
serupa mengindikasikan suatu penyakit yang infeksius. Sekret mata yang berupa air disertai
adanya folikel, demam subfebris, limfadenopati preaurikular dan onset penyakit 5 hari yang
lalu lebih mempertegas bahwa penyakit tersebut merupakan konjungtivitis folikular viral
akut.6
Konjungtivitis folikular viral akut dapat disebabkan oleh beberapa jenis virus, antara lain:
Adenovirus tipe 3 dan 7 dan serotipe lain yang menyebabkan demam
faringkokonjungtivitis
Adenovirus tipe 8 dan 19 yang menyebabkan keratokonjungtivitis epidemi
Virus herpes simpleks yang menyebabkan konjungtivitis herpetik
Enterovirus tipe 70, (atau lebih jarang) virus coxsackievirus tipe A24 (kedua jenis ni
merupakan family picornaviridae) yang menyebabkan konjungtivitis hemoragik akut
Konjungtivitis folikular viral kronik dapat disebabkan oleh beberapa jenis virus antara
lain:
Virus moluskum kontagiosum yang menyebabkan konjungtivitis moluskum kontagiosum
Virus varicella-zooster yang menyebabkan konjungtivitis herpetik dan konjungtivitis
varisela-zoster
Virus Morbili/measles/campak yang menyebabkan keratokonjungtivitis campak.6
Epidemiologi
7
Konjungtivitis viral adalah penyakit mata yang umum di Amerika Serikat dan seluruh dunia.
Karena sangat umum, dan karena banyak kasus tidak mendapatkan perhatian medis,
keakuratan statistik frekuensi dari penyakit ini tidak tersedia. Infeksi virus seringkali terjadi
pada epidemi dalam keluarga, sekolah, kantor, dan organisasi militer. Konjungtivitis viral
tidak mempunyai predileksi jenis kelamin, dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan
perbandingan yang sama. Konjungtivitis viral dapat mengenai semua umur, tergantung dari
etiologi virus penyebab. Biasanya, adenovirus menyerang pasien usia 20-40 tahun. Virus
herpes simpleks dan infeksi varisela-zoster primer biasanya mengenai anak kecil dan bayi.
Herpes zoster oftalmikus berasal dari reaktivasi infeksi laten virus varisela-zoster dan dapat
muncul pada semua usia. Khasnya, picornavirus menyerang anak-anak dan dewasa muda
yang kelas sosioekonominya rendah. Epidemi tersebar melalui rute mata-tangan-mata.6
Patofisiologi
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus
menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke
duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya
agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan
folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel
– sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh –
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada
forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien
mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.6
Faktor Risiko
8
Virus masuk ke mata melalui benda-benda yang terkontaminasi, seperti tangan,
waslap/handuk, kosmetik, lensa kontak, bulu mata palsu, air yang terkontaminasi. Karena itu
risiko konjungtivitis ada pada orang yang jarang mencuci tangan, sering mengucek mata,
menggunakan lensa kontak, menggunakan peralatan pribadi seperti handuk secara bersama-
sama, berenang, dan menggunakan kosmetik mata.7
Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala penting dari konjungtivitis adalah adanya rasa benda asing di mata, rasa
tercakar atau terbakar, rasa penuh di sekitar mata, gatal, dan fotofobia. Adanya gejala ini
diasosiasikan dengan pembengkakan dan hipertrofi papil yang normalnya bersamaan dengan
hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit, mungkin kornea juga terkena.
Manifestasi pada konjungtivitis folikular viral akut
Demam faringkonjungtivitis
Demam faringokonjungtivitis ditandai dengan demam 38.3-40oC yang berakhir 4-5 hari,
faringitis dengan keterlibatan khas jaringan limfoid faring, dan konjungtivitis folikular pada
satu atau kedua mata.7 Folikel sering sangat mencolok pada konjungtiva dan mukosa faring.
Penyakit ini dapat unilateral atau bilateral. Injeksi dan lakrimasi sering terjadi, dan dapat
terjadi keratitis epitel superficial transien dan kadang-kadang opasitas subepitelial.
Limfadenopati preaurikular yang tidak lunak merupakan karakteristiknya. Sindrom ini dapat
tidak lengkap, hanya satu atau dua dari tanda kardinal. (demam, faringitis, dan
konjungtivitis).
Keratokonjungtivitis epidemik
Keratokonjungtivitis epidemik biasanya bilateral. Onsetnya sering dimulai hanya pada satu
mata, dan mata yang pertama akan lebih parah. Terdapat injeksi konjungtiva, nyeri moderat,
lakrimasi, diikuti 5-14 hari fotofobia, keratitis epithelial, dan opasitas subepitel. Sensasi
kornea normal. Limfadenopati preaurikular yang lunak merupakan karakteristiknya. Edema
palpebra, kemosis, hiperemia konjungtiva menandai fase akut, dengan folikel dan perdarahan
subkonjungtiva sering terjadi dalam 48 jam. Pseudomembran (dan kadang-kadang membran)
dapat muncul dan diikuti oleh scar yang rata atau pembentukan simblefaron.
Konjungtivitisnya akan bertahan sampai 3-4 minggu seringkali. Opasitas subepitelial
difokuskan di kornea sentral, dan dapat bertahan beberapa bulan tapi dapat sembuh tanpa
scar.7
Konjungtivitis herpes simpleks
9
Konjungtivitis herpes simpleks, biasanya penyakit pada anak-anak kecil, ditandai dengan
injeksi unilateral, iritasi, discharge mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Keadaan ini terjadi
selama infeksi primer HSV atau selama episode rekuren dari herpes okular. Penyakit ini
sering diasosiasikan dengan keratitis herpes simpleks, dimana kornea menunjukkan lesi
epithelial diskret yang biasanya bersatu untuk membentuk ulkus yang bercabang epitel single
atau multipel (dendritik). Terdapat folikel, atau jarangnya, pseudomembranosa pada
konjungtivitisnya. (pasien yang menerima antiviral topikal dapat berkembang menjadi
konjungtivitis folikular yang dapat dibedakan karena konjungtivitis folikular herpetik
onsetnya akut). Vesikel herpetik kadang-kadang dapat muncul pada kelopak dan tepi
kelopak, diasosiasikan dengan edema palpebra yang berat. Biasanya ada nodus kecil kelenjar
limfe preaurikular yang lunak. Jika konjungtivitisnya folikular, reaksi inflamasi yang
predominan adalah mononuclear, tapi jika pseudomembranosa, reaksi predominannya
polimorfonuklear. Ditemukannya sel epitel multinuclear raksasa mempunyai nilai diagnostik.
Diagnosis dikesankan oleh adanya vesikel herpes pada kelopak mata, diagnosis ditegakkan
dengan isolasi virus. Konjungtivitis herpes simpleks dapat bertahan sampai 2-3 minggu, dan
jika pseudomembranosa dapat menyisakan bekas garis atau scar dan gangguan penglihatan.
Komplikasi mencakup ikut terkenanya kornea dan adanya vesikel di kulit. Walaupun herpes
virus tipe 1 merupakan penyebab mayor kasus-kasus pada mata, tipe 2 adalah penyebab
umum pada bayi baru lahir dan jarang pada dewasa. Pada bayi baru lahir, mungkin terdapat
penyakit yang menyeluruh seperti ensefalitis, korioretinitis, hepatitis, dll. Setiap infeksi HSV
pada bayi baru lahir harus diobati dengan antiviral sistemik (asiklovir) dan di monitor di
rumah sakit.7
Konjungtivitis hemoragik akut
Penyakit ini mempunyai karakterisik masa inkubasi yang pendek (4-48 jam) dan penyakitnya
berlangsung selama 5-7 hari. Tanda dan gejala umumnya yaitu sakit/nyeri, fotofobia, terasa
ada benda asing, lakrimasi yang banyak, hiperemi, edema palpebra, dan perdarahan
subkonjungtiva. Kadang-kadang kemosis juga terjadi. Perdarahan subkonjungtiva biasanya
difus, tapi dapat punctata saat onset, dimulai dari konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke
inferior. Kebanyakan pasien mengalami limfadenopati preaurikular, folikel pada konjungtiva,
dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan; demam, malaise, dan mialgia di
seluruh tubuh telah diobservasi pada 25% kasus; dan paralisis motorik di ekstremitas bawah
juga terjadi pada kasus yang jarang di India dan Jepang.7
Pencegahan
10
Pencegahan dari konjungtivitis dapat dilakukan Konjungtivitis mudah menular,
karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus
mencuci tangannya bersih-bersih, Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani mata yang sakit, Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni
rumah lain, Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya, Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari, Hindari
berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain, Usahakan tangan tidak megang-
megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata, Bagi
penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah
membersihkan kotoran mata.8
Penatalaksanaan
Penyakit ini dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya simptomatik.
Medikamentosa
Untuk demam dapat diberikan parasetamol oral (tablet atau sirup) dengan dosis untuk anak
usia 6-12 tahun yaitu 150-300 mg/kali dengan maksimum 1.2 g/hari, diberikan 3 kali sehari
selama 3 hari. Pengobatan antibiotika spektrum luas, sulfasetamid dapat dipergunakan untuk
mencegah infeksi sekunder. Sulfasetamid dapat diberikan dalam bentuk tetes mata 10% (atau
salep mata 10%), diberikan 4 kali sehari 1-2 tetes pada masing-masing mata. Jika
memberikan golongan sulfonamide, pastikan tidak ada alergi terhadap sulfa . Bila ada alergi
sulfa, dapat digunakan tetes mata gentamisin 0.3% (atau salep mata 0.3%) setiap delapan
jam. Prednisolon 0.5% empat kali sehari diperlukan untuk konjungtivitis adenovirus yang
terdapat membran atau pseudomembran.
Non-medikamentosa Dapat diberikan kompres untuk demam. 8
Komplikasi
Komplikasi meliputi keratitis punctata dengan infiltrat subepitelial, superinfeksi bakteri,
ulserasi kornea dengan keratokonjungtivitis dan infeksi kronik. Keratitis epitelial dapat
menyertai konjungtivitis viral. Erosi epitelial punctata yang diwarnai dengan fluoresein
umumnya diasosiasikan dengan keratitis viral. Pada kasus infeksi adenoviral, Kelainan pada
stromal dapat sampai bulanan hingga tahunan. Pada kasus seperti ini, infiltrat di subepitelial
dapat menyebabkan reaksi antigen antibodi. Jika mengenai axis visual dapat menyebabkan
penurunan penglihatan dan atau penglihatan kabur/buram.8
Prognosis
11
Kebanyakan kasus konjungtivitis viral adalah akut, benign, dan self-limited, walaupun infeksi
kronik pernah dilaporkan. Sekuele jangka panjang pada mata tidak lazim. Infeksi biasanya
sembuh spontan dalam 2-4 minggu. Infiltrat subepitelial dapat berlangsung sampai beberapa
bulan, dan jika mengenai axis visual dapat menyebabkan penurunan penglihatan dan atau
penglihatan kabur/buram.8
Kesimpulan
Konjungtivitis virus adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus,
dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang
dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis
bakteriKonjungtivitis viral akut,Biasanya disebabkan oleh adenovirus atau suatu infeksi
herpes simpleks. Infeksi ini biasanya terjadi bersama – sama dengan infeksi saluran
pernafasan atas.Infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya setelah 3 minggu. Dari hasil
pemeriksaan pada pasien di skenario, jelas sekali gejalanya mengarah pada penyakit
konjungtivitis viral akut.
Daftar Pustaka
1. Ilyas, S., Yulianti, S.R. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Cetakan ke-1. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; 2010.h.35-6, 109-48.
2. Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-8.
Jakarta; EGC; 2009.h.147-57.
3. Riordan-Eva, P., Whitches, J.P. [editor]. Vaughan & asbury’s oftalmologi umum
[terjemahan]. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2009.h.97-124.
4. Kanski, J.J., Bowling, B. Clinical ophthalmology: a systematic approach [e-book]. Edisi
ke-7. China: Elsevier Saunders; 2011.h.254-8.
5. Ilyas, S., Mailangkay, H.H.B.,Taim, H., Saman, R.R., Simarmata, K, Widodo, P.S.
[editor]. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2012.h.91-101.
6. Scott, I.U. Viral conjunctivitis. Edisi 20 September 2011. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#showall, 20 Maret 2015.
7. Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke- 18. USA:
Elsevier Saunders; 2007.h.1115-6, 1458-63.
8. Morosidi, S.A., Paliyama, M.F. Ilmu penyakit mata. Jakarta: FK Ukrida; 2011.h.14-21.
12