Makalah Blok 22

29
Skizofrenia Atvionita Sinaga 102012369 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Tingkat 1 Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 [email protected] PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Gejala yang ditimbulkan mencakup banyak fungsi seperti pada gangguan persepsi( halusinasi), keyakinan yang salah( waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara ( alogia), gangguan aktivitas motorik ( katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi ( afek tumpul), tidak mampu merasakan kesenangan( anhedonia). 1 Pola keluarga dan faktor genetic tampaknya menunjukan kecenderungan dalam hal timbulnya kekambuhan.Terdapat suatu model untuk integrasi factor biologis dan factor psikososial dan lingkungan yang disebut model diathesis. Model ini mendalilkan bahwa seseorang memiliki suatu kerentanan spesifik( diathesis). Ada kemungkinan lingkungan akan menimbulkan stress. Pada model diathesis- stress yang paling 1

description

Makalah Blok 22

Transcript of Makalah Blok 22

SkizofreniaAtvionita Sinaga102012369Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Tingkat 1Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat [email protected]

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Gejala yang ditimbulkan mencakup banyak fungsi seperti pada gangguan persepsi( halusinasi), keyakinan yang salah( waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara ( alogia), gangguan aktivitas motorik ( katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi ( afek tumpul), tidak mampu merasakan kesenangan( anhedonia).1 Pola keluarga dan faktor genetic tampaknya menunjukan kecenderungan dalam hal timbulnya kekambuhan.Terdapat suatu model untuk integrasi factor biologis dan factor psikososial dan lingkungan yang disebut model diathesis. Model ini mendalilkan bahwa seseorang memiliki suatu kerentanan spesifik( diathesis). Ada kemungkinan lingkungan akan menimbulkan stress. Pada model diathesis- stress yang paling umum maka diathesis atau stress dapat berupa biologis atau lingkungan atau keduanya.Terdapat banyak faktor yang diduga sebagai penyebab skizofrenia, di antaranya adalah faktor biologis dan faktor lingkungan. Faktor biologi, seperti genetika, struktur otak, komplikasi kelahiran, infeksi serta kadar neurotranmitter otak seperti dopamin dan serotinin akan dibahas lebih mendalam pada bab selanjutnya. Sedangkan faktor lingkungan juga dapat mencetuskan penyakit ini dapat berupa situasi atau kondisi yang tidak kondusif pada diri seseorang, biasanya disebut sebagai stresor psikososial.2Stresor psikososial adalah setiap keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang terpaksa mengadakan penyesuaian diri untuk menanggulangi stessor yang timbul. Namun, tidak semua orang yang mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Hal tersebut dapat menimbulkan keluhan kejiwaan, antara lain berbagai jenis gangguan jiwa yang salah satunya adalah skizofrenia.Anamnesis1. Wawancara PsikiatrikMengembangkan teknik wawancara yang baik butuh waktu, tetapi penting dilakukan agar praktik psikiatrik berhasil. Wawancara klinis bertujuan untuk: 3,5 Menciptakan rasa percaya. Mengumpulkan informasi. Menegakkan diagnosis. Terapeutik, banyak pasien tertolong dengan menceritakan problemnya.Suasana Wawancara seyogyanya dilakukan di tempat yang memungkinkan privasi. Dianjurkan memakai ruang yang bebas dari interupsi dan gangguan. Kursi ditata membentuk sudut, dan hindari meja pemisah Anda dan pasien.3,52. Riwayat Psikiatrik DahuluTanyakan pernahkah pasien mengalami masalah kejiwaan sebelumnya dan diagnosis, atau jenis, respons, dan durasi pengobatan sebelumnya. Riwayat psikiatrik dahulu juga harus mencakup: 3,5 Episode saat pasien/keluarganya tidak meminta bantuan. Konsultasi ke dokter umum. Penilaian dan rawat inap di bangsal psikiatri. Cari catatan medis sebelumnya; tanyakan obat yang diminum rutin, seperti obat antipsikotik bentuk depot.3. Riwayat Penyakit DahuluPenyakit dan pengobatannya dapat menimbulkan gangguan kejiwaan, dan perlu dipertimbangkan kemungkinan interaksi obat saat meresepkan obat psikotropik. Ajukan pertanyaan tentang: 3,5 Penyakit medis akut dan kronis, misalnya epilepsi, diabetes, karsinoma. Obat resep dokter (misalnya steroid) dan obat bebas (misalnya pil diet). Bedah mayor, cedera kepala.

Lingkungan saat ini tanyakan adakah lingkungan tempat tinggal pasien yang menimbulkan stres berlebihan. Bila tidak, tanyakan tentang keuangan, perumahan, dan tetangga. Dukungan keluarga, teman, atau badan profesional mungkin menggambarkan pasien membutuhkan bantuan karena stres yang signifikan atau hal-hal lain.4Pemeriksaan1. Pemeriksaan Status MentalPemeriksaan status mental (PSM) adalah penilaian perilaku dan keadaan kejiwaan pasien selama wawancara dan analaog dengan pemeriksaan fisik pada kedokteran umum.4 Penampakan dan PerilakuAspek yang perlu dipertimbangkan mencakup penampakan. fisik umum, cara berpakaian, mimik, postur dan gerakan (cara berjalan), dan perilaku interaknl sosial. Sikap pasien terhadap pewawancara, keharmonisan hubungan, dan tingkat kerja sama selama wawancara sangat bervariasi. Aspek-aspek yang mencerminkan masalah psikiatrik dan bisa diamati, yaitu: Skizofrenia: perilaku aneh, tidak sesuai, atau yang secara sosial tidak tepat, dan kurang merawat diri. Perilaku mengisyaratkan adanya delusi atau halusinasi. Afek tumpul atau tidak ada efek. Mungkin tampak kelainan motorik yang spesifik, misalnya stereotipi (gerakan teratur yang berulang-ulang tanpa tujuan jelas, misalnya bergoyang maju-mundur)4 Bicara 3,5Bagian ini membahas cara bicara pasien, dalam kaitannya dengan nada, volume, spontanitas, kecepatan, kuantitas (jumlah), dan bentuk (mencerminkan suatu bentuk pikiran). Kekacauan pikiran terjadi pada skizofrenia. Pembicaraan menjadi sulit dimengerti atau tidak berarti, dan rangkaian logis pikiran sulit diikuti. Kekacauan pikiran disebut juga "asosiasi longgar" atau "knight's move thinking". Pada kekacauan pikiran berat, isi pembicaraan pasien berupa campuran kata-kata dan kalimat-kalimat yang inkoheren ("word salad"). Suasana Perasaan/Afek3,5Perubahan suasana perasaan menandakan gangguan afek, tetapi dapat juga terjadi pada gangguan kejiwaan yang lain. Bukti objektif gangguan suasana perasaan dapat diperoleh dari penampilan, perilaku, dan cara bicara pasien, yang disebut "afek" pasien.

Waham (delusi)3,5Waham adalah kepercayaan yang tidak memiliki dasar rasional, tetapi tidak tergoyahkan walaupun ada argumen atau bukti yang menyangkalnya, serta tidak sesuai dengan latar belakang budaya.Waham sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Adanya waham memastikan suatu penyakit sebagai psikosis. Waham dapat dideteksi saat menanyai pasien tentang kekhawatiran utama. Ilusi adalah persepsi abnormal terhadap suatu rangsangan eksternal. Ilusi penglihatan berkaitan dengan delirium dan lebih mudah terjadi bila rangsangan sensorik berkurang, misalmya bangsal yang kurang terang.5 Halusinasi adalah persepsi tanpa rangsangan eksternal. Adanya halusinasi dapat dilihat dari perilaku pasien, misalnya adanya halusinasi pendengaran dapat dilihat dari pasien yang berbicara sendiri. Halusinasi dapat terjadi di kelima pancaindra. 5 Penilaian Kognitif; semua pasien seyogianya menjalani pemeriksaan penapis kognitif yang mungkin berbeda kerumitannya sesuai kesulitan yang ada, dan bertujuan untuk menilai fungsi intelektual secara global. Bila selama anamnesis jawaban pasien jelas dan akurat, kecil kemungkinan ada gangguan kognitif 5 Tilikan diri adalah pemahaman pasien tentang sifat masalahnya. Derajat tilikan diri tiap pasien berbeda-beda, dan dapat berubah seiring waktu.52. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik, dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kesadaran umum, tanda vital, dan melihat apakah adanya kelainan fisik yang menonjol. Bila pasien dianggap perlu menjalani rawat inap psikiatrik, tanggung jawab perawatan medis dialihkan ke tim psikiatrik, dan perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang sesuai. Namun, pada semua pasien psikotik perlu dipertimbangkan kemungkinan kausa fisik, dan dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium sesuai indikasi.5

DiagnosisWorking DiagnosisPenegakkan diagnosis pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.2Harus ada satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)3,4,8a. Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda;thought insertion atau thought withdrawl : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawl); atau thought broadcasting : isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.3,4,8b. Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; atau delusional perception : pengalaman indrawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya biasanya bersifat mistik atau mukjizat.3,4,8,9c. Halusinasi auditorik3,4 Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien Suara yang mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuhd. Waham Waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau bercakap cakap dengan makhluk asing, dan sebagainya) 3,4,8Atau paling sedikit memiliki dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:a. Halusinasi yang menetap dari pancara indra apa saja apabila disertai dengan baik oleh waham, yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas atau pun disertai ide ide berlebihan yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan bulan terus menerus.b. Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan, yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme,c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu atau flesibilitas cerea, negativisme,mustisme, atau stupor.d. Gejala gejala negative, seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dan pergaulan social serta menurunnya kinerja social ; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptikAdanya gejala gejala khas tersebut di atas telah berlangsun selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase prodormal nonpsikotik). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku peribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara social.8,9Jenis jenis skizofrenia :a. Skizofrenia ParanoidHalusinasi dan waham harus menonjol. Biasanya pasien skizofrenik paranoid beerusia lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. 1b. Skizofrenia HebefrenikGejala yang menonjol berupa pembicaraan kacau, perilaku kacau tidak bertanggung jawab, dan afek yang mendatar atau menumpul. Pembicaraan kacau dapat berupa asosiasi longgar (contoh : tadi pagi saya makan tempat tidur ada sapimakan rumput) hingga inkoherensia (contoh : kambing gerak-gerak hitam matahari ditilang). Perilaku kacau misalkan seperti mengumpulkan bungkus makanan dan ditimbun di bawah tempat tidur. Sedangkan afek yang menumpul dinilai dari modulasi gerakan wajah dan perilaku yang disesuaikan dengan isi pembicaraan yang dibicarakan pasien.1,2

c. Skizofrenia KatatonikTipe skizofrenia yang ditandai dengan sekurangnya dua gejala berikut stupor, gaduh gelisah, menampilkan posisi tubuh tertentu, negativisme, rigiditas, fleksibiltas cerea, pengulangan kata/kalimat, command automatism.d. Skizofrenia Tak TerinciSkizofrenia yang memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia namun tidak memenuhi kriteria diagnostik subtipe paranoid, hebefrenik, ataupun katatonik.1,2e. Skizofrenia ResidualGejala negatif sangat menonjol didahului oleh gejala waham dan halusinasi yang makin lama makin berkurang hingga minimal.f. Depresi pasca skizofreniaGejala skizofrenia tidak menonjol, yang menonjol adalah gejala depresif.g. Skizofrenia SimpleksGejala negatif yang khas seperti tipe residual tanpa adanya riwayat halusinasi, waham atau lainnya. Gejalanya kurang jelas, pada pasien penderita skizofren simpleks, penderita akan mengalami kemuduran-kemunduran yang biasanya akan berakhir menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.h. Skizofrenia lainnyaDifferent diagnosis1. HipokondriasisHipokondriasis adalah keterpakuan pada ketakutan menderita, atau keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk keluhan yang dapat ditemukan. Penderita percaya bahwa mereka menderita penyakit yang parah yang belum dapat dideteksi, dan mereka dapat mempertahankan suatu keyakinan bahwa mereka memiliki penyakit tertentu, atau dengan berjalnanya waktu, mereka mungkin mengubah keyakinan tentang penyakit tertentu. Keyakinan tersebut menetap walaupun hasil laboratorium adalah negatif. Tetapi keyakinan tersebut tidak sangat terpaku sehingga merupakan suatu waham. Hipokondriasis seringkali disertai oleh gejala depresi dan kecemasan, dan seringkali ditemukan bersama-sama dengan gangguan depresif atau kecemasan. 3Kriteria diagnosis untuk Hipokondriasis ini adalah: Orang tersebut terpaku pada ketakutan memiliki penyakit serius atau pada keyakinan bahwa dirinya memiliki penyakit serius. Ketakutan terhadap suatu penyakit fisik, atau keyakinan memiliki suatu penyakit fisik, yang tetap ada meski telah diyakinkan secara medis. Keterpakuan tidak pada intensitas khayalan dan tidak terbatas pada kekhawatiran akan penampilan. Gangguan telah bertahan selama 6 bulan atau lebih. Keterpakuan tidak muncul secara eksklusif dalam konteks gangguan mental lainnya

2. Gangguan SomatisasiKriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi 4

A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi)2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat)C. Salah satu (1)atau (2):1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-pura).

3. Gangguan Psikosomatis2-4Gangguan psikosomatis merupakan gangguan yang melibatkan antara pikiran dan tubuh. Hal ini berarti bahwa adanya faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis. Komponen emosional memainkan penanan penting pada gangguan psikosomatis. Manifestasi penyakit fisik juga sering diturunkan dan kepribadian seseorang. Gangguan psikosomatis dapat melibatkan berbagai sistem organ di dalam tubuh sehingga memerlukan penanganan secara terintegrasi dari ahli medis dan ahli psikiatri. Pengobatan gangguan psikosomatik dari sudut pandang psikiatrik adalah tugas yang sulit. Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis umum dengan salah satu cara berikut: 1. Faktor yang mempengaruhi perjalanan kondisi medis umum ditunjukkan oleh hubungan erat antara faktor psikologis dan perkembangan atau eksaserbasi dan, atau keterlambatan penyembuhan dan, kondisi medis umum.2. Faktor yang mengganggu pengobatan kondisi medis umum.3. Faktor yang membuat risiko kesehatan tambahan bagi individu.4. Respons fisiologis yang berhubungan dengan stres menyebabkan atau mengeksaserbasi gejala-gejala kondisi medis umum

EpidemiologiSekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra, SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan. 2,4,8

Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebardi antara anggota keluarga sedarah.8

EtiologiSkizofrenia ditinjau dari factor psikososial sangat dipengaruhi oleh factor keluarga dan stressor psikososial. Pasien yang keluarganya memiliki emosi ekspresi (EE) yang tinggi memiliki angka relaps lebih tinggi daripada pasien yang berasal dari keluarga berekspresi yang rendah. EE didefinisikan sebagai perilaku yang intrusive, terlihat berlebihan, kejam, dan kritis. Disamping itu stress psikologik dan lingkungan paling mungkin mencetuskan dekompensasi psikotik yang lebih terkontrol.Di Negara industry sejumlah pasien skizofrenia berada dalam kelompok sosioekonomi rendah. Pengamatan tersebut telah dijelaskan oleh hipotesis pergeseran ke bawah ( Downward drift hypothesis), yang menyatakan bahwa orang yang terkena bergeser ke kelompok sosioekonomi rendah karena penyakitnya. Suatu penjelasan alternative adalah hipotesis akibat sosial, yang menyatakan stress yang dialami oleh anggota kelompok sosioekonomi rendah berperan dalam perkembangan skizofrenia.Beberapa pendapat mengatakan bahwa penyebab sosial dari skizofenia di setiap kultur berbeda tergantung dari bagaimana penyakit mental diterima di dalam kultur, sifat peranan pasien, tersedianya sistem pendukung sosial dan keluarga, dan kompleksitas komunikasi sosial.a. Faktor GenetikaResiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga dekat.2,8Populasi PrevalensiPersen (%)

1. Populasi Umum1%

2. Saudara kandung dengan skizofrenia8%

3. Anak dengan salah satu orang tua skizofren12%

4. Kembar dua telur dari pasien skizofren12%

5. Anak dengan kedua orang tua skizofren40%

6. Kembar satu telur dari pasien skizofren47%

Tabel 1.1Prevalensi Skizofrenia pada populasi tertentu

b. Faktor Diatesis-StressModel ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kerentanan (diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi skizofrenia.Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis (misal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress psikososial , dan trauma.8 c. Faktor BiologikKomplikasi kelahiran: bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan, hipoksia perinatal meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.8d. InfeksiPerubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.8e. Hipotesis DopaminDopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan. Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik.2,8f. Hipotesis SerotoninGaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Temyata zatini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang normal. Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali mengemuka karena penetitian obat antipsikotik atipikal clozapine yang temyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT~ lebih tinggi dibandingkan reseptordopamin D2. 2,8g. Struktur OtakDaerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan ganglia basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel teilihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemenksaan inikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distnbusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.2,8

Gejala Klinisa. Gejala Primer1. Gangguan proses pikiran ( bentuk, langkah dan isi pikiran)Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu terutama ialah asosiasi. Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain didalamnya yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau pressure of thoughts. Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi atau stereotipi pikiran.3,4Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada efori. Pada inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada pikiran melayang ide timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.3a. Gangguan afek dan emosi 3,4 Kedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya penderita menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang. Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk melakukan hubungan emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu sering kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.b. Gangguan kemauanBanyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat,3c. Gejala psikomotorJuga dinamakan gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Oleh Bleuer, gejala ini dimasukkan dalam kelompok gejala sekunder karena didapati juga pada penyakit lain. Sebetulnya gejala katatonik mencerminkan gangguan kemauan. Gejala ini apabila ringan terlihat gerakan penderita terbatas, kaku. Apabila dalam keadaan stupor, penderita diam sama sekali.

b. Gejala Sekunder1. Waham Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang bertentangan. 3,9Mayer grossmembagi waham dalam dua kelompok yaitu waham primer yaitu waham yang timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Sedangkan waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. 3Waham dinamakan menurut isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran, waham dosa, dan sebagainya.2. HalusinasiPaling sering pada keadaan skizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan. Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Umpamanya penderita mencium kembang kemanapun ia pergi. 4,8c. Gejala positif Yang terdiri dari delusi/waham, halusinasi, pikiran paranoid, inkoherensi, perilaku sangat kacau.d. Gejala negatifYang terdiri dari motivasi rendah, menarik diri dari masyarakat, ekspresi afektif mendatar, alogia (kemiskinan pembicaraan), avolition (ketidakmampuan memulai dan mempertahankan aktivitas), anhedonia.e. Gejala kognitifMengalami problema dengan perhatian dan ingatan, tidak dapat konsentrasi, miskin perbendaraan kata dan proses berpikir yang lambat.

PatofisiologiPerjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitufase prodromal, fase aktif dan fase residual.a. Fase prodromalbiasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. 2b. Fase aktifgejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasidisertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan.2c. Fase residualdimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. 2

Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).4,8Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi. Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan. Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien mengalami deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh. Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi, dan ini bisa berlangsung seumur hidup. Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada, sedangkan simtom negative relative sulit hilang bahkan bertambah parah.4,8

Penatalaksanaan1. Perawatan di Rumah Sakit 2,4Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah :1.Untuk tujuan diagnostik.2.Menstabilkan medikasi.3.Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh.4.Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.5.Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.2. Terapi Somatika. AntipsikotikPemilihan obatPada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder ( efek samping:sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis ekivalennya. 2,4,6Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama, yaitu: 4,61). Antagonis reseptor dopaminePreparat : Golongan Fenotiazin (Klorpromazin,Tioridazin), Golongan Tioxantin (Klorprotiksen)2). Risperidone ( risperdal)Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d2). Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal

3). Clozapine ( clozaril )Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum diketahui secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis lemah terhadap reseptor D2tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4dan mempunyai aktivitas antagonistic pada reseptor serotogenik. Agranulositosis merupakan suatu efek samping yang mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks darah. Obat ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan tardive dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak disertai dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan tersebut.

3. Terapi Somatik LainnyaElektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi pasien yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik ( kurang efektif ). Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah yang paling mungkin berespon. Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma yang di timbulkan insulin (insulin-induced coma) dan koma yang ditimbulkan barbiturat (barbiturate-induced coma). 4

4. Terapi Psikososial Terapi PerilakuTehnik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal.Perilaku adaptifadalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan. Dengan demikian frekuensi perilaku mal adaptif atau menyimpang dapat diturunkan.Latihan Keterampilan Perilaku ( Behavioral Skills Trainning ) Sering dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ). Terapi ini dapat secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan alami bagi terapi farmakologis. Latihan keterampilan ini melibatkan penggunaan kaset videon orang lain dan pasien permainan simulasi ( role playing ) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan yang telah dilakukan. 2,4

Terapi Berorientasi KeluargaPusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasikan dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat. Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. 2,4

PencegahanUpaya pencegahan skizofrenia melalui pendekatan biologik dan psikososial secara holistic.Terdapat tiga bentuk pencegahan primer. Pertama, pencegahan universal, ditujukan kepada populasi umum agar tidak terjadi faktor risiko. Caranya adalah mencegah komplikasi kehamilan dan persalinan. Kedua, pencegahan selektif, ditujukan kepada kelompok yang mempunyai risiko tinggi dengan cara, orang tua menciptakan keluarga yang harmonis, hangat, dan stabil. Ketiga, pencegahan terindikasi, yaitu mencegah mereka yang baru memperlihatkan tanda-tanda fase prodromal tidak menjadi skizofrenia yang nyata, dengan cara memberikan obat antipsikotik dan suasana keluarga yang kondusif.PrognosisWalaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan. 2,8Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:8,91.Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.2.Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.3.Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.4.Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.5.Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.6.Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.7.Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.8.Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelekKesimpulanSkizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian distorsi yang khas proses pikir, kadang kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya,waham yang kadang kadang aneh, gangguan persepsi. Afek abnormal yang terpadu dengan situasi yang nyata atau sebenarnya dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu.Berbagai pemeriksaan harus dilakukan untuk mendiagnosis seseorang menderita skizofrenia, mulai dari anamnesis, pemeriksaan status mental, fisik dan penunjang. Skizofrenia disebabkan oleh berbagai penyebab yaitu dari stress, factor biologic dan genetic.

Daftar Pustaka1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Depkes RI,Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 19932. Mansjoer, A. Triyanti K, Savitri R. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran UI. 2001, hal 196 - 2043. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa; Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNIKA Atmajaya. 2001, hal 444. Kaplan & Sadock. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika. 2004, Hal 189-1915. Dacre, Jane & Kopelmen, Peter. Buku Saku Ketrampilan Klinis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004. hal 265- 2886. Maslim R,. Penggunaan kllnis obat psikotropik, Edisi 2. Jakarta. 2001, hal : 14-227. Wiguna, Imade (editor). Sinopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta: Binanupa Aksara.. 2005.h.143-98. Direktorat Kesehatan Jiwa. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. Gangguan Skizofrenik. Jakarta ; 1999. hal 117-20

18