MAKALAH BIOSISTEMATIK
-
Upload
christiyoda -
Category
Documents
-
view
55 -
download
0
description
Transcript of MAKALAH BIOSISTEMATIK
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN CIVIK AGRO
PENGUKURAN PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN
HORTIKULTURA
Dosen Pengampu: Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D
Disusun oleh:
1. Icha Kurnia Wati (S831308020)
2. M. Marzuki (S8313080
3. Stevi Christiyoda (S831308069)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
LAPORAN RESMI KUNJUNGAN LAPANGAN CIVIK AGRO
1. Judul : Pengukuran Penyakit Virus pada Tanaman
Hortikultura
2. Waktu Kunjungan : Sabtu, 24 Mei 2014
3. Tujuan:
a. Mengetahui jenis virus yang menginfeksi tanaman hortikultura
b. Mengetahui gejala yang ditimbulkan virus pada tanaman
hortikultura
c. Mengetahui bagian tanaman yang sakit dalam suatu tanaman dan
menghitung Disease Severity
d. Mengetahui proporsi tanaman yang terinfeksi virus dalam suatu
populasi tanaman dan menghitung Disease Incidence
4. Dasar Teori
Virus adalah satu set dari satu atau lebih molekul genom berupa
molekul DNA atau RNA, biasanya dibungkus oleh selubung pengaman
berupa protein selubung (coat protein) atau lipoprotein dan hanya dapat
memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan
metabolisme, materi, dan energi dari sel inang (Matthews 1992).
Virus dapat menginfeksi inangnya melalui luka kecil pada tanaman.
Setelah virus ini bereplikasi dan memperbanyak diri, tampaklah gejala-
gejala penyakit pada tanaman seperti daun menguning, pertumbuhan
terganggu, timbul bercak-bercak pada daun dan lainnya.
Tanaman yang terserang virus menunjukkan adanya perubahan
bentuk atau morfologi tanaman dan nekrosis (kerusakan jaringan. Keadaan
fisiologis tanaman juga terganggu seperti berkurangnya kegiatan
fotosintesa, kecepatan respirasi bertambah, terjadinya akumulasi senyawa
nitrogen seperti senyawa amida, dan penurunan akti-vitas zat pengatur
pertumbuhan dan sebagainya. Gejala penyakit yang tampak terjadi pada
daun, dengan berbagai tipe gejala penyakit tergantung dari macam virus
yang menyerang dan tanaman inangnya. Gejala penyakit yang umum dari
infeksi virus ialah terhambatnya pertumbuhan yang mengakibatkan
menurunnya hasil dan tanaman lebih cepat mati. Gejala penyakit yang
ditimbulkannya dapat sangat berat atau sangat ringan,biasanya terdapat
pada daun yang masih muda sehingga tidak tampak jelas. Gejala yang
paling jelas biasanya terdapat pada daun seperti timbulnya mozaik. Tetapi
ada sejumlah virus yang dapat menimbulkan gejala penyakit pada batang,
buah, akar dan sebagainya tapi tidak terlihat pada daun.
Kebanyakan penyakit virus tanaman bersifat sistematik dan virus
yang menjadi penyebab terdapat diseluruh bagian tanaman. Gejala yang
ditimbulkannya disebut gejala sistemik. Tetapi untuk virus tertentu dan
pada tanaman tertentu, gejala serangnya bersifat lokal dengan timbulnya
gejala nekrosa(kerusakan jaringan pada bagian tanaman tertentu) ditempat
terjadinya infeksi oleh virus. Gejala semacam ini disebut gejala lesio
lokal.Gejala lain akibat terserang virus pada tanaman adalah daun
menguning, bercak bercincin atau bergaris, penghambatan pertunbuhan,
kerdil, daun menggulung, mengkerut atau berubah seperti tali sepatu,
nekrosis, percabangan berbentuk sapu dan sebagainya.
Virus, merupakan suatu organisme yang bersifat parasit obligat
yang hanya terdiri dari protein dan asam nukleat baik berupa DNA atau
RNA, namun tidak dapat melakukan metabolisme layaknya organisme
pada umumnya. Sifat parasit obligat ini membuat virus hanya dapat
memperbanyak diri apabila ia berada dalam sel inang. Berbeda dengan
patogen-patogen penyebab penyakit atau hama lain seperti cendawan atau
bakteri, virus tidak dapat menginveksi inang secara langsung, sebab ia
tidak memiliki kemampuan untuk menembus jaringan inang. Virus hanya
dapat menginveksi inang apabila ia kontak langsung dengan membran
plasma sel, sehingga virus memerlukan benda atau organisme lain yang
dapat menginjeksikannya kedalam sel inang atau biasa disebut vektor.
Virus membawa informasi genetik yang terdapat dalam DNA atau
RNAnya yang berfungsi untuk merusak sistem kerja sel inang. Virus juga
memiliki sifat khusus dalam menginveksi inangnya sebab virus hanya
dapat menginfeksi apabila informasi genetik dalam RNA atau DNA virus
dapat dibaca oleh sel inangnya. Ada hubungan yang sangat mendalam
antara virus dan tumbuhan inangnya. Virus tumbuhan, seperti halnya virus
lainnya, hanya dapat memperbanyak diri atau diperbanyak didalam sel
inangnya. Proses perbanyakan ini sering mengacaukan fisiologi inang dan
dapat mengakibatkan penyakit. Jadi virus lalu menjadi patogen. Dalam
lingkungan alami virus dan inangnya sering mencapai keseimbangan
dengan kerusakan minimun terhadap inangn, tekanan seleksi alami
memungkinkan keduanya untuk bertahan. Pada penyakit, perbanyakan
virus menyebabkan terjadi penyimpangan yang tampak atau gejala. Gejala
individual ataus indr om (kelompok gejala) mungkin menentukan virus
penyebabnya.
5. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kamera
2) Alat tulis
3) Papan jalan
4) Lup
b. Bahan
1) Area tanaman hortikultura
6. Cara Kerja
a. Memilih petak area yang akan diamati
b. Mengaati tanaman hortikultura pada petak yang dipilih
c. Mengamti dengan seksama gejala yang tampak pada tanaman yang
sakit serta dibandingkan dengan tanaman sehat
d. Memprediksi penyakit yang menyerang tanaman dengan melakukan
studi litratur
e. Menghitung jumlah gundkan / gludan dalam satu petak
f. Menghitung Disease incidence (DI) proporsi tanaman yang tererang
penyakit dalam satu populasi
1) Menghitung seluruh tanaman yang ada dalam satu petak
2) Menghitung tanaman yang terkena virus
Rumus :
Keterangan :
n = jumlah tanaman sakit
N = jumlah tanaman yang diamati
g. Menghitung Disease Severity (DS) proporsi area / bagan tanaman yang
sakit dalam satu tanaman
1) Memilih sampel sejumlah 3 guudan dalam petak
2) Memilih 5 tanaman dari stiap guudan yang dijadikan sampel
3) Menghitung prosentase jumlah daun yang sakit dalam satu tanaman
Rumus :
h. Hasil perhitungan DA dan DS berupa prosentase (%), sehingga dapat
diketahui seberapa parah tingkat penyerangan virus tanaman (DI) yang
menghancurkan tanaman dalam suatu populasi. Di samping itu,
proporsi tingkat keparahan dari bagian tanaman dari tanaman dapat
diketahui dengan menerapkan rumus DS di atas.
7. Data Pengamatan dan Analisis Data
A. Data Pengamatan
Menghitung Disease Incidence dan Disease Severity
a. Kelompok 1
Tanaman cabai
Disease Incidence (DI):
DI = 100 %
Disease Severity (DS):
DS = 56,25%
Tanaman tomat
Disease Incidence (DI):
DI = 100 %
Disease Severity (DS):
DS = 100%
b. Kelompok 2
Tanaman cabai
Disease Incidence (DI):
DI = 100 %
Disease Severity (DS):
DS = 56,25%
Tanaman tomat
Disease Incidence (DI):
DI = 100 %
Disease Severity (DS):
DS = 100%
c. Kelompok 3
Tanaman cabai
Disease Incidence (DI):
DI = 90%
Disease Severity (DS):
DS = 97,95%
Tanaman tomat
Disease Incidence (DI):
DI = 62,5%
Disease Severity (DS):
DS = 98,24%
d. Kelompok 4
Tanaman cabai
Disease Incidence (DI):
DI = 100%
Disease Severity (DS):
DS = 83,51%
Tanaman tomat
Disease Incidence (DI):
DI = 100%
Disease Severity (DS):
DS = 100%
e. Kelompok 5
Tanaman cabai
Disease Incidence (DI):
DI = 100%
Disease Severity (DS):
DS = 76,1%
Tanaman tomat
Disease Incidence (DI):
DI = 100%
Disease Severity (DS):
DS = 100%%
Rata-Rata DI dalam 5 kelompok:
Tanaman Cabai
Disease Incidence (DI):
DI = 98,03%
Disease Severity (DS):
DS = 72,58%
Tanaman Tomat
Disease Incidence (DI):
DI = 89,28%
Disease Severity (DS):
DS = 99.8%
Rata-rata Disease Incidence (DI) tanaman cabai dan tomat: (proporsi
tanaman yang terserang penyakit dalam suatu populasi) dalam 5
kelompok (5 gundukan tanah) adalah 100%. Hal tersebut menunjukkan
tingkat penyerangan virus pada tanaman dalam suatu populasi adalah
sangat parah.
Rata-rata Disease Severity (DS) tanaman cabai dan tomat: (proporsi
area/bagian tanaman yang sakit dalam satu tanaman) dalam 5
kelompok (5 gundukan tanah) adalah 72,8% dan 99,8%. Hal tersebut
menunjukkan tingkat penyerangan virus pada tanaman dalam suatu
populasi adalah sangat parah.
Data Gambar Gejala yang Muncul
Tanaman Cabai
Gambar daun yang memiiiki gejala terserang virus
Gambar daun yang tidak terserang virus
Tanaman Tomat
Gambar daun yang memiiiki gejala terserang virus
B. Analisis Data
Berdasarkan perhitungan DI dan DS di lapangan diketahui bahwa
hampir 100% daun dan tanaman cabai/tomat terserang virus. Virus
merupakan salah satu penyebab penyakit yang menyerang hampir
sebagian besar tumbuhan, baik tumbuhan liar, budidaya atau bahkan
gulma. Serangan virus terhadap tumbuhan akan menunjukkan gejala
kerusakan pada jaringan tumbuhan tersebut. Bentuk gejala ni dapat
teramati secara kasat mata tanpa harus menggunakan alat bantu seperti
mikroskop dan alat optik lainnya. Untuk itu disini akan diamati bentuk
gejala serangan virus terhadap tanaman.
Virus yang menyerang tanaman cabai adalah TMV, TEV, TRV,
CMV, TRSV, CTV dan PVY. Virus merupakan penyakit yang sangat
berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim kemarau. Gejala
serangan umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang
mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan.
Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit
ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau
penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus
diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia
dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian
maupun tangan terutama pada saat pemangkasan. Beberapa upaya
penanganan virus antara lain : membersihkan gulma (karena gulma
berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular
virus, memusnahkan tanaman yang sudah terserang, kebersihan alat dan
memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat
melakukan penanganan terhadap tanaman. Berdasarkan kunjungan
lapangan di Civik Agro kelompok kami mengidentifikasi gejala penyakit
yang disebabkan oleh virus, yaitu:
TANAMAN CABAI
1.Penyakit Kuning
Salah satu OPT yang perlu diwaspadai adalah penyakit Virus
Kuning. Penyakit ini sangat merugikan, Penyakit tanaman cabe berupa
virus kuning atau Bule sangat mengganggu. Penyakit ini disebabkan oleh
serangga yang disebut Besmisia tabaci atau kutu kebul. Serangan virus
kuning bisa berakibat pada penurunan produksi cabe bahkan
kecenderungan gagal panen. Secara kasat mata gejala serangan penyakit
Virus Kuning mudah dikenali dengan ciri-ciri: Terjadi klorosis pada anak
tulang daun dari daun muda dan menyebar keseluruh bagian tanaman,
hingga tampak tanaman menguning, Daun mengeriting ke atas, menebal
dengan ukuran yang mengecil. Pertumbuhan terhambat atau kerdil. Infeksi
virus pada awal pertumbuhan tanaman menyebabkan tanaman menjadi
kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan buah. Gejala kuning dapat dilihat
dari kejauhan.
Gambar Gejala Kuning Pada Tanaman Cabai
Sedangkan gejala pada tanaman tomat adalah berupa tepi daun
menguning atau pucat dan melekuk ke atas seperti mangkok (cupping),
daun mengeras, daun mengecil dan tumbuh tegak, tanaman menjadi kerdil
apabila terinfeksi virus sejak awal pertumbuhan. Gemini virus termasuk
dalam kelompok virus tanaman dengan genom berupa DNA utas tunggal,
berbentuk ikosahedral, dan terselubung dalam virion ikosahedral kembar
(geminate) (Harrison 1985). Anggota kelompok Gemini virus dibedakan
berdasarkan tanaman inang, serangga vektor, dan struktur genomnya.
Anggota geminivirus yang ditularkan olehserangga vektor B. tabaci
umumnya dijumpai di daerah tropika dan subtropika yang dapat
mendukung perkembangan serangga vektor dengan baik.
Penyakit kuning cabai di Indonesia disebabkan oleh virus dari
kelompok/Genus Begomovirus (singkatan dari: Bean golden mosaic
virus), Famili Geminiviridae. Geminivirus dicirikan dengan bentuk
partikel kembar berpasangan (geminate) dengan ukuran sekitar 30 x 20
nm. Di Cuba, penyakit kuning pada cabai disebakan oleh Tomato yellow
leaf curl virus (TYLCV).
Virus ditularkan oleh kutu putih atau kutu kebul (Bemisia tabaci)
secara persisten yang berarti selama hidupnya virus terkandung di dalam
tubuh kutu tersebut. Virus tidak ditularkan lewat biji dan juga tidak
ditularkan lewat kontak langsung antar tanaman.
Serangan virus ini pada tanaman cabai menunjukkan gejala bercak
kuning di atas permukaan daun, dan perlahan-lahan bercak itu meluas
hingga seluruh permukaan daun menguning. Bentuk daun menjadi lebih
kecil dari ukuran daun normal, melengkung dan kaku. Pada serangan yang
berat, hamparan cabai bisa berubah warna menjadi kuning, lalu daun akan
rontok. Bila kita perhatikan tanaman yang terserang virus ini maka di
bawah permukaan daun akan di terlihat kutu berwarna putih/kutu kebul
(Besimia tabaci Genn.) yang di duga sebagai vektor (pembawa) penyebar
virus. Melihat gejala di atas dan adanya kutu kebul, ada dugaan bahwa
penyakit kuning keriting tersebut di sebabkan oleh geminivirus.
Gambar Kuning Keriting Pada Tanaman Cabai
Cara pengendalian
Jika tanaman sudah terserang virus kuning maka satu-satunya cara
yaitu dilakukan dengan cara dicabut dan dibakar atau dibuang pada tempat
yang jauh dari pemukiman tanaman cabai.
Cara Pencegahan:
Pertama, penggunaan benih yang sehat dan pembuatan persemaian
yang baik sehingga tanaman mampu tumbuh dan berkembang secara lebih
baik dan secara fisiologis mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap
gangguan OPT. Kedua, pemanfaatan kelambu untuk menutup persemaian
(pengerondongan persemaian). Kelambu terbuat dari kain sifon yang
dipasang dengan baik dan rapi sehingga tidak dapat ditembus dan
dimasuki oleh vektor kutu kebul (Bemisia tabaci). Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari penularan virus sejak dini.
Ketiga, penyiapan lahan tanam dengan baik. Keempat, penanaman
tanaman pagar (penghalang) di sekeliling petak pertanaman cabai, untuk
menghambat infestasi serangga vektor (yang berarti menghindari
penularan virus). Terdapat beberapa jenis tanaman pagar yang dapat
digunakan antara lain tanaman jagung dan orok–orok. Tanaman pagar
jagung ditanam sebanyak 6 baris kurang lebih 2–3 minggu sebelum tanam
cabai dengan jarak tanam yang rapat 15–20 cm. Apabila tanaman jagung
yang digunakan, dilakukan beberapa baris tanam dengan selang waktu
tanam satu minggu.
Kelima, sanitasi lingkungan berupa pembersihan dan pemusnahan
tanaman inang dan tanaman yang telah menunjukkan gejala serangan.
Keenam, pemasangan likat kuning (perangkap serangga berwarna kuning
yang sudah diberi perekat). Likat kuning dipasang di areal pertanaman
dengan tiang pancang setinggi + 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman)
sebanyak 40 buah/hektar.
Ketujuh, pemanfaatan PGPR (Plant Growth Promoting
Rhyzobacteria) yaitu merendam benih yang akan disemai dengan larutan
PGPR selama 6–12 jam dengan konsentrasi larutan 20 ml/liter air.
Pemanfaatan PGPR dapat juga dilakukan dengan cara dilakukan
penyiraman larutan PGPR setiap satu minggu sekali. Kedelapan, apabila
dimungkinkan dapat disemprotkan larutan cairan daun bayam duri atau
daun bunga pagoda atau daun nimba untuk menginduksi ketahanan
tanaman.
2.Penyakit Keriting
Gejala-gejala tanaman yang terkena pnyakit keriting antara lain :
a. Tulang-tulang daun menguning, atau terjadi jalur kuning sepanjang
tulang daun.
b. Daun menjadi belang hijau muda dan hijau tua.
c. Daun menjadi lebih kecil, sempit daripada biasanya dan keriput.
d. Jika terserang saat tumbuhan masih muda, maka tanaman terhambat
pertumbuhannya dan kerdil
Gambar tanaman yang terkena penyakit keriting
Penyebabnya adalah CMV (Cucumber Mosaic Virus). Vektornya
berupa Aphid dan Thrips. Aphid memiliki mulut berupa alat tusuk dan
hisap. Pada saat ia berada di permukaan daun, Aphid akan menghisap zat-
zat dari daun, sehingga otomatis dia akan bisa menularkan penyakit (virus)
dan memperbanyak diri dalam tanaman tersebut. Sedangkan Thrips
bekerja dengan menusuk klorofil (zat hijau daun) yang sangat diperlukan
dalam proses pembuatan zat makanan bagi tumbuhan. Akibatnya, daun
menjadi pucat dan tidak dapat memasok kebutuhan organ lain.
Keriting daun cabe yang disebabkan oleh virus. Virus pada tanaman cabe
biasanya disebarkan oleh hama vektor myzus dan bemisia (kutu kebul).
Jika virus menyerang pada tanaman cabe akan memberikan gejala yang
bermacam-macam sesuai denga jenis virusnya. Salah satu gejala yang
akibatkan oleh virus tanaman cabe adalah adanya daun tanaman cabe yang
menggulung atau kita sebut keriting. Keriting daun yang disebabkan oleh
virus dapat dibedakan dengan penyebab lain karena virus ini akan
menyebabkan sebagian besar daun cabe menggulung. Hal ini berbeda
dengan gejala yang diakibatkan oleh trips maupun tungau yang akan
menggulung tanaman cabe hanya daun bagian ujung saja.
Klasifikasi
Kingdom : Virus
Divisi : Virus RNA
Kelas : Virus RNA
Ordo : Bromoviridas
Genus : Cucumovirus
Spesies : Cucumber mosaic virus
( Anonymous4, 2012 )
Gambar Cucumber Mosaic Virus Dilihat Dengan TEM
Hama keriting daun pada tanaman cabe. Sebenarnya ada beberapa
penyebab yang mengakibatkan daun tanaman cabe menjadi keriting.
Supaya kita mengetahui cara mengendalikan hama yang menyebabkan
gejala keriting daun cabe tersebut pasti harus didasari oleh pengetahuan
tentang penyebab keriting daun cabe tersebut.
a. Keriting daun cabe yang disebabkan oleh trips. Gejala keriting pada
daun tanaman cabe sebagian besar disebabkan oleh hama trips. Gejala
yang ditimbulkan oleh trips pada daun cabe adalah adanya daun yang
keriting dengan bentuk lekukan yang menggulung ke atas. Biasanya
serangan trips diikuti dengan gejala rontoknya bunga cabe. Pada
permukaan daun bagian atas biasanya juga terdapat lapisan mengkilap
seperti perak. Hama tanaman ini sangat mudah dilihat kasat mata pada
bunga-bunga tanaman cabe dan didalam gulungan daun cabe, berbentuk
kecil memanjang seperti semut hitam dengan warna ada yang hitam dan
hijau. Binatang ini bisa bergerak cepat dan mudah meloncat.
Gambar Thrips parvispinus
Thrips parvispinus merupakan hama utama tanaman cabai.
Serangan hama thrips ditandai dengan adanya bercak-bercak keperakan
pada daun tanaman cabai. Hama ini lebih suka mengisap cairan daun
muda sehingga menyebabkan daun tanaman cabai mengeriting,
akhirnya tanaman menjadi kerdil. Hama thrips berkembangbiak secara
partenogenesis (tak kawin) sehingga populasinya berkembang sangat
cepat. Selain bersifat polifag, hama thrips juga merupakan serangga
vektor penular berbagai macam virus tanaman. Pengendalian hama ini
dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin,
tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau
lamdasihalotrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Hama Thrips Secara Umum
Hama thrips sangat mudah ditemukan di areal pertanaman. Bentuk
tubuhnya langsing dengan panjang 1-2 mm, berwarna hitam dengan
bintik-bintik atau garis merah. Telur thrips berbentuk oval. Telur
menetas menjadi nimfa, tidak bisa terbang dan hanya meloncat-loncat.
Thrips muda (nimfa) biasanya berwarna agak keputihan, kekuningan,
hingga kemerahan. Serangga dewasa (imago) berwarna kuning pucat,
coklat atau hitam. Thrips akan berubah warna menjadi lebih gelap pada
suhu rendah. serangga betina memiliki dua pasang sayap kecil dan
terdapat rambut berumbai di bagian samping tubuhnya, sedangkan
serangga jantannya tidak bersayap. Thrips memiliki mulut asimetris
yang berfungsi untuk menusuk dan menghisap tanaman, terutama pada
bagian daun muda, kuncup atau tunas, bunga, dan buah muda. Masing-
masing tanaman memiliki ketahanan yang berbeda terhadap spesies
thrips, tergantung pada ketebalan epidermisnya.
Bagian tanaman yang dihisap cairannya akan menampakkan bercak
berwarna putih keperakan yang selanjutnya bercak berubah warna
menjadi kecoklatan. Pada serangan parah, daun tanaman tampak
menggulung dan mengeriting. Kebanyakan spesies thrips mengeluarkan
embun madu yang berpotensi mengundang datangnya serangan
cendawan jelaga.
Pada kelembaban udara 70% dan suhu 27-32°C thrips berkembang
biak sangat cepat karena pada kondisi demikian akan memicu produksi
homon seks sehingga terjadi perkawinan masal, selain thrips itu sendiri
mampu bereproduksi secara partenogenesis. Saat musim kemarau,
jumlah populasi meningkat dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat.
Tekanan air hujan yang besar mampu menghanyutkan thrips.
Penyebaran hama thrips dari satu tanaman ke tanaman lain berlangsung
sangat cepat dengan bantuan angin maupun manusia.
b. Keriting daun cabe yang disebabkan oleh tungau. Tungau menyerang
tanaman cabe dengan memberikan gejala yang khas, yaitu daun yang
terserang akan melengkung ke bawah dengan rapih. Serangan tungau
biasanya terjadi pada daun yang ketiga sampai kebawah. Jika daun yang
menggulung dibuka dan diperhatikan secara teliti maka permukaan
daun bagian bawah akan terdapat binatang yang sangat lembut sekali
(selembut tepung) yang bergerak secara perlahan-lahan. Warna tungau
pada permukaan daun biasanya hijau muda.
(Tetranychus cinnabarinus)
(Polyphagotarsonemus lotus)
c. Keriting daun cabe yang disebabkan oleh virus. Virus pada tanaman
cabe biasanya disebarkan oleh hama vektor myzus dan bemisia (kutu
kebul). Jika virus menyerang pada tanaman cabe akan memberikan
gejala yang bermacam-macam sesuai denga jenis virusnya. Salah satu
gejala yang akibatkan oleh virus tanaman cabe adalah adanya daun
tanaman cabe yang menggulung atau kita sebut keriting. Keriting daun
yang disebabkan oleh virus dapat dibedakan dengan penyebab lain
karena virus ini akan menyebabkan sebagian besar daun cabe
menggulung. Hal ini berbeda dengan gejala yang diakibatkan oleh trips
maupun tungau yang akan menggulung tanaman cabe hanya daun
bagian ujung saja. Gejala keriting daun oleh Virus kadang-kadang juga
dikuti oleh kerdilnya tanaman dan berubahnya warna daun.
Kutu daun (Myzus persiceae) Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Setelah kita mengetahui beberapa penyebab keriting daun cabe
tentunya ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan
mengendalikan hama penyebab keriting tersebut:
a. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma dilahan maupun
disekitar lahan
b. Gunakan mulsa plastik hitam perak
c. Jarak tanam jangan terlalu rapat
d. Kalau memungkinkan gunakan sprinkel untuk menyiram tanaman
e. Untuk keriting daun cabe yang disebabkan oleh virus cegah dengan
mengendalikan vektornya
f. Gunakan insektisida yang tepat sasaran. Untuk trips, myzus dan bemisia
gunakan insektisida berbahan aktif abamektin, karbosulfan, fipronil,
imidakloprid. Untuk tungau gunakan akarisida seperti samite, mitac dan
mesurol.
g. Ketika mengaplikasi pestisida tambahkanlah pupuk daun untuk
mempercepat pemulihan tanaman.
h. Jika merasa selalu kesulitan mengendalikan keriting daun tanaman cabe
maka hindari menanam cabe pada musim kemarau.
i. Tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut ( Semangun, 2000 ).
TANAMAN TOMAT
Tomat, adalah salah satu tanaman yang rentan terkena penyakit
yang diakibatkan oleh serangan virus. Karenanya virus termasuk salah satu
penyakit penting atau utama yang menyerang taaman tomat. Hampir
semua tomat yang ada saat ini belum ada yang memiliki daya tahan kuat
bila sudah terserang. Selama ini, penyakit virus yang dominan dan
seringkali menyerang tanaman tomat adalah TMV (Tobacco Mozaic
Virus). Namun, ternyata tidak hanya TMV saja yang menyerang
melainkan ada lebih dari 18 jenis virus yang kini menyerang tanaman
tomat. Bahkan mungkin jumlah itu bisa bertambah. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa kerusakan yang ditimbulkan penyakit virus
dapat menyebabkan kehilangan produksi . Kehadiran TMV yang berat
dapat menekan produktifitas hingga 0,2 sampai 50% tergantung varietas
(Duriat,1979). Sedangkan di Jepang, mampu menekan produktifitas hingga
20 – 50% (Oshima,1979). Serangan terparah terjadi di lembah Alsace
Perancis oleh CMV yang menghancurkan sebagian pertanaman tomat yang
ada.
Seperti yang dijelas sebelumnya, virus pada tanaman tomat
dikelompokkan pada penyakit penting di berbagai negara. Neinhaus
(1981) mengungkapkan bahwa di negara tropis dan subtropis dilaporkan
ada 18 jenis virus yang menyerang. Sedangkan Kranz at al (1977)
melaporkan ada sekitar 12 jenis dengan menimbulkan gejala yang berbeda
tergantung jenis virusnya. Kasus lain terjadi di Jepang dimana menurut
Oshima (1979) menyebutkan ada enam jenis virus yang sering menyerang
tanaman tomat di Jepang diantaranya : virus mosaic tembakau (TMV),
virus mosaik ketimun atau cucumber mosaic virus (CMV), virus streak
ganda atau double streak virus (DSV), virus bercak layu tomat atau
tomatto spotted wilt virus (TSWV) , virus kerupuk tomat atau leaf curl
virus (TLCV) dan virus kentang Y atau potato virus Y (PVY). Meskipun
demikian, tidak semua penyakit yang disebabkan virus tersebut dapat
dijumpai di seluruh negara baik tropik maupun sub tropik. Terkadang
serangnnya hanya pada daerah tertentu saja.
Di Indonesia serangan penyakit virus dilaporkan pertama kali oleh
Duriat dan Suyatno (1976). Hasil indentifikasinya menyimpulkan bahwa
TMV, PVY, CMV, PVX dan TRSV (tobacco ring spot virus) ditemukan
menyerang tomat. Tahun berikutnya Duriat (1977) kembali ditemukan
penyakit akibat virus yaitu TYNV (Tomato Yellow Net Virus). Sedangkan
penelitian yang berkaitan dengan virus tomat selanjutnya merupakan
konformasi dari hasil identifikasi di atas seperti mosaik pada tomat yang
disebabkan oleh CMV (Duriat dan Iriawati,1990) , virus TMV CMV dan
PVY pada sampel tomat yang dikumpulkan dari kecamatan Lembang Kab.
Bandung (Sutarya, 1989) atau gabungan PVX dan TMV yang
menyebabkan penyakit kerdil pada tomat (Sutarya,1992).
Mekanisme Virus Menyerang Tomat
Virus akan menjadi benda mati bila berada di luar jaringan hidup ,
namun virus bisa begitu stabil berada di luar inangnya sehingga dengan
mudah dapat bertahan disana. Kalau virus mulai mencapai permukaan
jaringan tumbuhan atau yang disebut dengan kontaminasi, maka partikel
virus kemudian masuk ke dalam tumbuhan melalui luka dan harus ada
yang membantu karena virus tidak mempunyai spora seperti cendawan,
flagel (cambuk getar) seperti bakteri atau bergerak seperti nematoda.
Sekali virus masuk ke dalam jaringan inangnya, maka akan mengakibatkan
perubahan fungsi. Perubahan fungsi tersebut tidak lain disebabkan oleh
terhambatnya sintesa protein dan RNA tanaman inang untuk menjadi
nukleaotides, asam amino dan ribosom bebas yang dialihkan untuk
menjadi sintesa komponen pembentuk virus baru. Akibatnya secara
biologis maupun fisiologis, tanaman akan menyebabkan perkembangan
tidak secara penuh. Kerusakan yang ditimbulkan dapat berupa kekerdilan,
daun menguning, mosaik, kematian jaringan bahkan sampai kematian
tanaman. Semua itu dapat menjadi kendala produktifitas tanaman.
Penyakit-penyakit virus ini mungkin dapat dikacaukan dengan
abnormalitas genetik, gangguan fisiologi seperti kekurangan zat hara dan
keracunan oleh serangga. Namun demikian, penyakit virus tersebutselalu
dapat menular pada tanaman lain sebagai akibat kemampuannya
membelah diri dan memencar dari sel satu ke sel yang lain. Dari tumbuhan
satu kepada tumbuhan lain. Akibatnya dapat terjadi endemi yang kadang
kadang dapat menyebabkan kerusakan yang luas dan kerugian ekonomi
yang cukup besar. Sejauh ini penyebaran virus pada tanaman lain masih
terus dikembangkan dan diupayakan dicari solusinya. Beberapa penularan
virus yang umum adalah melalui : mekanik, kontak, tali putri, bagian
perkembangbiakan vegetatif, biji dan serbuk sari, serangga, dan tungau,
organmisme penghuni tanah serta alat-alat pertanian.
Gejala Serangan
Cukup banyak ciri /gejala yang menunjukkan suatu tanaman
terserang virus. Gejala serangan virus itu sendiri sangat tergantung pada
jenis virus yang menyerang, kultivar tanaman inang, dan keadaan
lingkungan. Secara umum gejala tanaman tomat yang terserang virus
adalah sebagai berikut:
1.Mosaik
Mosaik ini ditandai dengan warna belang pencampuran lebih dari
satu warna. Mosaik pada daun biasanya berupa daun hijau yang tidak
merata karena dibeberapa bagian tercampur warna pucat atau kekuning-
kuningan yang menyebar seperti percikan. Sedangkan Lucas (1996) dalam
kamus istilah patologi tanaman mengungkapkan bahwa Mosaik adalah
gejala daun yang memperlihatkan banyak daerah kecil berubah warna,
yang kontras dengan warna asalnya dan cenderung berupa lingkaran terang
seperti cincin. Pola bagian hijau yang bersiku kontras dengan warna
kuning; daerah yang dikelilingi cincin klorotik yang memberikan mosaik
kuning di atas warna hijau. Bila daerah warna yang berbeda menyatu, akan
menghasilkan gejala belang. TMV dan CMV merupakan contoh penyakit
yang memiliki gejala sperti ini.
2. Nekrosis
Nekrosis yaitu kematian jaringan yang bisa terjadi pada urat daun,
pada batang berupa garis-garis coklat, berupa bercak pada daun dan buah
serta kematian pada titik tumbuh.
3. Klorosis : warna pucat, baik pucat yang menyeluruh ataupun hanya
berupa bercak saja. Vein clearing yaitu warna pucat pada urat daun
sehingga urat daun kelihatan transparan, mengkilat diantara warna daun
yang hijau.
4. Rugose : permukaan daun tidak rata disebabkan karena pertumbuha urat
daun tidak sebanding dengan pertumbuhan helaian daun, sehingga daun
akan terlihat tidak rata dengan permukaan yang benjol-benjol.
Di lapangan penyebab adalanya gejala virtus ini lebih kompleks,
ada kalanya menyimpang, bisa lebih parah sampai tanaman menjadi mati.
Penyebab penyakit akibat virus bisa beragam bisa saja disebabkan oleh
satu jenis virus saja , bisa juga disebabkan oleh gabungan beberapa jenis
virus.
Langkah Pencegahan
Virus tidaklah seperti jamur atau nematoda yang bisa tersebar kemana –
mana oleh angin maupun air. Pergerakan virus ini hanya bisa terjadi bila
ada yang membawa, baik itu organisme hidup seperti vektor atau
pembawa lainnya, bagian dari tanaman yang terserang maupun manusia
atau alat yang digunakan sewaktu memelihara tanaman. Cara
mengendalikan virus erat kaitannya dengan mengenali sifat-sifat virus
yang meliputi : bagaimana cara penyebaran dan penularannya, dan
bagaimana perbanyakan tanaman tersebut. Ada juga pengendalian virus ini
dengan menggunakan virus tular udara yang dibawa serangga untuk virus-
virus tular tanah. Beberapa cara untuk mengendalikan virus tomat ini
antara lain dapat dilakukan dengan:
1. Tanaman perangkap
Virus-virus tomat kebanyakan ditularkan melalui serangga.
Keaktifan serangga ini menjadi faktor utama dalam penyebaran penyakit
akibat virus. Penggunaan insektisida untuk mengendalikan vektor adalah
cara pintas yang sering dianjurkan.. Akan tetapi cara ini bukan satu-
satunya cara yang harus dilakukan , melainkan dapat menggunakan cara
lain yaitu : penggunaan tanaman perangkap.
Aphid sebagai serangga pembawa virus, biasanya menyukai warna
kuning cerah, penggunaan tanaman yang berwarna cerah sedikit banyak
dapat menarik aphid dan serangga lainnnya. Pada waktu hinggap afid akan
menusuk-nusukkan stiletnya untuk mengetahui apakah ia sudah
mendapatkan inang yang benar untuk makan disitu. Selama aphid
menusuk-nusuk, virus non persisten yang ada pada stiletnya akan tercuci.
Sehingga virus tersebut tidak akan tersebar pada tanaman tomat. Adapun
tanaman yang dapat menjadi penarik (atraktan) bagi serangga tersebut
adalah tanaman kubis-kubisan, jagung, serta bunga matahari.
2. Sanitasi dan eradikasi sumber infeksi
Kebersihan kebun saat persiapan dan selama pertanaman sangat
membantu mengurangi sumber infeksi virus. Gulma berdaun lebar
diyakini sering menjadi inang dari virus ini dan harus dibersihkan. Begitu
pula tanaman tomat yang sudah menunjukkan terkena serangan jangan
dibiarkan tumbuh namun harus dibuang secepatnya dan diganti dengan
tanaman yang sehat. Tanaman tomat bisanya dilakukan pemangkasan,
untuk itulah perlu dilakukan secara hati-hati dalam memilih cabang
utamanya agar diperhatikan sisa-sisa pemangkasan tadi. Kemudian
usahakan petani ataupun buruh tidak membawa rokok ataupun bekas
rokok pada areal tanaman tomat karena rokok ini dapat menularkan virus
mosaik tembakau yang mudah menular secara kontak
3. Penggunaan benih yang sehat
Tomat yang sudah terserang virus sulit sekali disembuhkan.
Walaupun saat ini hanya tiga jenis virus utama yang menyerang
pertanaman tomat namun ketiganya sangat penting karena dapat tertular
melalui biji. Penelitian yang berkaitan dengan virus yang terbawa pada
benih yang dilakukan Sutarya dan Purwati (1992) menungungkapkan
bahwa ternyata dari 41 varietas tomat yang diuji, sebanyak 13
mengandung virus ToMV. Meskipun virus-virus lain tidak menular
melalui biji, namun bila tanamannya terserang sebelum berbuah maka
cairan buah tomatnya akan mengandung virus. Hal ini bisa menular pada
kulit yang pada akhirnya kemungkinan tertularnya benih di persemaian
tersebut bisa terjadi. Maka dalam hal ini pemilihan benih sehat dan unggul
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam mencegah timbulnya
penyakit virus tersebut.
Proteksi silang.
Saat ini belum ada obat untuk menangani penyakit yang diakibatkan virus.
Karena itu pengendalian yang dilakukan dalam membasmi penyakit akibat
virus ini lebih ditujukan pada upaya pencegahan. Proteksi silang untuk
imunisasi tanaman adalah upaya yang umum dilakukan pada tomat untuk
mencegah infeksi virus yang lebih ganas. Pemberian imunisasi pada tomat
dengan memberikan strain virus yang telah dilemahkan diharapkan
mampu berfungsi sebagai sparing partner yang nantinya akan memiliki
kemampuan untuk menolak virus yang sama dengan serangan lebih ganas.
Adapun pengaruh pemberian strain virus yang diberikan pada tanaman
tomat tidak akan terlalu merugikan disebabkan gejala yang diakibatkannya
pun tidak terlalu parah sehingga produksinya tidak banyak berkurang.
j. Kesimpulan
1. Berdasarkan perhitungan DI dan DS di Civik Agro hampir 100 % daun
dan tanaman cabai/tomat terserang virus.
2. Penyakit yang menyerang tanaman cabai di Civik Agro:
a. Penyakit kuning
Terjadi klorosis pada anak tulang daun dari daun muda dan
menyebar keseluruh bagian tanaman, hingga tampak tanaman
menguning, Daun mengeriting ke atas, menebal dengan ukuran
yang mengecil. Pertumbuhan terhambat atau kerdil. Infeksi virus
pada awal pertumbuhan tanaman menyebabkan tanaman menjadi
kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan buah
b. Penyakit keriting
Gejala
1) Tulang-tulang daun menguning, atau terjadi jalur kuning
sepanjang tulang daun.
2) Daun menjadi belang hijau muda dan hijau tua.
3) Daun menjadi lebih kecil, sempit daripada biasanya dan
keriput.
4) Jika terserang saat tumbuhan masih muda, maka tanaman
terhambat pertumbuhannya dan kerdil
3. Penyakit yang menyerang tanaman tomat di Civic Agro:
a. Mosaic
b. Nekrosis
c. Klorosis
d. Rugose
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous1, 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/cabai. Diakses pada 27 Mei 2014
Anonymous2, 2012. http://www.plantamor.com/index.php?plant=271. Diakses
pada 27 Mei 2014
Anonymous3. 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/ cercospora capsici. Diakses
pada 27 Mei 2014
Semangun, Haryono. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di
Indonesia. UGM Press : Yogyakarta.
Suhardi. 1980. Hama dan penyakit tanaman sayuran di daerah transmigrasi
Lampung. Hortikultura no. 10 : 289-291.
Suhardi. 1988. Laporan Survey Hama dan Penyakit serta Penggunaan Pestisida
pada Sayuran Dataran Rendah di indonesia. Kerjasama Proyek ATA-395 dan
Balai Penel. Hortik., Lembang.
Suranto. 2014. Modul Mata Kuliah Lapangan Biosistematik. Yogyakarta
Walker, J. C.. 1952. Disease of Vegetable Crops. McGraw Hill Book Co., New
York, 592
LAMPIRAN FOTO DATA PENGAMATAN
Tanaman Cabai
Gambar daun yang memiiiki gejala terserang virus
Gambar daun yang tidak terserang virus
Tanaman Tomat
Gambar daun yang memiiiki gejala terserang virus