makalah bakteri oportunis.docx
-
Upload
echha-punnahimaa-ziip -
Category
Documents
-
view
355 -
download
31
Transcript of makalah bakteri oportunis.docx
INFEKSI JAMUR dan BAKTERIOPORTUNIS pada
IBU HAMIL
Disusun dalam rangka memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi
Oleh Kelompok 4 Kelas 1A :
1. Ade Widya Dwi Ardigantari (1214315401001)
2. Candy Novantika (1214315401005)
3. Delina Sekar Wulansari (1214315401006)
4. Eka Miftakhul Jannah (1214315401010)
5. Fatin Fahrul R (1214315401016)
6. Linda Leviantyka Sari (1214315401026)
7. Naqiyah Fajjar R (1214315401030)
8. Ning Andriani (1214315401033)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“MAHARANI”
MALANG
2012
i
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji penulis panjatkan kepadaTuhan Yang Maha
Esa.Tuhan semesta alam, karena dengan rahmat dan karunia-Nya lah penulis
mendapatkesehatan dan kekuatan fisik serta fikiran sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
“MIKROBIOLOGI” untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman tentang
mata kuliah ini.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati ,penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah
“MIKROBIOLOGI”.Yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan makalah ini .Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan, Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
untuk kesempurnaan makalah ini.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
dan semoga makalah inibermanfaat bagi kita semua.
Malang, 04 Oktober 2012
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................7
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latarbelakang...................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................2
C. Tujuan .............................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................6
A. Ibu hamil rentan terinfeksi jammur.........................................................6
B. Bakteri Berbahaya Bagi Ibu..............................................................7
C Komplikasi......................................................................................10
D. Pengobatan Keputihan pada Wanita Hamil..........................................13
E. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................15
F. Penatalaksanaan.....................................................................................15
BAB III PENUTUP ...............................................................................................17
A.Kesimpulan............................................................................................17
B. Kritik dan Saran ...................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ibu hamil lebih rentan mengalami infeksi yang bisa mempengaruhi
kehamilan dan bayi yang dikandung. Untuk itu ketahui cara menghindari infeksi
selama kehamilan.Peneliti dari University of Minnesota Medical School telah
mengidentifikasi mekanisme yang mendasari kekebalan fisiologis sehingga bisa
diketahui bagaimana cara menangkal infeksi selama kehamilan.Pada saat hamil
sel sistem kekebalan tubuh (sel T) jumlahnya meningkat yang berfungsi untuk
melindungi bayi. Namun karena sel-sel ini sibuk melindungi bayiyang sedang
berkembang maka ibu hamil menjadi lebih rentan terkena infeksi.Umumnya ibu
yang sedang hamil rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh bakteri Listeria dan
Salmonella serta berpotensi menyebabkan penyakit yang serius. “Studi ini telah
mengidentifikasi bahwa sel-sel kekebalan yang kritis menyebabkan ibu hamil
menjadi lebih rentan terhadap infeksi,” ujar Dr. Sing Sing Way dari Departments
of Pediatrics and Microbiology, seperti dikutip dari Science Daily
Sabtu(23/7/2011).Dr Way menuturkan umumnya ibu hamil tidak mengetahui
ketika ia memiliki infeksi karena gejala yang muncul kadang tertutupi selama
kehamilan. Padahal pengobatan yang tertunda bisa berbahaya bagi kesehatan ibu dan juga
bayi yang dikandung. “Tapi terapi berbasis kekebalan potensial bisa meningkatkan
resistensi terhadap infeksi selama kehamilan tanpa mengorbankan bayi yang
sedang dikandungnya,”ungkap Dr Way. pemeriksaan laboratorium dari sejumlah
kecil protein parasit ini yang diambil dari cairan ketuban atau darah janin yang kemudian
digandakan. Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu lgM dan lgA positif, harus
segera dilakukan penanganan sedini mungkin. Pengobatan bisa dilakukan dengan
pemberian sulfadan pirimethamin atau spiramycin dan clindamycin Sulfa
dan pirimethamin. dapat menembus plasenta dengan baik sehingga dianjurkan
untuk pengobatan pertama.Terapi harus dilakukan terus sampai persalinan.
1
Bahkan setelah persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila
didapat lgM positif maka bisa dipakstikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya
negatif sekalipun, tetap harus dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengan
pemeriksaan dan pengobatan secara dinipenularan pada bayi akan bisa ditekan
seminimal mungkin. Selain itu pengobatandini yang tepat saat awal kehamilan
akan menurunkan secara signifikan kemungkinan janin terinfeksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa ibu hamil rentan terkena infeksi jamur maupun bakteri ?
2. Bakteri apa sajakah yang bisa menginfeksi ibu hamil ?
3. Dampak apa yang ditimbulakan ketika ibu hamil terinfeksi jamur maupun
bakteri ?
4. Bagaimana penanggulangannya ?
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran yang komprehensif
tentang kejadian, faktor resiko dan pendekatan standar serta membahas bagaimana
menghindari infeksi kehamilan dan menangani situasi ini jika terjadi.
1.4 Manfaat
1. Mengetahui infeksi jamur dan bakteri apa saja yang bisa menyerang ibu hamil
2. Memahami bahaya infeksi jamur dan bakteri pada ibu hamil
3. Memahami tentang dampak yang terjadi jika ibu hamil terserang infeksi jamur
dan bakteri
4. Mengetahui cara menanggulangi infeksi jamur dan bakteri pada ibu hamil
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Infeksi Jamur
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap
organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme
penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat
memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu
fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan
organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut
peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme
mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri,
parasit, fungi, virus, prion, dan viroid. Secara umum infeksi terbagi menjadi dua
golongan besar:
Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus
HIV, karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.
Infeksi jamur ditandai dengan adanya invasi ke jaringan oleh jamur.
Infeksi jamur dibagi menjadi infeksi jamur superfisial, kondisi luka terlokalisasi
pada kulit hingga ke jaringan yang lebih dalam ke paru-paru, darah ataupun
infeksi sistemik lainnya.
Infeksi jamur dapat dikategorikan berdasarkan bagian tubuh yang
terinfeksi, seberapa dalam mereka menembus tubuh, jamur penyebab infeksi, dan
bentuk jamur.
Umumnya, saat spora jamur terhisap, sistem imun dalam tubuh akan
mengenalinya sebagai benda asing dan menghancurkannya sehingga tidak terjadi
infeksi jamur.
Beberapa jamur bersifat oportunistik yang dapat menyebabkan penyakit
pada saat sistem kekebalan tubuh terganggu sementara yang lain bersifat patogen,
yang dapat menyebabkan penyakit baik pada saat sistem kekebalan tubuh normal
maupun tidak..
3
2.2 Definisi Bakteri Oportunis
Patogen (Bahasa Yunani: παθογένεια, "penyebab penderitaan") adalah agen
biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen
adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang
mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiselular. Namun,
patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari semua kerajaan biologi.
Umumnya, hanya organisme yang sangat patogen yang dapat menyebabkan
penyakit, sementara sisanya jarang menimbulkan penyakit. Patogen oportunis
adalah patogen yang jarang menyebabkan penyakit pada orang-orang yang
memiliki imunokompetensi (immunocompetent) namun dapat menyebabkan
penyakit/infeksi yang serius pada orang yang tidak memiliki imunokompetensi
(immunocompromised). Patogen oportunis ini umumnya adalah anggota dari flora
normal pada tubuh. Istilah oportunis sendiri merujuk kepada kemampuan dari
suatu organisme untuk mengambil kesempatan yang diberikan oleh penurunan
sistem pertahanan inang untuk menimbulkan penyakit.
Pada umumnya semua patogen pernah berada di luar sel tubuh dengan
rentang waktu tertentu (ekstraselular) saat mereka terpapar oleh mekanisme
antibodi, namun saat patogen memasuki fase intraselular yang tidak terjangkau
oleh antibodi, sel T akan memainkan perannya.
Virulensi adalah derajat tingkat patogenitas yang diukur oleh banyaknya
organisme yang diperlukan untuk menimbulkan penyakit pada jangka waktu
tertentu. Virulensi berkaitan erat dengan infeksi dan penyakit: infeksi merujuk
pada suatu situasi di mana suatu mikroorganisme telah menetap dan tumbuh pada
suatu inang, dalam hal ini mikrorganisme tersebut dapat melukai atau tidak
melukai inangnya; sementara penyakit adalah kerusakan atau cedera pada inang
yang mengganggu fungsi tubuh inang.
Faktor Virulensi Bakteri
1. Transmisibilitas: Tahap pertama dari proses infeksi adalah masuknya
mikroorganisme ke dalam inang melalui satu atau beberapa jalur: pernapasan,
4
pencernaan (gastrointestinal), urogenitalia, atau kulit yang telah terluka. setelah
masuk, patogen harus melalui brmacam-macam sistem pertahanan tubuh sebelum
dapat hidup dan berkembangbiak di dalam inangnya. Contoh sistem pertahanan
inang meliputi kondisi asam pada perut dan saluran urogenitalia, fagositosis oleh
sel darah putih, dan bermacam-macam enzim hidroitik dan proteolitik yang dapat
ditemukan di kelenjar saliva, perut, dan usus halus. Bakteri yang memiliki kapsul
polisakarida di bagian luarnya seperti Streptococcus pneumoniae dan Neisseria
meningitidis memiliki kesempatan lebih besar untuk bertahan hidup.
2. Pelekatan: Beberapa bakteri seperti Escherichia coli menggunakan enpili
untuk melekat pada permukaan sel inang mereka. Bakteri lain memilki molekul
adhesi/pelekatan pada permukaan sel mereka atau dinding sel yang hidrofobik
seingga mereka dapat menempel pada membran sel inang. Pelekatan
meningkatkan virulensi dengan cara mencegah bakteri terbawa oleh mukus atau
organ karena aliran cairan seperti pada saluran urin dan pencernaan.
3. Kemampuan invasif: bakteri invasif adalah bakteri yanf dapat masuk ke
dalam sel inang atau menembus permukaan kelenjar mukus sehingga menyebar
dari titik awal infeksi. Kemampuan invasif didukung oleh adanya enzim yang
mendegradasi matriks ektraseluler seperti kolagenase.
4. Toksin bakteri: Beberapa bakteri memproduksi toksin atau racun yang
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: endotoksin dan eksotoksin. Eksotoksin adalh
protein yang disekresikan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Di sisi lain,
endotoksin adalah lipopolisakarida yang tidak disekresikan melainkan terdapat
pada dinding sel bakteri gram negatif.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Ibu Hamil Rentan Terhadap Infeksi Jamur
5
Seseorang yang sedang hamil umumnya mengalami peningkatan keluarnya cairan (keputihan) dari vagina karena perubahan hormon kehamilan. Jika hal ini terjadi, jangan buru-buru mengaitkan hal ini dengan infeksi jamur (yeast). Peningkatan pengeluaran dan jenis cairan vagina selama kehamilan terjadi karena perubahan hormon dan perubahan pada serviks itu sendiri. Jika cairan vagina berwarna bening, putih, dan encer serta tidak atau sedikit berbau, ini masih dianggap wajar. Namun memang pengeluaran cairan selama kehamilan kerap dikaitkan dengan adanya infeksi jamur. “Infeksi jamur memang umum terjadi saat kehamilan,” kata Cynthia Krause, MD, asisten profesor klinis kebidanan dan kandungan di Mount Sinai School of Medicine, New York. Selama kehamilan, sebaiknya diskusikan gejala-gejala keputihan dengan dokter jika:
Cairan vagina berwarna kuning atau hijau, putih, tebal, berbentuk seperti susu basi
Bibir vagina terasa panas dan terbakar
Perubahan semacam itu bisa sebagai pertanda adanya vaginitis atau infeksi jamur. Umumnya, infeksi yang disebabkan jamur Candida menghasilkan cairan berwarna putih. Namun jika cairan beraroma seperti ikan, bisa jadi ini sebuah kondisi yang disebut bacterial vaginosis.
Penyebab infeksi jamur pada vagina biasanya disebabkan oleh jamur Candida albicans. “Selama kehamilan, lingkungan mikro berubah karena perubahan kadar estrogen,” kata Gregory R. Moore, MD, MPH, ahli kebidanan dan kandungan serta direktur University Health Service di University of Kentucky, Lexington. “Jamur menyukai lingkungan yang hangat, lembab dan tanpa udara. Saat kehamilan dan mengenakan pakaian dalam yang mengakomodasi perut yang membesar bisa membuat lingkungan vagina lebih hangat, lembab dan gelap. Hal ini mendorong jamur untuk tumbuh subur,” kata Dr. Moore.
Jika Anda mengalami keputihan selama kehamilan, secepatnya harus mengunjungi dokter untuk mengetahui penyebabnya. Apakah benar karena infeksi jamur, atau bacterial vaginosis atau penyakit menular seksual, yang melibatkan chlamydia, gonorrhea, dan trichomoniasis. “Jangan berasumsi semua keputihan disebabkan oleh jamur. Jika penyebabnya chlamydia, gonorrhea, dan trichomoniasis, maka dia tak akan merespon terapi untuk vaginitis. Bisa-bisa malah menimbulkan komplikasi selama kehamilan,” kata Dr Krause.
Terapi teraman untuk infeksi jamur selama kehamilan adalah menggunakan obat supositoria dan krim vagina. Perempuan hamil dan ibu menyusui sebaiknya tidak mengkonsumsi obat keputihan yang diminum. Meskipun keputihan umumnya tidak membahayakan kehamilan, namun kondisi ini membuat tidak nyaman. Jadi sebaiknya Anda berkunjung ke dokter untuk menemukan solusinya.
3.2 Bakteri Berbahaya Bagi Ibu Hamil
6
Secara umum infeksi dalam kehamilan berdasarkan penyebabnya
dikelompokan menjadi tiga penyebab, yaitu :
Infeksi Virus ; meliputi varisella zooster, influenza, parotitis, rubeola,
viruspernafasan, enterovirus, parfovirus, rubella, sitomegalovirus.
Infeksi bakteri
1. Salmonella enteritidis
Bakteri ini ditemukan pada daging dan telur beberapa jenis unggas. Jika kurang matang dalam memasaknya dapat menyebabkan penyakit.
Gejala: Orang yang terserang bakteri ini biasanya mengalami demam, kram perut, dan diare. Gejala seringkali dimulai 12-72 jam setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang tercemar dan berlangsung empat sampai tujuh hari.
2. Listeria monocytogenes
7
Bakteri ini biasanya terdapat pada tanah dan air serta bisa muncul dalam daging mentah, sayuran, dan susu yang tidak dipasteurisasi.
Gejala: Tubuh akan mengalami demam tinggi, nyeri otot, dan kadang-kadang mual atau diare. Infeksi bakteri ini bisa memakan waktu hingga tiga minggu.
3. Escherichia coli
Bakteri ini kebanyakan ditemukan dalam daging (terutama sapi) atau pada kotoran yang terkontaminasi. Juga, pada susu yang tidak dipasteurisasi (mentah) susu dan air yang kurang bersih.
Gejala: Orang yang terpapar biasanya mengalami diare dengan pendarahan, kram perut, dan muntah-muntah. Juga, demam rendah atau pneumonia.
8
4. Clostridium botulinum
Bakteri ini sering ditemukan dalam makanan kalengan dengan kadar asam rendah, seperti asparagus, kacang hijau, bit, dan jagung.
Gejala: Awalnya mirip dengan flu, seperti lesu dan lemas kemudian penglihatan ganda atau kabur, kelopak mata terkulai, cadel bicara, kesulitan menelan, dan mulut kering. Gejala biasanya muncul 12 sampai 36 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi.
5. Campylobacter
Sebagian besar terdapat pada unggas mentah atau kurang matang. Ini karena bakteri ini mampu tumbuh dengan baik pada suhu tubuh burung. Kadang-kadang juga ditemukan dalam susu yang tidak dipasteurisasi.
9
Gejala: Awalnya berupa diare dan muntah berlangsung hingga 10 hari. Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah, bakteri dapat menyebar ke darah. Komplikasi lain mungkin termasuk radang sendi.
3.3 Komplikasi
Ibu hamil yang rentan terhadap infeksi jamur akan mengalami :
Typhus abdominalis
Penyakit ini akan memperburuk keadaan ibu saat hamil maupun setelah melahirkan. Infeksi ini akan menyebabkan angka kematian janin sebesar 75%. Penanganan kasus ini dapat dilakukan oleh ahli penyakit dalam, misalnya dilakukan pencegahan dengan memberikan vaksinasi terhadap ibu hamil. Selain itu, setelah melahirkan ibu tidak dianjurkan menyusui bayinya jika sedang terinfeksi bakteri. Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa, bercirikan lesi definitif di plak Peyer, kelenjar mesenterika dan limpa, disertai oleh gejala demam yang berkepanjangan, sakit kepala dan nyeri abdomen.
Kolera
Gejala utamanya adalah muntah, mencret, demam, serta kekurangan cairan
dan elektrolit. Penyakit ini dapat menyebabkan abortus atau lahir prematur. Untuk
10
mengatasinya, jika ibu mengalami diare dan muntah harus dirawat dan diobati
secara intensif melalui pemberian cairan pengganti. disebabkan oleh bakterium
Vibrio cholerae. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air minum
yang terkontaminasi oleh sanitasi yang tidak benar atau dengan memakan ikan
yang tidak dimasak benar, terutama kerang. Gejalanya termasuk diare, perut
keram, mual, muntah, dan dehidrasi. Kematian biasanya disebabkan oleh
dehidrasi. Kalau dibiarkan tak terawat, maka penderita berisiko kematian tinggi.
Perawatan dapat dilakukan dengan rehidrasi agresif "regimen", biasanya diantar
secara intravenous secara berkelanjutan sampai diare berhenti.
Bahaya keputihan bagi ibu hamil
Infeksi jamur dan bekteri merupakan penyebab keputihan khususnya pada
keputihan abnormal. Infeksi jamur (Kandidiasis) adalah menyebab keputihan
terbanyak yang dialami wanita, diikuti oleh infeksi bakteri vaginosis,
trikomoniasis dan gonorrhoe. Keputihan abnormal yang terjadi pada wanita hamil
bisa membahayakan kondisi kehamilan ibu dan janin jika tidak segera diberikan
penanganan serius. Berikut beberapa bahaya keputihan pada kehamilan :
Infeksi Chlamydia
11
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi Chlamydia dapat menyebabkan
terjadinya kelahiran prematur pada bayi akibat pecahnya selaput ketuban sebelum
waktunya. Selain itu infeksi Chlamydia juga bisa menyebakan terjadinya
keguguran bahkan kematian ibu dan janin bila tidak segera ditangani dengan
serius.
Infeksi jamur Candida
Keputihan yang disebabkan oleh Infeksi jamur Candida dapat
meningkatkan risiko terjadinya ayan (epilepsi) pada bay..
Infeksi bakteri Neisserea Gonorrhoeae
12
Keputihan yang disebabkan oleh Infeksi bakteri Neisserea Gonorrhoeae
dapat menyebabkan infeksi pada mata bayi hingga terjadi kebutaan.
3.4 Pengobatan Keputihan pada Wanita Hamil
Pada keputihan ketegori normal tidak diperlukan pengobatan khusus,
hanya saja ibu harus membersihkan organ intim secara benar dan teratur.
Sementara jika keputihan masuk kedalam kategori keputihan yang abnormal
(patogen), maka diperlukan penanganan medis secepatnya. Biasanya dokter
kandungan ibu akan menangani keputihan sesuai dengan penyebab keputihan
yang ibu alami dengan metode yang paling aman untuk ibu dan janin. Misalnya
jika penyebabkanya adalah infeksi jamur Candida sp, maka pengobatan yang
dilakukan adalah pengobatan lokal dengan krim atau sejenis kapsul yang
dimasukkan melalui vagina. Jika penyebabkanya adalah infeksi bakteri penyebab
kelahiran prematur maka dibutuhkan obat minum bentuk kapsul untuk
pengobatannya. Sementara untuk kasus yang disebabkan oleh infeksi infeksi
Neiserrea gonorrhoeae dokter akan membri obat suntikan atau obat minum yang
aman untuk ibu hamil. Disarankan bagi ibu hamil untuk sesegera mungkin
memeriksakan diri ke dokter kandungan jika mendapati tanda-tanda terjadinya
keputihan, terutama keputihan yang bersifat patogen.
Cara aman atasi keputihan pada ibu hamil
13
Jagalah selalu kebersihan daerah kemaluan ibu dengan baik dengan selalu
membersihkan dan mengeringan daerah tersebut setiap selesai buang air
kecil atau besar. Jangan lupa untuk memperhatikan arah basuh kemaluan
yang benar yaitu dari arah depan kebelakang untuk menghindari terjadinya
infeksi mikroorganisme yang berasal dari dubur.
Celana dalam yang ibu pakai hendaknya terbuat dari katun yang mudah
meyerap keringat. Bila celana dalam menjadi lembab atau basah (karena
wanita hamil menjadi lebih sering buang air kecil) maka gantilah dengan
celana yang bersih dan kering.
Hindari menggunakan sabun mandi atau pembersih vagina yang bersifat
antiseptik, bersihkan vagina dengan air mengalir yang bersih tanpa perlu
memasukkan cairan pembersih vagina ke dalam liang vagina.
Hindari juga pemakaian pantyliner, karena bahan kapas dari pantyliner
adalah ekosistem yang subur pagi bakteri.
Hindari mandi berendam dengan air hangat dan panas. Jamur yang
menyebabkan keputihan lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat.
Segera konsultasikan ke dokter anda jika keputihan anda berbau, berubah
warna, putih menggumpal, dan terasa gatal, sehingga dokter dapat dapat
segera mengambil tindakan terhadap kemungkinan terjaninya infeksi.
Khusus untuk keputihan akibat infeksi, hindari melakukan hubungan
suami istri sampai sampai pengobatan selesai dilakukan. Sebaiknya
pasangan seksual penderita pun harus diperiksa dan diobati. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi fenomena pingpong yaitu penularan timbal
balik suami istri.
3.5 Pemeriksaan Penunjang
14
Kunjungan teratur ke dokter kandungan dan kebidanan sepanjang
kehamilan terbukti mampu mengurangi risiko kematian. Kalaupun tidak
memungkinkan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan, setidaknya
periksakan kehamilan ke bidan.Pemeriksaan rutin ke tenaga medis dapat
memantau kondisi kehamilan tersebut apakah memerlukan penanganan khusus
atau tidak. Di antaranya kehamilan kembar,tekanan darah tinggi, gangguan
jantung atau ginjal dan diabetes. Di banyak negara,ibu hamil mendapat vaksin
tetanus toksoid guna mencegah tetanus pada bayi barulahir. Ketika usia kehamilan
mencapai 26-28 minggu biasanya akan dilakukan pemeriksaan terhadap ada
tidaknya Streptokokus B. Kalau bakteri ini ada di ususbesar bukan tidak mungkin
nantinya akan menginfeksi bayi saat dilahirkan.Ibu hamil juga wajib
menyampaikan riwayat medisnya maupun keluhan yang dirasakannya kepada
dokter yang menangani kehamilannya. Cermati pula situasi darurat bagi wanita
hamil, yakni perdarahan melalui vagina, wajah tiba-tibabengkak, rasa sakit yang hebat
dan terus-menerus di kepala atau tangan, penglihatan yang tiba-tiba berkabut, rasa sakit
yang luar biasa di daerah perut, muntah terus-menerus, menggigil akibat demam,
frekuensi atau intensitas gerak janin mendadak berubah, membanjirnya cairan
lewat vagina, rasa perih atau tak tuntas saat buang airkecil.
3.6 Penatalaksanaan
Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui dari pemeriksaan USG, yaitu
terdapat cairan berlebihan pada perut (asites), perkapuran pada otak atau
pelebaran saluran cairan otak (ventrikel). Sebaliknya bisa saja sampai lahir tidak
menampakkan gejala apapun, namun kemudian terjadi retinitis (radang retina
mata), penambahan cairanotak (hidrosefalus), atau perkapuran pada otak dan
hati.Pemeriksaan awal bisa dilakukan dengan pengambilan jaringan (biopsi) dan
pemeriksaan serum (serologis). Umumnya cara kedua yang sering dilakukan.
Pada pemeriksaan serologi akan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya
reaksiimun dalam darah, dengan cara mendeteksi adanya IgG (imunoglobulin G),
IgM,IgA, IgE. Pemeriksaan IgM untuk ini mengetahui infeksi baru. Setelah IgM
meningkat, maka seseorang akan memberikan reaksi imun berupa peningkatan
15
IgGyang kemudian menetap. IgA merupakan reaksi yang lebih spesifik
untuk mengetahui adanya serangan infeksi baru, terlebih setelah kini diketahui
lgM dapat menetap bertahun-tahun, meskipun hanya sebagian kecil kasus.Sebenarnya
sebagian besar orang telah terinfeksi parasit toksoplasma ini. Namun sebagian
besar diantaranya telah membentuk kekebalan tubuh sehingga tidak berkembang,
dan parasit terbungkus dalam kista yang terbentuk dari kerak perkapuran
(kalsifikasi). Sehingga wanita hamil yang telah memiliki lgM negatif dan lgG
positif berarti telah memiliki kekebalan dan tidak perlu khawatir
terinfeksi.Sebaliknya yang memiliki lgM dan lgG negatif harus melakukan
pemeriksaan secara kontinyu setiap 3 bulan untuk mengetahui secara dini bila
terjadi infeksi.Bagaimana bila lgM dan lgG positif ? Untuk ini disarankan
melakukan pemeriksaan ulang. Bila ada peningkatan lgG yang signifikan, diduga
timbul infeksi baru. Meski ini jarang terjadi, tetapi adakalanya terjadi. Untuk lebih
memastikan akan dilakukan juga pemeriksaan lgA. Pemeriksaan bisa juga
dilakukan dengan PCR, yaitu pemeriksaan laboratorium dari sejumlah kecil
protein parasit ini yang diambil daricairan ketuban atau darah janin yang kemudian
digandakan.Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu lgM dan lgA positif, harus segera
dilakukan penanganan sedini mungkin. Pengobatan bisa dilakukan dengan
pemberian sulfadan pirimethamin atau spiramycin dan clindamycin.Sulfa dan
pirimethamin dapat menembus plasenta dengan baik sehingga dianjurkan untuk
pengobatan pertama.Terapi harus dilakukan terus sampai persalinan. Bahkan
setelah persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila didapat lgM positif
maka bisa dipakstikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif sekalipun,
tetap harus dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengan pemeriksaan dan
pengobatan secara dini penularan pada bayi akan bisa ditekan seminimal
mungkin. Selain itu pengobatan dini yang tepat saat awal kehamilan akan
menurunkan secara signifikan kemungkinan janin terinfeksi
BAB IV
PENUTUP
16
4.1 Kesimpulan
Infeksi jamur dan bakteri oportunis harus diperhatikan. Seseorang yang
sedang hamil umumnya mengalami peningkatan keluarnya cairan (keputihan) dari
vagina karena perubahan hormon kehamilan. Jika hal ini terjadi, jangan buru-buru
mengaitkan hal ini dengan infeksi jamur (yeast). Peningkatan pengeluaran dan
jenis cairan vagina selama kehamilan terjadi karena perubahan hormon dan
perubahan pada serviks itu sendiri.
4.2 Kritik Dan Saran
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,untuk itu
penulis mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca. Demi kesempurnaan
makalah ini selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
17
1. http://nurfahmi.wordpress.com/2008/01/24/risiko-infeksi-pada-ibu-
hamil/
2. http://www.infocantik.info/tag/infeksi-jamur-pada-ibu-hamil
3. http://www.peduliperempuan.com/articles/49/1/mengapa-infeksi-
jamur-sering-terjadi-pada-perempuan-hamil/page1.html
4. http://www.solopus.com/2011/lifestyle/kesehatan/menghindari-
infeksi-selama-kehamilan-108306
5. Everyday Health. Why Yeast Infections Are Common Among
Pregnant Women. http://www.everydayhealth.com/yeast-infection/yeast-
infection-during-pregnancy.aspx.
6. 5-bakteri-berbahaya-bagi-ibu-hamil.html
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Patogen
8. http://www.caramengobati.web.id/259/keputihan/
9 . http://khairul-anas.blogspot.com/2012/04/typhus abdominalis.html#ixzz28ZzpFGWi
18