Makalah Bab 11-12
-
Upload
arista-rizky-indriyanto -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of Makalah Bab 11-12
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
1/19
BAB 11
Etika dalam Bisnis Internasional
Etika dalam bisnis Internasional berkaitan dengan beberapa masalah moral yang
khusus berkaitan dengan bisnis pada taraf Internasional. Salah satu masalah besar
yang sudah lama disoroti serta didiskusikan dalam etika filosofis adalah relative
tidaknya norma-norma moral. Richard De Geoge membicarakan tiga jawaban atas
pertanyaan tersebut, yang kesemuanya ada benar maupun salahnya. Jawaban-jawaban
tersebut adalah:
1.
Cultural relativism (Menyesuaikan Diri dengan Etika Negara Lain)Seseorang atau organisasi harus menyesuaikan/menerapkan etika budaya dimana
ia menjalankan bisnisnya. Ada peribahasa When in Rome, do as the Romans do
(Kalau di Roma, bertindaklah sebagaimana dilakukan orang roma). Artinya
perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku di negara itu.
Norma-norma moral yang penting berlaku di seluruh dunia, sedangkan norma-norma
non-moral untuk perilaku manusia bisa berbeda di pelbagai tempat. Itulah kebenaran
yang terkandung dalam pandangan ini. Misalnya, norma-norma sopan santun dan
bahkan norma-norma hukum di semua tempat tidak sama. Yang di satu tempat
dituntut karena kesopanan, bisa saja di tempat lain dianggap sangat tidak sopan.
Tradisi dan adat kebiasaan bias berbeda di tempat-tempat yang berbeda. Kenyataan
itu justru membuat pelbagai kebudayaan menjadi menarik bagi kita. Dunia akan
dirasakan monoton dan membosankan sekali, seandainya adat-istiadat di semua
kawasan sama. Bahwa norma-norma hokum berbeda, sering kali lebih merepotkan
karena akibatnya lebih besar, namun merupakan kenyataan juga. Tidak mustahil
bahwa dua negara mempunyai hukum yang berbeda-beda. Misalnya dalam membuka
cabang baru Mc Donald harus memperhatikan budaya negara tersebut seperti tidak
menyediakan menu dengan daging babi pada negara-negara mayoritas beragama
muslim.
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
2/19
2. Righteous/Rigorism Moralist (Memegang Teguh Etika Moral)Penerapan etika negara asal perusahaan di negara lain tempatnya berbisnis.
Perusahaan tetap memegang teguh etika moral yang berlaku di negara asal dengan
tujuan sebagai sarana memperkenalkan produk yang tidak bisa dipisahkan dari tempat
asal. Pandangan ini juga sulit dipertahankan. Mau tidak mau, perlu kita akui bahwa
situasi setempat bisa saja berbeda dan hal itu pasti mempengaruhi keputusan-
keputusan moral kita. Di negara maju sering ada instansi-instansi yang mengawasi
pelaksanaan bisnis dengan lebih ketat dan efisien daripada di negara berkembang,
seperti misalnya tentang masalah keselamatan kerja, perburuhan, keamanan produk,
periklanan, dan sebagainya. Suatu perusahaan dari negara maju akan dirugikan kalau
di luar negeri harus menerapkan semua peraturan yang belaku di negerinya sendiri.
Kebenaran yang dapat ditemukan dalam pandangan rigorisme moral ini adalah bahwa
kita harus konsisten dalam perilaku moral kita. Norma-norma etis memang bersifat
umum. Yang buruk di satu tempat tidak mungkin menjadi baik dan terpuji di tempat
lain. Namun para penganut rigorisme moral kurang memperhatikan bahwa situasi
yang berbeda turut mempengaruhi keputusan etis.
3. The Naive immoralist (Bisnis di negara lain tidak perlu memperhatikannorma)
Prinsip ini dianut oleh perusahaan yang mempunyai produk yang tidak
bersinggungan langsung pada masyarakat, jika seorang manager KMN melihat
perusahaan-perusahaan dari negara lain tidak mengikuti norma/etika di negara tempat
berbisnis, dia juga melakukan hal sama. Namun, Pandangan ini sama sekali tidak
benar, karena dalam etika yang menentukan bukannya kebiasaan yang lazim dalam
masyarakat melainkan boleh tidaknya dipandang dari sudut norma. Apalagi, tidak
benar pula bahwa dalam Negara-negara yang ditandai suasana korupsi semua
perusahaan ikut saja dalam praktek-praktek tidak terpuji itu. Ada juga yang
mempunyai keberanian moral untuk menolak. Malah ada yang memilih tidak
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
3/19
melakukan bisnis sama sekali, jika hal itu hanya mungkin dengan jalan komisi, uang
semir, pembayaran di luar prosedur resmi, dan lain sebagainya.
Politik Dumping Pada Bisnis Internasional
Yang jelas termasuk pada etika bisnis internasional adalah politik dmping
karena diangap kurang etis dan berlangsung dalam hubungan dengan Negara lain.
Politik dumping dapat dilakukan dengan berbagai motif. Salah satu motif adalah
jumlah produksi yang berlebih sehingga penjual akan memilih lebih baik menjual
dengan merugi daripada tidak terjual. Sedangkan motif lebih negative adalah menjual
dengan murah demi merebut monopoli pasar, dan setelah tercapai Ia akan bebas
menentukan harga pasar.
Politik dumping dianggap tidak etis karena melanggar etika pasar bebas.
Kelompok bisnis yang ingin terjun ke dalam bisnis internasional, dengan sendirinya
melibatkan diri untuk menghormati keutuhan sistem pasar bebas. Kompetisi yang adil
merupakan satu prinsip dasar dari etika pasar bebas. Sebaliknya tidak etis bila satu
Negara menuduh Negara lain melakukan dumping padahal maksudnya adalah
melindungi pasar dalam negeri.
Maka dapat dikategorikan beberapa tindakan yang termasuk dumping dan
tidak baik. Adapun tindakan tersebut adalah menekan arga ekspor dengan
memberikan upah yang tidak adil. Untuk itu, standar upah buruh harus memiliki batas
minimum, tidak boleh menekan upah buruh serendah mungkin. Tindakan lain adalah
penyusutan aktiva sepenuhnya dibebankan pada harga produk dalam negeri,
sedangkan factor tersebut tidak diperhitungkan pada harga jual ke Negara lain
Aspek Etis dalam Korporasi Multi Nasional (KMN)
Korporasi multi nasional mulai menjamur dalam dekade ini. Dalam
menjalankan operasinya diluar negara asal korporasi terdapat beberapa dilema.
Dilema tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam berbagaihal antara negara asal
korporasi dengan negara tujuan salah satunya masalah etika. Untuk mengatasi
perbedaan itu diperlukan aturan etisyang secara umum dapat dijadikan suatu patokan
KMN. Aturan etis ituantara lain:
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
4/19
10 Aturan Etis De Goerge:
a. KMN tidak boleh akibatkan kerugian langsungIni tentu suatu norma moral umum dan tidak berlaku untuk KMN saja.
Dengan sengaja mengakibatkan kerugian bagi orang lain selalu merupakan
tindakan yang tidak etis, kecuali dalam beberapa kasus eksepsional seperti bela-
diri, bila ada alasan khusus untuk merugikan (malah membunuh) orang lain.
Namun demikian, norma ini perlu disebut di sini pada tempat pertama, justru
karena di negara berkembang seperti disebut tadi kerangka hokum sering
tidak cukup dan membiarkan tindakan yang tidak diizinkan di negara asalnya.
b. KMN harus memberi Surplus ManfaatDalam hal ini tidak cukup KMN berpegang pada izin yang diberikan
pemerintah setempat. Mereka tetap mempunyai tanggung jawab sendiri dengan
memandang derajat untung dan rugi bagi negara di mana mereka melakukan
kegiatan ekonomisnya. KMN belum memenuhi kewajibannya, jika hanya tercapai
keseimbangan antara akibat-akibat baik dan akibat-akibat jelek. Hampir setiap
kegiatan manusia mempunyai akibat jelek, bisnis tidak terkecuali. Hal itu tidak
bisa dihindarkan. Misalnya, sekarang kita menyadari betul bahwa industri
mempunyai akibat jelek bagi lingkungan hidup. Norma kedua menuntut agar
secara menyeluruh akibatakibat baik melebihi akibat-akibat jelek. Norma ini tidak
membatasi diri pada segi negatif (tidak boleh merugikan), tapi memerintahkan
sesuatu yang positif (harus menghasilkan sesuatu yang baik) dan ditegaskan lagi
bahwa yang positif harus melebihi yang negatif.
c. KMN harus memberi Kontribusi PembangunanIni lebih konkret lagi. Bukan saja KMN harus menghasilkan lebih banyak hal
yang baik daripada hal yang jelek bagi Negara berkembang ini, tetapi ia harus
menyumbangkan juga pada pembangunannya. Itu berarti antara lain bahwa KMN
harus bersedia melakukan alih teknologi dan alih keahlian.
d. KMN harus menghormati HAM seluruh karyawanNorma ini perlu disebut secara eksplisit. Terutama tentang upah dan kondisi
kerja, di banyak negara berkembang HAM para pekerja dilanggar dengan
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
5/19
membayar upah di bawah upah minimum, mempekerjakan anak, atau
mempraktekkan diskriminasi karena alasan agama, ras, gender, atau sebagainya.
Bagi KMN sering kali sebenarnya menguntungkan bila mereka menyesuaikan diri
dengan keadaan itu, namun cara bertindak itu tidak etis.
e. KMN harus menghormati Budaya SetempatKMN akan merugikan negara di mana ia beroperasi, jika ia tidak
menghormati kebudayaan setempat. Sebagai tamu yang baik, KMN harus
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai budaya setempat dan tidak memaksakan
nilai-nilainya sendiri.
f. KMN harus membayar pajak yang FairSetiap perusahaan harus membayar pajak menurut tarif yang telah ditentukan
dalam suatu negara. Di negara-negara maju, hal itu diawasi dengan ketat dan
efisien pada taraf nasional. Tapi kontrol semacam itu tidak ada pada taraf
internasional. Apalagi, KMN beroperasi di negara berkembang di mana system
pemungutan pajak masih lemah dan peraturan hukum yang menunjang belum
cukup. Karena statusnya sebagai perusahaan internasional, sebuah KMN
mempunyai banyak kemungkinan yang sering kali malah tidak ilegal untuk
menghindari membayar pajak atau membayar pajak sepenuhnya, seperti
mentransfer pembayaran, mencari tax haven yang lebih menguntungkan, dan
sebagainya.
g. KMN & Pemerintah harus memperkuat Background institutionsDalam seluruh bukunya De George menekankan pentingnya background
institutions yang menurut pendapatnya di negaranegara berkembang masih lemah.
Yang dimaksudkan dengan istilah ini adalah lembaga-lembaga yang mengatur
serta memperkuat kegiatan ekonomi dan industri di suatu negara, seperti dinas
perpajakan, dinas bea cukai, instansi pengawasan keselamatan dan kesehatan
kerja, serikat buruh, perlindungan hak asasi, peraturan pemerintah yang tepat, dan
sebagainya.
h. Kegagalan Usaha harus dipikul Secara Moral Pemegang SahamMayoritas
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
6/19
Sebuah KMN sering kali dimiliki orang-orang dari beberapa negara, terutama
negara asal dan negara di mana sebuah pabrik atau perusahaan berdiri. Keadaan
ini membuat tanggung jawab menjadi lebih kompleks daripada dalam kasus suatu
perusahaan nasional. Kalau terjadi kecelakaan dalam pabrik milik sebuah
perusahaan nasional, tidak akan timbul masalah tentang siapa yang harus
bertanggung jawab. Tetapi, kalau terjadi kecelakaan dalam pabrik milik sebuah
KMN, tanggung jawab itu sering kali kurang jelas.
i. KMN harus Beroperasi secara AmanKMN bertanggung jawab untuk membangun pabrik yang aman dan melatih
serta membina sebaik mungkin mereka yang akan mengoperasikan pabrik itu. Hal
ini berlaku secara khusus, kalau yang dibangun itu adalah instalasi nuklir, karena
kecelakaan akan mempunyai dampak luas yang jauh melampui lokasi instalasi
tersebut. Penerapan norma ini mudah mengakibatkan teknisi atau manajer di
negara kedua merasa tersinggung karena para ahli asing itu menimbulkan kesan
bahwa mereka tidak becus dalam menjamin keselamatan. Ini suatu konsekuensi
yang patut disesalkan. Namun demikian, kepekaan antar budaya seperti itu tidak
pernah boleh menjadi alasan bahwa keamanan dan keselamatan instalasi tidak
terjamin optimal.
j. Alih Teknologi KMN harus Dilaksanakan secara AmanKerap kali teknologi memungkinkan beberapa alternative dalam membangun
suatu sistem teknologis. Terdorong oleh pertimbangan ekonomis, biasanya orang
cenderung memilih altematif yang paling murah. Menurut norma ini prioritas
harus diberikan kepada keamanan. Kalau mungkin, teknologi harus dirancang
sesuai dengan kebudayaan dan kondisi setempat, sehingga terjamin keamanan
optimal.
Masalah Korupsi/Suap
Korupsi hampir telah menjadi masalah di setiap kegiatan ekonomi
internasional. Biasanya setiap pelaku kegiatan bisnis internasionalakan mendapatkan
kemudahan dan keuntungan dengan membayar beberapa uang kepada instansi
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
7/19
pemerintah. Kondisi seperti itumemberikan kesempatan bagi beberapa pelaku bisnis
internasional untuk berlomba-lomba melobi pemerintah setempat, dan dampaknya
persaingan sehatpun tidak terelakkan lagi. Untuk menanggulangi masalah ini
diperlukan regulasi dari pemerintah tentang korupsi dansanksi untuk para pelakunya,
agar persaingan usaha dapat berjalan dengan sehat. Korupsi dapat menimbulkan
masalah besar bagi bisnis internasional karena disatu negara dapat saja dipraktekkan
sesuatu yang tidak dapat diterima negara lain.Dan di sini timbul pertanyaan, tidakkah
orang harus menyesuaikan diri dengan
kebudayaan negara tertentu untuk mencapai kesuksesasyang termasuk budaya
suap? Uang suap tidak dapat dibenarkan, dengan beberapa alasan berikut :
Praktek suap melanggar etika pasar. Kalau seseorang terjun dalam bisnis yangdidasarkan pada prinsip ekonomi pasar, maka Ia harus berpegangan pada
aturan main yang berlaku.
Dalam system ekonomi, orang akan mendapat bayaran bila Ia bekerja. Makatidak etis bila seseorang yang tidak berhak, menerima imbalan pula.
Uang suap demi memonopoli alokasi persediaan yang terbatas, akanmengacaukan system pasar dan keseimbangan pasar. Dengan sendirinya juga
melanggar etika pasar bebas yang seharusnya dianut dalam bisnis
internasional.
Praktek suap juga mengundang perbutatan tidak etis serta pelanggaran yangbersifat illegal lain.
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
8/19
BAB 12
Peranan Etika dalam Bisnis
Bisnis adalah bagian (aktivitas) yang penting dalam masyarakat. Bisnis
dilakukan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Bisnis menyangkut
hubungan antar manusia. Bisnis juga membutuhkan etika sebagai pemberi pedoman
dan orientasi bagi keputusan, kegiatan dan tindak tanduk manusia dalam hubungan
(bisnis) satu dengan yang lainnya (Keraf, 1986). Di sinilah etika sosial menjadi asas
atau kekuatan fundamentalnya (Burhanuddin, 1997). Tiga hal pokok yang dibutuhkan
perusahaan untuk mencapai kesuksesan dalam suatu bisnis menurut Richard De
George, yaitu :
1. Produk yang baik
2. Manajemen yang mulus
3. Etika
Selama perusahaan memiliki produk yang bermutu serta berguna bagi
masyarakat dan di samping itu dikelola dengan manajemen yang tepat di bidang
produksi, finansial, sumber daya manusia, dan lain-lain, tetapi tidak mempunyai
etika, maka cepat atau lambat akan hancur dengan sendirinya. Beberapa dekade
terakhir ini, etika dalam bisnis dianggap sangat penting. Dibandingkan dengan usaha
dan program yang diadakan untuk meningkatkan kemampuan manajemen dalam
bisnis, perhatian bagi etika dalam bisnis masih terbatas. Namun akhir-akhir ini
peranan etika mulai diakui dan diperhatikan. Menurut Magnis Suseno, bahwa yang
memberi kita norma tentang bagaimana berhubungan dengan sesama, bagaimana
harus merumuskan dan mengimplementasikan pembangunan, dan bagaimana berelasi
dengan kepentingan lainnya adalah moralitas (etika atau ilmu tentang moralitas,
Burhanudin 1997).
Dalam bisnis ada nilai manusiawi yang dipertaruhkan. Cara memperoleh
keuntungan atau untuk menang mau tidak mau juga harus manusiawi. Bisnis perlu
dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan yang etis. Dengan menggunakan
pandangan ideal, bisnis tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan melainkan
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
9/19
untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Jika dalam bisnis tidak
memperhatikan etika, maka bisnis itu akan mengorbankan hidup banyak orang,
bahkan hidup orang bisnis itu sendiri
Aspek Peranan Etika dalam Bisnis
Bisnis dalam konteks moral
Bisnis merupakan suatu unsur penting dalam masyarakat. Hampir semua
orang terlibat di dalamnya. Kita membeli barang atau jasa untuk bisa bertahan hidup
ataupun setidaknya kita bisa hidup dengan lebih nyaman. Kita terlibat dalam produksi
barang atau jasa yang dibutuhkan oleh orang lain. Bisnis merupakan suatu unsur
mutlak yang diperlukan dalam masyarakat modern.Bisnis tidak bisa dilepaskan dari
aturan-aturan main yang harus diterima dalampergaulan sosial, termasuk juga aturan-
aturan moral. Tetapi kadang-kadangkehadiran etika bisnis masih diragukan.
Mitos mengenai bisnis amoral
Dalam masyarakat beredar opini bahwa bisnis tidak ada hubungannyadengan
etika atau moralitas. Pebisnis hanya menjalankan pekerjaannya saja. Richard De
George menyebut pandangan ini the myth of morl business. MItos ini mengatakan
bahwa bisnis itu moral saja. Dalam bisnis, orang menyibukkan diridengan jual beli,
dengan membuat produk atau menawarkan jasa, dengan merebut pasaran, dengan
mencari untung juga, tapi orang tidak berurusan dengan etika atau moralitas.
Moralitas menjadi urusan individu, tetapi kegiatanbisnis itu sendiri tidak berkaitan
langsung dengan etika. Moralitas tidak punyarelevansi bagi bisnis. Bisnis itu amoral
(tapi itu tentu tidak berarti immoral!)Namun mitos itu lambat laun ditinggalkan.
Bisnis itu netral terhadap moralitas, jadi bisnis moral itu hanya sekedar mitos atau
cerita dongeng saja. DeGeorge mengemukakan tiga gejala dalam masyarakat yang
menunjukkan
sirnanya mitos tersebut :
1) Bisnis disorot tajam oleh masyarakat melalui media massa. Masyarakat tidakragu-ragu langsung mengaitkan bisnis dengan moralitas.
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
10/19
2) Bisnis diamati dan dikritik oleh banyak LSM, terutama LSM konsumen danLSM pecinta lingkungan hidup. Apa yang disimak oleh LSM-LSM tersebut
jelas-jelas berkonotasi etika.
3) Bisnis mulai prihatin dengan dimensi etis dalam kegiatannya. Hal ini tampakpada refleksi yang mereka buat mengenai aspek-aspek etis dari bisnis serta
timbulnya kode-kode etik yang disusun oleh banyak perusahaan.
Hal-hal di atas secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa bisnis tidak terlepas
dari segi-segi moral. Bisnis tidak hanya berurusan dengan angka-angka penjualan
(sales figures) atau adanyaprofitpada akhir tahun anggaran. Good business memiliki
suatu makna moral.
Mengapa bisnis harus berlaku etis?
Pertanyaan di atas dalam sejarah pemikiran sudah lama diberikan jawaban.
Jawaban pertama berasal dari agama, jawaban kedua berasal dari filsafat modern, dan
jawaban ketiga sudah ditemukan dalam filsafat Yunani Kuno. Berikut penjelasannya :
1) Tuhan adalah hakim kitaSemua yang kita lakukan pasti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Begitu juga jika kita melakukan bisnis yang tidak
bermoral, pasti di akhirat kelak kita akan diberi hukuman atas kejahatan kita.
Pandangan ini didasarkan atas iman dan kepercayaan dan karena itu termasuk
perspektif teologis, bukan perspektif filosofis. Untuk itulah dalam berbisnis
diharapkan pebisnis menggunakan iman dan kepercayaannya untuk tetap
berpegang teguh pada motivasi moral ini.
2) Kontrak socialPandangan ini melihat perilaku manusia dalam perspektif sosial. Setiap
kegiatan yang kita lakukan bersama-sama dalam masyarakat, menuntut adanya
norma-norma dan nilai-nilai moral yang kita sepakati bersama. Hidup dalam
masyarakat berarti mengikat diri untuk berpegang pada norma-norma dan nilai-
nilai tersebut. Kalau tidak, hidup bersama dalam masyarakat menjadi kacau tak
karuan. Hidup sosial menjadi tidak mungkin lagi, jika tidak ada moralitas yang
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
11/19
disetujui bersama. Oleh karena itu beberapa filsuf modern menganggap kontrak
social sebagai dasar moralitas. Umat manusia seolah-olah pernah mengadakan
kontrak yang mewajibkan setiap anggotanya untuk berpegang pada norma-norma
moral. Kontrak ini mengikat kita sebagai manusia, sehingga tidak ada seorang
pun yang bisa melepaskan diri darinya. De George menegaskan : morality is the
oil as well as the glue of society, and, therefore, of business. Moral diibaratkan
minyak pelumas, karena moralitas memperlancar kegiatan bisnis dan semua
kegiatan lain dalam masyarakat. ibarat lem, karena moralitas mengikat dan
mempersatukan orangorang bisnis, seperti juga semua anggota masyarakat
lainnya. Moralitas merupakan syarat mutlak yang harus diakui semua orang, jika
kita ingin terjun dalam kegiatan bisnis.
3) KeutamaanMenurut Plato dan Aristoteles, manusia harus melakukan yang baik, justru
karena hal itu baik. Yang baik mempunyai nilai intrinsik, artinya yang baik adalah
baik karena dirinya sendiri. Keutamaan sebagai disposisi tetap untuk melakukan
yang baik, adalah penyempurnaan tertinggi dari kodrat manusia. Manusia yang
berlaku etis adalah baik begitu saja, baik secara menyeluruh, bukan menurut
aspek tertentu saja. Pikiran tersebut bisa diterapkan dalam situasi bisnis. Orang
bisnis juga harus melakukan yang baik, karena hal itu baik. Atau dirumuskan
dengan terminologi modern, orang bisnis juga harus mempunyai integritas.
Dalam pekerjaannya, si pebisnis memang mencari untung. Perusahaan memang
perusahaan for profit. Tetapi pebisnis atau perusahaan tidak mempunyai
integritas, kalau mereka mengumpulkan kekayaan tanpa pertimbangan moral.
Selama pebisnis itu seorang manusia, maka ia tidak bisa dipisahkan dari
moralitas.
Kode Etik Perusahaan
1. Manfaat dan kesulitan aneka macam kode etik perusahaanFenomena kode etik perusahaan mencuat sekitar tahun 1970-an, antara lain
karena terjadinya beberapa skandal korupsi dalam kalangan bisnis. Karena
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
12/19
pengalaman pahit itu, mulai tumbuh keinsyafan bahwa sebaiknya perusahaan
mempunyai peraturan-peraturan ketat dan jelas guna mencegah terjadinya hal-hal
negatif seperti itu. Patrick Murphy menggunakan istilah ethics statements dan
membedakannya menjadi 3 macam.
Pertama, terdapat values statements atau pernyataan nilai. Misi sebuah
perusahaan seringkali menjadi nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh pendiri
perusahaan.
Kedua, corporate credo atau kredoperusahaan, yang biasanya merumuskan
tanggungjawab perusahaan terhadap para stakeholder, khususnya konsumen
karyawan, pemilik saham, masyarakatumum, dan lingkungan hidup.
Ketiga, kode etik (dalam arti sempit) yang disebutjuga code of conduct atau
code of ethical conduct. Kode etik ini menyangkut kebijakan etis perusahaan
berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (dan mungkin di masa lalu
pernah timbul), seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan
pemasok, menerima hadiah, dll. Pembuatan kode etik perusahaan adalah cara
ampuh untukmelembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Jika
perusahaan memiliki kode etik sendiri, ia mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki kode etik. Manfaat kode
etik perusahaan dapat dilukiskan sebagai berikut :
1) Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telahdijadikan sebagai corporate culture. Dengan adanya kode etik, secara intern
semua karyawan terikat dengan standar etis yang sama sehingga diharapkan
akan mengambil keputusan yang sama pula.
2) Dapat membantu dalam menghilangkan grey area atau kawasan kelabu dibidang etika. Beberapa ambiguitas moral yang sering merongrong kinerja
perusahaan dapat dihindarkan.
3) Dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggungjawab sosialnya.Sangat diharapkan perusahan tidak membatasi diri pada standar minimal.
Melalui kode etiknya perusahaan dapat menyatakan bagaimana ia memahami
tanggungjawab sosial dengan melampui minimum tersebut.
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
13/19
4) Kode etik menyediakan bagi perusahaan-perusahaan dan dunia bisnis padaumumnya kemungkinan untuk mengatur dirinya sendiri (self regulation).
Dengan demikian, Negara tidak perlu campur tangan.
Namun dalam kenyataan konkret sering menimbulkan harapan terlalu besar
dengan adanya kode etik perusahaan. Membuat sebuah kode etik ternyata tidak
merupakan solusi yang cukup untuk memecahkan semua kesulitan moral bagi
perusahaan. Karena itu tidak mengherankan bila kode etik perusahaan menemui kritik
juga, antara lain :
1) Kode etik perusahaan seringkali merupakan formalitas belaka. Fungsinyasebatas windows dressing - membuat pihak luar kagum dengan perusahaan.
2) Banyak kode etik perusahaan dirumuskan dengan terlalu umum, sehinggatidak menunjukkan jalan keluar bagi masalah moral konkret yang dihadapi
oleh perusahaan.
3) Kritik yang paling berat adalah bahwa jarang sekali tersedia enforcementuntuk kode etik perusahaan. Jarang sekali ada sanksi untuk pelanggaran.
Meskipun kode etik masih menuai kritikan, akan tetapi kode etik perusahaan masih
digunakan untuk merumuskan standar etis yang jelas dan tegas untuk semua
karyawan dan tanggungjawab sosial perusahaan. Supaya kode etik bisa berhasil,
berikut ada beberapa faktor yang bisa membantu :
1) Kode etik dirumuskan berdasarkan masukan semua karyawan, sehinggamencerminkan kesepakatan semua pihak yang terikat olehnya.
2) Harus dipertimbangkan dengan teliti bidang-bidang apa dan topik-topik manasebaiknya tercakup oleh kode etik perusahaan.
3) Kode etik perusahaan sewaktu-waktu harus direvisi dan disesuaikan denganperkembangan intern maupun ekstern.
4) Paling penting adalah bahwa kode etik perusahaan ditegakkan secarakonsekuen dengan menerapkan sanksi. Tetapi tentu saja hal itu harus
dilakukan secara adil.
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
14/19
2. Ethical auditingUntuk menilai kinerja finansial sebuah perusahaan sudah lama ada standar-
standar accounting yang diterima secara nasional dalam suatu Negara dan malah
secara internasional. Jika perusahaan memiliki sebuah kode etik,ethical auditing itu
secara khusus terfokuskan pada kode etik tersebut. Hal itubisa mudah dimengerti,
sehingga dengan demikian metode tersebut biasdigunakan untuk menegakkan kode
etik perusahaan secara sadar dankonsekuen. Kode etik tidak lagi sebatas perhiasan
saja. Pemeriksaan atas kinerja etis dan sosial itu tidak saja dilakukan terhadap
perusahaan, tapi jugaterhadap organisasi nirlaba. Organisasi-organisasi seperti itupun
harusberpegang pada standar-standar etis, entah mereka memiliki kode etik tertulis
atau tidak.
3. The Body Shop sebagai contohThe Body Shop adalah sebuah perusahaan internasional yang berasal dari Inggris
dan bergerak di bidang kosmetika serta toiletries.Perusahaan ini didirikan oleh Anita
Roddick pada 1976, dan 20 tahun kemudian sudah mempunyai omzet setengah miliar
dollar AS. Kini The Body Shop mempunyai toko tersebar di seluruh dunia, antara lain
sekitar 300 toko di Amerika Serikat. Perusahaan ini selalu menitik beratkan
manajemen yang etis. First and foremost are the values merupakan ungkapan
terkenal dari Anita Roddick. Rupanya Roddick pula yang pertama kali melontarkan
gagasan mengenai audit sosial etis. Setiap dua tahun The Body Shop membiarkan
dirinya diaudit dari segi sosial dan etis. Audit pertama itu dilakukan oleh Institute of
Social andEthical Accountability dan diterbitkan dengan judul The Values Report
1995 (1996). Dalam audit ini antara lain diperiksa pelaksanaan dua dokumen etik
yang dimiliki perusahaan ini yaitu, The Body ShopMission Statement dan The Body
Shop Trading Charter.
4. Good ethics, good businessEthics pay (etik membawa untung), Good business is ethical business,
Corporate ethics: a prime business asset. Dalam kode etiknya, kini banyak
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
15/19
perusahaan mengakui pentingnya etik untuk bisnis mereka. Bahkan telah
ditunjukkan secara empiris bahwa perusahaan yang mempunyai standar etis tinggi
tergolong juga perusahaan yang sukses. Kendatipun tidak ada jaminan mutlak,
pada umumnya perusahaan yang etis adalah perusahaan yang mencapai sukses
juga. Good ethics, goodbusiness. Keyakinan ini sekarang terbentuk cukup umum.
Namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa harapan akan sukses boleh menjadi
satu-satunya motivasi atau justru menjadi motivasi utama untuk berperilaku etis.
Yang baik harus dilakukan karena hal itu baik, bukan karena membuka jalan
menuju sukses, walaupun motivasi itu tidak senantiasa perlu dihayati secara
eksplisit. Sudah sejak Aristoteles, hal itu disebut bertingkah laku menurut
keutamaan.
Kesimpulan
Dari sudut pandang bisnis, semakin disadari bahwa bisnis yang berhasil
adalah bisnis yang memperhatikan norma-norma moral. Hal ini benar-benar diakui
oleh orang bisnis berdasarkan pengalaman bisnis mereka. Pebisnis itu punya
kesadaran yang tinggi bahwa kalau mau berhasil dalam bisnis, kegiatan bisnisnya
harus tetap mengindahkan prinsip-prinsip etika. Mereka sadar bahwa bisnisnya akan
hancur kalau konsumen (langganan), mitra bisnis atau
masyarakat secara keseluruhan tidak lagi percaya padanya, akibat ulah mereka yang
tidak etis. Orang bisnis yang bersaing dengan tetap memperhatikan norma-norma etis
pada iklim bisnis yang semakin professional justru akan menang, karena telah
dipercaya masyarakat. Untuk jangka pendek mungkin sekali mereka yang berbisnis
secara tidak etis akan menang tetapi bukan bisnis tulen. Bisnis yang tulen dan baik
adalah bisnis yang tahan lama, dan untuk norma dan nilai etik ikut menentukan,
kejujuran, mutu barang dan jasa, aspek keamanan dan kesehatan dalam suatu produk
ikut menentukan baiknya suatu bisnis.
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
16/19
Review Artikel
Ethics: Toward Globalization
Felix Pomeranz
Pada artikel ini penulis ingin menyampaikan keprihatinan tentang masalah
moral etika yang saat ini telah pudar, banyak sekolah tinggi yang tidak mengadakan
pelajaran etika sebagai salah satu syarat lulus, seperti yang terjadi di banyak
perguruan negeri di Indonesia saat ini. Penulis juga ingn menyampaikan perspektif
Islam jika menyangkut bisnis dan juga etika.
Sejarah Akuntansi Islam
Disini menyebutkan ketertarikan umat muslim terkait isu-isu akuntansi sudah
ada sejak zaman nabi Muhammad SAW, dan penerusnya yaitu Abu bakar dan Umar.
Zaid berpendapat bahwa pada awalnya aturan islam yang mengatur tentang akuntansi
mungkin dipengaruhi oleh Pendeta Pacioli yang sekarang terkenal sebagai Bapak
Akuntansi. Pengakuan para khalifah tentang kebutuhan pencatatan dan pelaporan
mendorong pengembangan praktik akuntansi. Akuntansi cepat dibagi menjadi
spesialisasi layanan salah satunya adalah audit, review buku. Sementara banyak audit
terdiri dari verifikasi rinci transaksi, perannya dalam negara Islam awal adalah
signifikan: audit membantu untuk menekankan pengendalian diri sebagai hasil
penting dari prinsip agama. Kontrol diri dan penilaian diri mencerminkan
akuntabilitas, salah satu prinsip dari stewaradship manusia atas kekayaan duniawi
(Zaid, 2000).
Pentingnya Agama
Dalam artikel ini juga membahas apa pentingnya agama dalam penerapan etika
bisnis.Tren signifikan yang muncul dalam bisnis Islam yaitu
Ada kecenderungan menuju sistem politik dan ekonomi terpadu. Hal ini mungkinmempengaruhi aliran perdagangan internasional .
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
17/19
Islam mencakup semua aspek kehidupan . Segala sesuatu di alam semesta milikAllah (SWT), kekayaan dianggap milik Allah identifikasi adalah signifikan.
Pemerintahan Islam diharapkan akan didasarkan pada kedaulatan yang berdaulat
secaranyata, Tuhan dan supremasi hukum yang diberikan Allah. Allah
mempercayakan manusia, wakil di bumi, untuk mengurus bumi, menjalankan
bisnis, dan mempekerjakan orang lain. Kata "voluntarisme" telah digunakan
untuk mendefinisikan kehendak, orang percaya untuk kepatuhan dalam suatu
sistem etika di mana Allah saja yang mendefinisikan stadar dari benar atau salah
Al-Qur'an mengarahkan pedagang untuk menyimpan catatan yang tepat darihutang.
Ada larangan umum terhadap limbah , ketamakan dan perdagangan yang tidakadil.
Ada kebutuhan untuk catatan yang menunjukkan apa yang orang bisnis yangtelah dilakukan.
Berdasar Agama
Dan untuk mewujudkan penerapan Islam sebagai dasar akuntansi, dan dasar
penerapan etika bisnis maka penulis juga mengkaji fundamental agama itu sendiri.
Semua agama termasuk beberapa kepercayaan yang mungkin telah gagal untuk
mengintegrasikan aturan agama yang bersangkutan ke dalam perilaku mereka. Al-
Qur'an, diwahyukan kepada Nabi, merupakan salah satu sumber, sunnah (perkataan
dan perbuatan Nabi), ditopang oleh pikiran teliti dan hukum Islam.
Quran sendiri mengandung ratusan pernyataan etika dan moral. Ketika seorang
akuntan Muslim bekerja di sebuah lembaga keuangan Islam, ia harus menyajikanya
dengan kode etik. Kode ini menyajikan kerangka etika untuk akuntan yang berasal
dari aturan syariah Islam dan prinsip-prinsip islam. Dengan demikian, diyakini bahwa
akuntan Muslim akan termotivasi untuk mematuhi kode tersebut untuk alasan karena
keyakinan agama dan sebagai sarana mematuhi perintah Allah.
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
18/19
Organisasi keuangan Islam diharuskan untuk membuat komite audit versi
Islam, yang dikenal sebagai Komite syariah. Mungkin ada kecenderungan untuk
membuat sejauh mungkin sistem Islam yang relatif murni dan beradaptasi hukum
syariat sebagai dasar transaksi bisnis.
Keanggotaan komite syariah memerlukan spesialisasi dan pengetahuan dunia
tentang pasar keuangan dan aturan akuntansi yang ada, digabung dengan pengetahuan
luas tentang agama Islam dan hukum Islam. Sebuah komite syariat bekerja berfokus
pada kepatuhan terhadap aturan agama dan etika, dan bertanggung jawab terkait
dengan mangement risiko dan tata kelola perusahaan.
Program etika Islam cenderung menyerupai bangku berkaki tiga blok bangunan
meliputi:
1. Kesadaran2. Pemenuhan3. Pelatihan
Pelatihan akan menampilkan latihan penghakiman dan berorientasi pada kasus yang
ada.
Beberapa tahun yang lalu saran dibuat untuk menciptakan suatu etika global.
Khalid Duran (1997) berpendapat bahwa Islam itu sendiri pada awalnya ditujukan
untuk kembali ke etika global. Prototipe yang dihasilkan Islam adalah etika universal.
Demikian pula, hampir satu dekade yang lalu "An Interfaith Declaration"
digambarkan, Mewakili kode etik, untuk bisnis internasional. Ajaran agama dan
moral yang diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Keadilan2. Saling menghormati3. Stewardship4. Kejujuran .
Disepakati bahwa penerapan prinsip-prinsip etika adalah masalah penilaian
pribadi daripada penerapan seperangkat aturan. Oleh karena itu kode etik bukan
-
8/12/2019 Makalah Bab 11-12
19/19
merupakan pengganti bagi moralitas perusahaan, tetapi sebagai pedoman untuk
praktek yang lebih disukai.
Arah standar akuntansi internasional
Desain ulang dan kemungkinan pencampuran berbagai pernyataan akan
membawa pengakuan yang lebih baik dari etika Islam. Murtuza (1999) telah mencatat
tiadanya Islam dari penelitian akuntansi kontemporer. Dia menunjukkan kebutuhan
untuk meningkatkan kesadaran etika Islam, tidak hanya untuk non - Muslim namun
bagi umat Islam sendiri.
Sebuah proyek yang berkaitan dengan aturan akuntansi pembuatan cenderung
memiliki tiga fase utama:
1. Mengembangkan parameter dan isi dari sistem kontrol .2. Libatkan regulator pemerintah dalam desain .3. Tentukan tugas dan apa yang konstituen tugas yang harus dilakukan dan oleh
siapa .
Akuntan internasional didesak untuk menginformasikan sejarah yang ada, serta
status akuntansi dan etika Islam. Informasi terbaik dan pemikiran pbyektif tentang
profesi harus direkrut untuk melihat kebangkitan budaya dan etika akuntansi untuk
menjamin masa depan dalam peningkatan rantai modal.