Makalah Bab 1

61
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dinilai sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis atau evaluasi tindakan operasi dengan segera. Berdasarkan definisi tersebut the American Collage of Emergency Physicians states dalam melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan memiliki prinsip awal, dalam mengevaluasi, melaksanakan, dan menyediakan terapi pada pasien dengan trauma yang tidak terduga serta penyakit lainnya.Pertolongan pertama merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat sementara waktu yang diberikan pada seseorang yang menderita luka atau terserang penyakit mendadak. 1.2 Tujuan a. Tujuan umum: Menyelesaikan tugas dari Dosen mata kuliah Farmakologi, dengan membuat makalah yang berjudul Farmakologi Implikasi Kegawatdaruratan, serta meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Farmakologi Implikasi Kegawatdaruratan b. Tujuan khusus: 1 | Farmakologi Implikasi Kegawatdaruratan

description

Makalah Bab 1

Transcript of Makalah Bab 1

Page 1: Makalah Bab 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang

dinilai sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis atau

evaluasi tindakan operasi dengan segera. Berdasarkan definisi tersebut the American

Collage of Emergency Physicians states dalam melakukan penatalaksanaan

kegawatdaruratan memiliki prinsip awal, dalam mengevaluasi, melaksanakan, dan

menyediakan terapi pada pasien dengan trauma yang tidak terduga serta penyakit

lainnya.Pertolongan pertama merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat

sementara waktu yang diberikan pada seseorang yang menderita luka atau terserang

penyakit mendadak.

1.2 Tujuan

a. Tujuan umum:

Menyelesaikan tugas dari Dosen mata kuliah Farmakologi, dengan membuat

makalah yang berjudul Farmakologi Implikasi Kegawatdaruratan, serta

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Farmakologi Implikasi

Kegawatdaruratan

b. Tujuan khusus:

Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi macam-macam keadaan

kegawatdarurat dengan menggunakan obat-obatan sesuai implikasi

kegawatdaruratan serta memberi pertolongan pertama adalah memberikan

perawatan terhadap penanganan lebih lanjut yang akan menguntungkan pada orang.

Menggambarkan indikasi obat-obat kegawatdaruratan yang terdaftar dalam bab

ini. Menjelaskan bagaimana cara memberikan obat-obat tersebut dengan benar.

Menyebutkan pertimbangan-pertimbangan perawat dan kerja spesifik dari masing-

masing obat. Difinisikan mekanisme kerja dari setiap obat kegawatdaruratan.

Menggambarkan reaksi yang merugikan dari masing-masing obat.

1 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 2: Makalah Bab 1

1.3 Ruang Lingkup Bahasan

1. Apakah Obat-Obat Kegawatdaruratan untuk Gangguan Jantung?

2. Apakah Obat-obat kegawatdaruratan untuk Gangguan Bedah Saraf?

3. Apakah Obat-obat kegawatdaruratan untuk Keracunan?

4. Apakah Obat-obat kegawatdaruratan untuk Syok?

5. Apakah Obat-obat kegawatdaruratan untuk Krisis Hipertensi?

2 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 3: Makalah Bab 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Obat-Obat Kegawatdaruratan untuk Gangguan Jantung

Obat-obat yang di bahas dalam bagian ini adalah obat yang menjadi indikasi pada

keadaan kegawatdaruratan jantung seperti angina,infrak miokardium,gangguan irama

jantung ,dan henti jantung.Pengetahuan dasar yang cukup disertai kemudahan untuk

memakai obat-obat ini dan kelengkapan peralatan yang diperlukan adalah penting

untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi klien dengan keadaan kegawatdaruratan

jantung.

a.Nitrogliserin

Nitrogliserin mendilatasi arteri koronaria dan memperbaiki aliran darah ke

miokardium yang mengalami iskemia.Karena itu obat ini menjadi obat pilihan

untuk mengobati angina pektoris(sakit dada) dan infrak miokardium (serangan

jantung). Nitrogliserin tersedia dalam bentuk sublingual, oral, topikal, dan

intravena.

Nitrogliserin Sublingual (nitrostat) (0,3-0,4 mg) merupakan indikasi bagi

klien yang sedang mengalami serangan angina akut.Jika nyeri dada tidak

menghilang ,tablet sublingual dapat boleh diulang dengan interval 5 menit sampai

total 3 tablet.jika nyeri menetap, perlu dilakukan intervensi kegawatdaruratan

yang lebih lanjut.Hipotensi adalah suatau efek samping yang sering

terjadi,terutama bila klien baru pertama kali memakai nitrogliserin.Bisa juga

timbul takikardia atau kadang-kadang bradikardia.

Nitrogliserin intravena (Tridil) disimpan untuk klien yang datang dengan

angina tidak stabil atau infrak miokardium akut.Infus biasanyaa dimulai dengan

kecepatan 10-20 g/menit dan tingkatkan dengan 5-10 g/menit setiap 5-10 menit

berdasarkan pada respon nyeri dada dan tekanan darah.

3 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 4: Makalah Bab 1

b.Morfin Sulfat

Morfin Sulfat ,suatau analgesik narkotik,biasanya dipakai untuk mengobati

sakit dada yang berkaitan denga infrak miokardiumakut.Juga merupakan indikasi

untuk mengobati edema paru-paru akut.Morfin menghilangkan sakit ,memperlebar

pembuluh vena,dan mengurangi beban jantung.dosis standar morfin sulfat 2-5 mg

intravena (IV) diulang setiap 5-30 menit sampai sakit dada hilang.Perawat harus

waspada akan depresi pernapasan dan hipotensi yang merupakan reaksi yang

merugikan yang sering timbul.Bisa diberikan antagonis narkotik naloxon (narcan)

untuk melawan kerja morfin jika reaksi yang merugikan yang timbul membahyakan

klien.Dosisnya 0,1-0,2 mg setiap 2-3 menit seperti indikasi.

c.Atropin sulfat

Atropin Sulfat menjadi indikasi untuk pengobatan asistole,blok jantung

(mis,Curah jantung rendah,hipotensi ), dan briadikardia (denyut jantung

lambat)yang mengganggu hemodinamika jantung.Atropin bekerja untuk

meningkatkan denyut jantung dengan menghambat kerja saraf vagus (efek

parasimpatolitik) .Atropin sulfat juga dipakai untuk obat kegawatdaruratan untuk

melawan efek-efek toksik yang timbul akibat keracunan pestisida

organofosfat ,yang mencakup bradikardia ,dan sekresi berlebihan.Pada bradikardia

simptomatik,atropin diberikan secara intravena dengan dosis 0,5 mg setiap interval

3-5 menit sampai denyut jantung normal tercapai,atau sampai 0,04 mg/kg atau

sampai di beri total 3 mg.pada aistole (henti jantung ), atropin diberikan dengan

dosis bolus 1,0 mg secara IV ,yang dapat diulang sampai batas dari dosis

maksimum.

Dosis atropin intravena dewasa tidak boleh kurang dari 0,5 mg atau lebih dari

dari 3 mg ,dosis dibawah 0,5 mg dapat menimbulkan bradikardia parasoksikal ,pada

dosis 3 mg atau lebih besar,aktivitas vagal terhambat sepenuhnya dan pemberian

atropin lebih lanjut tidak memberikan keuntungan apapun.Atropin Sulfat dapat

diberikan melalaui selang endotrakea jika tidak dapat dilakukan infus vena,dosis IV

yang 2-2,5 kali lebih besar harus diencerkan dalam 10 ml air steril atau salin normal

dan diteteskan kedalam selang endotrakea melalui selang makanan yang dipasang

4 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 5: Makalah Bab 1

pada tabung suntik.Setelah pemberian endotrakea klien harus diventilasi dengan

kuat dengan kantong Ambu untuk mempercepat absorpsi obat.Efek yang merugikan

yang utama adalah disritmia jantung,takikardia ,iskemia

miokardium,gelisah,cemas,midriasis,rasa haus ,dan retensi urin.

Implikasi pada anak ,Karena pada bayi dibawah 6 bulan curah jantung

bergantung pada denyut jantung,maka bradikardia (denyut jantung kurang dari 80)

harus diobati.

Dosis atropin untuk anak-anak adalah 0,02 mg/kg IV atau melalui selang

endotrakea (ETT) atau melalui jalur intraosseus.Penting diketahui bahwa dosis

minimum adalah 0,1 mg.Dosis anak maksimum adalah 1,0 mg untuk anak kecil dan

2,0 untuk remaja.untuk bayi 0,01-0,03 mg/kg epinefrin secara IV ata selang

endotrakea,karena bayi baru lahir mudah kekurangan simpanan katekolamin.

d.Isoproterenol

Isoproterenol (Isuprel) adalah suatu obat adrenergik beta diberikan untuk

meningkatkan denyut jantung .Biasanya ,Isoproterenol hanya dipertimbangkan

apabila pemberi atropin dosis maksimum (3 mg) ,dopamin dan infus epinefrin ,dan

pacemaker transkutanesus telah gagal menghasilkan respon klinik yang diinginkan

pada klien yang mengalami blok jantung derajatvtiga .Klien seperti ini ,yaitu yang

menunjukkan bradikardia simtomatik refrakter,adalah calon untuk mendapatkan

Isoproterenol.Isoproterenol diberikan secara infus IV ,biasanya 1 mg dilarutkan

kedalam 500 mL dextrosa 5% dalam air,dititrasikan dengan kecepatan 2-10 g/menit

sampai denyut jantung mencapai sekitar 60 denyut setiap menit (dpm) .Reaksi yang

merugikan yang berarti meliputi iskemia miokardium ,takikardia,dan disritmia berat

seperti takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel.

Implikasi pada anak.Infus epinefrin mungkin lebih disukai dari pada infus

isoproterenol dalam meningkatkan denyut jantung sampai diatas 80 denyut

permenit pada anak-anak .Isoproterenol dapat menyebabkan penurunan yang besar

tekanan darah diastolik.Seperti pada klien dewasa ,isoproterenol tidak pernah

dipakai pada keadaan henti jantung.

e.Verapamil

5 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 6: Makalah Bab 1

Verpamil (Isoptin) ,sutau penghambat saluran kalsium ,diberikan untuk

mengobati takikardia (denyut jantung yang cepat) yang berasal dari atas ventrikel

(takikardia supraventikular) .Verapamil memperlambat hantaran melalui jantung

dan memiliki efek inotropik nrgatif dan vasodilatasi.Pada keadaan

kegawatdaruratan ,verapamil diberikan sebagai bolus melalui intravena dengan

dosis yang bervariasi tergantung pada usia dan berat badan ,tetapi tidak boleh

melebihi 10 mg dalam satu menit.Boleh di berikan dosis ulangan.Gangguan

hantaran jantung dan hipotensi yang berat dapat timbul.

f.Adenosin

Adenosin (Adenocard) diperkenalkan belakangan ini untuk mengobati

takikardia supraventrikular paroksimal (TSVP) ,irama yang cepat dan tidak

terkendalikan yang terjadinya tiba-tiba.Adenosin memperlambat hantaran impuls

melalui atrioventricular (AV) node pada jantung,memutuskan disritma sehingga

menghasilkan pathway baru,dan dapat memulihkan irama jantung pada klien yang

mengalami TSVP.Karena waktu paruhnya kurang dari 10 detik,adenosin diberikan

dengan cepat sebagai bolus 6 mg IV dalam waktu 1-2 detik.satu bolus 12 mg dapat

diberikan dalam waktu 1-2 menit setelah dosis awal jika TSVP menetap dan dapat

diulang sekali lagi bila perlu.Dosis yang lebih besar dari 12 mg tidak

dianjurkan.Adenosin menghambat metilxantin seperti kafein dan teofilin.Beberapa

reaksi yang merugikan telah dilaporkan,dapat timbul hipotensi dan

dispnea.Adenosin merupakan kontraindikasi pada klien yang memiliki blok jantung

derajat tiga dan dua dan pada klien yang mengalami sick sinus syndrome ,kecuali

pada mereka yang memakai pacemaker yang berfungsi dengan baik.

g.Lidokain

6 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 7: Makalah Bab 1

Lidokain adalah obat utama yang dipakai untuk mengobati disritmia ventrikel

(denyut jantung yang tidak teratur),Seperti kontraksi ventrikel prematur ,takikardia

ventrikel ,dan fibrilasi ventrikel .Lidokain memiliki efek anestesi lokal pada

jantung,sehingga menurunkan iritabilitas miokardium.Dengan alasan ini,lidokain

sering diberikan setelah terjadi infark miokardium sebagai pencegahan terhadapa

disritmia ventrikel yang berbahaya.Biasanya klien yang mengalami disritmia

ventrikel diberikan bolus 1-1,5 mg/kg lidokasi IV,diikuti dengan 0,5 mg/kg setiap

5-10 menit sampai disritmia terkendalikan atau sampai dosis total yang diberikan

mencapai 3 mg/kg .Lidokain infus secara terus menerus dimulai dengan dosis 2,4

mg/menit untuk mempertahankan kadar terapeutik dalam serum.Lidokain dapat

juga diberikan melalui selang endotrakea dalam jumlahb 2-2,5 dosis

IV.Pertimbangan perawatn yang penting untuk klien yang diberikan lidokain

meliputi pemantauan jantung secara terus menerus dan penilaian tanda-tanda dan

gejala-gejala dari keracunan lidokain(kekacauan mental,rasa mengantuk,gangguan

pendengaran,kedutan otot,dan kejang).Karena lidokain di metabolisme di dalam

hati,maka klien dengan gangguan hati ,gagal jantung kengestif ,syok ,dan berusia

lanjut memiliki resiko timgi mengalami keracunan lidokain.Pada klien-klien

ini ,dosis lidokai mungkin perlu diturunkan sampai 50%.

Implikasi pada anak.Ektopik ventrikel sering terjadi pada anak-

anak .Penyebab metabolik harus dicurigai jika timbul disritmia ventrikel.Dosis

lidokain anak adalah 1 mg/kg IV,endotrakea ,atau melalui intraosseus.Dosis infus

rumatan sebesar 20-50 g/kg/menit dianjurkan setelah dosis bolus diberikan.

h.Prokainamid

Prokainamid (Pronestyl) adalh suatu agen antidisritmia yang sering

diberikan jiko lidokain gagal mencapai respin klinik yang diinginkan.Indikasi

meliputi takikardia ventrikel,kontraksi ventrikel prematur,dan disritmia

supraventrikel cepat.Dosisi intravena awal untuk prokainamid yang sering

diberikan adalah 20-30 mg/menit sampai disritmia berhasil diobati.Hal lain dalam

penberian prokaainamid mencakup pemberian suatu dosis total 17

mg/kg ,perkembamgan hipotensi,dan perubahan khas pada elektrokardiogram

7 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 8: Makalah Bab 1

(misalnya pelebaran kompleks QRS sampai 50 % atau lebih) Dosis infus rumatan

sebesar 1-6 mg/menit yang secara terus menerus diberikan setelah dosis

pembebanan.

Pemberian prokainamid dapat menyebabkan hipotensi berat.Blok jantung ,

gangguan irama,dan henti jantung dapat juga timbul.Prokainamid merupakan

kontraindikasi pada pasien Forsades de pointes .Obat ini dieliminasi melalui

ginjal,karena ini klien yang mengalami gagal ginjal memilikinresiko tinggi untuk

mendapatkan reaksi yang merugikan dan seringkali memerlukan dosis yang lebih

kecil.

i.Bretilium Tosilat

Bretilium ( Bretilol ) adalh suatu agen antidisritmia yang dipake untuk

mengobati takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikrl apabila

lidokain ,perangsangan dengan listrik atau prokainamid telah di coba dan tidak

berhasil.Cara kerja bretilium masih belum diketahui dengan jelas.Untuk fibrilasi

ventrikel ,bretilium diberikan tanpa dicairkan sebagai bolus intravena yang cepat

dengan dosis 5 mg/kg .Dosisnya bisa ditingkatkan sampai 10 mg/kg jika perlu

diulang setiap 15-30 menit sampai telah diberikan dosis maksimum 30

mg/kg.Untuk takikardia ventrikel ,beritilium biasanya dicairkan dalam

50 ml dekstrosa 5% dalam air atau larutan salin normal.dan 5 mg/kg diberikan

secara lambat dalam waktu 8-10 menit,infus cepat dapat menyebabkan rasa

mual,muntah,dan tekanan darah rendah pada klien yang sadar.Jangan berikan

bretilium sampai melampaui dosis total maksimum 30 mg/kg dalam waktu 2

jam .Infus bretilium yang dilakukan secara terus menerus dapat dimulai dengan

kecepatan 2 mg.menit .Bretilium bisa belum menunjukkan efeknya sampai 20

menit setelah disuntikan.Pada klien yang mengalami takikardia ventrikel ,bretilium

mula-mula dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kecepatan denyut

jantung diikuti dengan hipotensi ortostatik.Biasanya,membaringkan klien secara

terlentang dan pemberian infus IV sudah merupakan intervensi yang memadai

untuk mengobati hipotensi ortostatik.

Implikasi pada anak.The American Heart Association (1988) menganjurkan

8 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 9: Makalah Bab 1

pemakaian obat ini pada anak-anak yang tidak memberikan respon pada lidokain

dan defibrilasi untuk mengobati fibrilasi ventrikel dan takikardi ventrikel.Dosis

yang direkomendasikan adalah 5 mg/kg IV diikuti dengan defibrilasi.Dosis boleh

ditingkatkan sampai 10 mg/kg apabila fibrilasi ventrikel menetap.

j.Epinefrin

Epinefrin adalah suatau katekolamin dengan efek alfa dan beta

adrenergik.Indikasi pemberian epinefrin intravena mencakup bradikardia,asistole dan

fibrilasi ventrikel.Epinefrin dipikirkan dapat memperbaiki perfusi dari jantung dan

otak pada keadaan henti jantung melalui kontraksi pembuluh darah perifer.Selain

itu,epinefrin meningkatkan kemungkinan berhasilnya pengobatan elektrical

contershock (defibrilasi) pada penderita fibrilasi ventrikel.Untuk bradikardia ,suatu

infus epinefrin dapat diberikan dengan dosis 2-10 g/menit .Untik asistole dan fibrilasi

ventrikel ,epinerfin diberikan dalam dosis 1 mg IV setiap 3-5 menit sampai respons

klinik yang diinginkan tercapai (biasanya dengan kembalinya aktivitas jantung yang

efektif) .Epinefrin juga bisa diberikan melalui endotrakea,seperti pada pemberian

atropin sulfat yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Implikasi keperawatan untuk klien yang mendapatkan epinefrin mencakup

pemantauan secara terus menerus hemodina,ik dan jantung.Epinefri dapat

menyebabkan iskemia miokardium dan disritma jantung.Epinefrin seharusnya tidak

boleh diberikan pada tempat suntikan yang sama dengan larutan alkali seperti

natrium bikarbonat,larutan alkali membuat epinefrin menjadi tidak aktif.Selain itu

adanya asidosis metabolik atau respiratori akan menurunkan efetikvitas epinefrin.

Implikasi pada ank.Dosis epinefrin untuk henti jantung pada anak-anak

adalah 0,01 mg/kg (1 : 10.000 lautan ) diberikan secara IV,endotrakea,atau melalui

jalur intraoseus.

TABEL OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN JANTUNG

OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN

PERTIMBANGAN

9 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 10: Makalah Bab 1

Nitrogliserin

(Nitrostat,Tridil)

SL : 0,3-0,4 4444mg

IV :Drip:10-20 g/menit ,dinaikakan

5-10 g/menit setiap 5-10

menit(diitirasi)

Nyeri

dada,angina,anginatidak

stabil,IM

Morfin Sulfat IV:2-5 mg setiap 5-30 menit Nyeri dada,angina tidak

stabil,edema paru-paru

Bradikardia

simptomatik,asistolik

Atropin Sulfat IV:SET: 0,5-1 mg;dapat diulang

sampai 2mg(maks)

Bradikardia

simptomatik ,asistolik

Isoproterenol(Isupr

el)

IV:Drip:2-10 g/menit Bradikardia simptomatik

yang tidak berespons

terhadap atropin sulfat

Verapamil(Isoptin,

Calan)

IV:Dosis tergantung dari usia dan

berat badan;tidak bileh melebihi 10

mg;ulango dosis jika perlu

Takikardia supraventrikular

paroksismal

Adenosin

(Adenocard)

IV:Mula-mula:6 mg kemudian 12

mg dalam 1-2 menit jika perlu,dapat

diulangi 12 mg 1 kali

Takikardia supraventrikular

paroksimal

Lidokain IV:SET:1 mg/kg ,dapat diulangi 0,5

mg/kg setiap 8 menit sampai 3

mg/kg (maks)

Drip:1-4 mg/menit

Kontraksi ventrikel

prematur,fibrilasi

ventrikel.fibrilasi ventrikel

Prokainamid(Prone

styl)

IV:100 mg setiap 5 menit pada 20

mg/menit sampai 1 g (maks) (kenali

titik akhir)

Drip:1-4 mg/menit

Kontraksi ventrikel

prematur,fibrilasi

ventrikular,disritmia atrium

Bretilium

tosilat(Bretylol)

IV;mula-mula:5 mg/kg,kemudian 10

mg/kg setiap 15-30 menit sampai

total 30 mg/kg (maks)

Takikardiaventrikel,fibrilasi

ventrikel

Epinefrin IV:SET:0,5-1 mg:dapat diulangi Asistole,fibrilasi ventrikel

10 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 11: Makalah Bab 1

setiap 5 menit

Natrium

bikarbonat

IV:mula-mula:1 mEq/kg,kemudian

0,5 mEq/kg jika perlu

Asidosis metabolik

Kunci:IV:intravena; SL:Sublingual; SET:Selang endotrakeal; IM:infark miokardium

k.Natrium Bikarbonat

Natrium Bikarbonat diberikan untuk mengobati asidosis metabolik yang

seringkali timbul bersama henti jantung.Standar yang sekarang dipakai

menganjurkan pemberian natrium biokarbonat setelah klien diberikan ventilasi yang

memadai ,kompresi dad, dan terpai obat telah gagal memperbaiki keadaan asidosis.

Natrium bikarbonat tidak lagi menjadi obat yang pertama kali di berikan pada

keadaan henti jantung,obat ini diberikan berdasarkan pada hasil analisa gas darah

arteri jika asidosisnya berat.Pada peristiwa dimana seorang klien telah mengalami

henti jantung untuk waktu yang lama dan analisa gas darah tidak ada,natrium

bikarbonat boleh diberikan sebagai bagian dari usaha resusitasi.Dosis mula-mula

standsr untuk pemberian intravena adalah 1 mEq/kg.Obat ini boleh diulang dengan

dosis 0,5 mEq/kg setiap 10 menit jika perlu.

Pertimbangan keperawatan penting yang berhubungan dengan natrium

bikarbonat mencakup pemantauan yang cermat atas hasil analisa gas darah

arteri.Pemberian natrium bikarbonat dapat menimbulkan alkalosis metabolik.Selain

itu,katekolamin seperti epinefrin ,norepinefrin,dan dopamin tidak boleh diinfuskan

pada tempat yang sama dengan natrium bikarbonat,katekolamin diinaktivitas oleh

larutan yang mengandung natrium bikarbonat.Tabel 43-1 mencantumkan obat-obat

kegawatdaruratan jantung,dosiss pemberiannya ,dan indikasi.

Implikasi pada anak.Jika asidosis metabolik menetap setelah tindakan untuk

mempertahankan ventilasi dan oksigenasi optimal,natrium bikarbonat boleh

diberikan pada klien ank-anak dengan dosis 1 mEq/kg melalui IV atau

intraesseus.Dosis lanjutan sebesar 0,5 mEq/kg boleh diberikan setiap 10 menit jika

pemeriksaan gas darah tidak ada.Natrium bikarbonat adalah larutan yang

hiperosmolar dan harus dilarutkan terlebih dahulu dari suatu larutan 4,2% (0,5

11 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 12: Makalah Bab 1

mEq/mL) untuk bayi di bawah 3 bulan.

2.2 OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK GANGGUAN BEDAH SARAF

Obat-obat bedah saraf sering diberikan pada keadaan kegawatdaruratan, trauma

dan perawatan keadaan kriti. Untuk mencapai hasil yang maksimum, obat-obat ini

harus diberikan sedini mungkin bila merupakan indikasi klinik. Pengetahuan tentang

cara dan pendoman pemberian yang benar akan meningkatkan efektivitas terapeutik.

Obat-obat ini bisa juga dibaca pada bab-bab yang khusus membahas tentang masing-

masing golongan obat.

a. Manitol

Manitol adalah suatu diuretik osmotik dipakai pada keadaan kegawaatdaruratan

dan bedah saraf untuk mengobati peningkatan tekanan intrakaranial, yang bisa

timbul setelah suatu trauma kepala, bedah saraf, dan jenis-jenis patologi intracranial

lain. Manitol dapat diberikan sebagai suatu bolus intravena atau melalui suatu infus

yang terus menerus. Dosis bolus mula-mula yang biasa diberikan adalah 0,5-1,0

g/kg IV. Dosis selanjutnya sangat bervariasi. Manitol sangat mengiritasi vena.

Perawat harus memakai jarum berfilter bila memberikan manitol karena Kristal

dapat terbentuk dalam larutan dan ikut terbawa kedalam suntikan jika kurang

berhati-hati. Selain itu, perawat harus memantau hasil pemeriksaan laboratiorium

dan dengan teliti mencatat masukan dan keluaran untuk menilai status volume

cairan karena dieresis dapat menjadi sangat penting.

b. Metilprednisolon

Dosis tinggi metilprednisolon (solu-medrol) belakangan ini dilaporkan dapat

memperbaiki fungsi sensorik dan motorik pada klien yang mengalami cedera

traumatic medulla spinalis dari 6 minggu sampai 6 bulan setelah cedera. Tetapi

12 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 13: Makalah Bab 1

untuk mencapai hasil pengobatan yang diinginkan maka suatu protokol

farmakologis yang ketat harus dijalani. Metilprednisolon harus diberikan seperti

cara dibawah ini dalam waktu 8 jam setelah cedera medula spinalis akut, dosis

awal 30 mg/kg berat badan klien diberikan intravena pada jam pertama terapi

(dicampur dalam 100mL larutan Ringer laktat atau larutan normal salin) kemudian

dilanjutkan dengan infus.

TABEL OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK GANGGUAN BEDAH

SARAF

OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN

PERTIMBANGAN

Manitol IV: 12,5-50 g Meningkatkan tekanan

intracranial

Metilprednisolon

(Solu-Medrol)

IV: dosis pembebanan: 30 mg/kb dalam 100

mL

LNS atau RL; kemudian 5,4 mg/jan x 23 jam

Cedera madula spinalis akut

(dalam 8 jam setelah cedera)

Rumatan sebesar 5,4 mg/kg/jam dan dilanjutkan untuk 23 jam. Kontraindikasi

relatif meliputi kehamilan, diabetes mellitus yang tidak dikontrol, alergi pada obat

dan cedera medulla spinalis yang sudah lebih dari 8 jam. Reaksi yang merugikan

meliputi hipertensi sementara pada pemberian dosis awal dan peningkatan tekanan

gula darah selama infuse berlangsung. Perawat harus memantau tanda-tanda vital

dan gula darah dan melakukan pengkajian neurologic secara tepat dan sering.

Steroid kadang-kadang diberikan untuk tipe lain trauma neurologic, tetapi

pemakaiannya kontrovesial.

2.3 OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK KERACUNAN

Walaupun terdapat berbagai antidotum untuk jenis keracunan tertentu, tetapi obat-

obat yang disajikan dalam bagian ini adalah yang paling sering diberikan didalam

kasus kelebihan dosis obat dan menelan substansi beracun, kecuali pada hal-hal

13 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 14: Makalah Bab 1

tertentu. Perhatian khusus harus diberikan kepada pendoman pemberian obat untuk

mendapatkan hasil klinis sebaik mungkin bagi klien. Obat-obat ini direferensi silang

pada bab-bab khususnya.

a. Nalokson

Nalokson (Narcan) digolongkan sebagai antagonis opiat. Obat ini memulihkan

efek semua obat-obat opiat (contoh yang sering adalah morfin, meperidin, kodein,

propoksifen, dan heroin) dengan bersaing untuk mendapatkan tempat respetor

opiate pada tubuh. Nalokson diindikasikan pada individu yang memakai obat-

obat opiate dalam overdosis, mereka yang mengalami depresi pernapasan dan

kardioveskular pada pemakaian opiate dalam dosis terapeutik dalam lingkup

pelayanan kesehatan, dan pada mereka yang dibawa kebagian kegawatdaruratan

dalam keadaan koma yang sebabnya tidak diketahui (mungkin akibat obat).

Dosis tipikal dari nolokson untuk overdosis opiate yang diketahui atau

dicurigai pada orang dewasaa adalah 0,4 sampai 2 mg pada pemberian IV setiap

dua sampai 3 menit sampai keadaan klien mencapai taraf yang diinginkan. Jika

tidak ada perubahan setelah obat disuntikan sebanyak 10 mg, obat-obat non opiate

atau penyakit lain harus dicurigai. Meskipun nalakson harus diberikan intravena

dalam keadaan kegawatdaruratan obat ini dapat juga diberikan secara IM atau SK

jika tidak dapat diberikan secara IV.

Karena kebanyakan dari obat-obat opiate mempunyai masa kerja yang lebih

panjang daripada nalakson, perawat harus memantau dengan ketat tanda-tanda

dan gejala-gejala efek kekambuhan obat opiat pada klien seperti depresi

pernapasan dan hipotensi. Dalam keadaan ini pemberian nalokson mungkin perlu

diulang beberapa kali atau diperlukan pemberian infus secara kontinu. Nalokson

tidak mempunyai reaksi yang merugikan yang utama, tetapi dapat memicu gejala-

gejala putus obat pada klien yang kecanduan obat-obat opiate. Selain itu, edema

paru telah dilaporkan terjadi setelah pemberian nalokson pada klien yang

mengalami overdosis morfin.

b. Digoxin Immune Fab

14 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 15: Makalah Bab 1

Digoxin Immune Fab (Digibind) adalah antidotum untuk overdosis digoksik.

Obat ini bekerja dengan mengikat digoksin dalam aliran darah sehingga mencegah

dan memulihkan efek toksitnya. Dosis dari digoxin immune fab tergantung dari

berat badan klien dan jumlah digoksin yang dimakan. Anjuran perusahaan obat

harus dikuti karena setiap kasus sangat berbeda-beda pada masing-masing

individu.obat direkonstitusi dan diberikan secara intravena, biasanya selama 15

sampai 30 menit. Reaksi merugikan yang khas terjadi adalah distritmia jantung,

reaksi alergik, dan hipokalemia.perawat harus memantau dengan ketat kadar

kalium serum klien selama dan sesudah infuse karena hipokalemia yang berat

dapat cepat terjadi dan membutuhkan penggantian kalium.

c. Sirup Ipekak

Sirup ipekak merupakan suatu emetic (suatu agen yang dipakai untuk

menginduksi muntah dari racun-racun yang tertelan). Obat ini berupa cairan yang

dapat dibeli bebas dan dipakai secara oral. Dosis standar dari ipekak untuk anak-

anak diatas 1 tahun dan orang dewasa adalah 15 ml diikuti dengan 200-300 ml air

atau susu untuk menambah efek emetic (minuman yang mengandung karbon

dapat menyebabkan distensi lambung). Pemberian ipekak dapat diulangi sekali

lagi jika muntah tidak terjadi dalam waktu 20 menit.

Ipekak harus dipakai dengan hati-hati. Perawat harus memberikan ipekak

sebelum pemberian arang aktif (arang akan menginaktivasi ipekak). Perawat juga

harus memberitahu klien dan anggota keluarganya untuk menghubungi pusat

informasi keracunan sebelum memakai atau memberikan ipekak dirumah. Mereka

harus mencari pertolongan medis segera. Perawat harus mengetahui

kontraindikasi berikut dari pemberian ipekak: penyakit jantung atau syok jantung

(ipekak sangat bersifat kardiotoksik)., tidak sadar atau setengah tidak sadar atau

gangguan refleks muntah (dapat menyebabkan aspirasi muntah) dan keracunan

produk petroleum atau agen korosif seperti asam atau basa (aspirasi dari senyawa-

senyawa kimia ini sangat berbahaya). Jika klien tidak muntah dalam waktu 30

menit setelah pemberian obat harus segera dikeluarkan dengan bilas lambung

karena efek kardiotoksik dapat terjadi jika ipekak diabsorpsi (contohnya distritmia

15 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 16: Makalah Bab 1

jantung, hipotensi, bradikardi, atau miokarditis yang fatal). Efek yang merugikan

yang lainnya adalah muntah yang berkepanjangan, diare dan depresi.

d. Arang Aktif

Arang aktif diresepkan untuk keracunan karena dapat mengabsorpsi toksin-

toksin dalam saluran gastrointestinal dan mencegah absorpsi racun kedalam

tubuh. Pada kasus-kasus keracunan yang telah diketahui atau yang dicurigai,

arang aktif dipersiapkan untuk pemberian oral atau melalui selang lambung.

Dosisnya tergantung dari jumlah racun yang termakan, dosis minimumnya adalah

30 gram. Araang aktif dapat diberikan setiap 6 jam selam satu atau dua hari untuk

membantu pembuatan toksin dari aliran darah. Muntah merupakan reaksi yang

merugikan yang sering terjadi dan perawat harus memakai arang aktif dengan

sangat berhati-hati pada klien yang refleks menelannya terganggu atau klien yang

mengalami gangguan kesadaran karena adanya risiko aspirasi. Arang aktif tidak

boleh diberikan bersama-sama produk susu karena dapat mengurangi khasiat

penyerapannya. Pencahar seringkali diberikan setelah pemberian arang aktif untuk

mempercepat eliminasi senyawa arang toksin dari tubuh. Klien harus diberitahu

bahwa arang menyebabkan tinja berwarna hitam.

e. Magnesium Sulfat

Pada keracunan, magnesium sulfat diberikan secara oral atau melalui selang

lambung sebagai suatu katartik, suatu agen yang mempercepat eliminasi tinja dan

evakuasi usus. Obat ini sering kali diberikan setelah pemberian arang aktif, seperti

yang dijelaskan sebelumnya. Dosis oral yang sering dipakai adalah 5-15 gram,

diberikan dengan segelas air. Kerja katartik dimulai 1-2 jam setelah obat ditelan.

Magnesium sulfat adalah kontraindikasi pada klien dengan obstruksi usu, sakit

perut, mual, atau muntah. Jika pemakaian magnesium sulfat diperpanjang,

perawat harus memantau keadaan klien untuk menemukan adanya dehidrasi dan

ketidakseimbangan elektrolit.

TABEL OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK KERACUNAN

16 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 17: Makalah Bab 1

OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN

PERTIMBANGAN

Nalakson

(Narcan)

IV: 0,4-2 mg, setiap 2-3

menit jika diperlukan (juga

dapat diberikan melalui

SET)

Takar lajak opiate, depresi

kardiovaskular atau

pernapasan karena opiate,

koma karena sebab yang

tidak jelas

Digoksin imin fab

(Digibind)

IV: sangat tegantung secara

individual

Takar lajak digoksin

Sirup ipekak PO: 15 mL, dapat diulang

dalam 20 menit x 1 (lihat

pembahasan untuk tindakan

kewaspadaan)

Agen emetic; keracunan

Arang aktif PO: 30 g (dosis minimum) Keracunan

Magnesium sulfat PO: 5-15 g Katartik; keracunan

2.4 OBAT-OBAT KEGAWAT DARURATAN UNTUK SYOK

Pada berbagai keadaan syok obat-obat mungkin diperlukan untuk menaikan

tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Agen terapeutik yang di jelaskan

dalam bagian ini merupakan indikasi pada keadaan-keadaan seperti syok

kardiogenik, syok neurogenik, syok septik, syok anafilatik dan syok insulin.

Pengecualian yang perlu di catat adalah syok hipovolemik (syok karena

berkurangnya volume darah atau cairan); obat-obatan tidak dipakai untuk

memperbaiki hipotensi. Pemberian cairan atau produk darah atau keduanya adalah

satu-satunya cara yang dapat diterima untuk mengobati syok hipovolemik. Obat-obat

ini direfrensi silang pada bab-bab khususnya.

a. Dopamin

Dopamin (inotropin) adalah suatu agen simpathomimetik sering dipakai untuk

mengobati hipotensi dalam keadaan syok yang bukan disebabkan oleh

hipovolemia. Dopamin bisa juga dipakai untuk meningkatkan denyut jantung

17 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 18: Makalah Bab 1

(efek beta1) pada keadaan bradikardia disaat atropin tidak menghasilkan kerja

yang efektif pada dosis 5-20 mg/kg/menit. Kerja dari dopamin tergantung pada

dosisnya; pada dosis kecil (1-2 µg/kg/menit), dopamin mendilatasi pembuluh

darah ginjal dan pembuluh darah mesenterik, menghasilkan peningkatan

pengeluaran urin (efek dopaminergik); pada dosis 2-10 µg/kg/menit, dopamin

meningkatkan curah jantung melalui peningkatan kontraktilitas jantung (efek

beta1) dan meningkatkan tekanan darah melalui vasokontriksi (efek alfa-

adrenergik). Efek alfa predominan pada dosis sama atau lebih besar dari 10

µg/kg/menit: terjadi vasokontriksi ginjal, mesenterik dan pembuluh perifer.

Vasokontriksi seperti itu, walaupun kadang-kadang perlu untuk mempertahankan

tekanan darah yang memadai pada syok berat, dapat menimbulkan perfusi

jaringan dan organ yang buruk, menurunkan kemampuan jantung, dan

menurunkan produksi air kemih. Karena itu, dalam memberikan dopamin pakai

dosis efetif terendah. Untuk menghentikan pengobatan dopamin harus dilakukan

secara bertahap; penghentian pemakaian yang mendadak dapat menimbulkan

hipotensi berat.

Dopamin sering sekali diberikan dalam bentuk campuran dengan konsentrasi

400-800 mg dalam 250 mL dekstrosa 5% dalam air dan diberikan secara IV

melalui pompa infus volumetrik untuk mendapatkan dosis yang akurat.

Pemantauan tekanan darah dan jantung secara terus-menerus adalah penting.

Perawat harus mencatat dengan seksama tanda-tanda vital dan masukkan maupun

keluaran air kemih. Reaksi yang merugikan yang cukup berarti adalah takikardia,

disritmia, iskemia miokardium, mual, dan muntah. Tempatkan suntikan IV harus

dikaji setiap jam untuk mengetahui adanya infiltrasi obat: dopamin ekstravasasi

(keluar kedalam jaringan) akaan menimbulkan nekrosis jaringan yang dapat

memerlukan operasi debridemen dan cangkok kulit. Jika timbul ekstravasasi,

disekitar tempat suntikan harus disuntikan fentolamin (regitine), 5-10 mg

dilarutkan dalam 10-15 mL salin normal untuk mengurangi atau mencegah

kerusakan jaringan.

b. Dobutamin

18 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 19: Makalah Bab 1

Dobutamin (dobutrex) adalah suatu obat simpatomimetik dengan kerja beta1

adrenergik. Efek beta1 termasuk meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium

(efek inotropik positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik

positif). Dobutamin merupakan indikasi pada keadaan syok apabila ingin

didapatkan perbaikan curah jantung dan kemampuan kerja secara menyeluruh.

Tekanan darah hanya meningkatkan melalui peningkatan curah jantung;

dobutamin tidak memiliki efek vasokontriksi. Biasanya dosis IV bervariasi dari

2,5-20 µg/kg/menit diberikan melalui pompa infus volumetrik untuk mendapatkan

dosis yang tepat. Konsentrasi dobutamin yang sering dipakai adalah 1000mg

dicampur dalam 250 mL dekstrosa 5% dalam air atau normal salin. Seperti

dopami, pemberian dobutamin harus dihentikan secara bertahap, jika sudah tidak

diperlukan lagi.

Pemantauan tekanan darah dan curah jantung secara terus-menerus perlu

dilakukan pada klien yang mendapatkan infus dobutamin. Reaksi yang merugikan

berkaitan dengan dosis dan meliputi iskemia miokardium, takikardia, disritmia,

sakit kepala, mual, dan tremor. Perawat harus memantau tanda-tanda vital dan

masukan serta keluaran urin dengan teliti dan periksa setiap adanya tanda-tanda

atau gejala-gejala iskemia miokardium seperti nyeri dada atau terjadinya

disritmia.

c. Norepinefrin

Norepinefrin (Levarterenol, Levophed) adalah suatu katekolamin dengan kerja

vasokontriksi yang sangat kuat (efek alfa-adrenergik). Obat ini dipakai dalam

keadaan syok, sering dipakai sebagai obat terakhir, pada saat obat-obat seperti

dopamin dan dobutamin gagal menghasilkan tekanan darah yang memadai.

Seperti dopamin dosis tinggi, adanya vasokontriksi perifer mungkin dapat

menimbulkan gangguan kemampuan jantung dan menurunkan perfungsi jaringan

dan organ. Pada umumnya, 4-8 mg norepinefrin ditambahkan kedalam 250 mL

dekstrosa 5% dalam air atau larutan salin normal dan diinfusikan dengan dosis 2-

12 µg/menit untuk orang dewasa. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah dan

jantung secara terus-menerus. Obat harus dihentikan secara bertahap dengan

19 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 20: Makalah Bab 1

lambat; penghentian pemakaian yang mendadak dapat menimbulkan hipotensi

yang berat.

Tindakan keperawatan dan pertimbangan-pertimbangan keperawatan adalah

sama dengan dopamin. Norepinefrin tidak boleh dipakai untuk mengobati

hipotensi pada klien yang mengalami hipovolemik; pada klien ini harus terlebih

dahulu diberikan cairan, darah atau keduanya untuk memulihkan volume cairan

tubuhnya. Reaksi yang merugikan dapat ditimbulkan norepinefrin adalah iskemia

miokardium, disritmia, dan gangguan perfusi organ. Ekstravasasi dari norepinefrin

akan menimbulkan nekrosis jaringan; karena itu, penting untuk memperhatikan

tempat infus. Jika terjadi ekstravasasi, daerah terkena harus diberi fentolamin,

seperti yang dijelaskan untuk dopamin.

d. Epinefrin

Epinefrin adalah obat plihan dalam mengobati syok anafilaktik, respon alergi

yang paling gawat yang ditimbulkan oleh adanya reaksi antigen-antibodi. Syok

anafilaktik dapat menjadi fatal jika tidak segera diobati. Tanda utamanya adalah

adanya bronkokontriksi berat dan hipotensi karena kolaps kardiovaskular.

Epinefrin juga merupakan indikasi untuk serangan asma akut berat.

Pemberian epinefrin menyebabkan bronkodilatasi, meningkatkan kemampuan

jantung, dan vasokontriksi pembuluh darah untuk meningkatkan tekanan darah.

Pada asama berat dan syok anafilaktik, epinefrin diberikan dalam dosis 0,1-0,5 mg

secara subkutan (SK) atau intramuskular (IM) untuk orang dewasa melalui alat

penyuntik tuberkulin untuk memberikan dosis yang akurat (larutan 1:1000).

Alternatif lain, epinefrin dapat diberikan dalam dosis 0,1-0,25 mg IV diberikan

selama 5-10 menit (larutan 1:10.000). Pemberian epinefrin dapat diulang setiap 5-

15 menit jika diperlukan.

Perawat harus memantau dengan seksama klien yang menerima epinefrin

karena takikardia, disritmia jantung, hipertensi, dan angina. Klien yang diberi

epinefrin IV harus memakai alat pemantau jantung, dengan alat resusitasi yang

selalu siap siaga untuk dipakai. Reaksi merugikan lain mencakup emosi labil,

takut, cemas, dan gelisah. Selain itu, perawat harus selalu siap sedia untuk

20 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 21: Makalah Bab 1

menghadapi kemungkinan timbulnya kembali respons anafilaktik dan perlunya

untuk mengulang pengobatan. Penyuluhan untuk klien harus meliputi penjelasan

untuk menjauhi agen yang bertanggung jawab atas timbulkan anafilaktik dan

perawatan lanjutan dan pemeriksaan lanjutan oleh dokter. Untuk beberapa klien,

seperti mereka yang memberikan respons alergi berat terhadap sengatan lebah,

dokter mungkin akan memberikan kit epinefrin yang dapat dibawa bersama klien

untuk mengobati dirinya sendiri ketika kontak dengan antigen. Sangat penting

untuk memberitahukan cara pemakaian kit epinefrin ini pada klien.

e. Difrenhidramin hidroklorida

Hifenhidramin (Benadryl) adalah suatu antihistamin, sering diberikan bersama-

sama epinefrin pada syok anafilaktik. Agen ini efektif untuk mengobati

pembengkakan jaringan yang diinduksi oleh histamin dan pruritus yang sering

timbul akibat reaksi alergik berat. Dosis standar dewasa adalah 10-50 mg

diberikan IV atau IM dalam. Obat ini juga dapat diberikan secara oral, tetapi

pemberian secara parenteral lebih disukai untuk mengatasi keadaan

kegawatdaruratan. Reaksi merugikan yang timbul meliputi rassa mengantuk

sedasi, kekacauan mental, vertigo, emosi labil, hipotensi, takikardia, gangguan

gastrointestinal dan mulut kering.

f. Dekstrosa 50%

Dekstrosa 50% adalah suatu larutan pekat karbohidrat tinggi yang dipakai

untuk mengobati hipoglikemia yang diinduksi oleh insulin atau syok karena

insulin. Apabila diketahui adanya syok insulin atau bila diduga terjadi syok insulin

dan kesadaran klien terganggu pemberian larutan gula secara oral merupakan

kontraindikasi, seringkali diberikan 50 ml dekstrosa 50% dan diberikan sebagai

suatu bolus IV. Dekstrosa 50% sangat mengiritasi vena sehingga bila mungkin

harus diberikan pada pembuluh vena perifer yang besar atau pembuluh vena

sentral. Bisa terjadi plebitis. Ekstravasasi larutan ini dapat menimbulkan nekrosis

jaringan. Perawat harus memantau kadar gula darah klien dengan seksama; sering

timbul hiperglikemia, terutama setelah obat disuntikan dengan cepat. Keluarkan

21 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 22: Makalah Bab 1

air kemih harus dicatat dengan baik, karena diuresis osmotik dapat timbul bila

gula darah menigkat, dan dapat terjadi suatu keadaan hiperosmolar. Penyuluhan

klien harus diutamakan dalam pendidikan tentang diabetes dan pemberian

g. insulin.

IMPLIKASI PADA ANAK. Penyimpanan glikogen pada bayi dan anak-anak

bisa berkurang dengan cepat pada keadaan stres sehingga menimbulkan penyakit

yang berat. Karena jumlah glukosa yang memadai adalah penting untuk fungsi

miokardium, hipoglikemia harus diperbaiki untuk meningkatkan kemungkinan

keberhasilan resusitasi. Setelah menentukan bahwa terjadi hipoglikemia melalui

pemeriksaan gula darah yang diambil dari jari tangan atau tumit kaki, berikan

dekstrosa 25% atau kurang setiapa kali diperintahkan dokter. Karena yang tersedia

adalah glukosa dengan konsentrasi 50%, maka larutan ini harus diencerkan

dengan air steril dengan perbandingan 1:1 sebelum diberikan untuk mengurangi

osmolalitas dan mencegah sklerosis vena perifer.

h. Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang diproduksikan oleh pankreas yang bekerja

meningkatkan gula darah dengan merangsang pemecahan glikogen

(glikogenolisis). Glukagon, seperti dekstrosa 50%, merupakan indikasi dalam

pengobatan hiperglikemia berat yang diinduksi oleh insuli atau syok insulin. Pada

keadaan kegawatdaruratan di mana dekstrosa 50% tidak tersedia atau tidak dapat

diberikan secara intravena, glukagon merupakan agen yang efektif. Glukagon

dapat diberikan secara subkutan, intramuskular, atau intravena. Dosis standar

untuk orang dewasa dan anak-anak adalah 0,5-1 mg, dan dapat diulang dalam 20

menit bila koma menetap. Jika koma tidak membaik setelah dua kali pemberian,

harus diberikan desktrosa 50%. Reaksi yang merugikan akibat glukagon sangat

jarang, jika timbul dapat berupa mual dan muntah. Glukagon sedang diselidiki

sebagai obat yang membalik pengaruh kelebihan dosis dari obat penghambat beta

(beta bloker menghambat efek sistem saraf simpatik; sistem saraf simpatik adalah

mekanisma kompensasi utama pada klien yang mengalami syok)

22 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 23: Makalah Bab 1

TABEL MENCANTUMKAN OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK

SYOK, DOSIS DAN INDIKASINYA.

OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN

PERTIMBANGAN

Dopamin

(Itropin)

IV: Drip: 1-2 µg/kg/menit (mungkin

diinstruksikan >10 µg/kg/menit jika

dosis yang lebih rendah tidak efektif)

Keluarkan urin rendah (dosis rendah);

curah jantung rendah; hipotensi yang

bukan karena hipovolemia

Dobutamin

(Dobutrex)

IV: Drip: 2,5-20,0 µg/kg/menit Curah jantung rendah

Norepinefrin IV: Drip: 2-12 µg/menit Hipotensi yang tidak responsif

terhadap terapi lain

Epinefrin SK atau IM:0,1-0,5 mg (1:1000 larutan)

IV: 0,1-0,25 mg (1:10.000 larutan)

Syok anafilaktik; serangan asma akut

yang hebat

Difenhidramin

(Benadryl)

IV atau IM: 10-50 mg Syok anafilaktik; reaksi alergi akut

Dekstrose 5% IV: 50 mL Syok insulin; hipoglikemik berat;

perubahan status mental karena sebab

yang tidak diketahui

Glukagon SK, IM, atau IV: 0,5-1 mg; dapat

diulang x1

Syok insulin; hipoglikemia berat

2.5 OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK KRISIS HIPERTENSI

Berbagai agen farmakologi dapat diberikan untuk mengobati krisis hipertensi,

keadaan dimana tekanan darah diastolik melampaui 110-120 mmHg. Dalam bagian

23 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 24: Makalah Bab 1

ini akan dibahas dua obat yang paling sering di pakai. Obat-obat ini direferensi silang

dengan bab khusus yang membicarakan masing-masing obat tersebut.

a. Natrium Nitroprusid

Natrium nitroprusid (Nipride) adalah suatu agen intravena yang dipakai untuk

menurunkan tekanan darah arteri pada kegawatdaruratan hipertensi. Mekanisma

kerjanya adalah dengan mendilatasi pembuluh arteri dan vena secara langsung.

Efek antihipertensi berhenti ketika natrium nitroprusid dihentikan pemakaiannya;

tekanan darah akan naik segera setelah pemberian obat dihentikan. Diperlukan

pengukuran tekanan darah secara akurat dan berkelanjutan. Pada umumnya, 50

mg dari natrium nitroprusid dicampur dalam 250 mL desktrosa 5% dalam air.

Dosis rata-rata untuk orang dewasa dan anak-anak adalah 0,5-10 µg/kg/menit.

Ada beberapa pertimbangan keperawatan yang penting:

1. Natrium nitroprusid dengan cepat menjadi inaktif bila kena cahaya; botol atau

kantung obat harus dibungkus dengan kertas aluminium atau bahan opak lain

untuk melindunginya dari degradasi.

2. Walaupun sedikit warna kecoklatan sering ditemukan, tetapi perubahan warna

menjadi biru atau coklat merupakan tanda degradasi dan larutan harus dibuang.

3. Apabila pemberian natrium nitroprusid diperpanjang, klien berada dalam risiko

keracunan karena meningkatnya kadar tiosianat atau sianida dalam serum

(hasil samping dari metabolisma obat). Tanda-tanda dan gejala-gejala

mencakup asidosis metabolik, hipotensi berat, pusing, dan muntah. Kadar

tiosianat serum harus dipantau setidaknya setiap 72 jam. Klien dengan

insufisiensi atau gagal ginjal memiliki risiko tinggi karena hasil metabolisma

dikeluarkan melalui air kemih.

4. Klien harus segera diberikan obat antihipertensi oral sesegera mungkin

sehingga natrium ditroprusid dapat dihentikan secara lambat dan bertahap.

b. Diazoksid

Diazoksid (Hyperstat) adalah suatu agen antihipertensi intravena yang

diberikan untuk krisis hipertensi. Walaupun mekanisma kerjanya tidak jelas,

24 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 25: Makalah Bab 1

diazoksid menyebabkan vasodilatasi arteri perifer dan menurunkan tekanan darah

dalam waktu kurang dari 5 menit setelah suntikan diberikan. Dosis standar adalah

1-3 mg/kg/IV (maksimum, 150 mg) diberikan sebagai bolus setiap 5-15 menit

sampai tekanan darah turun ke keadaan yang memuaskan.

Reaksi yang merugikan yang bisa timbul akibat pemberian diazoksid adalah

sakit kepala, pusing, hipotensi ortostatik, iskemia miokardium, disritmia,

gangguan gastrointestinal, dan hiperglikemia. Perawat harus memantau tekanan

darah setidaknya selama 15-30 menit. Pemantauan tekanan darah sebaiknya

dilakukan secara terus menerus. Klien harus tetap tidur terlentang untuk mencegah

timbulnya hipotensi ortostatik. Kadar glukosa serum juga harus diukur.

TABEL MENCANTUMKAN OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN

UNTUK KRISIS HIPERTENSI, DOSISNYA DAN INDIKASI.

OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN

PERTIMBANGAN

Natrium

nitroprusid

(Nipride)

IV: Drip: 0,5-10 µg/kg/menit Krisis hipertensi

Diazoksid

(Hyperstat)

IV: 1-3 mg/kg (maks 150 mg)

bolus setiap 5-15 menit sampai

tekanan darah memuaskan

Krisis hipertensi

2.6 IMPLIKASI KEPERAWATAN

1. Kegawatdaruratan untuk Gangguan Jantung

Implikasi Keperawatan obat Nitrogliserin

25 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 26: Makalah Bab 1

Pengkajian

Kaji lokasi, jenis, itensitas, dan factor pemicunyeri Angina pada pasien.

Pantau tekanan darah nadi sebelum dan setelah pemberian pasien yang

menerima nitrogliserin IV memerlukan pantauwan EKG dan tekanan darah terus-

menerus. Parameter hemodinamik tambahan mungkin diperlukan.

Pertimbangan Tes Lab: dapat menyebabkan penigkatan kosentrasi

katekolamin urin dan panilimin dalikurin.

Dosis yang terlalu besar dapat menyebabkan peningkatan kosentrasi methemo

klobin.

Dapat menyebabkan peningkatan palsu pada kadar kolestrol serum.

Diagnosis keperawatan potensial

Nyeri (indikasi).

Gangguan perfusi jaringan (indikasi).

Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyembuhan

pasien/keluarga).

IMPELEMENTASI

PO:Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan dengan segelas air untuk

mempercepat absorpsi. Pereparat lepas lambat harus detelan utuh ;jangan

digerus ,dibelah ,atau dikunyah.

SL : TABLET harus ditahan dibahli dah sampai larut. Jangan

makan ,minum ,atau merokok sampai tablet larut.

Bukal:tempatkan tablet dibawah bibir atas atau diantara pipi dan gusi. Awitan

kerja dapat meningkat jika tablet disentuh dengan lidah atau jika meminum

cairan panas.

IV :dosis harus diencerkan dan diberikan sebagai infus. Peralatan infus standar

yang dibuat dari plastic polivinil kolrida (PVC) dapat mengabsorpsi 80%

nitrogliselin dalam larutan. Gunakan hanya botol kaca dan selang khusus yang

disediakan oleh pabrik pembuat obat.

26 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 27: Makalah Bab 1

InfusKontinu: Encerkan dalam D5W atau NaCl 0,9 % untuk konsentrasi 25-40

mcg/ml, tergantung dari toleransi cairan pasien (lihatapendeks D untuk grafik

kecepatan infus). Larutan stabil selama 48 jam pada suhu kamar. Larutan tidak

eksplosif tidak sebelum maupun sesudah pengenceran.

Kecepatan :berikan melalui pomp infus untuk memastikan kecepatan yang

akurat. Kecepatan tritasi disesuikan dengan respon pasien.

Kompatibelitas spuit:heparin

Kompatibelitas Y-site: amrinon, atrakurium, dobutamin, dopamine, famatidin,

lidokain, nitroprusida, pankuranium, ranitidine, strepstokinase,vekuranium.

Inkompatibilitas Y-SITE: aleplase.

Inkopetibilitas tambahan: pabrik menganjurkan agar nitrogliserin tidak

dicampur dengan obat lain.

Top : Tempat pengolesan harus dirotasi untuk mencegah iritasi kulit. Lepas

patch atau hilangkan salep dari tempat sebelumnya sebelum memasang atau

mengoleskan yang baru.

Dosis dapat ditingkatkan sampai dosis tertinggi yang tidak menyebabkan

hipotensi simptomatik.

Oleskan salep dengan kertas aplikasi pengukur dosis yang ada pada salep,

tekan salep pada skala pengukur yang tercetak dikertas tersebut. Gunakan

kertas itu untuk mengoleskan salep pada area kulit yang tidak berambut (dada,

abdomen, paha;hindari ekstremitas distal) dengan lapisan tipis yang menutupi

sekitar 5-7 cm area. Salep jangan digosokkan atau dimasase, karena hal ini

akan meningkatkan absorpsi dan mengganggu kerja obat. Balut dengan perban

oklusif jika dianjurkan.

Patch transdermal dapat ditempelkan pada sisi yang tidakberambut (hindari

ekstremitas distal atau area dengan luka atau kalus). Tekan kuat patch tersebut

untuk memastikan kontak dengan kulit, terutama dibagian tepinya. Pasang unit

yang baru jika yang lama longgara tau jatuh. Unitini tahan air dan tidak

dipengaruhi disaat mandi atau shower. Jangan memotong system untuk

menyesuaikan dosis. Jangan mengganti degan jenis produk transdermal lain;

dosis mungkin tidak seimbang. Lepas patch sebelum kardioversi atau

27 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 28: Makalah Bab 1

defibrilasi untuk mencegah luka bakar pada pasien. Dokter dapat

menganjurkan pemakaian patch selama 12-14 jam dan melepas patch tersebut

selama 10-12 jam di malam hari untuk mencegah toleransi.

PenyuluhanPasien/Keluarga

InformasiUmum: Intruksikan pasien untuk mengkonsumsi obat sesuai anjuran,

sekalipun sudah merasa lebih baik. Jika ada satu dosis yang terlewat, konsumsi

segera disaat ingat kecuali jika dosis berikutnya dijadwalkan dalam 2 jam (6 jam

pada preparatle pasluas). Jangan menggandakan dosis. Jangan menghentikan

obat secara mendadak; pengurangan dosis secara bertahap mungkin diperlukan

untuk mencegah angina pantulan.

Peringatkan pasien untuk melakukan perubahan posisi secra perlahan untuk

meminimalkan hipotensi ortostatik.

Anjurkan pasien untuk menghindari penggunaan alcohol bersama obat ini.

pasien yang mendapat nitrogliserin jika harus berkonsultasi dahulu dengan

dokter atau apoteker sebelum mengkonsumsi obat yang dijual bebas.

Beritahu pasien bahwa sakit kepala merupakan efek samping biasa yang akan

bekurang saat terapi berlanjut. Aspirin atau asetaminofen dapat diintruksikan

untuk mengobati sakit kepala menetap atau semakin parah.

Anjurkan pasien untuk memberitahu dokter jika terjadi mulut kering atau

penglihatan kabur.

Serangan Angina Akut: Anjurkan pasien untuk duduk dan mengkonsumsi obat

pada tanda pertama serangan. Pemulihan biasanya terjadi dalam 5 menit. Dosis

dapat di ulang jika nyeri tidak mereda dalam 5-10 menit. Hubungi dokter atau

pergi ke unit kedaruratan terdekat jika nyeri angina tidak mereda dengan 3

tablet dalam 15 menit.

SL: Beritahu pasien bahwa tablet harus di simpan dalam wadah kaca atau wadah

khusus yang di buat dari logam , dengan pemisah kapas untuk mencegah

absorpsi. Tablet akan kehilangan potensinya pada wadah plastik atau kardus atau

jika di campur dengan tablet atau kapsul lain. Pajanan udara, panas, dan lembab

juga dapat menghilangkan potensi. Intruksikan pasien untuk tidak terlalu sering

28 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 29: Makalah Bab 1

membuka botol , memegang tablet, atau menyimpan botol tablet didekat tubuh

(mis., dikantong baju) atau dilaci mobil. Beritahu pasien bahwa tablet

harusdiganti 6 bulan setelah dibuka untuk mempertahan kanpotensi.

Spray Lingual: Intruksikan pasien untuk mengankat lidah dan menyemprotkan

dosis dibawah lidah.

EVALUASI

Efektivitas terapi ditunjukan dengan:

Berkurangnya frekuensi dan kepatahan serangan angina.

Meningkatkan toleransi aktivitas. Selama terapi kronik, toleransi dapat

diminimalkan dengan pemberian secara intermiten pada interval 12 jam on/12

jam off.

Hipotensi terkendali selama prosedur bedah.

2. Kegawatdaruratan Untuk Gangguan Bedah Saraf

Implikasi Keperawatan Obat Monitol

Pengkajian

Informasi umum: pantau tanda-tanda vital, haluaranurin, CVP, dan tekanan arteri

pulmoner (pulmonary artery pressures [PAP], sebelum dan setiap jam selama

pemberian. Kaji pasien untuk adanya tanda dan gejala dehidrasi (penurunan

turgor kulit, demam, kulit dan membran mukosa kering, haus) atau tanda-tanda

kelebihan cairan (peningkatan CVP, dispnea, ronki/krekels, edema).

Kaji pasien untuk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas, kesemutan,

parestesia, konfusi dan rasa haus berlebihan. Segera beri tahu dokter jika tanda-

tanda ketidakseimbangan elektrolit ini terjadi.

Peningkatan Tekanan Intrakranal: pantau status neurologik dan hasil pembacaan

tekanan intrakranial pada pasien yang menerima obat ini untuk mengurangi

edema serebri.

Peningkatan Tekanan Intraokuler: pantau adanya nyeri mata yang menetap atau

meningkat atau penurunan ketajaman penglihatan.

29 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 30: Makalah Bab 1

Pertimbangan Tes Lab: fungsi ginjal dan elektrolit serum harus dipantau secara

rutin selama terapi.

Diagnosa Keperawatan Potensial

Kelebihan volume cairan (indikasi)

Risiko tinggi kekurangan volume cairan (efek samping)

IMPLEMENTASI

Informasi umum: observasi sisi infus dengan sering untuk adanya infiltrasi.

Ekstravasasi dapat menyebabkan iritasi dan nekrosis jaringan.

Jangan berikan larutan manitol bebas elektrolit dengan darah. Jika darah

memang harus diberikan bersamaan dengan manitol, tambahkan setidaknya 20

mEq NaCl pada setiap liter monitol.

Konfirmasikan dengan dokter mengenai pemasangan kateter Foley menetap

(kecuali jika digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular).

IV: berikan dengan infus IV tanpa diencerkan. Jika larutan mengandung kristal,

hangatkan botol dalam air panas dan kocok dengan kuat. Jangan berikan larutan

yang kandungan kristalnya tidak dapat larut. Dinginkan sampai suhu tubuh.

Gunakan line filter untuk infus 15%, 20% dan 25%.

Dosis Uji: berikan selama 3-5 menit untuk menghasilkan haluaran urin 30-50

ml/jam. Jika aliran urin tidak menigkat, berikan dosis uji yang kedua. Jika

haluaran urin kurang dari 30-50 ml/jam selama 2-3 jam setelah pemberian dosis

uji kedua, maka pasien harus dievaluasi ulang.

Oliguria: kecepatan pemberian harus dititrasi untuk menghasilkan haluaran urin

30-50 ml/jam.

Peningkatan Tekanan Intrakranial: infuskan dosis selama 30-60 menit.

Peningkatan Tekanan Intraokuler: berikan dosis selama 30 menit. Jika digunakan

untuk praoperatif, berikan selama 60-90 menit sebelum pembedahan.

Kompatibilitas Y-Site: Fludarabin, ondansentron, sargramostim.

Irigasi: tambahkan isi dua vial 50ml manitol 25% ke dalam 900 ml air steril

untuk injeksi untuk membuat solusio 2,5% yang akan dipakai untuk irigasi.

30 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 31: Makalah Bab 1

Gunakan larutan yang jernih saja.

Penyuluhan Pasien/Keluarga

Jelaskan tujuan dari terapi kepada pasien.

EVALUASI

Efektivitas terapi ditunjukkan dengan:

Haluaran urin sedikitnya 30-50 ml/jam atau peningkatan haluaran urin sesuai

dengan set parameter dokter

Penurunan tekanan intrakranial

Penururnan tekanan intraokuler

Ekskresi zat toksik tertentu

Irigasi selama reseksi prostat transuretral

3. Obat-Obat Kegawatdaruratan Untuk Keracunan

Implikasi Keperawatan Obat Nalokson

Pengkajian

Pantau frekuensi, irama, dan dalamnya pernapasan, nadi, EKG, tekanan darah,

dan tingkat kesadaran dengan sering sampai efek opioid mereda. Efek dari

beberapa opioid lebih lama daripada efek nalokson, dapat diperlukan dosis

ulang.

Kaji pasien untuk menentukan tingkatan nyeri setelah pemberian jika digunakan

untuk mengobati depresi pernapasan pascaoperasi. Nalokson tidak hanya

mengurangi depresi pernapasan tetapi juga memulihkan analgesia.

Kaji pasien untuk adanya tanda dan gejala putus opiloid (mual, gelisah, kram

abdomen, peningkatan tekanan darah dan suhu). Gejala dapat muncul dalam

beberapa menit sampai 2 jam. Keparahan tergantung dari dosis nalokson,

kandungan opioid, dan derajat ketergantungan fisik.

Tidak adanya perbaikan yang signifikan menandakan bahwa gejala tersebut

diakibatkan oleh depresan SSP nonopioid lain yang tidak terpengaruh oleh

nalokson.

31 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 32: Makalah Bab 1

Diagnosa Keperawatan Potensial

Pola napas tidak efektif (indikasi)

Koping individu tidak efektif (indikasi)

Nyeri (interaksi)

Implementasi

Informasi umum: Dosis nalokson yang lebih besar mungkin diperlukan jika

digunakan untuk melawan efek buprenorfin, butorfanol, nalbufin, pentazosin,

atau propoksifen.

Peralatan resusitasi, oksigen, vasopresor, dan ventilasi mekanik harus ada

untuk menjadi terapi nalokson jika diperlukan.

IV langsung: Berikan tanpa diencerkan dengan kecepatan 0,1-0,4 mg selama 15

detik. Titrasikan sesuai respons pasien. Dosis suplemen yang diberikan secara

SC atau infuse kontinu dapat menghasikan efek yang lebih tahan lama.

Dosis harus dititrasi dengan cermat pada pasien pascaoperasi agar tidak

menggangu pengendalian nyeri pascaoperasi.

Infus kontinu: Encerkan dalam D5W atau NaCl 0,9% untuk injeksi. Nalokson 2

mg dalam 500 ml setara dengan konsentrasi 4 mcg/ml. Campuran stabil selama

24 jam, buang bagian yang tidak digunakan.

Kecepatan: Titrasikan dosis sesuai respons pasien

Inkompatibilitas Tambahan: Tidak sesuai dengan preparat yang mengandung

bisulfit, sulfit, dan larutan dengan PH basa.

Penyuluhan Pasien/Keluarga

Jika pengobatan sudah efektif, jelaskan tujuan dan efektif nalokson pada

pasien.

EVALUASI

Respons klinis dapat ditunjukkan dengan: Ventilasi adekuat. Kewaspadaan tanpa

nyeri yang signifikasi. Penatalaksanaan syok refraktori.

32 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 33: Makalah Bab 1

4. Kegawat Daruratan Untuk Syok

Implikasi Keperawatan Obat Dopamin

Pengkajian

Kaji tekanan darah, nadi pernapasan, EKG dan parameter hemodinamika

setiap 5-15 menit selama dan setelah pemberian. Beritahu dokter bila terjadi

perubahan tanda-tanda vital yang signifikan atau terjadi aritmia. Konsultasikan

kepada dokter parameter nadi, tekanan darah, atau perubahan EKG untuk

menyesuaikan dosis atau menghentikan pengobatan.

Pantau haluaran urin dengan sering selama pemberian. Segera beri tahu dokter

bila haluaran urin berkurang.

Palpasi nadi perifer dan kaji tampilan eksktremitas secara rutin selama

pemberian dopamin. Beritahu dokter bila kualitas nadi memburuk atau bila

ekstremitas menjadi dingin dan lembab.

Bila terjadi hipotensi, kecepatan pemberian harus ditingkatkan. Bila hipotensi

menetap, mungkin perlu diberikan vasikonstriktor yang lebih kuat

(norepinefrin).

Toksisitas dan Overdosis: bila terjadi hipertensi berat, kecepatan infus harus

dilambatkan atau dihentikan sementara sampai tekanan darah berkurang.

Meskipun terapi tambahan biasanya tidak diperlukan karena pendeknya durasi

dopamin, fentolamin dapat diberikan bila hipertensi menetap.

Diagnosis Keperawatan Potensial

Penurunan curah jantung (indikasi)

Gangguan perfusi jaringan (indikasi)

IMPLEMENTASI

Informasi Umum: hipovolemia harus dikoreksi sebelum pemberian dopamin.

Berikan melalui vena besar dan kaji tempat penyuntikan dengan sering.

Ekstravasasi menyebabkan iritasi berat, nekrosis dan terkelupasnya jaringan.

33 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 34: Makalah Bab 1

Bila terjadi ekstravasasi, daerah yang terkena harus diinfiltrasi dengan 10-15

ml NaCl 0,9% yang mengandung 5-10 mg fentolamin.

Infus Kontinu: encerkan 200-400 mg dalam 250-500 ml NaCl 0,9%, D5W,

D5/LR, D5/NaCl 0,45%, D5/NaCl 0,9% atau laktat ringer untuk infus IV.

Konsentrasi yang biasa digunakan adalah 800 mcg/ml atau 0,8 mg/ml (200

mg/250ml) dan 1,6 mg/ml (400 mg/ 250 ml). Encerkan segera sebelum

pemberian. Perubahan warna menjadi kuning atau cokelat mengindikasikan

terjadinya dekomposisi. Buang larutan yang telah keruh, berubah warna, atau

mengandung endapan. Larutan stabil selama 24 jam.

Kecepatan: berikan dengan kecepatan 0,5-5 mcg/kg/menit dan tingkatkan 1-4

mcg/kg/menit dengan interval 10-30 menit sampai dosis yang diinginkan

tercapai. Infus harus diberikan melalui pompa infus agar dapat diberikan jumlah

yang tepat. Kecepatan pemberian dititrasi sesuai respons pasien (tekanan darah,

frekuensi jantung, aliran urin, perfusi perifer, adanya aktivitas ektopik, curah

jantung)

Kompatibilitas Y-site: Amrinon, Atrakurrium, Dobutamin, Esmolol, Famotidin ,

Foskarnet, Heparin, Hidrokortison natrium suksinat, Labetalol, Idokain,

Meperidin, Morfin, Nitrogliserin, Pankuronium, Kalium klorida, Ranitidin,

Natrium nitroprusid, Streptokinase, Tolazolin,Vekuronium, Verapamil, Vitamin

B kompleks dengan vitamin C, Zidovudin

Inkompatibilitas Y-site: Asiklovir, Alteplase

Penyuluhan Pasien/Keluaga

Anjurkan pasien untuk segera memberitahu perawat bila terjadi nyeri dada,

dispnea, kebas, kesemutan, atau rasa terbakar pada ekstremitas.

Instruksikan pasien untuk segera memberitahu perawat bila nyeri atau rasa tidak

nyaman terjadi pada tempat pemberian.

EVALUASI

Efektivitas terapi ditunjukkan dengan: meningkatkan tekanan darah

(meningkatnya sirkulasi perifer dan menigkatnya haluaran urin)

34 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 35: Makalah Bab 1

5. Obat-Obat Kegawatdaruratan Untuk Krisis Hipertensi

Implikasi Keperawatan Obat Diazoksid

Pengkajian

Informasi umum: kaji adanya alergi terhadap obat sulfonamide

Kaji pasien secara rutin untuk adanya tanda dan gejala gagal jantung

kongestif (edema perifer, dispnea, ronkhi/krekels, keletihan, penambahan

berat badan, distensi vena juguler). Beritahu dokter bila gejal tersebut muncul

Hipertensi: pantau tekanan darah dan nadi setiap 5 menit sampai stabil dan

kemudian setiap jam. Segera laporkan kepada dokter bila terjadi perubahan yang

bermakna

Hipoglikemia: kaji pasien untuk adanya tanda-tanda hipoglikemia (mengantuk,

napas berbau buah, peningkatan urinasi, rasa haus yang luar biasa). Pantau

glukosa darah pada penderita diabetes yang memerlukan dosis sering.

Pertimbangan Tes Lab: dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah,

BUN, fosfatase alkali, AST (SGOT), natrium dan asam urat.

Pantau glukosa darah pada penderita diabetes yang memerlukan dosis

parenteral yang sering

Dapat menyebabkan penurunan klirens kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin

Toksisitas dan Overdosis: bila terjadi hipotensi berat, pengobatannya meliputi

posisi Tredelenburg, infus volume, dan simpan mimetik (norepinefrin)

Pasien yang mengalami hipertensi berat harus diawasi selama 7 hari sampai

konsentrasi glukosa darahnya stabil.

Diagnosa Keperawatan Pontensial

Penurunan curah jantung (efek samping)

Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan

pasien/keluarga)

Implementasi

Informasi umum: Diuretik loop sering digunakan bersam obata ini untuk

mencegah retensi natrium dan air.

35 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 36: Makalah Bab 1

Larutan oral dan injeksi harus dilindungi dari cahaya. Jangan memberikan

larutan yang sudah berubah menjadi gelap.

PO: Kocok suspense oral dengan baik sebelum diberikan.

VI langsung: jangan diberikan secara SC atau IM. Injeksi akan menyebabkan

rasa hangat dan nyeri di sepanjang vena yang diinjeksi. Pantau tempat

penyuntikan vena dengan ketat; ekstravasasi dapat menyebabkan selulitis dan

nyeri. Kompres dingin dapat diberikan bila terjadi ekstravasasi.

Kecepatan: Berikan tanpa diencerkan selama 30 menit atau kurang hanya

kedalam vena perifer untuk menghindari terjadinya aritma jantung. Dapat

diulang tiap 5-15 menit sesuai indikasi.

Minta agar pasien tetap berbaring telentang selama sedikitnya 1 jam setelah

pemberian IV. Ukur tekanan darah berdiri sebelum mulai berjalan.

Kompatibilitas Spuit: heparin

Inkompatibilitas Y-site: hidralazin, propanolol.

Penyuluhan Pasien/Keluarga

Hipoglikemia: Instruksikan pasien untuk meminum obat sesuai petunjuk pada

waktu yang sama setiap harinya.

Anjurkan pasien untuk mengikuti diet, obat, dan program latihan yang

dianjurkan untuk mencegah terjadinya episode hipoglikemia atau

hiperglikemia.

Diskusikan hipoglikemia dan hiperglikemia.

Anjurkan pasien untuk tidak mengganti bentuk kapsul menjadi suspensi oral

tanpa berkonsultasi dengan dokter, karena suspense oral menghasilkan

konsentrasi darah yang lebih tinggi.

Hipertensi: Instruksikan pasien untuk melakukan perubahan posisi secara

perlahan untuk meminimalkan hipotensi ortostatik.

Peringatan pasien untuk tidak meminum obat lain, terutama obat flu yang

dijual bebas tanpa berkonsultasi dengan dokter atau ahli farmasi.

36 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 37: Makalah Bab 1

Tekankan pentingnya pemeriksaan tindak lanjut yang rutin, terutama dalam

beberapa minggu pertama terapi.

EVALUASI

Efektivitas terapi ditunjukan dengan:

Menurunkan tekanan darah tanpa munculnya efek samping. Obat ini digunakan

dalam pengobatan jangka pendek untuk hipertensi oral harus diberikan sesegera

mungkin setelah krisis hipertensi terkendali

Penatalaksanaan hipoglikemia dan pengembalian konsentrasi glukosa ke nilai

normal. Bila diazoksid tidak efektif dalam 2-3 minggu, terapi harus dievaluasi

kembali.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang

37 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 38: Makalah Bab 1

dinilai sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis atau

evaluasi tindakan operasi dengan segera. Berbagai agen farmakologi dapat diberikan

untuk mengobati krisis hipertensi, Gagal Jantung, Gangguan Bedah Saraf,

Keracunan, Syok, keadaan dimana tekanan darah diastolik melampaui 110-120

mmHg. Obat yang menjadi indikasi pada keadaan kegawatdaruratan jantung seperti

angina, infrak miokardium, gangguan irama jantung , dan henti jantung. Pengetahuan

dasar yang cukup disertai kemudahan untuk memakai obat-obat ini dan kelengkapan

peralatan yang diperlukan adalah penting untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi

klien dengan keadaan kegawatdaruratan jantung.

3.2 Saran

Berbagai keadaan syok obat-obat mungkin diperlukan untuk menaikan tekanan

darah dan memperbaiki keadaan jantung. Setelah mempelajari materi ini diharapkan

mahasiswa dapat mengaplikasikan pemberian obat kepada pasien dengn baik dan

benar.

Daftar Pustaka

Kee, Joyce L. & Hayes, Evelyn R.. (1996). Farmakologi: pendekatan proses

keperawatan. Jakarta: EGC

38 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n

Page 39: Makalah Bab 1

Deglin, Judith Hopfer (2004). Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta: EGC

39 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n