MAKALAH B3

40
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG K3 atau yang dikenal sebagai keselamatan dan kesehatan kerja sudah banyak diterapkan hampir diseluruh perusahaan. peraturan pemerintah, dan manajemen kualitas dari setiap perusahaan atau tempat kerja mulai menanamkan program ini. sebenarnya K3 memang penting untuk diterapkan apalagi jika para stake holder dan pihak perusahaan melihat lebih jauh mengenai keuntungan jangka panjang. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.

description

K3

Transcript of MAKALAH B3

Page 1: MAKALAH B3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

K3 atau yang dikenal sebagai keselamatan dan kesehatan kerja sudah banyak

diterapkan hampir diseluruh perusahaan. peraturan pemerintah, dan manajemen kualitas

dari setiap perusahaan atau tempat kerja mulai menanamkan program ini. sebenarnya K3

memang penting untuk diterapkan apalagi jika para stake holder dan pihak perusahaan

melihat lebih jauh mengenai keuntungan jangka panjang.

            Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi

pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat

kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh

perusahaan.

            K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja

(zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost)

perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang

memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.

            Tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja

nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta

lingkungan kerja yang tidak kondusif.

            Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah

terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya

kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan

hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.

Page 2: MAKALAH B3

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahannya

sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)?

2. Apa tujuan dari pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)?

3. Bagimana sikap dan kewajiban dari seorang penolong?

4. Bagaimana kategori korban dalam kecelakaan?

5. Apa saja teknik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)?

6. Apa saja yang termasuk dalam alat pelindung diri (APD)?

7. Apa saja sarana atau fasilitas yang harus tersedia dalam P3K?

8. Apa pengertian dari Bahan berbahaya dan Beracun (B3)?

9. Apa saja identifikasi dari limbah B3?

10. Bagaimana pengelolaan terhadap limbah B3?

11. Bagaimana teknologi pegolahan limbah B3?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

2. Tujuan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

3. Sikap dan kewajiban dari seorang penolong

4. Kategori korban dalam kecelakaan

5. Teknik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

6. Alat Pelindung Diri (APD)

7. Sarana atau fasilitas yang harus tersedia dalam P3K?

8. Pengertian dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

9. Identifikasi limbah B3

10. Pengelolaan limbah B3

11. Teknologi pengolahan

Page 3: MAKALAH B3

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dapat didefinidikan sebagai berikut :- Perawatan darurat hingga tenaga medis atau perawat tiba di tempat terjadi kecelakaan- Perawatan cedera kecil yag tidak memerlukan perawatan atau bahkan tidak

memerlukan perhatian medis

Berdasakan pada definisi di atas dapat disimpulkan bahwa P3k adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atupun cedera (kecelakaan) yang memerlukan penanganan medis dasar. Medis dasar adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dimiliki oleh orang awam atu orang awam yang dilatih khusus.

Dasar hukum dari P3K belum diatur secara khusus, namun umumnya merujuk pada pasal 531 KUHP yang berbunyi :

Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakanya dengan tidak menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurung selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong mati, diancam KUHP 45, 165, 187, 304s, 478, 535, 566.

B. TUJUAN DARI P3K

Dalam pertolongan pertama terdapat beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai

berikut :

- Menyelamatkan korbaan

- Menyembuhkan segera atau sekurang-kurangnya mencegah bertambah parahnya luka

atau cacat akibat kecelakaan

- Mengurangi rasa sakit dan cemas bagi poenderita atau keluarganya

- Mengantar penderita ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pengobatan dan

perawatan lebih lanjut.

Page 4: MAKALAH B3

C. SIKAP dan KEWAJIBAN DARI SEORANG PENOLONG

Dalam pertolongan pertama terdapat pelaku pertolongan pertama yang berarti

ialah penoong yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan

terlatih dalam kemampuan medis dasar.

Sikap dari seorang penolong ialah sebagai berikut :

- Tidak panik, bertindak cekatan, tenang tidak terpengaruh keluhan korban serta tidak

menganggap enteng luka yang diderita korban

- Melihat pernapasan korban jika perlu berikan napas buatan

- Hentikan pendarahan, terutama luka luar yang lebar

- Perhatikan tanda-tanda shock

- Jangan terburu-buru memindahkan korban sebelum kita dapat menentukan jenis dan

keparahan luka yang dialami oleh korban

Kewajiban dari seorang penolong ialah sebagi berikut:

- Memperhatikan keadaan sekitar tempat kecelakaan

- Memperhatikan keadaan penderita tau korban

- Merencanakan dalam hati cara-cara pertolongan yang akan dilakukan

- Jika korban meninggal beritahu polisi atau bawa korban ke rumah sakit

- Meminta bantuan ataupun rujukan

- Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat

- Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya

D. KATEGORI KORBAN DALAM KACELAKAAN

Secara Garis besar korbaan kecelakaan dibagi menjadi tiga kelompok antara lain :

Kelas 1 : Korban Emergency yang mengancam jiwa, meninggal dengan cepat apabila

tidak segera mendapatkan tindakan atau terapi dengan segera.

Kelas 2 : Untuk korban urgen, dituntut untuk diberikan tindakan dan terapi ½- 2 Jam

Kelas 3 : Untuk korban ditangguhkan, tindakan atau terapi dapat diberikan setelah 4

hingga 6 jam.

Page 5: MAKALAH B3

Klasifikasi atau labelisasi bagi korban kecelakaan dibagi dalam 5 label berikut :

1. Label Hijau : Gawat darurat semu

2. Label Kuning : Gawat darurat ringan

3. Label Merah : Gawat darurat berat

4. Label biru : Gawat darurat ancam nyawa

5. Label hitam : Mati

Klasifikasi ini diberikan terhadap kasus kecelakaan yang melibatkan banyak

korban misalnya adalah akibat bencana alam.

E. TEKNIK DALAM P3K

Dalam melakukan pertolongan pertama terdapat beberapa teknik dalam

melakukannya sesuai dengan luka atau cedera yag dialami oleh korban. Berikut ini

merupakan beberapa teknik dalam P3K.

1. Dasar-Dasar Pertolongan Pertama

Pertolongan pertama yang mutlak dilakukan untuk keselamatan adalah :

a. Usaha menyadarkan kembali

b. Menghindari pendarahan

Penderita luka parah membutuhkan pertolongan segera oleh tenaga P3K yang

terlatih, juka tenaga medis tidak cepat didapat. Paling baik, jika mempunyai tenaga

medis yang profesional, atau tenaga P3K yang terlatih. Jika tidak mempunyai

sedikitnya harus mengetahui tindakan yang harus dilakukan sampai pertolongan

datang.

2. Pendarahan dan Bagaimana Cara Menghentikannya

Page 6: MAKALAH B3

Penghentian pendarahan pada umumnya dapat dilakukan dengan menekan luka

berdarah tersebut. Jika pada kasus tertentu pendarahan tidak bisa dihentikan dengan

cara ini, penggil segera tenaga medis atau dokter

- Pendarahan hidung

a. Dudukan korban dengan tenaga dengan kepala menunduk

b. Cegahlah korban memaksa darah keluar dari hidung

c. Pijit atau mintalah korban memijit cuping hidungnya keras-keras

d. Jika penadarahan tiadak terhenti selama 5-10 menit usahakan agar mendapat

perawatan medis

- Pendarahan karena luka

a. Mintalah pertolongan medis

b. Perlihatkan semua luka

c. Tutup dan tekanlah luka dengan tangan atau pencet tepi luka bersama – sama

agar menutup, jika sempat tutuplah luka dengan sapu tangan, atau kain yang

bersih sebelum ditekan

d. Penekanan dapat dilakukan dengan memberi bantalan tipis pada luka

kemudian diikat erat – erat dengan perban. Bantalan harus cukup lebar

menutupi seluruh luka dan seluruh bantalan harus trtutup perban

e. Jika penderita merasakan kesakitan karena ikatan perban terlalu

kencang,ikatan perban

f. Jika pendarahan masih berlangsung, beri bantalan dan perbanlah lagi,tanpa

melepas ikatan bantalan yang pertama

g. Bahan yang dipakai untuk menekan pendarahan terbuat dari bahan kayu, atau

logam. Cara seperti ini dapat pula digunakan untuk menolong korban yang

patah tulang

Pendarahan :

angkat lukanya dan

Page 7: MAKALAH B3

beri bantal tipis diatas, tekan sampai lukanya menutup luka dan perban erat-

erat

3. Kejutan

Hampir setiap kecelakaan,cedera atau luka-luka,selalu diikuti oleh kejutan. Keadaan

penderita pucat,dingin dan lunak kulitnya,lemas badan,dan denyut nadi makin

cepat,mungkin juga tidak sadarkan diri.

a. Pindahkan korban di tempat yang nyaman dan tenang.

b. Jaga korban agar tenang dan tetap hangat badannya.

c. Longgarkan baju.

d. Usahakan agar korban merasa tenang dan yakinkan bahwa pertolongan segera

datang

4. Keracunan

Untuk semua peristiwa keracunan, Kirimkan kepada tenaga medis secepat mungkin.

a. Pindahkan ketempat yang segar.

b. Lakukan seperti merawat shock.

c. Buat pertolongan pernafasan,jika pernafasan berhenti. Jangan melakukan

pertolongan pernafasan melalui kontak mulut ke mulut,bila terjadi racun

terminum melalui mulut (asam,alkali,dan lain-lain)

d. Amankan dan simpan cairan yang diduga racun untuk contoh

e. Ambil dan muntahkan korban untuk pemeriksaan dokter/klinik

5. Luka Bakar Api

Penanganan segera secara medis tergantung pada sejauh mana tingkat

penderitanyaannya.

a. Penanganan terbaik luka bakar adalah denggan mengucurkan air dingin dan bersih

kebagian yang terbakar.

b. Jangan menarik,atau menyobek baju dari luka bakarnya.

c. Jangan mencoba memindah benda-benda yang menempel pada kulit yang

terbakar.

d. Lakukan perawatan seperti menangani kejutan(shock).

Page 8: MAKALAH B3

e. Tutuplah luka bakar dengan bahan-bahan steeril seperti perban kering,handuk atau

kertas,jika ada

f. Jangan sentuh bagian luka bakar yang menggelembung, atau bagian otot-otot yang

terbakar.

6. Kecelakaan Luka Pada Mata

Janganlah menggosok-gosok mata jika ada benda-benda yang masuk didalamnya.

a. Usahakan agar mata tetap dibuka

b. Jangan sentuh mata dengan apapun juga

c. Usahakan mendapat perawatan medis

d. Longgarkan perban pada mata

e. Bimbinglah korban ketempat perawatan medis

7. Luka Goresan dan Memar

Setiap luka meskipun ringan harus diobati dan dicatat kejadiannya.Setiap luka akan

berakibat infeksi dan membusuk jika tidak segera diobati.

a. Pada luka goresan,biarkan darah mengalir beberapa menit,untuk membuang

kemungkinan infeksi.

Page 9: MAKALAH B3

b. Jangan membalut luka dengan baju-baju lusuh,atau sapu tangan yang kotor pada

luka.

c. Bersihkan luka dengan bahan-bahan yang lunak.

d. Berilah obat anti septic,steril,atau bahan aid untuk luka-luka ringan.

e. Panggilkan tenaga medis jika lukanya parah dan terlalu dalam

Luka memar yang berat memerlukan perawatan medis segera jangan ditunda.

8. Kecelakaan Dengan Listrik

Kecelakaan karena sengatan listrik dapat mengakibatkan kebakaran,jatuh,dan

kejutan listrik. Masing-masing menyebabkan gejala yang berbeda pada

korban.Penderita bias disebabkan oleh salah satu atau kombinasi membedakan ejala-

gejala yang muncul.

Meskipun keterlambatan pertolongan dan penyadaran kembali dapat berakibat

fatal, namun kejutan listrik umumnya dapat tidak langsung mematikan,hanya

mungkin menyebabkan kepekaannya menurun, pernafasan terganggu atau berhenti,

dan kerja jantungnya terganggu.Karena itu,yang terpenting adalah memeriksa kondisi

pernafasan dan jantung penderita,jika berhenti harus segera dibantu dan dinormalkan

kembali.

Kecelakaan listrik sering

menimbulkan luka sampingan. Bila

menghadapi kecelakaan karena listrik,

kerjakanlah segera tindakan dengan

urutan sebagai berikut :

a. Matikan aliran listri,atau jika

tidak mungkin,usahakan agar

korban terbebas dari sengatan

listrik

b. Beri pertlongan pertama sesuai gejalanya

9. Cara Membebaskan Korban Dari Aliran Listrik

Begitu melihat korban terkena aliran listrik,cepat perhatikan keadaan

sekitar.Tentukan cara terbaik untuk melepaskannya tanpa korban menderita lebih

Page 10: MAKALAH B3

lanjut,karena jatuh dan lain-lain.Jikamungkin matikan aliran listrik,dan jasikan ini

sebagai tindakanutama.Jika tidak mungkin anggap korban masih tetap terkena aliran

listrik.

Jangan sekali-sekali menganggap korban telah terbebas dari aliran listrik. Matikan

aliran listrik. Dorong atau tarik korban dengan bahan-bahan yang tidak menghantar

arus listrik(tidak konduktif)agar terbebas dari sengatan listrik. Hendaknya seseorang

selalu mengetahui letak dan daerah pelayanan setiap tombol listrik didaerah kerja

masing-masing.

Untuk tegangan rendah(240 v,atau kurang), bila aliran listrik tidak dapat segera

dimatikan,gunakan benda yang tidak konduktif, dan kering untuk melepaskan korban

(jangan gunakan logam atau benda-benda yang basah).

a. Tariklah dengan menggunakan tali kering,kain kering,karet,atau plastic.

b. Tariklah baju korban,pada tempat yang longgar dan kering.

c. Berdirilah diatas papan kering ketika mendorong atau menarik korban

d. Doronglah dengan kayu kering

Jika mendorong korban hendaknya dilakukan dalam sekali gerak,agar selekas

mungkin terbebas dari aliran listrik. Siapkan tenaga yang cukup untuk

melepaskan,Korban yang menggenggam konduktor berarus listrik. Dengan memakai

sarung tangan anda dapat memeukul pergelangan tangan,atau punggung telapak

tangan korban sampai ia terbebas.

Untuk tegangan tinggi(650 v,atau lebih) Dan aliran listrik tidak dapat segera

dimatikan jangan mendekat dalam radius 1,5 m. Gunakan tongkat yang panjangnya

lebih dari 1,5 m terbut dari material yang tidak konduktif dan kering, untuk melepas

korban.

Catatan :

Ingat bahwa korban karena

listrik, badannya juga berarus

listrik, karena itu jangan sekali-

Page 11: MAKALAH B3

sekali memegang tubuh korban, baju yang melekat atau sepatunya,tanpa sarung

pelindung tangan.

10. Pertolongan Pernafasan E.A.R.

Lakukan pada korban yang tidak bisa bernafas tetapi denyut nadinya masih baik. Ada

hal penting yang dilakukan untuk pertolongan ini, yaitu :

a. Tindakan cepat

b. Pembersihan saluran pernafasan

c. Usahakan agar udara tidak bocor.

Prosedur :

a.Bersihkan mulut dari muntahan atau darah

b.Baringkan korban terlentang

c.Angkat leher dan gerakkan kepala agar dagu mengarah ke atas

d.Tutup hidung dan memijitnya

e.Ambillah nafas yang dalam

f. Buka mulut lebar-lebar dan letakkan diatas mulut korban, pastikan bahwa udara

tidak bocor

g.Tiup mulutnya keras – keras.

Page 12: MAKALAH B3

F. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Pelaku pertolongan pertama dalam melaksanakan tugasnya memerlukan peralatan

dasar untuk digunakan. Oleh karena penderita dapat saja mengeluarkan ceceran darah

ataupun cairan tubuh lainnya yang memiliki potensi sumber penyakit, maka pelaku

penolong pertama memerlukan APD (Alat Perlindungan Diri) yang di antaranya ialah :

1. Sarung tangan lateks.

2. Kacamata pelindung.

3. Baju pelindung.

4. Masker.

5. Helm (untuk melindungi apabila menolong di tempat yang rawan akan jatuhnya

benda dari atas seperti runtuhan bangunan,dsj).

Selain APD, penolong pertama juga menggunakan peralatan penolong dalam

menjalankan tugasnya di antaranya ialah :

1. Penutup luka :

- Kasa steril.

- Bantalan Kasa.

2. Pembalut luka :

- Pembalut gulung (pita).

- Pembalut segitiga (mitella).

- Pembalut tubuller (tabung).

- Pembalut rekat (plester).

3. Cairan antiseptik :

- Alkohol 70%.

- Betadine.

- Cairan pencuci mata (boorwater).

4. Bidai dan peralatan stabilitas tubuh lainnya.

5. Gunting pembalut.

6. Pinset.

7. Senter.

8. Kapas.

Page 13: MAKALAH B3

9. Selimut.

10. Oksigen.

11. Tensimeter.

12. Stetoskop.

13. Tandu.

14. Alat Tulis.

Berikut ini merupakan contoh gambar dari APD :

Sarung Tangan P3K Baju Pelindung P3K

Gunting P3K PinsetP3K

Page 14: MAKALAH B3

Kotak P3K

Kemampuan berimprovisasi pelaku penolong pertama juga diperlukan apabila

tidak ditemukan alat-alat di atas di lokasi kejadian sehingga dapat mencari alat lain sesuai

fungsinya serta aman untuk digunakan.

G. SARANA ATAU FASILITAS PADA P3K

Fasilitas – fasilitas pertolongan pertama yang harus disediakan tercantum dalamhealth

and safety (first Aid) Regulations 1981, dengan rincian lebih jelasnya diberikan

dalam Approved Code of Practice and Guidance ‘First aida at work’, publikasi HSE L 74.

Saran – sarannya meliputi:

a. Cakupan fasilitas kesehatannya tergantung pada resiko yang dihadapi, misalnya

semakin tinggi resiko, semakin luaslah cakupan persoalan tersebut.

b. Jumlah petugas P3K harus mencukupi satu petugas untuk Setiap 50 puluh pekerja

untuk pekerjaan beresiko rendah. Perbandingan antara jumlah pekerja dengan

petugas P3K ini disesuaikan apabila resiko pekerjaannya meningkat.

c. Harus terdapat ruang P3K jika:

1. Tapak tersebut beresiko tinggi

2. Tapak tersebut berada jauh dari rumah sakit, misalnya didaerah pedesaan.

3. Akses kerumah sakit atau dokter sulit dilakukan, misalnya didaerah dengan lalu

lintas yang sangat macet.

4. Jumlah yang dipekerjakan ditempat tersebut mensyaratkannya.

d. Pekerja yang bekerja jauh dari pusat:

1. Jika area kerjanya beresiko rendah tidak perlu ada fasilitas kesehatan

Page 15: MAKALAH B3

2. Jika area kerjanya berada dalam persil majikan lain pergunakanlah fasilitas

setempat.

3. Jika area kerjanya beresiko tinggi atau tidak memiliki akses kefasilitas

pertolongan pertama, kotak P3K perlu dibawa.

e. Kotak P3K harus:

1. Kuat agar dapat melindungi isinya

2. Dapat diisi lagi

3. Berisi kartu panduan pertolongan pertama pada kecelakaan

4. Digunakan hanya untuk barang-barang P3K, bukan barang lain.

f. Jika lebih dari satu majikan yang menempati satu bangunan atau tapak, mereka dapat

menyediakan fasilitas bersama.

h. Pekerja harus mendapatkan informasi tentang fasilitas P3K dan lokasi

penempatannya.

i. Fasilitas P3K harus mudah dijangkau oleh para tamu, kontraktor dan sebagainya,

ketika mereka telah diberi izin untuk berada dilingkungan perusahaan.

j. Jika tersedia ruang P3K, ruang tersebut harus:

1. Berada dibawah pengawasan petugas P3K atau perawat

2. Menyediakan petugas P3K yang siaga selama ada orang yang sedang bekerja

dipersil bersangkutan.

3. Memiliki petugas pengganti yang bertanggung jawab terhadap setiap tindakan

P3K yang dibutuhkan jika petugas P3K tidak berada ditempat.

4. Mudah diakses oleh Ambulans

5. Cukup luas untuk meletakkan tmpat tidur

6. Memiliki pintu yang cukup lebar untuk dilalui oleh kursi roda.

7. Didesain dengan permukaan yang dapat dibersihkan dengan mudah.

8. Memiliki air panas dan dingin untuk keperluan cuci mencuci.

9. Dapat didentifikasi dengan mudah

10. Menyediakan tempat bagi petugas P3K

11. Dilengkapi dengan buku penatalaksanaan (treatment book) yang dapat berupa

buku kegiatan harian perusahaan untuk mencatat penatalaksanaan yang

dilakukan.

Page 16: MAKALAH B3

H. PENGERTIAN BAHAN BERBHAYA BERACUN (B3)

I. Menurut PP No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), yang

dimaksud dengan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun didefinisikan sebagai bahan yang

karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak

langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahkluk hidup

lainnya.

J. Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan

proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat

(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau

membahayakan kesehatan manusia.

K. Sedangkan definisi menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United State

Government) B3 adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya sangat

berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau

lingkungan.

L. IDENTIFIKASI LIMBAH B3

Limbah B3 diidentifikasikan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Berdasarkan sumber

Kategori Limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi :

a. Limbah B3 dari sumber spesifik

b. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan

produk yang tidak memenuhi spesifikasi

2. Berdasarkan karakteristik ditentukan dengan :

a. mudah meledak,

Page 17: MAKALAH B3

b. pengoksidasi,

c. sangat mudah sekali menyala,

d. sangat mudah menyala,

e. mudah menyala,

f. amat sangat beracun,

g. sangat beracun,

h. beracun,

i. berbahaya,

j. korosif,

k. bersifat iritasi,

l. berbahaya bagi lingkungan,

m. karsinogenik,

n. teratogenik,

o. mutagenik.

Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 74

Tahun 2001 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:

a. Mudah Meledak

Pada suhu dan tekanan standar (25 derajat Celcius, 760 mmHg) dapat meledak atau

melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan

tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

 

b. Mudah Terbakar

Page 18: MAKALAH B3

Limbah yang mempunyai salah satu sifat ini sebagai berikut :

1. Berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau

pada titik nyala tidak lebih dari 60 derajat Celcius akan menyala apabila

terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan

udara 760 mmHg

2. Bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar dapat mudah

menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan

kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran

yang terus menerus

3. Limbah yang bertekanan yang mudah terbakar

4. Merupakan limbah pengoksidasi

c. Reaktif

Yang dimaksud dengan reaktif adalah :

1. Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkab perubahan

tanpa peledakan

2. Dapat bereaksi hebat dengan air, apabila bercampur air berpotensi

menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam

jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan

3. Limbah Sianida, Sulfida, atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2

dan 12.5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah

yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan

Page 19: MAKALAH B3

4. Yang Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25

derajat Celcius, 760 mmHg)

5. Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau

limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi

d. Beracun

Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau

lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk

kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut.

 

e. Infeksius

Limbah laboratorium medis, atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit

yang dapat menular.

 

Page 20: MAKALAH B3

f. Korosif

Limbah yang memiliki dari salah satu sifat berupa :

1. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit

2. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja

3. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan dan

sama atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa

Peningkatan karakteristik materi limbah B3 ini menunjukan bahwa

pemerintah sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan

lingkungan Indonesia. Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa

implementasi dari peraturan masih sangat kurang di negara ini. 

M. PENGELOLAAN LIMBAH B3

Page 21: MAKALAH B3

Pengelolaan limbah B3 bertujuan

untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang

diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah

tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Setiap kegiatan/usaha yang

berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah

dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas

lingkungan tetap pada kondisi semula. Apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah,

tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas

lingkungan kembali kepada fungsi semula.

1. Peraturan Terkait Pengelolaan Limbah B3 :

a. Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup : Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan

pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan (Pasal 59 ayat 1);

b. PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3  : Pelaku pengelola limbah

B3 (penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun

limbah B3) wajib melakukan pengelolaan limbah B3 sesuai ketentuan yang

berlaku ( Pasal 9 s/d Pasal 26 );

c. PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3  : Setiap badan usaha yang

melakukan kegiatan pengelolaan limbah B3 wajib memiliki izin dan atau

rekomendasi pengelolaan LB3 ( Pasal 40 ayat 1 );

d. Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup : Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa

izin, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3

tahun dan denda paling sedikit satu milyar rupiah dan paling banyak tiga milyar

rupiah ( Pasal 102 );

e. Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup : Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak

melakukan pengelolaan limbah B3, dipidana dengan pidana penjara paling singkat

1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit satu milyar rupiah dan

paling banyak tiga milyar rupiah ( Pasal 103 )

Page 22: MAKALAH B3

2. Definisi Pengelola Limbah B3

a. Penghasil Limbah B3 adalah  setiap orang yang usaha dan/atau kegiatannya

menghasilkan limbah B3 atau setiap orang yang memiliki limbah B3. Setiap

Penghasil limbah B3 wajib untuk memiliki Izin Tempat Penyimpanan

Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

b. Pengangkut Limbah B3 adalah  badan usaha yang berbadan hukum yang

melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3. Izin yang wajib dimiliki oleh

Pengangkut limbah B3 adalah Izin Pengangkutan Limbah B3 dari Dirjen

Perhubungan setelah sebelumnya mendapatkan rekomendasi dari Kementerian

Lingkungan Hidup. Izin yang dimiliki juga secara spesifik menyebutkan jenis

– jenis limbah B3 yang diperbolehkan untuk diangkut sehingga tidak semua

limbah b3 dapat diangkut oleh pengangkut limbah B3 karena harus sesuai

dengan jenis limbah yang tercantum di dalam izin pengangkutan tersebut.

c. Pengumpul Limbah B3 adalah  badan usaha yang berbadan hukum yang

melakukan kegiatan pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan

limbah B3 sebelum dikirim ke tempat pengolahan dan/atau pemanfaatan

dan/atau penimbunan limbah B3. Izin yang wajib dimiliki oleh pengumpul

limbah B3 adalah Izin pengumpulan limbah B3 yang dikeluarkan oleh Badan

yang menangani pengelolaan lingkungan Hidup. Jika ruang lingkup

pengumpulan dilakukan sebatas wilayah dalam kota, maka pengajuan

permohonan Izin Pengumpulan ditujukan kepada Badan Lingkungan Hidup

Pemerintah Kota/Kabupaten. Jika ruang lingkup pengumpulan dilakukan

lintas kota namun masih dalam satu propinsi, maka pengajuan permohonan

izin pengumpulan ditujukan kepada Badan Lingkungan Hidup Propinsi

setempat. Begitu pula jika ruang lingkup pengumpulan dilakukan dalam skala

nasional maka pengajuan permohonan ditujukan kepada Kementerian

Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Pengajuan permohonan izin

pengumpulan dilakukan sesuai dengan ruang lingkup pengumpulannya

Page 23: MAKALAH B3

kecuali untuk pengumpulan oli bekas maka proses perizinannya harus melalui

Kementerian Lingkungan Hidup.

d. Pemanfaat Limbah B3 adalah  badan usaha yang berbadan hukum yang

melakukan kegiatan pemanfaatan limbah B3. Pemanfaat Limbah B3 wajib

memiliki izin pemanfaat limbah B3 yang dikeluarkan oleh Kementerian

Lingkungan Hidup. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan

penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle), dan/atau perolehan kembali

(recovery) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk

yang dapat digunakan, sebagai substitusi bahan baku, bahan penolong,

dan/atau bahan bakar yang harus aman bagi lingkungan dan kesehatan

manusia. Contoh pemanfaat limbah B3 adalah pabrik semen yang

membutuhkan beberapa jenis limbah B3 untuk digunakan sebagai salah satu

bahan baku produksi.

e. Pengolah Limbah B3 adalah  badan usaha yang berbadan hukum yang

melakukan kegiatan pengolahan limbah B3. Sama halnya dengan pemanfaat

limbah B3, Pegolah Limbah B3 wajib memiliki Izin Pengolahan Limbah B3

yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Pengolahan limbah

B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik limbah B3 yang bertujuan

untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya, sifat racun,

komposisi, dan/atau jumlah limbah B3, dan/atau mengoperasikan sarana

pengolahan limbah B3 yang harus aman bagi kesehatan manusia dan

lingkungan hidup.

f. Penimbun limbah B3 adalah badan usaha yang berbadan hukum yang

melakukan kegiatan penimbunan limbah B3. Sedangkan definisi dari

penimbunan limbah B3 adalah suatu kegiatan menempatkan limbah B3 pada

suatu fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan

manusia dan lingkungan hidup. Penimbun Limbah B3 wajib memiliki izin

penimbunan limbah B3 yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan

Hidup. Contoh perusahaan yang bergerak dalam bidang ini adalah PPLI.

Page 24: MAKALAH B3

3. Penanganan limbah B3 Berdarasrkan Karakteristik dan Kandungannya

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan

kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan

dengan proses sebagai berikut :

1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi,

pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.

2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan

penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi,

dialisa, osmosis balik, dll.

3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi

racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut,

penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat

penimbunan akhir.

4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah

menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus

mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin

dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak

boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr.

Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3,

tetapi proses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai

dengan jenis dan materi limbah.

Hasil pengolahan limbah B3 harus memiliki tempat khusus pembuangan akhir

limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan pemantauan di area tempat

pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah tempat

pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.

Perlu diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil limbah B3,

harus melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3 bulan sekali).

N. TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Page 25: MAKALAH B3

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling

populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,

dan incineration.

1. Chemical Conditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama

dari chemical conditioning yaitu :

a. menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur

b. mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur

c. mendestruksi organisme patogen

d. memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki

nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion

e. mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman

dan dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut : 

a) Concentration thickening

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan

cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada

tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada

dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada

tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity

thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan

proses flotation pada tahapan awal ini.

 

b) Treatment, stabilization, and conditioning

Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan

menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses

pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia

Page 26: MAKALAH B3

berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia

dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan

memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi.

Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan

bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini

ialahlagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat

treatment, polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.

 

c) De-watering and drying

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi

kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat

pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa

digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt

press.

 

d) Disposal

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi

sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting.

Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialahsanitary landfill, crop land,

atau injection well.

2. Solidification/Stabilization

Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat

diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai

proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju

migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut.

Page 27: MAKALAH B3

Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya

dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap

mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat

dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:

a. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah

dibungkus dalam matriks struktur yang besar

b. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan

pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik

c. Precipitation

d. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada

bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.

e. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke

bahan padat

f. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa

lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan

bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing,

in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh

BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3. Incineration

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam

teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga

sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari

sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari

bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi

menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di

mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang

dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.

 

Page 28: MAKALAH B3

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value)

limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses

pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari

sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah

padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit,single chamber, multiple

chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator

tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat,

cair, dan gas secara simultan.

Limbah B3 kebanyakan terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Dapat juga

mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. Hadirnya elemen lain dalam jumlah

kecil tidak mengganggu proses oksidasi limbah B3. Struktur molekul umumnya menentukan

bahaya dari suatu zat organic terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Bila molekul

limbah dapat dihancurkan dan diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air dan senyawa

anorganik, tingkat senyawa organik akan berkurang. Untuk penghancuran dengan panas

merupakan salah satu teknik untuk mengolah limbah B3.

Inceneration adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa pembakaran dengan

kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi senyawa sederhana

seperti CO2 dan H2O. Incenerator efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk

padat, cair, gas, lumpur cair dan lumpur padat. Proses ini tidak biasa digunakan limbah

organik seperti lumpur logam berat (heavy metal sludge) dan asam anorganik. Zat

karsinogenik patogenik dapat dihilangkan dengan sempurna bila insenerator dioperasikan.

  Incenerator memiliki kelebihan, yaitu dapat menghancurkan berbagai senyawa

organik dengan sempurna, tetapi terdapat kelemahan yaitu operator harus yang sudah

terlatih. Selain itu biaya investasi lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain dan

potensi emisi ke atmosfir lebih besar bila perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan

operasional.