Makalah anvis "enfisema"

12
BAB I 1.2 Latar Belakang Pada Survei Kesehatan Rumat Tangga (SKRT) 1986 emfisema menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT DepKes RI menunjukkan angka kematian karena emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Penyakit emfisema di Indonesia meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang menghisap rokok, dan pesatnya kemajuan industri. Di negara-negara barat, ilmu pengetahuan dan industri telah maju dengan mencolok tetapi menimbulkan pula pencemaraan lingkungan dan polusi. Ditambah lagi dengan masalah merokok yang dapat menyebabklan penyakit bronkitis kronik dan emfisema.Di Amerika Serikat kurang lebih 2 juta orang menderita .Emfisema menduduki peringkat ke-9 diantara penyakit kronis yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas. Emfisema terdapat pada 65% laki-laki dan 15% wanita. Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus. Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Biasanya pada pasien perokok berumur 15-25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran napas kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak napas, hipoksemia, dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor- pulmonal yang dapat menyebabkan kegagalan napas dan meninggal dunia. Menurut dr. Pradjna Paramita, Sp. P dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara ini, “Emfisema adalah kelainan paru yang terletak di kantong udara. Jadi, udara di dalam paru-paru tidak bisa keluar dan masuk dengan semestinya,” katanya. Akibat udara dari dalam paru-paru tidak bisa keluar dan masuk maka kantong udara akan membesar akibat dari penumpukan udara di dalamnya. 1.3 Rumusan Masalah Mahasiswa dapat memahami tentang pengertian, 1.4 Tujuan Mengetahui adanya gangguan perkembangan paru yang di tandai dengan pelebaran ruang udaradi dalam paru-paru. Untuk memperlambat kemajuan proses penyakit, dan untuk mengatasi obstruksi jalan nafas untuk menghilangkan hipoksia DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan Kata Pengantar Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

Transcript of Makalah anvis "enfisema"

Page 1: Makalah anvis "enfisema"

BAB I

1.2 Latar Belakang

Pada Survei Kesehatan Rumat Tangga (SKRT) 1986 emfisema menduduki peringkat ke-5

sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT DepKes RI menunjukkan angka kematian karena emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Penyakit emfisema di Indonesia meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah orang yang menghisap rokok, dan pesatnya kemajuan industri. Di negara-negara barat, ilmu pengetahuan dan industri telah maju dengan mencolok tetapi

menimbulkan pula pencemaraan lingkungan dan polusi. Ditambah lagi dengan masalah merokok yang dapat menyebabklan penyakit bronkitis kronik dan emfisema.Di Amerika Serikat kurang lebih 2 juta orang menderita .Emfisema menduduki peringkat ke-9 diantara penyakit kronis yang

dapat menimbulkan gangguan aktifitas. Emfisema terdapat pada 65% laki-laki dan 15% wanita. Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara

abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus. Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Biasanya pada pasien perokok berumur 15-25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran napas kecil

dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak napas, hipoksemia, dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-

pulmonal yang dapat menyebabkan kegagalan napas dan meninggal dunia. Menurut dr. Pradjna Paramita, Sp. P dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara ini, “Emfisema adalah kelainan paru yang terletak di kantong udara. Jadi, udara di dalam paru-paru tidak bisa

keluar dan masuk dengan semestinya,” katanya. Akibat udara dari dalam paru-paru tidak bisa keluar dan masuk maka kantong udara akan membesar akibat dari penumpukan udara di dalamnya.

1.3 Rumusan Masalah

Mahasiswa dapat memahami tentang pengertian,

1.4 Tujuan

Mengetahui adanya gangguan perkembangan paru yang di tandai dengan pelebaran ruang udaradi dalam paru-paru. Untuk memperlambat kemajuan proses penyakit, dan untuk mengatasi

obstruksi jalan nafas untuk menghilangkan hipoksia

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

Kata Pengantar

Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

Page 2: Makalah anvis "enfisema"

BAB II PEMBAHASAN

1.Review Anfis

2.Definisi 3.Etiologi

4.Patofisiologi 5.Manifestasi Klinis 6.Komplikasi

7.Pemeriksaan 8.Penatalaksanaan

9. WOC

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan 3. Perencanaan 4. Implementasi

5. Evaluasi

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan 2. Saran 3. Daftar Isi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Review Anatomi & Fisiologi

Pernapasaan adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh organisme hidup yang dgunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan menghasilkan karbondioksida (CO2)

yang harus dikeluarkan, karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Setiap makluk hidup melakukan pernafasan untuk memperoleh oksigen O2 yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di

dalam sel-sel tubuh. Alat pernafasan setiap makhluk tidaklah sama, pada hewan invertebrata memiliki alat pernafasan dan mekanisme pernafasan yang berbeda dengan hewan vertebrata. Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah : hidung→ faring→

laring→trakhea→ bronkus→ dan bronkiolus. Mekanisme Pernafasan Manusia. Pada saat bernafas terjadi kegiatang inspirasi dan ekspirasi.

Inspirasi adalah pemasukan gas O2 dan udara atmosfer ke dalam paru-paru, sedangkan espirasi adalah pengeluaran gas CO2 dan uap air dari paru-paru ke luar tubuh.setiap menitnya kita melakukan kegiatang inspirasi dan espitrasi kurang lebih 16-18 kali. Pernafasan pada manusia

dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

Page 3: Makalah anvis "enfisema"

1. Pernafasan dada Pada pernafasan dada otot yang erperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot tulang rusuk

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan

tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan uada

kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses ’inspirasi’

Sedangkan pada proses ekspirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini

disebut ’espirasi’

2. Pernafasan perut Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot dinding rongga

perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke

paru- paru(inspirasi). Bila otot diafragma bereaksi dan otot dinding perut berkontraksi, isi rongga perut akan terdesak

ke diafragma sehingga diafragma cekung ke arah rongga dada. Sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat. Meningkatnya tekanan rongga dada menyebabkan isi rongga paru-paru terdesak ke luar dan terjadilah proses ekspirasi.

Kelainan yang terjadi pada sistem pernapasan yang terjadi pada organ paru-paru seperti emfisema.

2.2 Definisi Emfisema

Emfisema adalah suatu kelainan anatomik paru yang ditandai oleh pelebaran secara abnormal

saluran napas bagian distal bronkus terminalis, disertai dengan kerusakan dinding alveolus yang ireversibel. Kerusakan pada parenkim paru tanpa menimbulkan kerusakan pada asinus.

Emfisema adalah pengurangan daya balik (recoil) elastis dan disentigrasi dinding alveolus dengan pembentukan bulla, kolap jalan nafas ekspirasi dengan terperangkapnya udara dan hiperinflansi (pengarang,th)

Emfisema didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli.Emfisema paru merupakan bentuk paling berat dari PPOM

dikarakteristikkan oleh inflamasi berulang yang melukai dan akhirnya merusak dinding alveolar menyebabkan banyak blab atau bula (ruang udara) kolaps bronkiolus pada ekspirasi (jebakan udara).Emfisema paru juga dapat didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di

luar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini merupakan tahap akhir proses yang mengalami kemajuan dengan lambat selama beberapa tahun.

Dari beberapa pengertian di atasdapat disimpulkan

2.3 Etiologi 1. Rokok

Page 4: Makalah anvis "enfisema"

Secara patologis rokok dapat menyebabkan gangguan pergerakkan silia pada jalan napas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mucus

bronkus. Gangguan pada silia, fungsi makrofag alveolar mempermudah terjadinya perdangan pada bronkus dan bronkiolus, serta infeksi pada paru-paru. Peradangan bronkus dan bronkiolus

akan mengakibatkan obstruksi jalan napas, dinding bronkiolus melemah dan alveoli pecah.Disamping itu, merokok akan merangsang leukosit polimorfonuklear melepaskan enzim protease (proteolitik), dan menginaktifasi antiprotease (Alfa-1 anti tripsin), sehingga terjadi

ketidakseimbangan antara aktifitas keduanya. 2. Polusi

Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan terjadinya emfisema. Insidensi dan angka kematian emfisema dapat lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi. Polusi udara seperti halnya asap tembakau juga menyebabkan gangguan pada silia, menghambat fungsi makrofag

alveolar.

3. Infeksi Infeksi saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit infeksi saluran

napas seperti pneumonia, bronkiolitis akut, asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan napas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema. 4. Faktor genetic

Defisiensi Alfa-1 antitripsin. Cara yang tepat bagaimana defisiensi antitripsin dapat menimbulkan emfisema masih belum jelas.

5. Obstruksi jalan napas Emfisema terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus, sehingga terjadi mekanisme ventil. Udara dapat masuk ke dalam alveolus pada waktu inspirasi akan tetapi tidak dapat keluar

pada waktu ekspirasi. Etiologinya ialah benda asing di dalam lumen dengan reaksi lokal, tumor intrabronkial di mediastinum, kongenital. Pada jenis yang terakhir, obstruksi dapat disebabkan

oleh defek tulang rawan bronkus.

2.4 Patofisiologi

Berikut adalah skema Patofisiologi Emfisema menurut Brunner dan Suddarth. 2001. hal 602 : Mengiritasi jalan nafas

( hipersekresi mukus ) pengeluaran lendir berlebihan / peradangan ( inflamasi ) Peningkatan pengeluaran kelenjar mukosa Bronkhiolus menyempit dan menyumbat ( obstruksi )

Alveoli rusak dan membentuk fibrosis Dinding alveoli mengalami kerusakan di tandai dengan perubahan anatomis parenkim paru, di

mana terjadi pembesaran alveolus Peningkatan ruang area paru Kerusakan difusi oksigen

Aliran darah pulmonal meningkat Gagal jantung kanan

2.5 Manifestasi Klinis

a. Penampilan umum • Kurus, warna kulit pucat, dan flattened hemidifragma.

Page 5: Makalah anvis "enfisema"

• Tidak ada tanda CHF kanan dengan edema dependen pada stadium akhir. b. Usia 65-75 tahun

c. Pemeriksaan fisik dan laboratorium Pada klien emfisema paru akan di temukan tanda dan gejala seperti berikut :

• Nafas pendek persisten dengan peningkatan dispenia • Infeksi sistem respirasi • Wheezing ekspirasitidak ditemukan dengan jelas

• Produksi sputum dan batuk jarang • Hematikrit <60%

d. Pemeriksaan jantung. Tidak terjadi pembesarab jantung. Kor pulmonal timbul pada stadium akhir. e. Riwayat merokok

Biasanya di dapat,tetapi tidak selalu ada riwayat merokok.

2.6 Komplikasi

Terdapat empat perubahan patologik yang dapat di timbulkan pada klien emfisema yaitu:

a. Hilangnya elastis paru Protease (enzim paru) mengubah alveoli dan saluran nafas kecil dengan cara merusakka serabut

elastin, sebagai akibatnya adalah kantong alveolar kehilangan elastisnya dan jalan nafas kecil menjadi kolaps atau menyempit. Beberapa alveoli rusak dan yang lainnya mungkindapat menjadi

membesar. b. Hiperinflasi paru Pembesaran alveoli mencegah paru-paru kembali kepada posisi istirahat normal selama

ekspirasi. c. Terbentuknya bullae

Dinding alveolar membengkak dan sebagi kompensasinya membentuk suatu bullae (ruangan tempat udara0 yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-X. d. Kolaps jalan nafas kecil dan udara terperangkap

Ketika klien berusaha untuk ekshalasi secara kuat, tekanan positif intratorak akan menyebabkan kolapsnya jalannafas(alveoli).

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

a.Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)

Pengukuran fungsi paru biasanya menunjukan kapasitas paru total (TLC) dan volume

residual(RV).terjadi penurunan dalam kapasitas vital(VC) dan volume ekspirasi pakasa (FEV). Temuan-temuan ini menegaskan kesulitan yang di alami klien dalam mendorong udara kluar dari

paru.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Page 6: Makalah anvis "enfisema"

hemoblobin dan hematokrit mungkin normal pada tahap awal penyakit. Dengan berkembangnya penyakit, pemeriksaan gas darah arteri dapat menunjukkan adanya hipoksia ringan dengan

hiperkapnea.

c.Pemeriksaan Radiologis

Rontgen thoraxs menunjukkan adanya hiperinplaksi,pendataran diapragma, pelebaran margin interkosa,dan jantung sering di temukan bagai tergantung(heart till drop).

2.8 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan utama pada klien emfisema adalah meningkatkan kualitas hidup, memperlambat

perkembangan proses penyakit, dan mengobati obstruksi saluran nafasagar tidak terjadi hipoksia. Pendekatan terapi mencangkup:

• Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja nafas • Mencegah dan mengobati infeksi • Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru

• Memelihara kondisi lingkungsn yang memungkinkan untuk memfalisitasi pernafasan yang adekuat

• Dukungan psikologis • Eduksi dan rehibilitasi klien

Jenis obat yang diberikan:

• Bronkodilators • Terapiaerosol • Terapi infeksi

• Kortikosteroid • oksigenasi

2.8 WOC

BAB I Asuhan Keperawatan Pengkajian

Anamnesis Klien biasanya mempunayai riwayat merokok dan riwayat batuk kronis, bertempat tinggal atau

bekerja di area dengan polusi udara berat, adanya riwayat alergi pada keluarga adanya riwayat asma pada saat anak-anak.Perawat perlu mengkaji riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi yang meliputi alergen, stres emosional, peningkatan aktivitas fisik yang berlebihan ,

terpapar dengan polusi udara, serta infeksi saluran napas . perawat juga perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien, memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih relevan

untuk digunakan kembali. Pengkajian pada tahap lanjut penyakit ,didapatkan kadar oksigen yang rendah (hipoksemia)dan kadar karbondioksida yang tinggi (hiperkapnea). Klien rentan terhadap reaksi inflamasi dan

infeksi akibat pengumpilan sekresi. Setelah infeksi terjadi, klien mengalami mengiik yang berkepanjangan saat ekspirasi Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan adalah hal yang

umum terjadi. Vena jugularis mungkin mengalami distensil selama ekspirasi.

Page 7: Makalah anvis "enfisema"

Pada pengkajian yang dilakukan tangan sering didapatkan adanya jari tabung(clubbing finger)sebagai dampak dari hipoksemia yang berkepanjangan.

Dispnea adalah keluhan utama emfisema dan mempunyai serangan (onset) yang membahayakan. Klien biasanya mempunyai riwayat merokok, batuk kronis yang lama, mengi, serta nafas pendek

dan cepat (takipnea). Gejala-gejala diperburuk oleh infeksi pernapasan. Perawat pelu mengkaji obat-obat yang bisa diminum klien, memberikan kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.

1. Pemeriksaan Fisik Fokus

Pada klien dengan emfisema terlihat adanya peningkatan usahaInfeksi dan frekuensi

pernapasan serta penggunaan obat bantu napas. Pada infeksi, klien biasanya tampak mempunyai bentuk dada barrel chest (akibat udara yang terperangkap), penipisan masa otot, dan pernapasan

dengan bibir dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak efektif dan pengunaan otot-otot bantu napas (sternokleidomastoideus). Pada tahap lanjut, dispnea terjadi saat aktifitas bahkan pada aktifitas kehidupan sehari-hari seperti makan dan minum. Pengkajian batuk produktif dengan spuktum

purulen disertai demam mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi pernapasan.

Pada palpasi, ekspansi meningkat dan tatil fremitus biasanya menurun.Palpasi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma

menurunPerkusi

Sering didapatkan adanya bunyi napas bronki dan wheezingAukskultasi sesuai tingkat

beratnya obstruktif pada bronkeolus. Pada pengkajian lain didapatkan kadar oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang tinggi (Hiperkapnea) terjadi pada tahap penyakit. Pada waktunya, bahkangerakan ringan sekali pun seperti membungkuk untuk meningkatkan tali

sepatu, mengakibatkan dispnea dan keletihan (dispneaeksersional). Paru yang mengalami emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan bronkiolus tidak dikosongkansecara efektif

dan sekresi yang dihasilkannya. Klien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibatpengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi ini terjadi, klien mengalami mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi. Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan merupakan hal

yang umum terjadi. Vena jugularis mungkin mengalami distensi selama ekspiras.

2. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pengukuran fungsi paru biasanyaPangukuran Fungsi Paru (Spirometri) menunjukan

peningkatan kapasitas paru total (TLC) dan fungsi residual (RV). Terjadi penurunan dalm kapasitad vital (VC) dan volume ekspirasi paksa (FEV). Temuan-temuan ini menegaskan

kesulitan yang dialami klien dalm mendorong udara keluar dari paru 2. Pemeriksaan Laboratorium Hemeglobin dan hematokrit mungkin normal pada tahap awal penyakit. Dengan berkembangnya penyakit, pemeriksaan gas darah arteri dapat menunjukan

adanya hipoksia ringan dengan hiperkapnea. 3. Pengkajian Radiologis Rontgen thoraks menunjukan adanya hiperinflasi, pendataran

diafragma, pelebaran margin interkosta, dan jantung sering ditemukan bagai tergantung (heart till drop).

A. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan tertahannya sekresi.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen. 3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan in adekuat pertahanan primer dan

sekunder, penyakit kronis.

Page 8: Makalah anvis "enfisema"

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disprisa, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual / muntah.

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen, kelemahan, dispnea.

6. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang di bayangkan (ketidakmampuan untuk bernapas). 7. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai

proses penyakit dan pengobatan. B. Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan tertahannya sekresi. Tujuan : Mengefektifkan jalan nafas.

Hasil yang diharapkan : 1. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih / jelas.

2. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas.Misal : Batuk efektif dan mengeluarkan secret. Intervensi :

1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misal : mengi, krekels, ronki.

Rasional : Beberapa derajat bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan tidak

dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal: krekels basah (bronkhitis),bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema).

2. Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi mengi (emfisema).

Rasional : takipnea ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan / selama

stress / adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan ferkuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi. 3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal: peninggian kepala tempat tidur, duduk dan

sandaran tempat tidur.

Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan

menggunakan gravitasi, namun pasien dengan slifres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas.

4. Pertahankan polusi lingkungan minimum debu, asap dll.

Rasional : Pencitus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentrigen episode akut.

5. Bantu latihan nafas abdomen / bibir.

Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan

menurunka jebakan udara. 6. Ajarkan teknik nafas dalam batuk efektif.

Rasional : Batuk dapat menetap tetapi efektif khususnya bila pada lansia,sakit akut, atau

kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi / kepala dibawah setelah perkusi dada. 7. Berkolaborasi dalam memberikan obat sesuai indikasi Brokodilator mis, B-agonis, Epinefrin

(adrenalin, vaponefrim) albuterol (Proventil, (Brethine, Brethaire), isoetarin

(Brokosol,Ventolin) terbulatin Bronkometer).

Rasional : Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas mengi, dan produksi mukosa, obat-obat mungkin per oral, injeksi / inhalasi.- Xantin, mis

aminofilin, oxtrifilin (Choledyl), teofilin (Bonkoddyl, Theo-Dur)

Rasional : Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan meningkatkan langsung

siklus AMP. Dapat juga menurunkan kelemahan otot / kegagalan pernafasan dengan

Page 9: Makalah anvis "enfisema"

meningkatkan kontraktilitis diafragma. 8. Berikan humidifikasi tambahan mis nubuter nubuliser, humidiper aerosol ruangan dan

membantu menurunkan / mencegah pembentukan mukosa pada bronkus.tebal

Rasional : Menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran dan membantu

menurunkan / mencegah pembentukan mukosa tebal pada bonrkus. 2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen.

Tujuan : Memenuhi suplai oksigen pada tubuh. Kriteria hasil yang diharapkan :

1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat yang bila dalam rentang normal + bebas gejala distres pernafasan. 2. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan / situasi.

Intervensi : 1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafass bibir,

ketidakmampuan bicara / berbincang.

Rasional : Berguna dalam evaluasi distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.

2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi, dan latihan nafas

untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas. 3. Dorong mengeluarkan sputum : Penghisapan bila diindikasikan.

Rasional : Kental, tebal, banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas

pada jalan nafas kecil, penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif. 4. Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir / daun telinga) keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

5. Awasi tanda vital dan irama jantung.

Rasional : Takikarena, disritimia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia

sistemik pada fungsi jantung. 6. Kolaborasi : Awasi / gambaran seri GDA dan nadi, oksimetri.

Rasional : PaCO2. Biasanya meningkat (bronkhitis, emfisema) dan PaCO2 secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih / lebih besar. Catat : PaCO2 normal /

meningkat menandakan kegagalan pernafasan yang akan datang selama osmatik. 7. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien..

Rasional : Dapat memperbaiki / mencegah buruknya hipoksia.

3. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan in adekuat pertahanan primer dan sekunder, penyakit kronis.

Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi. Kriteria hasil yang diharapkan :

1. Menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu. 2. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi. 3. Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Intervensi : 1. Awasi suhu.

Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi / dehidrasi. 2. Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan

adekuat.

Rasional : Aktifitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan

Page 10: Makalah anvis "enfisema"

resiko terjadi infeksi paru. 3. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.

Rasional : Cegah penyebaran patogen melalui cairan. 4. Dorong keseimbangan antara aktifitas dan istirahat.

Rasional : Menurunkan konsumsi / kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.

Kolaborasi. 5. Dapatkan spesimen dengan batuk / penghisapan untuk pewarnaan kuman gram kultur /

sensitivitas.

Rasional : Dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan kerentanan terhadap

berbagai anti mikrobia. 6. Berikan anti mikrobia sesuai indikasi.

Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kulturdan

sensitivitas, atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi. 4. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

dispnea, kelemahan efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual / muntah. Tujuan : Memenuhi kebutuhan nutrisi klien secara adekuat.

Kriteria hasil yang diharapkan : 1. Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat. 2. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan / mempertahankan

berat yangtepat. Intervensi :

1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan, evalusi BB dan ukuran tubuh.

Rasional : Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum

dan obat. Selain itu banyak pasien PPOM mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan membuat status hipermetalik dengan meningkatkan kebutuhan kalori.

2. Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat.

Rasional : Aktifitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko terjadi infeksi paru.

3. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.

Rasional : Cegah penyebaran patogen melalui cairan.

4. Dorong keseimbangan antara aktifitas dan istirahat.

Rasional : Menurunkan konsumsi / kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki

pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan. Kolaborasi. 5. Dapatkan spesimen dengan batuk / penghisapan untuk pewarnaan kuman gram kultur /

sensitivitas.

Rasional : Dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan kerentanan terhadap

berbagai anti mikrobia. 6. Berikan anti mikrobia sesuai indikasi.

Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kulturdan sensitivitas, atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi.

5. Diganosa Keperawatan : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen, kelemahan, dispnea.

Page 11: Makalah anvis "enfisema"

Tujuan : Mengembalikan aktifitas klien seperti semula. Kriteria hasil yang diharapkan :

1. Melaporkan / Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.

Intervensi : 1. Evaluasi respons pasien terhadap aktifitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.

Rasional : Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi. 2. Bantu aktivitas perawatan dini yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas

selama fase penyembuhan.

Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen. – Ajarkan klien untuk mengurangi aktivitas yang dapat menimbulkan kelelahan.

6. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan. Tujuan : Klien mampu untuk mengetahui tentang pengertian / informasi PPOM.

Kriteria hasil yang diharapkan : 1. Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.

2. Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab. Intervensi :

1. Jelaskan / kuatkan penjelasan proses penyakit individu.

Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana

pengobatan. 2. Instruksikan / kuatkan rasional untuk latihan nafas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.

Rasional : Nafas bibir + nafas abdominal / diafragmatik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil dan memberikan individu arti untuk

mengontrol dispnea. Latihan kondisi umum meningkatkan toleransi aktivitas, kekuatan otot dan rasa sehat. 3. Diskusikan obat pernafasan, efek samping + reaksi yang tak diinginkan.

Rasional : Pasien ini sering mendapat obat pernafasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hampir sama + potensial interaksi obat, penting bagi pasien memahami perbedaan

antara efek samping mengganggu dan efek samping merugikan. 4. Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.

Rasional : Menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut, dimana dapat menimbulkan infeksi saluran nafas atas.

5. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi mis: udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem, serbuk, asap tembakau, sprei aerosol, polusi udara.

Rasional : Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan iritasi bronkial menimbulkan

peningkatan produksi sekret dan hambatan jalan nafas. 6. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada periodik dan kultur sputum.

Rasional : Pengawasan proses penyakit untuk membuat program terapi untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan dapat membantu mencegah komplikasi.

C. Implementasi Sesuai dengan intervensi

D. Evaluasi

Page 12: Makalah anvis "enfisema"

Fokus utama pada klien Lansia dengan COPD adalah untuk mengembalikan kemampuan dalam ADLS, mengontrol gejala, dan tercapainya hasil yang diharapkan. Klien Lansia mungkin

membutuhkan perawatan tambahan di rumah, evaluasi juga termasuk memonitor kemampuan beradaptasi dan menggunakan tehnik energi conserving, untuk mengurangi sesak nafas, dan

kecemasan yang diajarkan dalam rehabilitasi paru. Klien Lansia membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari tehnik rehabilitasi yang diajarkan. Bagaimanapun, saat pertama kali mengajar, mereka harus mempunyai pemahaman yang baik dan mampu untuk beradaptasi

dengan gaya hidup mereka.

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Emfisema adalah suatu kelainan anatomik paru yang ditandai oleh pelebaran secara abnormal

saluran napas bagian distal bronkus terminalis, disertai dengan kerusakan dinding alveolus yang ireversibel. Kerusakan pada parenkim paru tanpa menimbulkan kerusakan pada asinus.

Faktor utama dari penyebab emfisema adalah rokok, karena secara patologis rokok dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada jalan napas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bromkus. Setelah rokok yakni

polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Selain rokok dan polusi udara, adanya infeksi pada alat pernapasan ini juga bisa menjadi pemicu emfisema. Karena infeksi

saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat.

3.2. SARAN Menghindari asap rokok adalah langkah terbaik untuk mencegah penyakit ini. Berhenti merokok sangat penting untuk kesehatan. Patuhi perturan keamanan di tempat kerja seperti memakai

masker.

3.3 DAFTAR PUSTAKA

Broughman,Diane C.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta.EGC Brasher,L valentina.2007.Aplikasi klinis patofisiologi.Jakarta.EGC

Djojodibroto,R Darmanto.2009.Respirologi (Respiratory Madicine).Jakarta.EGC Patel,Pradip.2006.Radiologi.Jakarta.Erlangga

Arif Muttaqin,C.2008.Askep dgn Gangguan sistem nafas.jakarta.salemba medika