Makalah Anemia Edited

download Makalah Anemia Edited

of 17

description

please use it wisely..

Transcript of Makalah Anemia Edited

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    1/17

    PENDAHULUAN

    Sel darah merah (SDM) atau eritrosit adalah cakram bikonkaf tidak berinti yang kira-kira

    berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2m dan ketebalannya berkurang sebagian tengah menjadi

    hanya 1 mm atau kurang. Komponen utama SDM adalah hemoglobin protein protein (Hb), yang

    mengangkut sebagian besar oksigen dan sebagian kecil fraksi karbon dioksida dan

    mempertahankan ph normal melalui serangkaian dapar intraseluler.

    Perubahan massa SDM menimbulkan dua keadaan yang berbeda. Jika jumlah SDM berkurang,

    maka timbul anemia. Sebaliknnya, keadaan yang jumlah SDMnya terlalu banyak disebut

    polisitemia.

    Salah satu gangguan sel darah merah adalah anemia. Menurut definisi, anemia adalah

    berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM, kuantitas hemoglobin, dan volume

    packed red blood cells. Dengan demikian anemia bukan suat diagnosis melainkan suatu

    cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang

    seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium. Dalam makalah ini akan dipaparkan

    lebih lanjut dengan sebuah contoh kasus anemia.

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    2/17

    STUDI KASUS

    Seorang ibu 26 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan lemas, letih lesu, cepat sesak, pucat

    sekali, Kesadaran normal, hati limpa normal tidak teraba. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan

    tekanan darah 110/75 serta denyut jantung yakni 90x/menit. Kita ketahui bahwa denyut jantung

    normal adalah 60-80x/menit (sumber medical store). Apabila semua pengaruh hormonal dan

    saraf pada jantung dihambat , kecepatan intrinsic menjadi sekitar 100 dpm. Setelah dilakukan

    hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan :

    Hb : 7 g/dl

    Leukosit : 7800/l

    Hitung jenis : 0/2/8/45/38/7

    LED : 60 mm/jam

    MCV : 58 fL ( normal : 82-92 fL )

    MCH : 20 pg ( normal : 27-31 pg )

    MCHC : 28 % ( normal : 32-37 % )

    Jumlah trombosit 240000 ( normal 150000 300000 )

    berdasarkan hasil indeks di atas, MCV, MCH maupun MCHc berada di bawah normal, dan hal

    ini menunjukan anemia hipokromik mikrositer. Indeks eritrosit seperti MCV, MCH menurun

    didapat hanya pada anemia defisiensi besi dan thalasemia major, sedangkan jika MCHC

    menurun pada defisiensi yang lebih lama dan berat.1

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    3/17

    PEMBAHASAN

    Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM, kuantitas hemoglobin,

    dan volume packed red blood cells.2

    Pada dasarnya anemia dapat disebabkan oleh karena :

    1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang

    2. Kehilangan darah keluar tubuh ( perdarahan )

    3.

    Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya ( hemolisis ).3

    Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi, gangguan

    absorbsi, pendarahan kronik ( epistaksis ), kebutuhan besi meningkat ( pertumbuhan ) ,serta

    kehilangan besi akibat perdarahan menahun, seperti :

    1. Kehilangan besi akibat pendarahan menahun dapat berasal dari :

    Saluran cerna : akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker

    lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.

    Saluran genitaklia perempuan : menorrhagia atau metrorhagia

    Saluran kemih : hematuria

    Saluran nafas : hemoptoe

    2.

    Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (

    bioavailabilitas ) besi yang tidak bisa ( makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan

    rendah daging ).

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    4/17

    3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematurias, anak dalam masa pertumbuhan dan

    kehamilan.

    4. Gangguan absorbsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.4

    Patofisiologi

    Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan

    ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan

    vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Warna kulit bukan

    merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi pigmentasi kulit, suhu,

    dan kedalaman serta distribusi bantalan kapiler. Bantalan kuku, telapak tangan dan membran

    mukosa mulut sarta konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk indikator pucat. Jika

    lipatan tangan tidak lagi berwarna merah muda, hemoglobin biasanya kurang dari 8 gram.

    Takikardi dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan aliran

    darah) mencerminkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (nyeri dada),

    khususnya pada orang tua dengan stenosis koroner, dapat disebabkan oleh iskemia miokardium.

    Pada anemia berat, gagal jantung kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak

    dapat beradaptasi dengan beban kerja jntung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernapas),

    napas pendek, dan cepat lelah sewaktu mekakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi

    berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, pingsan, dan tinitus (telinga berdengung)

    dapat mencerminkan berkurangnya oksigenasi pada sistem saraf pusat. Pada anemia yang berat

    dapat juga timbul gejala-gejala saluran cerna seperti anoreksia, mual, konstipasi atau diare, dan

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    5/17

    stomatitis (nyeri pada lidah dan membran mukosa mulut); gejala-gejala umumnya disebabkan

    oleh defisiensi, seperti defisiensi zat besi.

    Hasil pemer ikasaan laborator ium

    Hasil pemeriksaan apusan darah:

    1. Berbentuk mikrositik (micrositer)

    2. Berwarna hipokrom dengan inti putih lebih lebar

    Pemeriksaan

    darah

    Hasil laboratorium Normal/tidak normal

    Hb 7g/dl Tidak Normal (menurun ,w: 11,5-16,5)

    Leukosit 7800/l Normal (5000-10000)

    Hitung Jenis

    Basofil - (tidak ditemukan) Normal (0-1 %)

    eosinofil 2 Normal (1-3%)

    Neutrofil batang 8 Tidak normal ( lebih ,normal 1-6%)

    Neutrofil segmen 45

    Tidak normal ( menurun ,normal 50-

    70%)

    limfosit 38 Normal (20-40)

    Monosit 7 Normal (1-8)

    LED 60mm/jam Tidak normal ( lebih ,w: < 20)

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    6/17

    3. Terdapat sel pensil, sel sabit, hipokromik, rouloux, sferosit (eritrosit tidak memiliki

    bagian pucat)

    4. Poikilositosis yaitu adanya eritrosit dengan keragaman bentuk yang abnormal di dalam

    darah.

    5. Anisositosis yaitu adanya eritrosit dengan keragaman ukuran di dalam darah

    Anamnesa menuju diagnosis

    Bagaimana asupan atau pola makan ibu sehari-hari ?

    Bagaimana siklus menstruasi setiap bulannya ?

    Pekerjaan ,apa jenis pekrjaannya ? terpapar radiasi atau tidak

    Sudah mengosumsi obat apa saja sebelum datang ke dokter ?

    Apakah mempunyai riwayat keluarga thalasemia ?

    Akhir akhir ini pernah mengalami trauma ? misalnya terbentur ,pendarahan ? kapan

    terjadinya

    Hipotesa dari keluhan utama yang telah disebutkan oleh ibu ini ialah anemia sebab telah

    diketahui bahwa ibu ini pucat, letih, lemah, kurang zat besi dan kurangnya Hb. Telah kita ketahui

    bersama bahwa tanda-tanda yang telah disebutkan diatas merupakan ciri ciri atau gejala dari

    penyakit anemia.

    Diagnosis Banding

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    7/17

    Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya seperti : anemia

    akibat penyakit kronik, thalassemia minor, anemia sinderoblastik.

    1. Anemia Pada Penyakit Kronik

    Merupakan jenis anemia yang paling sering ditemukan pada pasien Lupus Eritematosus

    Sistemik. Mekanisme anemia pada penyakit kronik masih sulit dimengerti. Hasil pada

    beberapa penelitian pathogenesis arthritis rematoid mengindikasikan bahwa banyak

    faktor yang terlibat seperti gangguan pelepasan besi oleh system fagositik mononuklear,

    besi terikat dengan protein pengikat, penurunan respons eritropoetin, dan efek supresif

    interleukin terhadap eritropoesis. Pengobatan pada jenis anemia ini ditujukan pada proses

    penyakitnya, tidak dianjurkan untuk pemberian terapi besi atau intervensi spesifik

    lainnya.

    2. Thalassemia Minor

    Mempunyai genotip yang heterozigot. Fenotip kelainan ini secara simptomatis tidak

    menimbulkan gejala, kadang terdapat hepatomegali, dan splenomegali. Kadar

    hemoglobin terentang antara 10-13% dengan jumlah eritrosit normal atau sedikit tinggi.

    Darah tepi menunjukkan gambaran mikrositik hipokrom, poikilositosis, sel target, dan

    eliptosit. Sumsum tulang menunjukkan hyperplasia eritroid ringan sampai sedang dengan

    eritropoiesis yang sedikit tidak efektif.

    3. Anemia Sideroblastik

    Anemia sideroblastik adalah anemia mikrositik-hipokromik yang ditandai oleh adanya

    sel-sel darah merah imatur (sideroblas) dalam sirkulasi dan sumsum tulang. Anemia

    sideroblastik primer dapat terjadi akibat efek genetik pada kromosom X yang jarang

    ditemukan (terutama dijumpai pada pria) atau dapat timbul secara spontan, terutama pada

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    8/17

    orang tua. Penyebab sekunder anemia sideroblastik adalah obat-obat tertentu, misalnya

    beberapa obat kemoterapi dan ingesti timah.

    Cara membedakan keempat jenis anemia tersebut dapat kita lihat pada tabel5

    Tabel Diagnosis Banding Anemia Defisiensi Besi

    Anemia

    Defisiensi Besi

    Anemia Akibat

    Penyakit

    Kronik

    Thalassemia

    Minor

    Anemia

    Sideroblastik

    Derajat anemia Ringan sampai

    berat

    Ringan Ringan Ringan sampai

    berat

    MCV Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N

    MCH Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N

    Besi serum Menurun < 30 Menurun < 50 Normal/meningkat Normal/meningkat

    TIBC Meningkat >

    360

    Menurun < 300 Normal/menurun Normal/menurun

    Saturasi

    transferin

    Menurun < 15% Menurun/N 10-

    20%

    Meningkat > 20% Meningkat > 20%

    Besi sumsum

    tulang

    Negatif Positif Positifkuat Positifdengan ring

    sideroblast

    Protoporfirin

    eritrosit

    Meningkat Meningkat Normal Normal

    Feritin serum Menurun < 20

    g/l

    Normal 20-200

    g/l

    Meningkat > 50

    g/l

    Meningkat > 50

    g/l

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    9/17

    Elektroforesis

    Hb.

    N N Hb.A2 meningkat N

    Pemeriksaan laboratorium yang di butuhkan untuk melengkapi diagnosis adalah :

    1.pemeriksaan sum-sum tulang

    Pemeriksaan sum-sum tulang memberikan informasi yang sangat beharga mengenai keadaan

    hematopoesis.pemeriksaan ini di butuhkan untuk diagnosis definitive pada beberapa jenis

    anemia.pemeriksaan sumsum tulang mutlak diperlukan untuk diagnosis anemia

    aplastik,anemia megaloblastik,serta pada kelainan hematologic yang dapat mensupresi system

    eritroid.

    2.pemeriksaan semi kuantitatif

    Pemeriksaan semi kuantitatif dengan menggunakan teknik katokadz

    3.pemeriksaan tinja

    Pemeriksaan tinja digunakan untuk melihat apakah di dalam tinja tersebut terdapat telur dari

    cacing apa tidak. Tes darah adalah alat diagnostik yang sangat berguna. Darah terdiri dari

    beberapa jenis sel dan senyawa lain, termasuk berbagai garam dan protein tertentu.

    Bagian cairan darah yang disebut plasma. Ketika bekuan darah di luar tubuh, sel-sel darah dan

    beberapa protein menjadi padat. Cairan yang tersisa ini disebut serum, yang dapat digunakan

    dalam tes kimia dan tes untuk mengetahui bagaimana sistem perkelahian penyakit kekebalan

    tubuh.

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    10/17

    Dokter bisa mengambil sampel darah dan menumbuhkan organisme menular yang

    menyebabkan penyakit untuk melihat secara tepat apa yang mereka melalui mikroskop

    Adapun yang di periksa adalah:

    - Eritrosit

    - Leukosit

    - Trombosit

    - Parasit (bila ada)

    4.Pemeriksaan biokimia

    Pemeriksaan biokimia seperti :

    -zat besi serum

    -kapasitas serum mengikatzat besi

    -saturasi transferin

    -kadar feritin serum

    Di perlukan untuk membedakan antara anemia hipokromik mikrositik yang di sebabkan oleh

    defisisensi zat besi,anemia sidroblastik,anemia pada penyakit kronis,dan thalasemia .

    Diagnosis yang pasti untuk penyakit ini adalah Anemia Hipokromik Mikrositer.

    Namun Anemia ini mempunyai 4 penyebab lainnya dan untuk menentukan obat yang tepa tuntuk

    menyembuhkan penyakit ini maka kita harus menentukan penyebabnya yang tepat pula.

    Ada 4 penyebab : - Anemia Defisiensi Besi

    - Anemia Penyakit Kronik

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://www.netdoctor.co.uk/health_advice/examinations/microscopy.htm&usg=ALkJrhjR--N_-87KbVbQ9x2Q4Ehs5YWoxwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://www.netdoctor.co.uk/health_advice/examinations/microscopy.htm&usg=ALkJrhjR--N_-87KbVbQ9x2Q4Ehs5YWoxw
  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    11/17

    - Thalasemia Minor

    - Anemia Sideroblastik

    Dikarenakan MCV yang dibawah normal maka kita dapat mengetahui bahwasanya Anemia

    Defisiensi Besi dan Thalasemia Minor yang menyebabkan MCV menurun. Namun Thalasemia

    Minor mempunyai ciri-ciri dari warna kulit yang simtomatik. Sehingga penyebab yang paling

    tepat adalah Anemia Defisiensi Besi.

    Diagnosis Pasti untuk pasien ini adalah Anemia Hipokromik Mikrositer karena Defisiensi Besi.

    Setelah diagnosis pasti didapatkan, maka dibuat rencana pemberian terapi bagi pasien anemia

    defisiensi besi tersebut. Berikut adalah beberapa terapi yang dapat dilakukan:

    1. Terapi kausal

    ADB dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi, gangguan absorbsi serta

    kehilangan besi akibat pendarahan menahun (karena tukak peptik, kanker lambung,

    pemakaian salisilat atau NSAID, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, infeksi cacing

    tambang, menorrhagia atau mentrorhagia, hematuria atau hemoptoe). Apabila penyebab

    dari ADB tersebut adalah pendarahan, pengobatan dapat dilakukan dengan menekan

    pendarahan tersebut misalnya dengan pengobatan pada cacing tambang, hemoroid atau

    menorhagia. Terapi kausal harus dilakukan, karena apabila tidak, anemia akan kambuh

    lagi.

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    12/17

    2. Pemberian preparat besi untuk menggantikan kekurangan besi dalam tubuh (iron

    replacement therapy)

    A. Terapi Besi Oral

    Terapi ini adalah terapi pilihan pertama karena efektif, murah dan aman. Preparat

    yang tersedia adalah ferrous sulphat (sulfas ferosus). Dosis yang dianjurkan adalah

    3x200 mg. Setiap 200 mg sulfas ferosus mengandung 66 mg besi elemental.

    Pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg mengakibatkan absorbsi besi 50 mg per hari

    yang dapat meningkatkan eritropoesis dua sampai tiga kali normal. Preparat lainnya

    adalah ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous

    succinate.Sediaan ini harganya lebih mahal, namun memiliki efektifitas dan efek

    samping yang hampir sama dengan sulfas ferosus.

    Preparat besi oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong (sebelum makan),

    namun efek sampingnya lebih sering dibandingkan dengan pemberian setelah

    makan. Efek samping itu sendiri adalah gangguan gastrointestinal yang berupa mual,

    muntah dan konstipasi. Maka untuk mengurangi efek samping, besi diberikan saat

    makan atau dosis dikurangi menjadi 3 x 100 mg. Terapi dilakukan selama 3-6 bulan

    atau dianjurkan selama 12 bulan, setelah kadah Hb normal dan cadangan besi tubuh

    terisi. Pasien juga perlu diberi dosis pemeliharaan yaitu 100-200 mg untuk mencegah

    kambuhnya anemia.

    B. Terapi Besi Parenteral

    Terapi ini sangat efektif namun lebih mahal dan tinggi resiko, maka hanya dilakukan

    dengan indikasi tertentu,yaitu : (1) intoleransi terhadap pemberian besi oral; (2)

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    13/17

    kepatuhan terhadap obat yang rendah; (3) gangguan pencernaan seperti kolitis

    ulseratif yang dapat kambuh bila diberi besi; (4) penyerapan besi terganggu; (5)

    kehilangan banyak darah yang tidak bisa dikompensasi oleh pemberian besi oral; (6)

    kebutuhan besi yang besar dalam jangka waktu pendek, misal pada kehamilan

    trisemester tiga dan sebelum operasi; (7) defisiensi besi fungsional relatif akibat

    pemberian eritropoetin pada anemia gagal ginjal kronik atau anemia pada penyakit

    kronik.

    Preparat yang tersedia adalah iron dextran complex ( mengandung 50 mg besi/ml ),

    iron sorbitol citric acid complex dan ferric gluconate dan iron sucrose. Pemberian

    dengan cara intramuskular atau intravena pelan. Efek sampingnya dapat berupa

    flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah, nyeri perut, sinkop atau reaksi

    anafilaksis. Terapi ini sendiri bertujuan untuk mengembalikan kadar Hb dan mengisi

    besi sebesar 500-1000 mg.

    3. Pengobatan lain

    Pasien ADB sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan protein tinggi, terutama yang

    berasal dari protein hewani seperti hati dan daging yang banyak mengandung besi. Untuk

    meningkatkan penyerapan besi dapat diberikan vitamin C, 3x100 mg apabila perlu.

    Pemberian vitamin C perlu dipertimbangkan karena vitamin C dapat meningkatkan efek

    samping terapi. Pemberian terapi harus seimbang antara intake gizi dan pemberian besi

    tambahan dari luar.

    Transfusi darah jarang dilakukan pada pasien ADB, kecuali dengan indikasi adanya

    penyakit jantung anemik dengan ancaman payah jantung, anemia yang sangat

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    14/17

    simtomatik, misal anemia dengan gejala pusing yang mencolok, juga untuk pasien yang

    memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat seperti pada kehamilan trisemester akhir

    atau preoperasi. Jenis darah yang diberika adalah Packed Red Cell untuk mengurangi

    bahaya overload.6

    Prognosis untuk pasien ini adalah Dubia Ad Bonam

    Vitam ->Bonam

    dikarenakan tidak ada tanda / gejala vital yang berbahaya

    Fungsionam ->Bonam

    dikarenakan fungsi organ tubuh akan tetap normal walaupun terkena anemia ini

    Sanationam ->Dubia Ad Bonam

    dikarenakan penyakit ini akan bias timbul lagi jika tidak diobati dengan benar

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    15/17

    KESIMPULAN

    Salah satu gangguan sel darah merah adalah anemia. Menurut definisi, anemia adalah

    berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM, kuantitas hemoglobin, dan volume

    packed red blood cells.

    Pada dasarnya anemia dapat disebabkan oleh karena gangguan pembentukan eritrosit oleh

    sumsum tulang, kehilangan darah keluar tubuh ( perdarahan ), proses penghancuran eritrosit

    dalam tubuh sebelum waktunya ( hemolisis ). Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan

    anemia hipokromik lainnya seperti : anemia akibat penyakit kronik, thalassemia minor, anemia

    sinderoblastik.

    Diagnosis yang pasti untuk penyakit ini adalah Anemia Hipokromik Mikrositer.

    Namun Anemia ini mempunyai 4 penyebab lainnya dan untuk menentukan obat yang tepa tuntuk

    menyembuhkan penyakit ini maka kita harus menentukan penyebabnya yang tepat pula.

    Ada 4 kemungkinan penyebab yakni anemia Defisiensi Besi, anemia Penyakit Kronik,

    thalasemia Minor, anemia Sideroblastik

    Dikarenakan MCV yang dibawah normal maka kita dapat mengetahui bahwasanya Anemia

    Defisiensi Besi dan Thalasemia Minor yang menyebabkan MCV menurun. Namun Thalasemia

    Minor mempunyai ciri-ciri dari warna kulit yang simtomatik. Sehingga penyebab yang paling

    tepat adalah Anemia Defisiensi Besi. Pengobatan yang dapat dilakukan antara lain pengobatan

    kausal, pemberian preparat besi untuk menggantikan kekurangan besi dalam tubuh (iron

    replacement therapy), dan pengobatan lain.

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    16/17

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Setiati S. Anemia Defisiensi Besi. Sudoyo AW, Setiyohadi W, Alwi I, Simadibrata M, editors.

    Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th

    ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009; p. 1132.

    2. Sylvia A. Price, bab gangguan sel darah merah halaman 256-257, jakarta, egc, 2005

    3. Setiati S. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. Sudoyo AW, Setiyohadi W, Alwi I,

    Simadibrata M, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th

    ed. Jakarta: Interna Publishing;

    2009; p. 1130.

    4. Setiati S. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. Sudoyo AW, Setiyohadi W, Alwi I,

    Simadibrata M, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th

    ed. Jakarta: Interna Publishing;

    2009; p. 1131.

    5.Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia DefisiensiBesi.Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi

    I, editors. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. 5th

    ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009; p. 1134,

    1178, 1381.

    6. Bakta IM,Suega K, Dharmayuda TG. Anemia defisiensi besi. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi

    I, Simadibrata M, Setiati, editors.Ilmu Penyakit Dalam. 4th

    ed. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;

    2006; p. 638-9.

  • 5/20/2018 Makalah Anemia Edited

    17/17