Makalah Anak Klerk Syafiq
-
Upload
ahmad-raff-presley -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of Makalah Anak Klerk Syafiq
7. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya (Rahajoe, N.
Nastiti dkk, 2010).
8. Anamnesis
Gejala awal berupa gejala infeksi respiratori atas akibat virus seperti
pilek ringan, batuk, dan demam. Satu hingga dua hari kemudian timbul
batuk yang disetai dengan sesak napas. Selanjutnya dapat ditemukan
wheezing, sianosis, merintih, napas berbunyi, muntah setelah batuk, rewel
dan penurunan nafsu makan (Rahajoe, N. Nastiti dkk, 2010).
9. Pemeriksaan Fisik
Dapat dijumpai demam, dipsneau dengan respiratory effort dan
retraksi. Nafas cepat dangkal disertai dengan nafas cuping hidung, sianosis
diskitar mulut, gelisah. Terdengar suara napas pada saat ekspirasi yang
memanjang (wheezing). Pada auskultasi paru terdengar ronkhi basah halus
yang nyaring pada awal atau akhir inspirasi. Suara paru perkusi hipersonor.
Jika obstruksi hebat suara nafas nyaris tidak terdengar, napas cepat dangkal,
wheezing berkurangbahkan hilang (PDT SMF Anak, 2008).
10. Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
Analisis Gas Darah (AGD) diperlukan untuk anak dengan sakit berat,
khususnya yang membutuhkan ventilator mekanik. Foto Roentgen pada
regio thoraks didapatkan gambaran hiperinflasi dan infiltrat (patchy
infiltrates), tetapi gambaran ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada
asma, penumonia viral atau atipikal dan aspirasi. Dapat pula ditemukan
gambaran atelektasis, terutama pada saat konvalensiakibat sekret pekat
bercampur sel sel mati yang menyumbat, air trapping, diafragma datar, dan
peningkatan diameter antero posterior. Untuk menemukan RSV, dilakukan
kultur virus, Rapid antigen detection tests (enzyme-linked immunosorbent
assays, ELISA) atau dengan menggunakan Polymer chain Reaction (PCR),
dan pengukuran titer antibodi pada fase akut dan konvalensi (Rahajoe, N.
Nastiti dkk, 2010).
11. Diagnosis Banding
1. Asthma bronkial
2. Aspirasi benda asing
3. Bronkopneumonia
4. Gagal jantung
5. Miokarditis
6. Fibrosis kistik
Sumber: (PDT SMF Anak, 2008).
12. Penatalaksanaan
Berdasarkan buku diktat IDAI Respirologi edisi tahun 2010, sebagian
besar tatalaksana bronkliolitis pada bayi bersifat suportif, yaitu pemberian
oksigen, minimal penangan pada bayi, cairan intravena dan kecukupan
cairan, penyesuaian suhu lingkungan agar konsumsi oksigen minimal,
tunjangan respirasi bila perlu, dan nutrisi. Setelah itu barulah digunakan
bronkodilator, anti-inflamasi seperti kortikosteorid, antiviral seperti
ribavirin, dan pencegahan dengan vaksin RSV, imunoglobulin poliklonal,
atau Humanized rsv monoclonal antibody (Palivizumab).
Dikutip dari buku Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT) Bag/SMF
Ilmu Kesehatan Anak Edisi 3 tahun 2008, penatalaksanaan bronkiolitis
yang diperlukan adalah:
1. Pemberian oksigenasi dapat diberikan oksigen nasal atau masker,
monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda nafas diberikan bantuan
ventilasi mekanik.
2. Pemberian cairan dan kaloriu yang cukup (bila perlu dapat dengan
cairan parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, peningkatan suhu
dan status hidrasi.
3. Koreksi terhadap kelainan asam basa dan elektrolit yang mungkin
timbul.
4. Antibiotik dapat diberikan pada keadaan umum yang kurang baik,
curiga infeksi sekunder (penumonia) atau pada penyakit yang berat.
5. Kortikosteroid: Dexamethasone 0,5 mg/kgBB dilanjutkan dengan 0,5
mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis.
6. Dapat diberikan nebulasi beta agonis (Salbutamol 0,1 mg/kgBB/dosis,
sehari 4-6 kali diencerkan dengan salin normal untuk memperbaiki
kebersihan mukosilier.
Dapus:
Rahajoe, N. Nastiti dkk. Respirologi Anak, IDAI. Jakarta: 2010.
SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo Surabaya. Pedoman
Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak Edisi III tahun 2008.
Surabaya: 2008.