Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

31
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT: “Idealisme, Materialisme, Eksistensialisme, Monisme, Dualisme, dan Pluralisme” BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penjelasan mengenai makna kehidupan dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya merupakan masalah yang klasik, yang hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsafat mana yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Dari beberapa banyak aliran filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat idealisme, materialisme, eksistensialisme, monisme, dualisme dan pluralisme. Antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi. Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan

description

dianto irawan [email protected] makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

Transcript of Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

Page 1: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT: “Idealisme, Materialisme,

Eksistensialisme, Monisme, Dualisme, dan Pluralisme”

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penjelasan mengenai makna kehidupan dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya

merupakan masalah yang klasik, yang hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsafat mana

yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut menggunakan sudut pandang

yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Dari beberapa banyak aliran

filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat idealisme, materialisme, eksistensialisme,

monisme, dualisme dan pluralisme. Antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada

yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun

bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau

paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas

dengan persoalan yang sedang kita hadapi.

Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri  dan mengkaji suatu pemikiran

mendasar dan tertua yang  mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang

berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai

suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi

masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor

ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam

lingkungan.  Apabila cita karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang,

maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya).Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri,

selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan

keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat idealisme, materialisme, eksistensialisme,

monisme, dualisme, dan pluralisme.        

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat kami rumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari idealisme, materialisme, eksistensialisme, monisme, dualisme, dan

pluralisme ?

2. Siapa saja yang berperan dan paling berperan dalam aliran-aliran filsafat ?

3. Apa saja pembagian jenis-jenis dari masing-masing aliran filsafat tersebut ?

Page 2: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

C.     TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian dari aliran-aliran tersebut diatas

2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam aliran-   aliran dalam filsafat  tersebut

diatas.

Page 3: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

BAB II

PEMBAHASAN

1. IDEALISME

   Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya

dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil

dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.Kata idealisme dalam filsafat mempunyai

arti yang sangat berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata idealis itu

dapat mengandung beberapa pengertian, antara lain:Seorang yang menerima ukuran moral yang

tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;Orang yang dapat melukiskan dan

menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.

   Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada kata

ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat digunakan

daripada idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide,

pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme

menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi.

Alam, bagi orang idealis, mempunyai arti dan maksud, yang diantara aspek-aspeknya adalah

perkembangan manusia. Oleh karena itulah seorang idealis akan berpendapat bahwa, terdapat

suatu harmoni yang dalam arti manusia dengan alam. Apa yang “tertinggi dalam jiwa” juga

merupakan “yang terdalam dalam alam”. Manusia merasa ada rumahnya dengan alam; ia

bukanlah orang atau makhluk ciptaan nasib, oleh karena alam ini suatu sistem yang logis dan

spiritual; dan hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau tidak rill, jiwa adalah bagian yang sebenarnya

dari proses alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai aktivis, akal,

jiwa, atau perorangan. Manusia sebagai satuan bagian dari alam menunjukkan struktur alam

dalam kehidupan sendiri.

Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama

dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun, materi adalah

suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorangakanmemikirkan materi

dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin

mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai

itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.

   Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia ada karena

ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih

Page 4: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia maka peralatan yang

digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca

indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan budilah yang

menentukan kualitas manusia.

a. Jenis-Jenis Idealisme 

Sejarah idealisme cukup berliku-liku dan meluas karena mencakup berbagai teori yang berlainan

walaupun berkaitan. Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme objektif,

dan idealisme personal.                     

1.    Idealisme Subjektif

   Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide

manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang

timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau

idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari

dirinya sendiri atau ide manusia.

   Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang dari inggris yang bernama George

Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap oleh

sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan ada secara objektif.                       

2.   Idealisme Objektif

Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia. Idealisme

objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam.    

Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari

ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan

materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia

alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya.

   Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua bagian.

Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia yang

sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam di atas alam

benda, yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang abadi.

3.    Idealisme Personal (personalisme)

   Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya.

Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik.

Page 5: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses

pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir.

b. Tokoh-Tokoh Idealisme

1.  J.G. Fichte (1762-1814 M)

   Johan Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun 1780-1788.

Filsafat menurut Fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip. Ini sudah mencukupi untuk

memenuhi tuntutan pemikiran, moral, bahkan seluruh kebutuhan manusia. Prinsip yang

dimaksud ada di dalam etika. Bukan teori, melainkan prakteklah yang menjadi pusat yang

disekitarnya kehidupan diatur. Unsur esensial dalam pengalaman adalah tindakan, bukan fakta.

Menurut pendapatnya subjek “menciptakan” objek. Kenyataan pertama ialah “saya yang sedang

berpikir”, subjek menempatkan diri sebagai tesis. Tetapi subjek memerlukan objek, seperti

tangan kanan mengandaikan tangan kiri, dan ini merupakan antitesis. Subjek dan objek yang

dilihat dalam kesatuan disebut sintesis. Segala sesuatu yang ada berasal dari tindak perbuatan

sang Aku.

2.    G.W.F Hegel (1798-1857 M)

   Hegel  lahir di Stuttgart, Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya adalah seorang

pegawai rendah bernama George Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak terkenal itu bernama

Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki sekolah latin, kemudian gymnasium. Hegel

muda ini tergolong anak telmi alias telat mikir! Pada usia 18 tahun ia memasuki Universitas

Tubingen. Setelah menyelesaikan kuliah, ia menjadi seorang tutor, selain mengajar di Yena.

Pada usia 41 tahun ia menikah dengan Marie Von Tucher. Karirnya selain menjadi direktur

sekolah menengah, juga pernah menjadi redaktur surat kabar. Ia diangkat menjadi guru besar di

Heidelberg dan kemudian pindah ke Berlin hingga ia menjadi Rektor Universitas Berlin (1830).

Pokok-Pokok Pikiran (Filsafat) Hegel

Tema fisafat Hegel adalah Ide Mutlak. Oleh karena itu, semua pemikirannya tidak terlepas dari

ide mutlak, baik berkenaan dari sistemnya, proses dialektiknya, maupun titik awal dan titik akhir

kefilsafatannya. Oleh karena itu pulalah filsafatnya disebut filsafat idealis, suatu filsafat yang

menetapkan wujud yang pertama adalah ide (jiwa).

a.    Rasio, ide, dan roh

Hegel sangat mementingkan rasio, tentu saja karena ia seorang idealis. Yang dimaksud olehnya

bukan saja rasio pada manusia perseorangan, tetapi rasio pada subjek absolut karena Hegel juga

Page 6: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

menerima prinsip idealistik bahwa realitas seluruhnya harus disetarafkan dengan suatu subjek.

Dalil Hegel yang kemudian terkenal berbunyi: “ Semua yang real bersifat rasional dan semua

yang rasional bersifat real.” Maksudnya, luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas

seluruhnya adalah proses pemikiran (idea, menurut istilah Hegel) yang memikirkan dirinya

sendiri. Atau dengan perkataan lain, realitas seluruhnya adalah Roh yang lambat laun menjadi

sadar akan dirinya. Dengan mementingkan rasio, Hegel sengaja beraksi terhadap kecenderungan

intelektual ketika itu yang mencurigai rasio sambil mengutamakan perasaan.

   Pusat fisafat Hegel ialah konsep Geist (roh,spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya.

Istilah ini agak sulit dipahami. Roh dalam pandangan Hegel adalah sesuatu yang real, kongkret,

kekuatan yang objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world of spirit (dunia roh),

yang menempatkan ke dalam objek-objek khusus. Di dalam kesadaran diri, roh itu merupakan

esensi manusia dan juga esensi sejarah manusia.

            Demi alam kembalilah idea atau roh kepada diri sendiri. Dalam fase ini, mula-mula roh

itu merupakan roh subjektif, kemudian roh objektif, dan akhirnya roh mutlak.

            Sebagai roh subjektif, roh itu mengenal dirinya dan merupakan tiga tingkatan:

antropologi, fenomologi, dan psikologi. Dalam antropologi, kenalah roh itu akan dirinya dalam

penjelmaan pada alam. Dalam fenomenologi, kenalah dia akan dirinya dalam perbedaannya

dengan alam. Adapun pada psikologi, roh mengenal dirinya dalam kemerdekaan terhadap alam,

mula-mula teoritis, kemudian praktis dan akhirnya merdekalah roh itu.

            Maka meningkatlah kepada roh objektif. Roh objektif ini roh mutlak yang menjelma pada

bentuk-bentuk kemasyarakatan manusia, hak dan hukum kesusilaan dan kebajikan. Dalam hak

dan hukum terdapat penjelmaan roh merdeka itu pada hukum-hukum umum. Di samping itu

adalah kesusilaan yang merupakan kebatinan. Pada sintesis keduanya itu terlahirlah kebajikan.

Sampailah sekarang kepada roh mutlak. Roh mutlak itu ialah idea yang mengenal dirinya dengan

sempurna itu merupakan sintesis dari roh subjektif dan objektif. Tak ada lagi, pertentangan

antara subjek dan objek antara berpikir dan ada.

Oleh karena roh mutlak ini sebenarnya gerak juga, maka dia menunjukkan perkembangan juga:

seni (tesis), agama (antitesis) dan kemudian filsafat (sintesis). Seni itu memperlihatkan idea

dalam pandangan indera terhadap dunia, objeknya masih di luar subjek. Adapun agama tidak lagi

mempunyai subjek di luar objek, melainkan di dalamnya. Tetapi segala pengertian dan gambaran

agama itu dianggap ada. Filsafat akhirnya merupakan sintesis dari seni dan agama merupakan

paduan yang lebih tinggi. Di sinilah idea mengenal dirinya dengan sempurna. Dalam sejarah

filsafat ternyata benar gerak idea itu, yaitu tesis, antitesis, dan akhirnya sintesis. Misalnya:

Parmenides (tesis), Heraklitos (antitesis), dan Plato (sintesis).

Page 7: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

b.    Dialektika

   Untuk menjelaskan filsafatnya, Hegel menggunakan dialektika sebagai metode. Yang

dimaksud oleh Hegel dengan dialektika adalah mendamaikan, mengompromikan hal-hal yang

berlawanan.

   Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antitesis (fase

kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Dalam sintesis itu, tesis dan antitesis

menghilang. Dapat juga tidak menghilang, dia masih ada, tetapi sudah diangkat pada tingkat

yang lebih tinggi. Proses ini berlangsung terus. Sintesis segera menjadi tesis baru, dihadapi oleh

antitesis baru, dan menghasilkan sintesis baru lagi, dan seterusnya.

   Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen yang dikemukakan, lalu

antitesis adalah pengungkapan gagasan yang bertentangan. Sedangkan sintetis adalah paduan

(campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras.

Contoh tesis, antitesis, dan sintesis.

1. Yang “ada” (being) merupakan tesis kemudian berkontraksi dengan “tak ada” (not being)

sebagai antitesis, kemudian menghasilkan menjadi (becoming) sebagai sintesis.

2. Dalam keluarga, suami-istri adalah dua makhluk berlainan yang dapat berupa tesis dan

antitesis. Anak dapat merupakan sintesis yang mendamaikan tesis dan antitesis.

3. Mengenai bentuk Negara

Tesis        :   Negara diktator. Di Negara ini hidup kemasyarakatan diatur dengan baik, tetapi

para   warganya tidak mempunyai kebebasan apapun juga.

Antitesis  :        Negara anarki. Dalam Negara anarki para warganya mempunyai kebebasan   

tanpa batas, tetapi hidup kemasyarakatan menjadi kacau.

Sintesis        :   Negara konstitusional. Sintesis ini mendamaikan antara pemerintahan diktator

dengan anarki menjadi demokrasi.

2. MATERIALISME

Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari segala

sesuatu ialah materi. Karena itu materialisme mempersoalkan metafisika, namun metafisikanya

adalah metafisika materialisme.

Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan

faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau

penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain

Page 8: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah

pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang

sedang bergerak.

Materi dan alam semesta sama sekali tidak memiliki karakteristik-karakteristik pikiran dan tidak

ada entitas-entitas nonmaterial. Realitas satu-satunya adalah materi. Setiap perubahan bersebab

materi atau natura dan dunia fisik. Beberapa tokoh pemikir materialisme, antara lain :

a. Karl Marx (1818-1883)

Marx lahir di Trier Jerman pada tahun 1818.ayahnya merupakan seorang Yahudi dan pengacara

yang cukup berada, dan ia masuk Protestan ketika Marx berusia enam tahun. Setelah dewasa

Marx melanjutkan studinya ke universitas di Bonn, kemudian Berlin. Ia memperoleh gelar

doktor dengan desertasinya tentang filsafat Epicurus dan Demoktirus. Kemudian, ia pun menjadi

pengikut Hegelian sayap kiri dan pengikut Feurbach. Dalam usia dua puluh empat tahun, Marx

menjadi redaktur Koran Rheinich Zeitung yang dibrendel pemerintahannya karena dianggap

revolusioner.

Setelah ia menikah dengan Jenny Von Westphalen (1843) ia pergi ke Paris dan disinilah ia

bertemu dengan F.Engels dan bersahabat dengannya. Tahun 1847, Marx dan Engels bergabung

dengan Liga Komunis, dan atas permintaan liga komunis inilah, mereka mencetuskan Manifesto

Komunis (1848).

Dasar filsafat Marx adalah bahwa setiap zaman, system produksi merupakan hal yang

fundamental. Yang menjadi persoalan bukan cita-xita politik atau teologi yang berlebihan,

melainkan suatu system produksi. Sejarah merupakan suatu perjuangan kelas, perjuangan kelas

yang tertindas melawan kelas yang berkuasa. Pada waktu itu Eropa disebut kelas borjuis. Pada

puncaknya dari sejarah ialah suatu masyarakat yang tidak berkelas, yang menurut Marx adalah

masyarakat komunis.

b. Thomas Hobbes (1588-1679 M)

Menurut Thomas Hobbes materialisme menyangkal adanya jiwa atau roh karena keduanya

hanyalah pancaran dari materi. Dapat dikatakan juga bahwa materialisme menyangkal adanya

ruang mutlak lepas dari barang-barang material.

c. Hornby (1974)

Menurut Hornby materialisme adalah theory, belief, that only material thing exist (teori atau

kepercayaan bahwa yang ada hanyalah benda-benda material saja).

Page 9: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

Sebagian ahli lain mengatakan bahwa materialisme adalah kepercayaan bahwa yang ada

hanyalah materi dalam gerak. Juga dikatakan kepercayaan bahwa pikiran memang ada, tetapi

adanya pikiran disebabkan perubahan-perubahan materi. Materialisme juga berarti bahwa materi

dan alam semesta tidak memiliki karakteristik pikiran, seperti tujuan, kesadaran, niat, tujuan,

makna, arah, kecerdasan, kemauan atau upaya. Jadi, materialisme tidak mengakui adanya entitas

nonmaterial, seperti roh, hantu, malaikat. Materialisme juga tidak mempercayai adanya Tuhan

atau alam supranatural. Oleh sebab itu, penganut aturan ini menganggap bahwa satu-satunya

realitas yang ada hanyalah materi. Segala perubahan yang tercipta pada dasarnya berkausa

material. Pada ekselasi material menjadi suatu keniscayaan pada being of phenomena. Pada

akhirnya dinyatakan bahwa materi dan segala perubahannya bersifat abadi.

d. Van Der Welj (2000)

Van Der Welj mengatakan bahwa materialisme dengan menyatakan bahwa materialisme ini

terdiri atas suatu aglomerasi atom-atom yang dikuasai aleh hukum-hukum fisika-kimiawi.

Bahkan, terbentuknya manusia sangat dimungkinkan berasal dari himpunan atom-atom tertinggi.

Apa yang dikatakan kesadaran, jiwa, atau roh sebenarnya hanya setumpuk fungsi kegiatan dari

otakyang bersifat sangat organik-materialistis.

Macam-Macam Materialisme :

1. Materialisme rasionalistik. Materialisme rasionalistik menyatakan bahwa seluruh realitas

dapat dimengeti seluruhnya berdasarkan ukuran dan bilangan (jumlah);

2. Materialisme mitis atau biologis. Materialisme mitis atau biologis ini menyatakan bahwa

peristiwa-peristiwa material terdapat misteri yang mengungguli manusia. Misteri itu tidak

berkaitan dengan prinsip immaterial.

3. Materialisme parsial Materialisme parsial ini menyatakan bahwa pada sesuatu yang

material tidak tedapat karakteristik khusus unsur immaterial atau formal;

4. Materialisme antropologis. Materialisme antropologis ini menyatakan bahwa jiwa itu

tidak ada karena yang dinamakan jiwa pada dasarnya hanyalah materi atau perubahan-

perubahan fisik-kimiawi materi;

5. Materialisme dialektik. Materialisme dialektik ini menyatakan bahwa realitas seluruhnya

terdiri dari materi. Berarti bahwa tiap-tiap benda atau atau kejadian dapat dijabarkan

kepada materi atau salah satu proses material. Salah satu prinsif di materialisme dialektik

adalah bahwa perubahan dalam kuantitas. Oleh karena itu, perubahan dalam materi dapat

menimbulkan perubahan dalam kehidupan, atau dengan kata lain kehidupan berasal dari

materi yang mati. Semua makhluk hidup termasuk manusia berasal dari materi yang mati,

dengan proses perkembangan yang terus-menerus ia menjadi materi yang memiliki

kehidupan. Oleh karena itu kalau manusia mati, ia akan kembali kepada materi, tidak ada

Page 10: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

yang disebut dengan ke hidupan rohaniah. Ciri-ciri materialisme dialektik mempunyai

asas-asas, yaitu :

Asas gerak;

Asas saling berhubungan;

Asas perubahan dari kuantitaif menjadi kualitatif;

Asas kontradiksi intern.

1. Materialisme historis. Materialisme histories ini menyatakan bahwa hakikat sejarah

terjadi karena proses-proses ekonomis. Materialisme dialektik dan materialisme histories

secar bersamaan menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang menyangkut sejarah rohani

dan perkembangan manusia hanya merupakan dampak dan refleksi-refleksi aktivitas

ekonomis manusia. Materialisme historis ini berdasarkan dialektik, maka semua asas

materialisme dialektik berlaku sepenuhnya dalam materialisme histories.

2. Materialisme sebagai teori menyangkal realitas yang bersifat ruhaniah, sedangkan

materialisme metode mencoba membuat abstraksi hal-hal yang bersifat imaterial.

 

3. EKSISTENSIALISME

Definisi eksistensialisme tidak mudah dirumuskan, bahkan kaum eksistensialis sendiri tidak

sepakat mengenai rumusan apa sebenarnya eksistensialisme itu. Sekalipun demikian, ada sesuatu

yang disepakati, baik filsafat eksistensi maupun filsafat eksistensialisme sama-sama

menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral Namun tidak ada salahnya, untuk

memberikan sedikit gambaran tentang eksistensialisme ini, berikut akan dipaparkan

pengertiannya.

Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari bahasa Latin ex yang berarti

keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri

sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar tentang dirinya sendiri; ia

berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam ini dalam bahasa Jerman disebut dasein (da

artinya di sana, sein artinya berada).

Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa cara berada manusia itu menunjukkan bahwa

ia merupakan kesatuan dengan alam jasmani, ia satu susunan dengan alam jasmani, manusia

selalu mengkonstruksi dirinya, jadi ia tidak pernah selesai. Dengan demikian, manusia selalu

dalam keadaan membelum; ia selalu sedang ini atau sedang itu.

Untuk lebih memberikan kejelasan tentang filsafat eksistensialisme ini, perlu kiranya dibedakan

dengan filsafat eksistensi. Yang dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah benar-benar seperti

Page 11: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.

Sedangkan filsafat eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa cara berada

manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan

tetapi cara beradanya tidak sama. Manusia berada di dalam dunia; ia mengalami beradanya di

dunia itu; manusia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi

dengan mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon, batu dan salah satu di

antaranya ialah ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Artinya bahwa manusia sebagai

subyek. Subyek artinya yang menyadari, yang sadar. Barang-barang yang disadarinya disebut

obyek.

a.Latar Belakang Lahirnya Eksistensialisme

Filsafat eksistensialisme adalah salah satu aliran filsafat yang mengguncangkan dunia walaupun

filsafat ini tidak luar biasa dan akar-akarnya ternyata tidak dapat bertahan dari berbagai kritik.

Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang biasanya

meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji. Dengan

demikian filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain. Begitu juga filsafat

eksistensialisme lahir dari berbagai krisis atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang telah

ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia, yaitu:

1. Materialisme

Menurut pandangan materialisme, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu

dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda, akan

tetapi mereka mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya, pada dasarnya, pada

instansi yang terakhir manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan kata lain materi; betul-

betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul ketimbang sapi tapi pada

eksistensinya manusia sama saja dengan sapi.

2. Idealisme

Aliran ini memandang manusia hanya sebagai subyek, hanya sebagai kesadaran; menempatkan

aspek berpikir dan kesadaran secara berlebihan sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan

dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain selain pikiran.

3. Situasi dan Kondisi Dunia

Munculnya eksistensialisme didorong juga oleh situasi dan kondisi di dunia Eropa Barat yang

secara umum dapat dikatakan bahwa pada waktu itu keadaan dunia tidak menentu. Tingkah laku

manusia telah menimbulkan rasa muak atau mual. Penampilan manusia penuh rahasia, penuh

Page 12: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

imitasi yang merupakan hasil persetujuan bersama yang palsu yang disebut konvensi atau tradisi.

Manusia berpura-pura, kebencian merajalela, nilai sedang mengalami krisis, bahkan manusianya

sendiri sedang mengalami krisis. Sementara itu agama di sana dan di tempat lain dianggap tidak

mampu memberikan makna pada kehidupan.

b. Tokoh-tokoh Eksistensialisme dan Ajarannya

Tokoh-tokoh eksistensialisme ini cukup banyak, di antaranya: Kierkegaard, Friedrich Nietzsche,

Karl Jaspers, Martin Heidegger, Gabriel Marcel, dan Sartre. Namun dalam makalah ini penulis

membatasi pada dua tokoh ini yang dipandang mewakili tokoh-tokoh lainnya, yaitu Soren Aabye

Kierkegaard dan Jean Paul Sartre.

1. Soren Aabye Kierkegaard

Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855) lahir di Kopenhagen, Denmark. Ia lahir ketika ayahnya

berumur 56 tahun dan ibunya 44 tahun. Ia mulai belajar teologi di Universitas Kopenhagen. Ia

menentang keras pemikiran Hegel yang mendominasi di Universitas tersebut. Dalam kurun

waktu ini ia apatis terhadap agama, ingin hidup bebas dari lingkungan aturan agama. Setelah

mengalami masa krisis religius, ia kembali menekuni ilmu pengetahuan dan menjadi Pastor

Lutheran.

Pada tahun 1841 ia mempublikasikan buku pertamanya (disertasi MA) Om Begrebet Ironi (The

Concept of Irony). Karya ini sangat orisinal dan memperlihatkan kecemerlangan pemikirannya.

Ia mengecam keras asumsi-asumsi pemikiran Hegel yang bersifat umum. Karya agungnya

terjelma dalam Afsluttende Uvidenskabelig Efterskriff (Consluding Unscientific Postcript) tahun

1846, mengungkapkan ajaran-ajarannya yang bermuara pada kebenaran subyek. Karya-karya

lainnya adalah Enten Eller (1843) dan Philosophiske Smuler (1844). Sedangkan buku-buku yang

bernada kristiani adalah Kjerlighedens Gjerninger (Work of Love) 1847, Christelige Taler

(Christian Discourses) 1948, dan Sygdomen Til Doden (The Sickness into Death) tahun 1948).

Ide-ide pokok Soren Aabye Kierkegaard adalah sebagai berikut:

a. Tentang Manusia.

Kierkegaard menekankan posisi penting dalam diri seseorang yang “bereksistensi” bersama

dengan analisisnya tentang segi-segi kesadaran religius seperti iman, pilihan, keputusasaan, dan

ketakutan. Pandangan ini berpengaruh luas sesudah tahun 1918, terutama di Jerman. Ia

mempengaruhi sejumlah ahli teologi protestan dan filsuf-filsuf eksistensial termasuk Barh,

Heidegger, Jaspers, Marcel, dan Buber.

Alur pemikiran Kierkegaard mengajukan persoalan pokok dalam hidup; apakah artinya menjadi

seorang Kristiani? Dengan tidak memperlihatkan “wujud” secara umum, ia memperhatikan

Page 13: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

eksistensi orang sebagai pribadi. Ia mengharapkan agar kita perlu memahami agama Kristen

yang otentik. Ia berpendapat bahwa musuh bagi agama Kristiani ada dua, yaitu filsafat Hegel

yang berpengaruh pada saat itu. Baginya, pemikiran abstrak, baik dalam bentuk filsafat

Descartes atau Hegel akan menghilangkan personalitas manusia dan membawa kita kepada

kedangkalan makna kehidupan. Dan yang kedua adalah konvensi, khususnya adat kebiasaan

jemaat gereja yang tidak berpikir secara mendalam, tidak menghayati agamanya, yang akhirnya

ia memiliki agama yang kosong dan tak mengerti apa artinya menjadi seorang kristiani.

Kierkegaard bertolak belakang dengan Hegel. Keberatan utama yang diajukannya adalah karena

Hegel meremehkan eksistensi yang kongkrit, karena ia (Hegel) mengutamakan idea yang

sifatnya umum. Menurut Kierkegaard manusia tidak pernah hidup sebagai sesuatu “aku umum”,

tetapi sebagai “aku individual” yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam

sesuatu yang lain. Kierkegaard sangat tidak suka pada usaha-usaha untuk menjadikan agama

Kristen sebagai agama yang masuk akal (reasonable) dan tidak menyukai pembelaan terhadap

agama Kristiani yang menggunakan alasan-alasan obyektif.

Penekanan Kierkegaard terhadap dunia Kristiani, khususnya gereja-gerejanya, pendeta-

pendetanya, dan ritus-ritus (ibadat-ibadat)nya sangat mistis. dia tidak menerima faktor perantara

seperti pendeta, sakramen, gereja yang menjadi penengah antara seorang yang percaya dan

Tuhan Yang Maha Kuasa.

b. Pandangan tentang Eksistensi

Kierkegaard mengawali pemikirannya bidang eksistensi dengan mengajukan pernyataan ini; bagi

manusia, yang terpenting dan utama adalah keadaan dirinya atau eksistensi dirinya. Eksistensi

manusia bukanlah statis tetapi senantiasa menjadi, artinya manusia itu selalu bergerak dari

kemungkinan kenyataan. Proses ini berubah, bila kini sebagai sesuatu yang mungkin, maka

besok akan berubah menjadi kenyataan. Karena manusia itu memiliki kebebasan, maka gerak

perkembangan ini semuanya berdasarkan pada manusia itu sendiri. Eksistensi manusia justru

terjadi dalam kebebassannya. Kebebasan itu muncul dalam aneka perbuatan manusia. Baginya

bereksistensi berarti berani mengambil keputusan yang menentukan bagi hidupnya.

Konsekuensinya, jika kita tidak berani mengambil keputusan dan tidak berani berbuat, maka kita

tidak bereksistensi dalam arti sebenarnya.Kierkegaard membedakan tiga bentuk eksistensi, yaitu

estetis, etis, dan rligius.

Eksistensi estetis menyangkut kesenian, keindahan. Manusia hidup dalam lingkungan dan

masyarakat, karena itu fasilitas yang dimiliki dunia dapat dinikmati manusia sepuasnya. Di sini

eksistensi estetis hanya bergelut terhadap hal-hal yang dapat mendatangkan kenikmatan

pengalaman emosi dan nafsu. Eksistensi ini tidak mengenal ukuran norma, tidak adanya

keyakinan akan iman yang menentukan.

Page 14: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

Eksistensi etis. Setelah manusia menikmati fasilitas dunia, maka ia juga memperhatikan dunia

batinnya. Untuk keseimbangan hidup, manusia tidak hanya condong pada hal-hal yang konkrit

saja tapi harus memperhatikan situasi batinnya yang sesuai dengan norma-norma umum. Sebagai

contoh untuk menyalurkan dorongan seksual (estetis) dilakukan melalui jalur perkawinan (etis).

· Eksistensi religius. Bentuk ini tidak lagi membicarakan hal-hal konkrit, tetapi sudah menembus

inti yang paling dalam dari manusia. Ia bergerak kepada yang absolut, yaitu Tuhan. Semua yang

menyangkut Tuhan tidak masuk akal manusia. Perpindahan pemikiran logis manusia ke bentuk

religius hanya dapat dijembatani lewat iman religius.

2. Jean Paul Sartre

Jean Paul Sartre (1905-1980) lahir tanggal 21 Juni 1905 di Paris. Ia berasal dari keluarga

Cendikiawan. Ayahnya seorang Perwira Besar Angkatan Laut Prancis dan ibunya anak seorang

guru besar yang mengajar bahasa modern di Universitas Sorbone. Ketika ia masih kecil ayahnya

meninggal, terpaksa ia diasuh oleh ibunya dan dibesarkan oleh kakeknya. Di bawah pengaruh

kakeknya ini, Sartre dididik secara mendalam untuk menekuni dunia ilmu pengetahuan dan

bakat-bakatnya dikembangkan secara maksimal. Pengalaman masa kecil ini memberi ia banyak

inspirasi. Diantaranya buku Les Most (kata-kata) berisi nada negatif terhadap hidup masa kanak-

kanaknya.

Meski Sartre berasal dari keluarga Kristen protestan dan ia sendiri dibaptiskan menjadi katolik,

namun dalam perkembangan pemikirannya ia justru tidak menganut agama apapun. Ia atheis. Ia

memngaku sama sekali tidak percaya lagi akan adanya Tuhan dan sikap ini muncul semenjak ia

berusia 12 tahun. Bagi dia, dunia sastra adalah agama baru, karena itu ia menginginkan untuk

menghabiskan hidupnya sebagai pengarang.

Sartre tidak pernah kawin secara resmi, ia hidup bersama Simone de Beauvoir tanpa nikah.

Mereka menolak menikah karena bagi mereka pernikahan itu dianggap suatu lembaga borjuis

saja. Dalam perkembangan pemikirannya, ia berhaluan kiri. Sasaran kritiknya adalah kaum

kapitalis dan tradisi masyarakat pada masa itu. Ia juga mengeritik idealisme dan para pemikir

yang memuja idealisme.

Pada tahun 1931 ia mengajar sebagai guru filsafat di Laon dan Paris. Pada periode ini ia bertemu

dengan Husserl. Semenjak pertemuan itu ia mendalami fenomenologi dalam mengungkapkan

filsafat eksistensialisme-nya. Ia menjadi mashur melalui karya-karya novel dan tulisan

dramanya. Dalam bidang filsafat, karyanya yang sangat terkenal adalah Being and notthingness,

buku ini membicarakan tentang alam dan bentuk eksistensinya.

Eksistensialisme dan Humanism yang berisi tentang manusia. Ia juga termasuk tokoh yang

membantu gerakan-gerakan haluan kiri dan pembela kebebasan manusia. Dengan lantang ia

Page 15: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai sandaran keagamaan atau tidak dapat

mengendalikan pada kekuatan yang ada di luar dirinya, manusia harus mengandalkan kekuatan

yang ada dalam dirinya. Karya-karya yang lain adalah Nausea, No Exit, The Files, dan The

Wall.Ide-ide pokok Sartre adalah sebagai berikut:

a. Tentang Manusia

Bagi Sartre, manusia itu memiliki kemerdekaan untuk membentuk dirinya, dengan kemauan dan

tindakannya. Kehidupan manusia itu mungkin tidak mengandung arti dan bahkan mungkin tidak

masuk akal. Tetapi yang jelas, manusia dapat hidup dengan aturan-aturan integritas, keluhuran

budi, dan keberanian, dan dia dapat membentuk suatu masyarakat manusia. Dalam novel semi-

otobiografi La Nausee (1938) dan essei L’Eksistensialisme est un Humanism (1946), ia

menyatakan keprihatinan fundamental terhadap eksistensi manusiawi dan kebebasan kehendak.

Menurutnya, manusia tidak memiliki apa-apa sejak ia lahir. Dan sepertinya, dari kodratnya

manusia bebas dalam pilihan-pilihan atas tindakannya atau memikul beban tanggung jawab.

Sartre mengikuti Nietzsche yakni mengingkari adanya Tuhan. Manusia tak ada hubungannya

dengan kekuatan di luar dirinya. Ia mengambil kesimpulan lebih lanjut, yakni memandang

manusia sebagai kurang memiliki watak yang semestinya. dia harus membentuk pribadinya dan

memilih kondisi yang sesuai dengan kehidupannya. Maka dari itu “tak ada watak manusia”, oleh

karena tak ada Tuhan yang memiliki konsepsi tentang manusia. Manusia hanya sekedar ada.

Bukan karena ia itu sekedar apa yang ia konsepsikan setelah ada—seperti apa yang ia inginkan

sesudah meloncat ke dalam eksistensi”. Sartre mengingkari adanya bantuan dari luar diri

manusia. Manusia harus bersandar pada sumber-sumbernya sendiri dan bertanggung jawab

sepenuhnya bagi pilihan-pilihannya. Karena itu bagi Sartre, pandangan eksistensialis adalah

suatu doktrin yang memungkinkan kehidupan manusia. Eksistensialime mengajarkan bahwa tiap

kebenaran dan tiap tindakan mengandung keterlibatan lingkungan dan subyektifitas manusia.

b. Kebebasan

Dalam pemikiran Sartre selalu bermuara pada konsep kebebasan. Ia mendefinisikan manusia

sebagai kebebasan. Sartre memberikan perumusan bahwa pada manusia itu eksistensi

mendahului esensi, maksudnya setelah manusia mati baru dapat diuraikan ciri-ciri seseorang.

Perumusan ini menjadi intisari aliran eksistensialisme dari Sartre.

Kebebasan akan memberi rasa hormat pada dirinya dan menyelamatkan diri dari sekedar menjadi

obyek. Kebebasan manusia tampak dalam rasa cemas. Maksudnya karena setiap perbuatan saya

adalah tanggung jawab saya sendiri. Bila seseorang menjauhi kecemasan, maka berarti ia

menjauhi kebebasan. Kebebasan merupakan suatu kemampuan manusia dan merupakan sifat

Page 16: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

kehendak. Posisi kebebasan itu tidak dapat tertumpu pada sesuatu yang lain, tetapi pada

kebebasan itu sendiri.

Sartre mengakui pemikiran Mark lebih dekat dengan keadaan masyarakat dan satu-satunya

filsafat yang benar dan definitif. Filsafat Mark telah memberikan kesatuan konkrit dan dialektis

antara ide-ide dengan kenyataan pada masyarakat. Mark telah menekankan konsep keberadaan

sosial ketimbang kesadaran sosial. Dan bagi Sartre, Mark adalah seorang pemikir yang berhasil

meletakkan makna yang sebenarnya tentang kehidupan dan sejarah. Meski demikian, Sartre tidak

menganggap pemikiran Mark sebagai akhir suatu pandangan filsafat, karena setelah cita-cita

masyarakat tanpa kelas versi Mark terbentuk, maka persoalan filsafat bukan lagi soal kebutuhan

manusia akan makan dan pakaian, tetapi persoalan filsafat mungkin dengan memunculkan tema

yang baru, seperti soal kualitas hidup manusia masa depan. Tetapi pemikiran Mark itu dinilai

relevan untuk masa kini.

4. Monisme

Monisme (monism) berasal dari kata Yunani yaitu monos (sendiri, tunggal) secara istilah

monisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa unsur pokok dari segala sesuatu adalah

unsur yang bersifat tunggal/ Esa. Unsur dasariah ini bisa berupa materi, pikiran, Allah, energi dll.

Bagi kaum materialis unsur itu adalah materi, sedang bagi kaum idealis unsur itu roh atau ide.

Orang yang mula-mula menggunakan terminologi monisme adalah Christian Wolff (1679-1754).

Dalam aliran ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda dalam gejala

disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Ibarat zat dan energi

dalam teori relativitas Enstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat.Atau dengan kata

lain bahwa aliran monisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang fundamental.

Adapun para filsuf yang menjadi tokoh dalam aliran ini antara lain: Thales (625-545 SM), yang

menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah satu subtansi yaitu air. Pendapat ini yang

disimpulkan oleh Aristoteles (384-322 SM) , yang mengatakan bahwa semuanya itu air. Air yang

cair itu merupakan pangkal, pokok dan dasar (principle) segala-galanya. Semua barang terjadi

dari air dan semuanya kembali kepada air pula. Bahkan bumi yang menjadi tempat tinggal

manusia di dunia, sebagaian besar terdiri dari air yang terbentang luas di lautan dan di sungai-

sungai. Bahkan dalam diri manusiapun, menurut dr Sagiran, unsur penyusunnya sebagian besar

berasal dari air. Tidak heran jika Thales, berkonklusi bahwa segala sesuatu adalah air, karena

memang semua mahluk hidup membutuhkan air dan jika tidak ada air maka tidak ada kehidupan.

Sementara itu Anaximandros (610-547 SM) menyatakan bahwa prinsip dasar alam haruslah dari

jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang disebutnya sebagai apeiron yaitu suatu zat yang

tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan dan tidak ada persamaannya dengan

suatu apapun. Berbeda dengan gurunya Thales, Anaximandros, menyatakan bahwa dasar alam

Page 17: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

memang satu akan tetapi prinsip dasar tersebut bukanlah dari jenis benda alam seperti air.

Karena menurutnya segala yang tampak (benda) terasa dibatasi oleh lawannya seperti panas

dibatasi oleh yang dingin. Aperion yang dimaksud Anaximandros, oleh orang Islam disebutnya

sebagai Allah. Jadi bisa dikatakan bahwa pendapat Anaximandros yang mengatakan bahwa

terbentuknya alam dari jenis yang tak terbatas dan tak terhitung, dibentuk oleh Tuhan Yang

Maha Esa. Hal ini pula yang dikatakan Ahmad Syadali dan Mudzakir (1997) bahwa yang

dimaksud aperion adalah Tuhan.

Anaximenes (585-494 SM), menyatakan bahwa barang yang asal itu mestilah satu yang ada dan

tampak (yang dapat diindera). Barang yang asal itu yaitu udara. Udara itu adalah yang satu dan

tidak terhingga. Karena udara menjadi sebab segala yang hidup. Jika tidak ada udara maka tidak

ada yang hidup. Pikiran kearah itu barang kali dipengaruhi oleh gurunya Anaximandros, yang

pernah menyatakan bahwa jiwa itu serupa dengan udara. Sebagai kesimpulan ajaranya dikatakan

bahwa sebagaimana jiwa kita yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita. Demikian udara

mengikat dunia ini menjadi satu. Sedang filsuf moderen yang menganut aliran ini adalah B.

Spinoza yang berpendapat bahwa hanya ada satu substansi yaitu Tuhan. Dalam hal ini Tuhan

diidentikan dengan alam (naturans naturata).

5.    DUALISME

Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin yaitu duo (dua). Dualisme adalah ajaran yang

menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang. Masing-

masing substansi bersifat unik dan tidak dapat direduksi, misalnya substansi adi kodrati dengan

kodrati, Tuhan dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan dll. Ada pula yang

mengatakan bahwa dualisme adalah ajaran yang menggabungkan antara idealisme dan

materialisme, dengan mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber

yaitu hakikat materi dan ruhani.

Dapat dikatakan pula bahwa dualisme adalah paham yang memiliki ajaran bahwa segala sesuatu

yang ada, bersumber dari dua hakikat atau substansi yang berdiri sendiri-sendiri. Orang yang

pertama kali menggunakan konsep dualisme adalah Thomas Hyde (1700), yang mengungkapkan

bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda secara subtantif. Jadi adanya segala

sesuatu terdiri dari dua hal yaitu zat dan pikiran. Yang termasuk dalam aliran ini adalah Plato

(427-347 SM), yang mengatakan bahwa dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu

berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai

bayangan, hakikatnya hanya tiruan dari yang asli yaitu idea. Karenanya maka dunia ini berubah-

ubah dan bermacam-macam sebab hanyalah merupakan tiruan yang tidak sempurna dari idea

yang sifatnya bagi dunia pengalaman. Barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya

yang ideal di dunia idea sana (dunia idea).

Page 18: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

Lebih lanjut Plato mengakui adanya dua substansi yang masing-masing mandiri dan tidak saling

bergantung yakni dunia yang dapat diindera dan dunia yang dapat dimengerti, dunia tipe kedua

adalah dunia idea yang bersifat kekal dan hanya ada satu. Sedang dunia tipe pertama adalah

dunia nyata yang selalu berubah dan tak sempurna. Apa yang dikatakan Plato dapat dimengerti

seperti yang dibahasakan oleh Surajiyo (2005), bahwa dia membedakan antara dunia indera

(dunia bayang-bayang) dan dunia ide (dunia yang terbuka bagi rasio manusia). Rene Descartes

(1596-1650 M) seorang filsuf Prancis, mengatakan bahwa pembeda antara dua substansi yaitu

substansi pikiran dan substansi luasan (badan). Jiwa dan badan merupakan dua sebstansi terpisah

meskipun didalam diri manusia mereka berhubungan sangat erat.

Dapat dimengerti bahwa dia membedakan antara substansi pikiran dan substansi keluasan

(badan). Maka menurutnya yang bersifat nyata adalah pikiran. Sebab dengan berpikirlah maka

sesuatu lantas ada, cogito ergo sum! (saya berpikir maka saya ada). Leibniz (1646-1716) yang

membedakan antara dunia yang sesungguhnya dan dunia yang mungkin. Immanuel Kant (1724-

1804) yang membedakan antara dunia gejala (fenomena) dan dunia hakiki (noumena).

6. PLURALISME

Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan bahwa realitas

tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi yang bersifat

independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam semesta pada dasarnya tidak memiliki

kesatuan, kontinuitas, harmonis dan tatanan yang koheren, rasional, fundamental.

Didalamnya hanya terdapat pelbagi jenis tingkatan dan dimensi yang tidak dapat diredusir.

Pandangan demikian mencangkup puluhan teori, beberapa diantaranya teori para filosuf yunani

kuno yang menganggap kenyataan terdiri dari udara, tanah, api dan air. Dari pemahaman di atas

dapat dikemukakan bahwa aliran ini tidak mengakui adanya satu substansi atau dua substansi

melainkan banyak substansi, karena menurutnya manusia tidak hanya terdiri dari jasmani dan

rohani tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang merupakan unsur substansial dari

segala wujud.

Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini antara lain: Empedakles (490-430 SM), yang

menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur, yaitu api, udara, air dan tanah.

Anaxogoras (500-428 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang

tidak terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga

yang dinamakannodus yaitu suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan

mengatur.

 

Page 19: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

BAB III

KESIMPULAN

 

idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami

dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata

“idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.

 Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme objektif, dan idealisme

personal.

Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide

manusia atau ide sendiri. Sedangkan idealisme objektif adalah idealisme yang bertitik tolak

pada ide di luar ide manusia.

Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya.

Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik.

Tokoh-tokoh idealisme diantaranya: Johann Gottlieb Fichte, Friedrich Wilhelm Josep

Schelling, dan George Wilhelm Friedrich Hegel.

 Proses dialektika menurut Hegel terdiri dari tiga fase, yaitu: Fase pertama (tesis) dihadapi

antitesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis).

materialisme adalah  keyakinan bahwa didunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang

sedang bergerak. Pernyataanya, bahwa roh keasadran dan jiwa hanyalah materi yang sedang

bergerak.

Materialisme : pikiran atau roh hanyalah materi yang sedang bergerak

Eksistensialisme adalah paham filsafat yang memandang bahwa segala gejala berpangkal pada

eksistensi. Meski bermacam-macam pandangan dan metode dan sikap dalam gerakan

eksistensialisme, para filsuf dari kelompok ini senantiasa memperhatikan kedudukan manusia.

Titik sentral pembicaraan mereka adalah soal keterasingan manusia dengan dirinya dan dengan

dunia.

Gerakan eksistensialisme ini muncul sebagai protes atau reaksi dari aliran filsafat terdahulu,

yaitu materialisme dan idealisme serta situasi dan kondisi dunia pada umumnya yang tidak

menentu. Penampilan manusia penuh rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil persetujuan

bersama yang palsu yang disebut konvensi atau tradisi.

Kierkegaard dan Sartre merupakan tokoh yang mewakili aliran eksistensialime ini. Dari latar

belakang yang berbeda yang satu agamawan dan lainnya atheis, mereka mengusung konsep

tentang keberdaan manusia sebagai subyek di dunia ini.

Page 20: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

Monisme, Dualisme dan Pluralisme, yang pada intinya masing-masing aliran memiliki

argumen yang rasional. Dari apa yang telah diuraikan, pendapat atau pemikiran masing-

masing filsuf dalam setiap aliran sangat dipengaruhi corak kehidupan atau latar belakang

hidupnya. Sebagai contoh Thales, karena dia seorang saudagar yang banyak berlayar

kenegeri Mesir, maka pemikiran yang diungkapkanya yaitu bahwa semuanya adalah air.

Karena hidup Thales kesehariannya tidak pernah luput dari air atau dengan kata lain

pengamatannya selalu dipenuhi dengan nuansa air. Mungkin alasan ini (corak pemikiran

yang dipengaruhi latar belakang kehidupan) tidak bisa digeneralisasikan terhadap munculnya

pemikiran-pemikiran para filosuf yang lain. Dari ketiga aliran yang telah disebutkan seolah

terdapat pertentangan yang begitu tajam tentang ”keadaanya”, tetapi ketika direnungkan dan

dipahami lebih dalam bahwasanya ketiga aliran tersebut sejatinya bersifat komplementer,

yang tidak mungkin meniadakan yang satu atas yang lainnya. Mungkin seperti itu.

 

Page 21: Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme eksistensialisme

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak, Isep Zainal Arifin, Filsafat Umum, Bandung: Gema Media Pusakatama, 2002.

Praja, juhaya s. 2006. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Bandung: Yayasan PIARA

(Pengembangan Ilmu Agama dan Humaniora).

Beerling, R.F. 1966. Filsafat Dewasa Ini. Terj. Hasan Amin, Djakarta:Balai Pustaka.

Dagun, Save M. 1990. Filsafat Eksistensialisme, Jakarta:Rineka Cipta.

Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung: PT Pustaka Setia, 1997.