Makalah eksistensialisme

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia berarti cinta, sedangkan sophia berarti kebijaksanaan. Sehingga secara harfiah filsafat berarti “cinta kebijaksanaan”. Sebenarnya filsafat itu berasal dari timur, bukan berasal dari barat. Tapi pemikiran dari barat itu lebih cepat terealisasi tanpa memikirkan sebab akibatnya, sehingga orang-orang menyangka filsafat berasal dari barat. Berbeda dengan daerah timur yang mana pemikirannya lebih lambat direalisasikan, karena daerah timur lebih memikirkan sebab akibatnya dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, filsafat adalah berpikir tentang segala sesuatu yang ada dan merealisasikannya secara bijaksana. Manusia mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna di jagad raya, dengan alam pikirannya dia dapat 1

Transcript of Makalah eksistensialisme

Page 1: Makalah eksistensialisme

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia

merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari

bahasa Yunani yaitu philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini

merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia berarti

cinta, sedangkan sophia berarti kebijaksanaan. Sehingga secara

harfiah filsafat berarti “cinta kebijaksanaan”.

Sebenarnya filsafat itu berasal dari timur, bukan berasal

dari barat. Tapi pemikiran dari barat itu lebih cepat terealisasi tanpa

memikirkan sebab akibatnya, sehingga orang-orang menyangka

filsafat berasal dari barat. Berbeda dengan daerah timur yang mana

pemikirannya lebih lambat direalisasikan, karena daerah timur lebih

memikirkan sebab akibatnya dimasa yang akan datang. Dengan

kata lain, filsafat adalah berpikir tentang segala sesuatu yang ada

dan merealisasikannya secara bijaksana.

Manusia mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling

sempurna di jagad raya, dengan alam pikirannya dia dapat

mengembangkan segala sesuatu yang diinginkan, segala sesuatu

yang diinginkan, segala cara dia lakukan untuk mencapai hasil

semaksimal mungkin. Tuhan menciptakan manusia yang

bagaimana (keberadaan seperti apa manusia berada), apakah cara

berada manusia sama halnya dengan cara berada makhluk lain

"benda-benda". Jawabannya tentu beraneka ragam dan berbeda

1

Page 2: Makalah eksistensialisme

pendapat yang mempunyai alasan-alasan tersendiri dalam

memperkuat filsafatnya. Hal itu terjadi apabila cara manusia berada

di dunia ini (eksistensi) berbeda,seperti halnya: eksistensialisme,

materialisme. Dalam filsafatnya tentang keberadaan manusia di

dunia.

Dalam filsafat pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat

yang merupakan terapan dari filsafat umum. Dan yang akan

dibahas dalam makalah ini filsafat eksistensialisme yang ditinjau

dari segi ontologis atau keberadaan dalam filsafat pendidikan.

Pengertian yang cukup terang tentang aliran filsafat pendidikan ini

dapat membuka jalan yang lebih mulus ke arah pengertian,

hubungan antara filsafat pendidikan eksistensialisme, dengan

pendekatan tradisional, dengan pendekatan progresif terhadap 

aliran-aliran lain.

Filsafat ini memfokuskan pengalaman-pengalaman individu.

Filsafat yang berhubungan dengan pengembangan sistem

pemikiran untuk mengidentifikasi dan memahami apa yang umum

pada semua realitas, keberadaan manusia, dan nilai.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.

1. Apa pengertian filsafat Eksistensialisme?

2. Apa latar belakang munculnya aliran Eksistensialisme?

3. Siapakah tokoh-tokoh dalam aliran Eksistensialisme?

4. Bagaimana pemikiran Eksistensialisme dalam pendidikan?

5. Seperti apa ciri-ciri umum dari filsafat Eksistensialisme?

2

Page 3: Makalah eksistensialisme

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diuraikan

tujuan penulisan makalah sebagai berikut.

1. Untuk menjelaskan pengertian filsafat pendidikan

Eksistensialisme.

2. Untuk menjelaskan latar belakang munculnya aliran

Eksistensialisme.

3. Untuk menjelaskan tokoh-tokoh aliran Eksistensialisme

4. Untuk memberikan beberapa pemikiran Eksistensialisme

tentang pendidikan.

5. Untuk memberitahukan tentang ciri-ciri umum filsafat

Eksistensialisme

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Eksistensialisme

Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal

dari bahasa Latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti

berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri.

Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar tentang

dirinya sendiri “ia berdiri sebagai aku atau pribadi”. Pikiran

semacam ini dalam bahasa Jerman disebut dasein yang artinya di

sana.  Untuk lebih memberikan kejelasan tentang filsafat

eksistensialisme ini, perlu kiranya dibedakan dengan filsafat

eksistensi. Yang dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah filsafat

yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.

3

Page 4: Makalah eksistensialisme

Sedangkan filsafat eksistensialisme adalah aliran filsafat yang

menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah

sama. Manusia berada di dalam dunia “ia menyadari dirinya berada

di dunia”. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan

mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon,

batu, dan salah satu di antaranya ialah ia mengerti bahwa hidupnya

mempunyai arti. Artinya bahwa manusia sebagai subyek. Subyek

artinya yang menyadari, yang sadar. Dan barang-barang yang

disadarinya disebut obyek.

 Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman

individu. Eksistensi adalah cara manusia ada di dunia ini. Cara

berada manusia berbeda dengan cara beradanya benda-benda

materi yang lain. Cara beradanya manusia adalah hidup bersama

dengan manusia lainnya, ada kerjasama dan komunikasi serta

dengan penuh kesadaran, sedangkan benda-benda materi lainnya

keberadaannya berdasarkan ketidaksadaran akan dirinya sendiri

dan tidak dapat berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya.

Benda-benda materi, alam fisik, dunia yang berada diluar manusia

tidak akan bermakna dan tidak memiliki tujuan apa-apa jika

terpisah dari manusia. Jadi dunia bermakna karena manusia.

Dalam pandangan materialisme, baik yang kolot maupun

yang modern, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti hal

halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan

bahwa manusia sama dengan benda seperti halnya kayu dan batu.

Akan tetapi, materialisme mengatakan bahwa pada prinsipnya,

pada dasarnya, manusia hanyalah sesuatu yang material. Dengan

kata lain materi betul-betul materi. Menurut bentuknya memang

manusia lebih unggul daripada sapi, ataupun batu, tetapi pada

4

Page 5: Makalah eksistensialisme

eksistensinya manusia adalah sama saja dengan sapi, pohon

ataupun batu. Nah disinilah terjadi pertentangan antara kaum

materialisme dan eksistensialisme.

2.2 Latar Belakang Munculnya Filsafat Eksistensialisme

Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat

Jerman Martin Heidegger (1889-1976). Eksistensialisme adalah

merupakan filsafat dan akar metodologinya berasal dari metoda

fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859-1938).

Munculnya eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan

Nietzche. Kiergaard (1813-1855) filsafatnya untuk menjawab

pertanyaan “bagaimanakah aku menjadi seorang individu?”. Hal ini

terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia

melupakan individualitasnya). Kiergaard menemukan jawaban

untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi individu

yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen

pribadi dalam kehidupan. Nitzsche (1844-1900) filsuf jerman tujuan

filsafatnya adalah untuk menjawab pertanyaan “bagaimana

caranya menjadi manusia unggul?”. Jawabannya manusia bisa

menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk merealisasikan

diri secara jujur dan berani.

Gerakan eksistensialis dalam pendidikan berangkat dari

aliran filsafat yang menamakan dirinya eksistensialisme, yang para

tokohnya antara lain Kierkegaard (1813 – 1915), Nietzsche (1811 –

1900) dan Jean Paul Sartre. Inti ajaran ini adalah respek terhadap

individu yang unik pada setiap orang. Eksistensi mendahului esensi.

Kita lahir dan eksis, lalu menentukan dengan bebas esensi kita

masing-masing. Setiap individu menentukan untuk dirinya sendiri

5

Page 6: Makalah eksistensialisme

apa itu yang benar, salah, indah atau yang jelek. Tidak ada bentuk

universal, setiap orang memiliki keinginan untuk bebas (free will)

dan berkembang. Pendidikan seyogyanya menekankan refleksi

yang mendalam terhadap komitmen dan pilihan sendiri.

Manusia adalah pencipta esensi dirinya. Dalam kelas guru

berperan sebagai fasilitator untuk membiarkan siswa berkembang

menjadi dirinya dengan membiarkan berbagai bentuk pajanan

(exposure) dan jalan untuk dilalui. Karena perasaan tidak terlepas

dari nalar, maka kaum eksistensialis menganjurkan pendidikan

sebagai cara membentuk manusia secara utuh, bukan hanya

sebagai pembangunan nalar. Sejalan dengan tujuan itu, kurikulum

menjadi fleksibel dengan menyajikan sejumlah pilihan untuk dipilih

siswa. Kelas harus kaya dengan materi ajar yang memungkinkan

siswa melakukan ekspresi diri, antara lain dalam bentuk karya

sastra film dan drama. Semua itu merupakan alat untuk

memungkinkan siswa ‘berfilsafat” makna dari pengalaman hidup,

cinta dan kematian. Eksistensialisme biasa dikatakan sebagai salah

satu reaksi dari sebagian terbesar reaksi terhadap peradaban

manusia yang hampir punah akibat perang dunia kedua.

Sebagai aliran filsafat, eksistensialisme berbeda dengan

filsafat eksistensi. Paham Eksistensialisme secara radikal

menghadapkan manusia pada dirinya sendiri, sedangkan filsafat

eksistensi adalah benar-benar sebagai arti katanya, yaitu: “filsafat

yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.

            Dengan demikian Eksistensialisme pada hakikatnya adalah

merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan

keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi

yang dimiliki dan dihadapinya. Filsafat eksistensialisme adalah

6

Page 7: Makalah eksistensialisme

salah satu aliran filsafat yang mengguncangkan dunia walaupun

filsafat ini tidak luar biasa dan akar-akarnya ternyata tidak dapat

bertahan dari berbagai kritik. Filsafat selalu lahir dari suatu krisis.

Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang biasanya meninjau

kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat

tahan uji. Dengan demikian filsafat adalah perjalanan dari satu

krisis ke krisis yang lain. Begitu juga filsafat eksistensialisme lahir

dari berbagai krisis atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang

telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia, yaitu :

1. Materialisme

Menurut pandangan materialisme, manusia itu pada

akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang

orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan

benda, akan tetapi mereka mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi

pada prinsipnya, pada dasarnya, pada instansi yang terakhir

manusia hanyalah sesuatu yang material. Dengan kata lain, materi

itu betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih

unggul ketimbang sapi tapi pada eksistensinya manusia sama saja

dengan sapi.

2. Idealisme

Aliran ini memandang manusia hanya sebagai subyek,

hanya sebagai kesadaran, menempatkan aspek berpikir dan

kesadaran secara berlebihan sehingga menjadi seluruh manusia,

bahkan dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain

selain pikiran.

3. Situasi dan Kondisi Dunia

Munculnya eksistensialisme didorong juga oleh situasi dan

kondisi di dunia Eropa Barat yang secara umum dapat dikatakan

7

Page 8: Makalah eksistensialisme

bahwa pada waktu itu keadaan dunia tidak menentu. Tingkah laku

manusia telah menimbulkan rasa muak atau mual. Penampilan

manusia penuh rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil

persetujuan bersama yang palsu yang disebut konvensi atau tradisi.

Manusia berpura-pura, kebencian merajalela, nilai sedang

mengalami krisis, bahkan manusianya sendiri sedang mengalami

krisis. Sementara itu agama di sana dan di tempat lain dianggap

tidak mampu memberikan makna pada kehidupan.

2.3 Tokoh-Tokoh dalam Aliran Eksistensialisme

Tokoh-tokoh eksistensialisme ini cukup banyak, di antaranya:

1.      Soren Aabye Kierkegaard

Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855) lahir di Kopenhagen,

Denmark. Ia lahir ketika ayahnya berumur 56 tahun dan ibunya 44

tahun. Ia mulai belajar teologi di Universitas Kopenhagen. Ia

menentang keras pemikiran Hegel yang mendominasi di Universitas

tersebut. Dalam kurun waktu ini ia apatis terhadap agama, ingin

hidup bebas dari lingkungan aturan agama. Setelah mengalami

masa krisis religius, ia kembali menekuni ilmu pengetahuan dan

menjadi Pastor Lutheran.

Pada tahun 1841 ia mempublikasikan buku pertamanya Om

Begrebet Ironi (The Concept of Irony). Karya ini sangat orisinal dan

memperlihatkan kecemerlangan pemikirannya. Ia mengecam keras

asumsi-asumsi pemikiran Hegel yang bersifat umum. Karya

agungnya yaitu Afsluttende Uvidenskabelig Efterskriff (Consluding

Unscientific Postcript) tahun 1846, mengungkapkan ajaran-

8

Page 9: Makalah eksistensialisme

ajarannya yang bermuara pada kebenaran subyek. Karya-karya

lainnya adalah Enten Eller (1843) dan Philosophiske Smuler (1844).

Sedangkan buku-buku yang bernada kristiani adalah Kjerlighedens

Gjerninger (Work of Love) 1847, Christelige Taler (Christian

Discourses) 1948, dan Sygdomen Til Doden (The Sickness into

Death) tahun 1948) (M. Dagun:1990:48-49). Ide-ide pokok Soren

Aabye Kierkegaard adalah sebagai berikut:

         Tentang Manusia.

Kierkegaard menekankan posisi penting dalam diri

seseorang yang "bereksistensi" bersama dengan analisisnya

tentang segi-segi kesadaran religius seperti iman, pilihan,

keputusasaan, dan ketakutan. Pandangan ini berpengaruh luas

sesudah tahun 1918, terutama di Jerman. Ia mempengaruhi

sejumlah ahli teologi protestan dan filsuf-filsuf eksistensial

termasuk Barh, Heidegger, Jaspers, Marcel, dan Buber. Alur

pemikiran Kierkegaard mengajukan persoalan pokok dalam hidup;

apakah artinya menjadi seorang Kristiani? Dengan tidak

memperlihatkan "wujud" secara umum, ia memperhatikan

eksistensi orang sebagai pribadi. Ia mengharapkan agar kita perlu

memahami agama Kristen yang otentik. Ia berpendapat bahwa

musuh bagi agama Kristiani ada dua, yaitu filsafat Hegel yang

berpengaruh pada saat itu. Baginya, pemikiran abstrak, baik dalam

bentuk filsafat Descartes atau Hegel akan menghilangkan

personalitas manusia dan membawa kita kepada kedangkalan

makna kehidupan. Dan yang kedua adalah konvensi, khususnya

adat kebiasaan jemaat gereja yang tidak berpikir secara mendalam,

tidak menghayati agamanya, yang akhirnya ia memiliki agama

9

Page 10: Makalah eksistensialisme

yang kosong dan tak mengerti apa artinya menjadi seorang

kristiani.

Kierkegaard bertolak belakang dengan Hegel. Keberatan

utama yang diajukannya adalah karena Hegel meremehkan

eksistensi yang kongkrit, karena Hegel mengutamakan ide yang

sifatnya umum. Menurut Kierkegaard manusia tidak pernah hidup

sebagai sesuatu "aku umum", tetapi sebagai "aku individual" yang

sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu yang

lain.

         Pandangan tentang Eksistensi

Kierkegaard mengawali pemikirannya bidang eksistensi

dengan mengajukan pernyataan ini “bagi manusia, yang terpenting

dan utama adalah keadaan dirinya atau eksistensi dirinya”.

Eksistensi manusia bukanlah statis tetapi senantiasa menjadi,

artinya manusia itu selalu bergerak dari kemungkinan kenyataan.

Proses ini berubah, bila kini sebagai sesuatu yang mungkin, maka

besok akan berubah menjadi kenyataan. Karena manusia itu

memiliki kebebasan, maka gerak perkembangan ini semuanya

berdasarkan pada manusia itu sendiri. Eksistensi manusia justru

terjadi dalam kebebassannya. Kebebasan itu muncul dalam aneka

perbuatan manusia. Baginya bereksistensi berarti berani

mengambil keputusan yang menentukan bagi hidupnya.

Konsekuensinya, jika kita tidak berani mengambil keputusan dan

tidak berani berbuat, maka kita tidak bereksistensi dalam arti

sebenarnya. Kierkegaard membedakan tiga bentuk eksistensi, yaitu

:

        Eksistensi estetis, menyangkut kesenian, keindahan. Manusia

hidup dalam lingkungan dan masyarakat, karena itu fasilitas yang

10

Page 11: Makalah eksistensialisme

dimiliki dunia dapat dinikmati manusia sepuasnya. Di sini eksistensi

estetis hanya bergelut terhadap hal-hal yang dapat mendatangkan

kenikmatan pengalaman emosi dan nafsu. Eksistensi ini tidak

mengenal ukuran norma, tidak adanya keyakinan akan iman yang

menentukan.

        Eksistensi etis. Setelah manusia menikmati fasilitas dunia, maka

ia juga memperhatikan dunia batinnya. Untuk keseimbangan hidup,

manusia tidak hanya condong pada hal-hal yang konkrit saja tapi

harus memperhatikan situasi batinnya yang sesuai dengan norma-

norma umum. Sebagai contoh untuk menyalurkan dorongan seksual

(estetis) dilakukan melalui jalur perkawinan (etis).

        Eksistensi religius. Bentuk ini tidak lagi membicarakan hal-hal

konkrit, tetapi sudah menembus inti yang paling dalam dari

manusia. Ia bergerak kepada yang absolut, yaitu Tuhan. Semua

yang menyangkut Tuhan tidak masuk akal manusia. Perpindahan

pemikiran logis manusia ke bentuk religius hanya dapat dijembatani

lewat iman religius.

         Pandangan tentang Teodise

Menurut Kierkegaard, antara Tuhan dengan alam, antara

pencipta dan makhluk terdapat jurang yang tidak terjembatani. Ia

menjelaskan bahwa Tuhan itu berdiri di atas segala ukuran sosial

dan etika. Sedangkan manusia jauh berada di bawah-Nya. Keadaan

seperti ini menyebabkan manusia cemas akan eksistensinya. Tetapi

dalam kecemasan ini, seseorang itu dapat menghayati makna

hidupnya. Jika seseorang itu berada dalam kecemasan, maka akan

membawa dirinya pada suatu keyakinan tertentu. Perilaku ini

memperlihatkan suatu loncatan yang dahsyat di mana manusia

memeluk hal yang tidak lagi masuk akal (Dagun:1990:52).

11

Page 12: Makalah eksistensialisme

            Jadi inti masalah yang menjadi pemikiran eksistensialisme

menurut Kierkegaard adalah :

        Eksistensi adalah cara manusia berada. Hanya manusialah yang

bereksistensi, manusialah sebagai pusat perhatian, sehingga

bersifat humanistis.

        Bereksistensi tidak statis tetapi dinamis, yang berarti

menciptakan dirinya secara aktif, merencanakan, berbuat dan

menjadi.

        Manusia dipandang selalu dalam proses menjadi belum selesai dan terbuka serta

realistis. Namun demikian manusia terikat dengan dunia sekitarnya terutama sesama

manusia.

2.      Jean Paul Sartre

Jean Paul Sartre (1905-1980) lahir tanggal 21 Juni 1905 di Paris. Ia berasal

dari keluarga Cendikiawan. Ayahnya seorang Perwira Besar Angkatan Laut Prancis

dan ibunya anak seorang guru besar yang mengajar bahasa modern di Universitas

Sorbone. Ketika ia masih kecil ayahnya meninggal, terpaksa ia diasuh oleh ibunya

dan dibesarkan oleh kakeknya. Di bawah pengaruh kakeknya ini, Sartre dididik

secara mendalam untuk menekuni dunia ilmu pengetahuan dan bakat-bakatnya

dikembangkan secara maksimal. Pengalaman masa kecil ini memberi ia banyak

inspirasi. Diantaranya buku Les Most (kata-kata) berisi nada negatif terhadap hidup

masa kanak-kanaknya.

Meski Sartre berasal dari keluarga Kristen protestan dan ia sendiri

dibaptiskan menjadi katolik, namun dalam perkembangan pemikirannya ia justru

tidak menganut agama apapun. Ia atheis. Ia menengaku sama sekali tidak percaya lagi

akan adanya Tuhan dan sikap ini muncul semenjak ia berusia 12 tahun. Bagi dia,

dunia sastra adalah agama baru, karena itu ia menginginkan untuk menghabiskan

hidupnya sebagai pengarang. Sartre tidak pernah kawin secara resmi, ia hidup

bersama Simone de Beauvoir tanpa nikah. Mereka menolak menikah karena bagi

12

Page 13: Makalah eksistensialisme

mereka pernikahan itu dianggap suatu lembaga borjuis saja. Dalam perkembangan

pemikirannya, ia berhaluan kiri. Sasaran kritiknya adalah kaum kapitalis dan tradisi

masyarakat pada masa itu. Ia juga mengeritik idealisme dan para pemikir yang

memuja idealisme.

Pada tahun 1931 ia mengajar sebagai guru filsafat di Laon dan Paris. Pada

periode ini ia bertemu dengan Husserl. Semenjak pertemuan itu ia mendalami

fenomenologi dalam mengungkapkan filsafat eksistensialisme-nya. Ia menjadi

mashur melalui karya-karya novel dan tulisan dramanya. Dalam bidang filsafat,

karyanya yang sangat terkenal adalah Being ang Nithingness, buku ini membicarakan

tentang alam dan bentuk eksistensinya. Eksistensialisme dan Humanism yang berisi

tentang manusia. Ia juga termasuk tokoh yang membantu gerakan-gerakan haluan kiri

dan pembela kebebasan manusia. Dengan lantang ia mengatakan bahwa manusia

tidak mempunyai sandaran keagamaan atau tidak dapat mengendalikan pada kekuatan

yang ada di luar dirinya, manusia harus mengandalkan kekuatan yang ada dalam

dirinya. Karya-karya yang lain adalah Nausea, No Exit, The Files, dan The Wall. Ide-

ide pokok Sartre adalah sebagai berikut :

         Tentang Manusia

Bagi Sartre, manusia itu memiliki kemerdekaan untuk membentuk dirinya,

dengan kemauan dan tindakannya. Kehidupan manusia itu mungkin tidak

mengandung arti dan bahkan mungkin tidak masuk akal. Tetapi yang jelas, manusia

dapat hidup dengan aturan-aturan integritas, keluhuran budi, dan keberanian, dan dia

dapat membentuk suatu masyarakat manusia. Dalam novel semi-otobiografi La

Nausee (1938) dan essei L'Eksistensialisme est un Humanism (1946), ia menyatakan

keprihatinan fundamental terhadap eksistensi manusiawi dan kebebasan kehendak.

Menurutnya, manusia tidak memiliki apa-apa sejak ia lahir. Dan sepertinya, dari

kodratnya manusia bebas dalam pilihan-pilihan atas tindakannya atau memikul beban

tanggung jawab.

Sartre mengikuti Nietzsche yakni mengingkari adanya Tuhan. Manusia tak

ada hubungannya dengan kekuatan di luar dirinya. Ia mengambil kesimpulan lebih

13

Page 14: Makalah eksistensialisme

lanjut, yakni memandang manusia sebagai kurang memiliki watak yang semestinya.

Ia harus membentuk pribadinya dan memilih kondisi yang sesuai dengan

kehidupannya. Maka dari itu "tak ada watak manusia", oleh karena tak ada Tuhan

yang memiliki konsepsi tentang manusia. Manusia hanya sekedar ada. Bukan karena

ia itu sekedar apa yang ia konsepsikan setelah ada---seperti apa yang ia inginkan

sesudah meloncat ke dalam eksistensi". Sartre mengingkari adanya bantuan dari luar

diri manusia. Manusia harus bersandar pada sumber-sumbernya sendiri dan

bertanggung jawab sepenuhnya bagi pilihan-pilihannya. Karena itu bagi Sartre,

pandangan eksistensialis adalah suatu doktrin yang memungkinkan kehidupan

manusia. Eksistensialime mengajarkan bahwa tiap kebenaran dan tiap tindakan

mengandung keterlibatan lingkungan dan subyektifitas manusia.

3.      Martin Haidegger

Menurut Martin Haidegger bahwa keberadaan hanya akan dapat dijawab

melalui jalan Anologi, artinya jika persoalan ini dihubungkan dengan manusia dan

dicari artinya dalam hubungan ini. Metode untuk ini adalah Metode Fenomenologis.

Jadi yang penting adalah menemukan arti keberadaan itu. Satu-satunya yang berada

dalam arti yang sesungguhnya adalah beradanya manusia. Keberadaan benda-benda

terpisah dengan yang lain, sedang beradanya manusia mengambil tempat di tengah-

tengah dunia sekitarnya. Untuk itu manusia harus keluar dari dirinya dan berdiri

ditengah-tengah segala yang berada. Desein manusia disebut juga dengan eksistensi.

Bicara adalah asas yang eksistensial bagi kemungkinan untuk berbicara dan

berkomunikasi bagi manusia. Secara apriori manusia telah memiliki daya untuk

berbicara, sambil berbicara ia mengungkapkan diri, pengungkapannya adalah sebuah

dalam rangka rencana yang telah diarahkan ke arah tertentu.

4. Friedrich Wilhelm Nietzsche

Dilahirkan di Rocken, Prusia, pada tanggal 15 Oktober 1844. Nietzsche

sangat menaruh perhatian pada masalah moral dan nilai. Memandang bahwa

moralitas yang ada dimasyarakat sering digunakan untuk melayani tujuan-tujuan yang

tidak bermoral, Nietzsche pun menyerukan evaluasi ulang terhadap seluruh nilai-

14

Page 15: Makalah eksistensialisme

nilai. Ia menegaskan, tidak ada penentu akhir atas nilai-nilai itu diluar pengalaman

kepuasan (satisfaction). Penolakan Nietzsche terhadap standar moral yang absolute

jelas sangat berpengaruh pada Sarte dan Albert Camus. Namun kecendrungan

Nietzsche untuk menolak bahwa manusia bertindak secara bebas, serta pandangan

Nietzsche tentang naturalism biologis, menempatkannya pada jarak tertentu dari

Eksistensialisme. Nietzsche bahkan mengusulkan suatu seleksi yang drastis untuk

tujuan melahirkan manusia-manusia agung, antara lain dengan jalan eugenika serta

memberikan pendidikan-pendidikan yang istimewa kepada mereka yang kuat dan

cerdas. Akan tetapi Nietzche menegaskan bahwa kecerdasan saja tidak cukup untuk

menumbuhkan seseorang yang agung. Manusia agung hanya ditumbuhkan oleh

gabungan yang harmonis antara 3 hal yaitu Kekuatan, kecerasdasan, dan kebanggaan.

Menurut Nietzsche, demokrasi adalah suatu gejala yang menunjukkan bahwa suatu

masyarakat sudah menjadi busuk, dan tidak mampu lagi melahirkan pemimpin-

pemimpin yang Agung. Demokrasi adalah pemerintahan hanya kaum dagang semata.

Demokrasi adalah suatu mania belaka, dimana setiap orang bersaing sambil berteriak

sama rasa sama rata.

5. Albert Camus

Albert Camus (1913-60), tidak sering disinggung dalam pengajaran

eksistensialisme dewasa ini. Walaupun selalu membantah bahwa dirinya adalah

seorang eksistensialis, Camus selalu diasosiasikan dengan sebutan itu. Dalam

bukunya The Myth of Sisyphus (1942), Camus tidak memfokuskan diri pada

masalah-masalah yang terkait dengan isu kebebasan, tetapi menekankan pada hakikat

absurd dari eksistensi, bagaimana manusia menanganinya, dan bagaimana

meneruskan kehidupan. Camus merujuk absurditas sebagai jurang antara apa yang

diharapkan manusia dalam kehidupan dan apa yang mereka benar-benar temukan.

Individu-individu yang mencari ketertiban, harmoni dan bahkan kesempurnaan.

2.4 Pemikiran Eksistensialisme dalam Bidang Pendidikan

15

Page 16: Makalah eksistensialisme

Ada beberapa pemikiran yang sangat menonjol dikalangan

eksistensialisme. Antara lain:

1.      Realitas

Menurut eksistensialitas, ada dua jenis filsafat tradisional yaitu filsafat

spekulatif dan skeptis. Filsafat spekulatif menjelaskan  tentang hal-hal yang

fundamental tentang pengalaman, dengan berpangkal pada realitas yang lebih dalam

yang secara inheren telah ada dalam diri individu. Filsafat skeptik berpandangan

bahwa semua pengalaman manusia adalah palsu, tidak ada satupun yang dapat kita

kenal dari realitas. Mereka berpendapat bahwa konsep metafisika adalah bersifat

sementara.

Paham ekistensialisme bukan hanya satu, melainkan terdiri dari berbagai

pandangan yang berbeda-beda. Namun, pandangan-pandangan tersebut memiliki

beberapa persamaan, sehingga pandangan-pandangan mereka dapat digolongkan

filsafat eksistensialisme. Persamaan-persamaan tersebut antara lain :

        Motif pokok dari filsafat eksistensialisme ialah cara manusia berada, hanya

manusialah yang pereksistensi.

        Bereksistensi harus diartikan secara dinamis, bereksistensi berarti menciptakan

dirinya secara aktif, berbuat, menjadi dan memecahkan.

        Eksistensialisme memberi tekanan pada pengalaman konkrit, pengalaman yang

eksistensial.

2.      Pengetahuan

Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat

fenomologi,suatu pandangan yang mengambarkan penampakan benda-benda dan

peristiwa-peristiwa sebagaimana banda-benda tersebut menampakkan dirinya

terhadap kesadaran manusia. Pengetahuan manusia tergantung pada pemahamannya

tentang realitas, tergantung pada interpretasi manusia terhadap realitas. Pengetahuan

yang diberikan disekolah bukanlah sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau

karir anak, melainkan dapat dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri.

3.      Nilai

16

Page 17: Makalah eksistensialisme

Pemahaman eksistensi terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam

bertindak. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita, melainkan suatu potensi

untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun untuk

menentukan pilihan yang terbaik itu yang paling sulit. Berbuat akan menghasilkan

akibat, dimana seseorang kan menerima akibat dari perbuatannya.

4.      Pendidikan

Secara relatif, eksistensialisme tidak begitu dikenal dalam dunia

pendidikan, tidak menampakkan pengaruh yang besar pada sekolah. Sebaliknya,

penganut eksistensialisme kebingungan dengan apa yang akan mereka temukan

melalui pembangunan pendidikan.  Mereka menilai bahwa tidak ada yang disebut

pendidikan, tetapi bentuk propaganda untuk memikat orang lain. Mereka juga

menunjukkan bahwa bagaimana pendidikan memunculkan bahaya yang nyata, sejak

penyiapan murid sebagai konsumen atau menjadikan mereka penggerak mesin pada

teknologi industri dan birokrasi modern. Malahan sebaliknya pendidikan tidak

membantu membentuk kepribadian dan kreativitas, sehingga para eksistensialis

mengatakan sebagian besar sekolah  melemahkan dan mengganggu atribut-atribut

esensi kemanusiaan.

Mereka mengkritik kecenderungan masyarakat masa kini dan praktik

pendidikan bahwa ada pembatasan realisasi diri karena ada tekanan sosial-ekonomi

yang membuat persekolahan hanya menjadi pembelajaran peran tertentu. Sekolah

menentukan peran untuk kesuksesan ekonomi seperti memperoleh pekerjaan dengan

gaji yang tinggi dan menaiki tangga menuju ke kalangan ekonomi kelas atas; sekolah

juga menentukan tujuan untuk menjadi warga negara yang baik, juga menentukan apa

yang menjadi kesuksesan sosial di masyarakat. Siswa diharapkan untuk belajar peran-

peran ini dan berperan dengan baik pula.

            Eksistensialitas sebagai filsafat sangat menekankan individualitas, dalam

hubungannya dengan pendidikan sangatt erat sekali, kerena keduanya bersinggungan

17

Page 18: Makalah eksistensialisme

satu masalah dengan masalah yang lainnya, yaitu manusia, hidup, hubungan antara

manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan. Pendidikan adalah proses yang

pembelajarannya harus berlangsung sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta

didik, tidak ada pemaksaan penguasaan pengetahuanm sikap dan keterampilan,

melainkan ditaawarkan. Tuntutlah peserta didik agar dapat menemukan dirinya dan

kesadaran akan dunianya. Guru hendaknya memberikan kebebasan kepada peserta

didik untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan

membantu menemukan makna dari kehidupan mereka.

5.      Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu

mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki

kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan pemenuhan dirinya,

sehingga dalam menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan berlaku

secara umum.

Kurikulum pada sekolah menurut eksistensialis haruslah terbuka terhadap

perubahan karena  ada dinamika dalam konsep kebenaran, penerapan, dan perubahan-

perubahannya. Melalui perspektif tersebut, siswa harus  memilih mata pelajaran yang

terbaik. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa mata pelajaran dan pendekatan kurikuler

pada filsafat tradisional tidak diberi tempat.

6.      Peranan guru

Urusan manusia yang paling berharga yang mungkin paling bermanfaat

dalam mengangkat pencarian pribadi akan makna merupakan proses edukatif.

Sekalipun begitu, para guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk

memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka

menemukan makna dari kehidupan mereka. Guru harus mampu membimbing dan

mengarahkan siswa dengan seksama sehingga siswa mampu berfikir relatif dengan

melalui pertanyaan-pertanyaan. Dalam arti, guru tidak mengarahkan dan tidak

memberikan intruksi. Guru hadir dalam kelas dengan wawasan yang luasa agar betul-

18

Page 19: Makalah eksistensialisme

betul menghasilkan diskusi yang memuaskan tentang mata pelajaran. Diskusi adalah

salah satu metode utama dalam pandangan eksistensialisme.

2.5 Ciri-ciri Umum Filsafat Eksistensialisme

Eksistensialisme dan Fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat

erat dan menunjukkan pemberontakan tambahan metode-metode dan pandangan-

pandangan filsafat barat. Istilah eksistensialisme tidak menunujukkan suatu sistem

filsafat secara khusus.

Meskipun terdapat perbedaan-perbedan yang besar antara para pengikut

aliran ini, namun terdapat tema-tema yang sama sebagai ciri khas aliran ini yang

tampak pada penganutnya. Mengidentifikasi ciri aliran eksistensialisme sebagai

berikut :

a. Eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap

rasionalisme dan masyarakat, khususnya terhadap idealisme

Hegel.

b. Eksistensialisme adalah suatu proses atas nama individualis

terhadap konsep-konsep filsafat akademis yang jauh dari

kehidupan konkrit.

c. Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap

alam yang impersonal (tanpa kepribadian) dari zaman industri

modern dan teknologi, serta gerakan massa.

d. Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter, baik

gerakan fasis, komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan

perorangan di dalam kolektif atau massa.

19

Page 20: Makalah eksistensialisme

e. Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek (harapan) manusia di

dunia.

f. Eksistensialisme menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi serta

pengalaman kesadaran yang dalam dan langsung.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

20